Why do so many people reach success and then fail? One of the big reasons is, we think success is a one-way street. So we do everything that leads up to success, but then we get there. We figure we've made it, we sit back in our comfort zone, and we actually stop doing everything that made us successful. And it doesn't take long to go downhill. And I can tell you this happens, because it happened to me.
Kenapa begitu banyak orang mencapai sukses dan setelah itu gagal? Salah satu alasan terbesar adalah karena kita berpikir sukses adalah sebuah jalan satu arah. Jadi kita melakukan semua hal yang mengarah kepada keberhasilan. Lalu kita sampai disana. Kita mengira kita telah mencapainya, kita menjadi lupa diri, dan kita berhenti melakukan semua hal yang telah membuat kita berhasil. Dan kemunduran tidak perlu waktu yang lama. Dan saya bisa menceritakan kepada anda bahwa hal ini terjadi. karena hal ini telah terjadi kepada saya.
Reaching success, I worked hard, I pushed myself. But then I stopped, because I figured, "Oh, you know, I made it. I can just sit back and relax."
Untuk mencapai sukses, saya bekerja keras, saya menforsir diri sendiri. Lalu saya berhenti, karena saya berpikir, "Oh, tahukah anda, saya telah sukses. Saya sekarang bisa duduk tenang dan santai."
Reaching success, I always tried to improve and do good work. But then I stopped because I figured, "Hey, I'm good enough. I don't need to improve any more."
Untuk mencapai kesuksesan, saya selalu berusaha lebih baik dan melakukan pekerjaan dengan benar. Tetapi ketika saya berhenti karena saya berpikir, "Hei, saya sudah cukup baik. Saya tidak perlu berusaha untuk lebih baik lagi."
Reaching success, I was pretty good at coming up with good ideas. Because I did all these simple things that led to ideas. But then I stopped, because I figured I was this hot-shot guy and I shouldn't have to work at ideas, they should just come like magic. And the only thing that came was creative block. I couldn't come up with any ideas.
Untuk mencapai kesuksesan, saya cukup tangkas untuk menghasilkan ide-ide cemerlang. Karena saya melakukan semua hal sederhana yang menghasilkan ide-ide. Tetapi kemudian saya berhenti. Karena saya berpikir saya adalah jagoan dan saya tidak perlu berusaha. Ide-ide baru akan datang dengan sendirinya. dan yang terjadi adalah, hanya sebuah dinding penghalang menuju inspirasi. Saya tidak bisa menghasilkan ide apapun.
Reaching success, I always focused on clients and projects, and ignored the money. Then all this money started pouring in. And I got distracted by it. And suddenly I was on the phone to my stockbroker and my real estate agent, when I should have been talking to my clients.
Untuk mencapai kesuksesan, saya selalu fokus kepada klien dan projek, dan tidak menghiraukan uang. Lalu uang akan mulai datang dengan sendirinya. Dan saya tergoda oleh uang. Dan tanpa disadari, saya berbicara di telepon dengan makelar saham saya dan agen properti saya. ketika saya seharusnya berbicara dengan klien-klien saya.
And reaching success, I always did what I loved. But then I got into stuff that I didn't love, like management. I am the world's worst manager, but I figured I should be doing it, because I was, after all, the president of the company.
Dan untuk mencapai kesuksesan, saya selalu melakukan apa yang saya sukai. Tetapi ketika saya harus melakukan hal-hal yang tidak saya sukai, misalnya manajemen. Saya adalah manajer terparah di seluruh dunia. Tetapi saya berpikir saya memang harus melakukannya. Karena saya, pada akhirnya, adalah pemimpin perusahaan.
Well, soon a black cloud formed over my head and here I was, outwardly very successful, but inwardly very depressed. But I'm a guy; I knew how to fix it. I bought a fast car. (Laughter) It didn't help. I was faster but just as depressed.
Lalu, kabut gelap mulai terbentuk di atas kepala saya dan inilah saya, secara penampilan luar sangat sukses, tetapi didalamnya sangat tertekan. Tetapi saya adalah laki-laki, saya tahu bagaimana mengatasinya. Saya membeli mobil yang cepat. (sambil tertawa) tapi hal ini tidak membantu. Saya menjadi lebih cepat, tetapi tetap merasa lebih tertekan.
