Now this is a very un-TED-like thing to do, but let's kick off the afternoon with a message from a mystery sponsor.
Ini bukanlah kebiasaan di TED, tapi mari kita mulai acara ini dengan pesan dari sponsor misterius kita.
Anonymous: Dear Fox News, it has come to our unfortunate attention that both the name and nature of Anonymous has been ravaged. We are everyone. We are no one. We are anonymous. We are legion. We do not forgive. We do not forget. We are but the base of chaos.
Anonymous: Fox News Yang Terhormat, Kami telah memperhatikan bahwa nama dan ciri Anonymous telah dihancurkan. Kami adalah semua orang. Kami bukan orang-orang tertentu saja. Kami anonim. Kami adalah pasukan. Kami tidak memaafkan. Kami tidak akan lupa. Kami adalah dasar dari kekacauan.
Misha Glenny: Anonymous, ladies and gentlemen -- a sophisticated group of politically motivated hackers who have emerged in 2011. And they're pretty scary. You never know when they're going to attack next, who or what the consequences will be. But interestingly, they have a sense of humor. These guys hacked into Fox News' Twitter account to announce President Obama's assassination. Now you can imagine the panic that would have generated in the newsroom at Fox. "What do we do now? Put on a black armband, or crack open the champagne?" (Laughter) And of course, who could escape the irony of a member of Rupert Murdoch's News Corp. being a victim of hacking for a change.
Misha Glenny: Hadirin, Anonymous, sekelompok peretas yang memiliki kepentingan politik yang muncul di tahun 2011. Mereka cukup menakutkan. Kita tidak akan tahu apa yang akan mereka serang, atau apa akibat dari serangan itu. Namun, menariknya mereka memiliki selera humor. Mereka meretas akun Twitter Fox News untuk mengumumkan pembunuhan Presiden Obama. Tentu Anda dapat membayangkan kepanikan yang terjadi di ruang berita Fox. "Apa yang kami lakukan?" "Mulai berduka atau mulai merayakan?" (Tertawa) Tentu saja Anda dapat melihat ironi anggota News Corp Rupert Murdoch menjadi korban peretas.
(Laughter)
(Tertawa)
(Applause)
(Tepuk tangan)
Sometimes you turn on the news and you say, "Is there anyone left to hack?" Sony Playstation Network -- done, the government of Turkey -- tick, Britain's Serious Organized Crime Agency -- a breeze, the CIA -- falling off a log. In fact, a friend of mine from the security industry told me the other day that there are two types of companies in the world: those that know they've been hacked, and those that don't. I mean three companies providing cybersecurity services to the FBI have been hacked. Is nothing sacred anymore, for heaven's sake?
Kadang Anda melihat berita dan bertanya, "Siapa yang belum diretas?" Sony Playstation Network -- sudah, pemerintah Turki -- selesai, Serious Organized Crime Agency Inggris -- gampang, CIA -- mudah sekali. Bahkan teman saya di industri keamanan memberitahu saya hanya ada 2 jenis perusahaan di dunia ini: yang tahu mereka telah diretas dan yang tidak tahu mereka diretas. 3 perusahaan penyedia layanan keamanan cyber untuk FBI telah diretas Apa masih ada yang suci?
Anyway, this mysterious group Anonymous -- and they would say this themselves -- they are providing a service by demonstrating how useless companies are at protecting our data. But there is also a very serious aspect to Anonymous -- they are ideologically driven. They claim that they are battling a dastardly conspiracy. They say that governments are trying to take over the Internet and control it, and that they, Anonymous, are the authentic voice of resistance -- be it against Middle Eastern dictatorships, against global media corporations, or against intelligence agencies, or whoever it is. And their politics are not entirely unattractive. Okay, they're a little inchoate. There's a strong whiff of half-baked anarchism about them. But one thing is true: we are at the beginning of a mighty struggle for control of the Internet. The Web links everything, and very soon it will mediate most human activity. Because the Internet has fashioned a new and complicated environment for an old-age dilemma that pits the demands of security with the desire for freedom.
Kelompok Anonymous ini -- ini yang mereka akui -- mereka memberikan pelayanan dengan menunjukkan betapa tidak bergunanya perusahaan dalam melindungi data kita. Walaupun demikian, ada aspek serius mengenai Anonymous -- mereka termotivasi oleh ideologi. Menurut mereka, mereka memerangi konspirasi yang pengecut. Menurut mereka, pemerintah berusaha untuk mengambil alih Internet dan mengendalikannya, dan mereka, Anonymous, adalah suara pembangkang asli -- baik itu melawan kediktatoran Timur Tengah, melawan korporasi media global, maupun melawan agensi intelijen, atau siapapun. Politik mereka kadang-kadang menarik. Mungkin mereka masih dalam tahap permulaan. Ada nuansa anarki yang tanggung. Namun satu hal yang pasti: kita berada di awal pergulatan yang kuat untuk mengendalikan Internet. Web menghubungkan semuanya, dan sebentar lagi akan menghubungkan hampir seluruh aktivitas manusia. Karena Internet telah membuat lingkungan yang baru dan rumit untuk dilema yang telah lama ada yang mempertemukan kebutuhan keamanan dengan keinginan akan kebebasan.
Now this is a very complicated struggle. And unfortunately, for mortals like you and me, we probably can't understand it very well. Nonetheless, in an unexpected attack of hubris a couple of years ago, I decided I would try and do that. And I sort of get it. These were the various things that I was looking at as I was trying to understand it. But in order to try and explain the whole thing, I would need another 18 minutes or so to do it, so you're just going to have to take it on trust from me on this occasion, and let me assure you that all of these issues are involved in cybersecurity and control of the Internet one way or the other, but in a configuration that even Stephen Hawking would probably have difficulty trying to get his head around. So there you are. And as you see, in the middle, there is our old friend, the hacker. The hacker is absolutely central to many of the political, social and economic issues affecting the Net. And so I thought to myself, "Well, these are the guys who I want to talk to." And what do you know, nobody else does talk to the hackers. They're completely anonymous, as it were.
Ini pergulatan yang rumit. Sayangnya, bagi kaum kebanyakan seperti kita, mungkin kita tidak akan dapat memahaminya. Walaupun demikian, dalam serangan kesombongan yang tak terduga beberapa tahun yang lalu saya memutuskan untuk mencoba melakukannya. Dan saya sedikit memahaminya. Ini adalah beberapa hal yang saya amati saat saya mencoba untuk memahaminya. Namun, untuk dapat menerangkan semuanya, saya membutuhkan tambahan 18 menit, jadi Anda harus mempercayai saya dalam hal ini, percayalah, masalah-masalah ini terkait dalam keamanan cyber dan pengendalian Internet dalam satu hal atau lainnya, namun dalam konfigurasi yang mungkin akan sulit untuk dipahami oleh seorang Stephen Hawking sekalipun. Jadi inilah dia. Seperti yang Anda lihat, di tengah-tengah, teman kita, si peretas. Ia berada di tengah-tengah masalah politis, sosial ekonomi yang mempengaruhi Internet. Lalu saya pikir, "Saya harus berbicara dengan orang-orang ini." Ternyata, tidak ada yang berbicara pada peretas. Mereka anonim.
So despite the fact that we are beginning to pour billions, hundreds of billions of dollars, into cybersecurity -- for the most extraordinary technical solutions -- no one wants to talk to these guys, the hackers, who are doing everything. Instead, we prefer these really dazzling technological solutions, which cost a huge amount of money. And so nothing is going into the hackers. Well, I say nothing, but actually there is one teeny weeny little research unit in Turin, Italy called the Hackers Profiling Project. And they are doing some fantastic research into the characteristics, into the abilities and the socialization of hackers. But because they're a U.N. operation, maybe that's why governments and corporations are not that interested in them. Because it's a U.N. operation, of course, it lacks funding. But I think they're doing very important work. Because where we have a surplus of technology in the cybersecurity industry, we have a definite lack of -- call me old-fashioned -- human intelligence.