So I went to my doctor. I said, "Doc, I can buy anything I want. But I'm not happy. I'm depressed. It's true what they say, and I didn't believe it until it happened to me. But money can't buy happiness." He said, "No. But it can buy Prozac." And he put me on anti-depressants. And yeah, the black cloud faded a little bit, but so did all the work, because I was just floating along. I couldn't care less if clients ever called. (Laughter)
Lalu saya mencari dokter. Saya bertanya, "Dok, saya bisa membeli apapun yang saya inginkan. Tetapi saya tidak bahagia. Saya merasa tertekan. Ternyata betul apa yang mereka katakan, dan saya tidak percaya sampai hal itu terjadi kepada saya. Bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan." Dokter berkata, "Betul. Tetapi uang bisa membeli Prozac (obat anti depresi)." Dan dia memberi saya obat anti depresi. Dan kabut gelap mulai hilang sedikit. Demikian juga dengan semua pekerjaan saya. Karena saya hanya mengawang-awang. Saya tidak peduli jika klien mencari saya. (Tertawa)
And clients didn't call. (Laughter) Because they could see I was no longer serving them, I was only serving myself. So they took their money and their projects to others who would serve them better.
Dan klien-klien tidak mencari saya. (Tertawa) Karena mereka melihat saya tidak lagi melayani mereka. Saya hanya melayani diri sendiri. Sehingga mereka mencabut uang dan projek mereka ke pihak lain yang dapat melayani mereka lebih baik.
Well, it didn't take long for business to drop like a rock. My partner and I, Thom, we had to let all our employees go. It was down to just the two of us, and we were about to go under. And that was great. Because with no employees, there was nobody for me to manage.
Yah, tidak butuh waktu banyak untuk bisnis turun tajam. Saya dan partner saya, Thom, harus memecat semua karyawan kita. Dan yang tersisa hanyalah kita berdua, dan kita juga akan tenggelam. Dan kita merasa senang. Karena tanpa karyawan, tak ada orang yang harus saa atur.
So I went back to doing the projects I loved. I had fun again, I worked harder and, to cut a long story short, did all the things that took me back up to success. But it wasn't a quick trip. It took seven years.
Lalu saya kembali melakukan projek-projek yang saya sukai. Saya mendapatkan kesenangan kembali. Saya bekerja lebih keras. Dan untuk mempersingkat cerita: saya melakukan semua hal yang telah membawa saya kembali kepada kesuksesan. Tetapi itu bukanlah sebuah perjalanan singkat. Butuh tujuh tahun.
But in the end, business grew bigger than ever. And when I went back to following these eight principles, the black cloud over my head disappeared altogether. And I woke up one day and I said, "I don't need Prozac anymore." And I threw it away and haven't needed it since.
Tetapi pada akhirnya, bisnis berkembang pesat. Dan ketika saya kembali mengikuti delapan prinsip ini, kabut gelap yang menyelimuti kepala saya hilang serta merta. Dan suatu hari saya bangun dan berkata, "Saya tidak perlu Prozac lagi." Dan saya buang obat itu dan tidak pernah memakainya lagi sejak saat itu.
I learned that success isn't a one-way street. It doesn't look like this; it really looks more like this. It's a continuous journey. And if we want to avoid "success-to-failure-syndrome," we just keep following these eight principles, because that is not only how we achieve success, it's how we sustain it. So here is to your continued success. Thank you very much. (Applause)
Saya belajar bahwa kesuksesan bukanlah sebuah jalan satu arah. Kesuksesan bukanlah seperti ini. Kesuksesan lebih mirip seperti ini. Kesuksesan adalah sebuah perjalanan yang berkesinambungan. Dan jika kita hendak menghindari "sindrom kesuksesan menuju kegagalan." Kita hanya perlu mengikuti delapan prinsip ini. Karena itu bukan hanya bagaimana kita mencapai kesuksesan, tetapi bagaimana kita memelihara kesuksesan. Dan ini untuk kesuksesan anda. Terima kasih banyak. (Tepuk tangan)