Jadi walaupun faktanya kita mulai membuang uang miliaran, ratusan miliar dolar, untuk keamanan cyber -- untuk solusi teknis yang paling luar biasa -- tidak ada yang ingin berbicara dengan orang-orang ini, para peretas, yang melakukan semuanya. Alih-alih, kita lebih memilih solusi teknologi yang menyilaukan mata, yang sangat mahal. Jadi tidak ada yang menuju para peretas. Meskipun saya berkata tidak ada, tapi sebenarnya ada unit riset kecil di Turin, Italia yang bernama Hackers Profiling Project. Mereka melakukan riset yang fantastis mengenai karakteristik, mengenai kemampuan dan sosialisasi para peretas. Namun, karena mereka adalah unit operasi PBB, mungkin itulah sebabnya pemerintah dan perusahaan tidak tertarik kepada mereka. Karena unit itu adalah unit operasi PBB, tentu saja mereka kekurangan dana. Namun, menurut saya mereka melakukan pekerjaan yang penting. Karena saat kita memiliki kelebihan teknologi di dalam industri keamanan cyber, kita memiliki kekurangan -- mungkin Anda akan menganggap saya kuno -- inteligensi manusia.
Now, so far I've mentioned the hackers Anonymous who are a politically motivated hacking group. Of course, the criminal justice system treats them as common old garden criminals. But interestingly, Anonymous does not make use of its hacked information for financial gain. But what about the real cybercriminals? Well real organized crime on the Internet goes back about 10 years when a group of gifted Ukrainian hackers developed a website, which led to the industrialization of cybercrime. Welcome to the now forgotten realm of CarderPlanet. This is how they were advertising themselves a decade ago on the Net. Now CarderPlanet was very interesting. Cybercriminals would go there to buy and sell stolen credit card details, to exchange information about new malware that was out there. And remember, this is a time when we're seeing for the first time so-called off-the-shelf malware. This is ready for use, out-of-the-box stuff, which you can deploy even if you're not a terribly sophisticated hacker.
Sejauh ini saya sudah menggambarkan para peretas Anonymous, kelompok peretas yang memiliki motivasi politis. Tentu saja sistem peradilan kriminal memperlakukan mereka seperti kriminal pada umumnya. Namun yang menarik adalah Anonymous tidak menggunakan informasi yang diretasnya untuk kepentingan finansial. Bagaimana dengan penjahat cyber yang sebenarnya? Kejahatan yang terorganisir di Internet sudah ada sejak 10 tahun yang lalu dengan kelompok peretas Ukraina membuat situs, industrialisasi kejahatan cyber yang pertama. Selamat datang ke CarderPlanet yang kini sudah terlupakan. Ini cara mereka beriklan sepuluh tahun yang lalu di Internet. CarderPlanet sangat menarik. Penjahat cyber berada di sana untuk menjual dan membeli informasi kartu kredit curian, untuk bertukar informasi mengenai malware terbaru yang ada. Ingat, ini adalah saat di mana kita pertama kali melihat malware yang dijual. Ini adalah program siap pakai yang dapat Anda jalankan walaupun Anda bukanlah peretas yang memiliki kemampuan tinggi.
And so CarderPlanet became a sort of supermarket for cybercriminals. And its creators were incredibly smart and entrepreneurial, because they were faced with one enormous challenge as cybercriminals. And that challenge is: How do you do business, how do you trust somebody on the Web who you want to do business with when you know that they're a criminal? (Laughter) It's axiomatic that they're dodgy, and they're going to want to try and rip you off. So the family, as the inner core of CarderPlanet was known, came up with this brilliant idea called the escrow system. They appointed an officer who would mediate between the vendor and the purchaser. The vendor, say, had stolen credit card details; the purchaser wanted to get a hold of them. The purchaser would send the administrative officer some dollars digitally, and the vendor would sell the stolen credit card details. And the officer would then verify if the stolen credit card worked. And if they did, he then passed on the money to the vendor and the stolen credit card details to the purchaser. And it was this which completely revolutionized cybercrime on the Web. And after that, it just went wild. We had a champagne decade for people who we know as Carders.
CarderPlanet menjadi supermarket para penjahat cyber. Para penciptanya adalah orang yang pintar dan berjiwa bisnis, karena mereka berhadapan dengan tantangan besar sebagai penjahat cyber. Tantangan itu adalah: Bagaimana melakukan bisnis, bagaimana mempercayai seseorang di Internet untuk berbisnis walaupun mereka adalah kriminal? (Tertawa) Sudah pasti mereka sangat pintar, dan mereka akan mencoba untuk menipu Anda. Jadi orang dalam, inti dari CarderPlanet, memiliki ide cemerlang disebut sistem escrow. Mereka menunjuk petugas yang bertugas sebagai perantara antara pembeli dan penjual. Misalnya penjual memiliki informasi kartu kredit curian; penjual ingin memilikinya. Pembeli akan mengirimkan uang ke petugas administrasi, kemudian penjual menjual informasi kartu kredit curian. Petugas kemudian melakukan verifikasi apakah kartu kredit curian tersebut berhasil. Bila berhasil, ia menyalurkan uang tersebut ke penjual dan informasi kartu kredit tersebut ke pembelinya. Inilah yang kemudian membuat revolusi kejahatan cyber di Internet. Setelah itu, perkembangannya menakjubkan. Ada banyak sekali orang yang kita kenal sebagai Carder.
Now I spoke to one of these Carders who we'll call RedBrigade -- although that wasn't even his proper nickname -- but I promised I wouldn't reveal who he was. And he explained to me how in 2003 and 2004 he would go on sprees in New York, taking out $10,000 from an ATM here, $30,000 from an ATM there, using cloned credit cards. He was making, on average a week, $150,000 -- tax free of course. And he said that he had so much money stashed in his upper-East side apartment at one point that he just didn't know what to do with it and actually fell into a depression. But that's a slightly different story, which I won't go into now. Now the interesting thing about RedBrigade is that he wasn't an advanced hacker. He sort of understood the technology, and he realized that security was very important if you were going to be a Carder, but he didn't spend his days and nights bent over a computer, eating pizza, drinking coke and that sort of thing. He was out there on the town having a fab time enjoying the high life.
Saya berbicara dengan beberapa orang Carder yang bernama RedBrigade -- walaupun itu bukanlah nama samaran sebenarnya -- tapi saya berjanji tidak akan menyebutkan identitasnya. Ia menerangkan, tahun 2003 dan 2004 ia beraksi di New York, mengambil $10.000 di satu ATM, $30,000 di ATM lainnya, menggunakan kartu kredit kloning. Ia memiliki penghasilan rata-rata $150.000 per minggu -- bebas pajak tentunya. Ia berkata uangnya sangat banyak di apartemennya di upper-East side ia tidak tahu apa yang ingin dilakukannya dengan uang itu hingga ia menjadi depresi. Itu cerita yang lain, tidak perlu saya ceritakan sekarang. Hal yang menarik mengenai RedBrigade adalah ia bukanlah peretas yang ahli. Ia mengerti teknologinya, dan ia sadar, keamanan itu sangat penting bila ingin menjadi seorang Carder, tapi ia tidak menghabiskan hari-harinya di depan komputer, makan pizza, minum soda dan hal-hal seperti itu. Ia berjalan-jalan di kota bersenang-senang dan berfoya-foya.
And this is because hackers are only one element in a cybercriminal enterprise. And often they're the most vulnerable element of all. And I want to explain this to you by introducing you to six characters who I met while I was doing this research. Dimitry Golubov, aka SCRIPT -- born in Odessa, Ukraine in 1982. Now he developed his social and moral compass on the Black Sea port during the 1990s. This was a sink-or-swim environment where involvement in criminal or corrupt activities was entirely necessary if you wanted to survive. As an accomplished computer user, what Dimitry did was to transfer the gangster capitalism of his hometown onto the Worldwide Web. And he did a great job in it. You have to understand though that from his ninth birthday, the only environment he knew was gangsterism. He knew no other way of making a living and making money.
Hal ini disebabkan peretas hanyalah satu elemen dari industri penjahat cyber. Mereka mungkin adalah elemen yang paling lemah. Saya ingin menerangkan ini kepada Anda dengan memperkenalkan 6 karakter yang saya temui saat melakukan penelitian ini. Dimitry Golubov, atau SCRIPT -- lahir di Odessa, Ukraina tahun 1982. Ia mengembangkan rasa sosial dan moralnya di pelabuhan Laut Hitam tahun 1990-an. Ini adalah lingkungan yang sangat kejam di mana kegiatan kriminal atau korup sangat diperlukan bila Anda ingin selamat. Sebagai pengguna komputer yang berkompeten, yang Dimitry lakukan adalah memindahkan kapitalisme preman di kampungnya ke Internet. Ia berhasil melakukannya. Anda harus tahu, sejak ulang tahunnya yang ke-9, ia hanya mengenal lingkungan premanisme. Ia tidak tahu cara lain untuk mencari nafkah dan menghasilkan uang.
Then we have Renukanth Subramaniam, aka JiLsi -- founder of DarkMarket, born in Colombo, Sri Lanka. As an eight year-old, he and his parents fled the Sri Lankan capital because Singhalese mobs were roaming the city, looking for Tamils like Renu to murder. At 11, he was interrogated by the Sri Lankan military, accused of being a terrorist, and his parents sent him on his own to Britain as a refugee seeking political asylum. At 13, with only little English and being bullied at school, he escaped into a world of computers where he showed great technical ability, but he was soon being seduced by people on the Internet. He was convicted of mortgage and credit card fraud, and he will be released from Wormwood Scrubs jail in London in 2012.
Lalu ada Renukanth Subramaniam, alias JiLsi -- pendiri DarkMarket, lahir di Colombo, Sri Lanka. Saat berumur 8 tahun, ia dan orangtuanya lari dari ibu kota Sri Lanka karena preman Sinhala berkuasa di kota itu, mencari bangsa Tamil seperti Renu untuk dibunuh. Saat ia berusia 11 tahun, ia diinterogasi oleh pihak militer Sri Lanka, dituduh menjadi seorang teroris, kemudian orangtuanya mengirimnya sendiri ke Inggris untuk mencari suaka politik. Saat berumur 13 tahun, hanya tahun sedikit bahasa Inggris dan sering diganggu di sekolah, ia lari ke dunia komputer, di mana ia menunjukkan kemampuan teknis yang tinggi, namun kemudian ia dibujuk oleh orang-orang yang salah di Internet. Ia terbukti bersalah dalam kasus penipuan hipotek dan kartu kredit, dan ia akan bebas dari penjara Wormwood Scrubs di London pada tahun 2012.
Matrix001, who was an administrator at DarkMarket. Born in Southern Germany to a stable and well-respected middle class family, his obsession with gaming as a teenager led him to hacking. And he was soon controlling huge servers around the world where he stored his games that he had cracked and pirated. His slide into criminality was incremental. And when he finally woke up to his situation and understood the implications, he was already in too deep.
Matrix001, yang menjadi administrator di DarkMarket. Lahir di Jerman Selatan di keluarga yang berkecukupan dan terpandang, obsesinya terhadap game saat remaja membawanya ke dunia retas-meretas. Dalam waktu singkat, ia mengendalikan banyak server di dunia di mana ia menyimpan game yang telah ia retas dan bajak. Perpindahannya ke dunia kriminal secara perlahan-lahan. Ketika akhirnya sadar dengan keadaannya dan mengerti dengan akibat dari perbuatannya, ia sudah terlambat.
Max Vision, aka ICEMAN -- mastermind of CardersMarket. Born in Meridian, Idaho. Max Vision was one of the best penetration testers working out of Santa Clara, California in the late 90s for private companies and voluntarily for the FBI. Now in the late 1990s, he discovered a vulnerability on all U.S. government networks, and he went in and patched it up -- because this included nuclear research facilities -- sparing the American government a huge security embarrassment. But also, because he was an inveterate hacker, he left a tiny digital wormhole through which he alone could crawl. But this was spotted by an eagle-eye investigator, and he was convicted. At his open prison, he came under the influence of financial fraudsters, and those financial fraudsters persuaded him to work for them on his release. And this man with a planetary-sized brain is now serving a 13-year sentence in California.
Max Vision, alias ICEMAN -- dalang dari cardersMarket. Lahir di Meridian, Idaho. Max Vision adalah salah satu penguji penetrasi terbaik yang bekerja di Santa Clara, California di akhir tahun 90-an untuk perusahaan swasta dan sukarelawan untuk pihak FBI. Di akhir tahun 1990-an, ia menemukan kelemahan di semua jaringan pemerintahan AS dan ia masuk ke dalamnya dan memperbaikinya -- karena ini termasuk fasilitas pengujian nuklir -- membuat pemerintah Amerika menjadi malu karena kelemahan keamanan ini. Namun, karena bagaimanapun juga ia adalah peretas sejati, ia meninggalkan wormhole kecil yang dapat dimasukinya. Hal ini ditemukan oleh seorang peneliti, dan ia terbukti bersalah. Di penjara terbukanya, ia terpengaruh oleh para penipu keuangan, para penipu keuangan itu membujuknya untuk bekerja dengan mereka saat ia bebas. Orang yang sangat pintar ini dipenjara selama 13 tahun di California.
Adewale Taiwo, aka FreddyBB -- master bank account cracker from Abuja in Nigeria. He set up his prosaically entitled newsgroup, bankfrauds@yahoo.co.uk before arriving in Britain in 2005 to take a Masters in chemical engineering at Manchester University. He impressed in the private sector, developing chemical applications for the oil industry while simultaneously running a worldwide bank and credit card fraud operation that was worth millions until his arrest in 2008.
Adewale Taiwo, alias FeddyBB -- cracker akun bank ternama dari Abuja di Nigeria. Ia membuat milis yang bernama bankfrauds@yahoo.co.uk sebelum sampai di Inggris di tahun 2005 untuk mengambil Master dalam bidang teknik kimia di Manchester University. Ia membuat kagum sektor swasta, membuat aplikasi kimiawi untuk industri minyak sementara di saat yang sama menjalankan operasi penipuan bank dan kartu kredit bernilai jutaan dolar hingga ia ditangkap di tahun 2008.
And then finally, Cagatay Evyapan, aka Cha0 -- one of the most remarkable hackers ever, from Ankara in Turkey. He combined the tremendous skills of a geek with the suave social engineering skills of the master criminal. One of the smartest people I've ever met. He also had the most effective virtual private network security arrangement the police have ever encountered amongst global cybercriminals.
Akhirnya, Cagatay Evyapan, alias Cha0 -- salah satu peretas ternama, dari Ankara di Turki. Ia menggabungkan keahlian seorang ahli komputer dengan kemampuan rekayasa sosial yang mumpuni seorang kriminal. Salah seorang yang paling pintar yang pernah saya temui. Ia juga memiliki pengaturan keamanan Virtual Private Network yang paling efektif yang pernah ditemui oleh polisi di antara penjahat cyber dunia.
Now the important thing about all of these people is they share certain characteristics despite the fact that they come from very different environments. They are all people who learned their hacking skills in their early to mid-teens. They are all people who demonstrate advanced ability in maths and the sciences. Remember that, when they developed those hacking skills, their moral compass had not yet developed. And most of them, with the exception of SCRIPT and Cha0, they did not demonstrate any real social skills in the outside world -- only on the Web.
Yang paling penting mengenai orang ini adalah mereka memiliki karakter yang sama walaupun berasal dari lingkungan yang berbeda. mereka belajar kemampuan meretas saat remaja. Mereka adalah orang yang memiliki kemampuan yang tinggi di bidang matematika dan ilmu pengetahuan. Ingat, ketika mereka mengembangkan teknik meretas ini, moral mereka belum berkembang. Kebanyakan dari mereka, kecuali SCRIPT dan Cha0, mereka tidak menunjukkan kemampuan sosial di dunia luar -- hanya di Internet.
And the other thing is the high incidence of hackers like these who have characteristics which are consistent with Asperger's syndrome. Now I discussed this with Professor Simon Baron-Cohen who's the professor of developmental psychopathology at Cambridge. And he has done path-breaking work on autism and confirmed, also for the authorities here, that Gary McKinnon -- who is wanted by the United States for hacking into the Pentagon -- suffers from Asperger's and a secondary condition of depression. And Baron-Cohen explained that certain disabilities can manifest themselves in the hacking and computing world as tremendous skills, and that we should not be throwing in jail people who have such disabilities and skills because they have lost their way socially or been duped.
Hal lainnya adalah tingginya kejadian peretas seperti mereka yang memiliki karakter yang konsisten dengan sindrom Asperger. Saya telah membahas ini dengan Professor Simon Baron-Cohen seorang profesor psikopatologi perkembangan di Cambridge. Ia telah melakukan pendobrakan dalam penelitiannya di bidang autisme dan setuju, juga untuk pihak berwenang di sini, Gary McKinnon -- yang dicari oleh pemerintah Amerika Serikat karena meretas ke dalam Pentagon -- menderita penyakit Asperger dan berada di dalam kondisi tingkat kedua depresi. Baron-Cohen menerangkan kecacatan tertentu dapat dimanifestasikan ke dalam dunia retas-meretas dan komputer sebagai kemampuan yang tinggi, dan seharusnya kita tidak melempar mereka ke penjara para penderita kecacatan ini karena mereka tersesat dalam pergaulannya dan telah ditipu.
Now I think we're missing a trick here, because I don't think people like Max Vision should be in jail. And let me be blunt about this. In China, in Russia and in loads of other countries that are developing cyber-offensive capabilities, this is exactly what they are doing. They are recruiting hackers both before and after they become involved in criminal and industrial espionage activities -- are mobilizing them on behalf of the state. We need to engage and find ways of offering guidance to these young people, because they are a remarkable breed. And if we rely, as we do at the moment, solely on the criminal justice system and the threat of punitive sentences, we will be nurturing a monster we cannot tame.
Saya rasa kita kehilangan sesuatu, karena saya tidak yakin orang seperti Max Vision seharusnya dipenjara. Saya akan berterus terang. Di China, Russia dan negara-negara lainnya yang mengembangkan kemampuan serangan cyber, inilah yang mereka lakukan. Mereka mempekerjakan peretas sebelah dan setelah mereka terlibat dalam kegiatan kriminal dan spionase industri -- mempekerjakan mereka atas nama negara. Kita harus mencari cara untuk menawarkan bantuan bagi orang-orang muda ini, karena mereka adalah generasi unggul. Kalau kita bergantung pada sistem peradilan kriminal saja, dan ancaman hukuman penjara, seperti yang terjadi saat ini, kita akan menuai monster yang tidak akan dapat kita jinakkan.
Thank you very much for listening.
Terima kasih sudah mendengarkan saya.
(Applause)
(Tepuk Tangan)
Chris Anderson: So your idea worth spreading is hire hackers. How would someone get over that kind of fear that the hacker they hire might preserve that little teensy wormhole?
Chris Anderson: Jadi ide Anda adalah pekerjakan para peretas ini. Bagaimana seseorang dapat mengatasi rasa takut bahwa peretas yang mereka pekerjakan mungkin meninggalkan wormhole kecil?
MG: I think to an extent, you have to understand that it's axiomatic among hackers that they do that. They're just relentless and obsessive about what they do. But all of the people who I've spoken to who have fallen foul of the law, they have all said, "Please, please give us a chance to work in the legitimate industry. We just never knew how to get there, what we were doing. We want to work with you."
MG: Saya rasa, untuk tahap tertentu, Anda harus mengerti, itu adalah hal lumrah yang pasti dilakukan oleh para peretas. Mereka tidak pernah menyerah dan obsesif di dalam kegiatan mereka. Tapi dari semua orang yang saya ajak berbicara yang bersalah di mata hukum, berkata, "Berilah kami kesempatan untuk bekerja secara sah. Kami tidak tahu cara mencapainya, apa yang kami lakukan. Kami ingin bekerja dengan Anda."
Chris Anderson: Okay, well that makes sense. Thanks a lot Misha.
Chris Anderson: Baiklah, itu masuk akal. Terima kasih, Misha.
(Applause)
(Tepuk Tangan).