David Biello: It's now my great honor and privilege to introduce Dr. Georges Benjamin, who's the executive director of the American Public Health Association, who has a long and distinguished career, both as a medical professional and as a public health professional. Please give a warm welcome to Dr. Georges Benjamin.
David Biello: Suatu kehormatan dan keistimewaan bagi saya untuk memperkenalkan Dr. Georges Benjamin, Direktur Eksekutif dari American Public Health Association, yang telah lama berkarier mulia baik sebagai tenaga medis maupun tenaga kesehatan masyarakat profesional. Mari sambut dengan hangat Dr. Georges Benjamin.
Georges Benjamin: Hey, David, how are you?
Georges Benjamin: Hai David, apa kabar?
DB: I am good, how are you, Dr. Benjamin?
DB: Baik, bagaimana dengan Anda, Dr. Benjamin?
GB: I'm here. (Laughs)
GB: Saya ada di sini. (Tertawa)
DB: Hanging in there. Good.
DB: Tetap bertahan. Bagus.
GB: Hanging in.
GB: Tetap bertahan.
DB: We know that the theme of the moment is reopening, I would say. We just heard one possibility for that, but obviously, a lot of countries have already reopened in one form or another, and I believe, as of today, all 50 states here in the US have reopened in one form or another. How do we do that smartly, how do we do that safely?
DB: Tema kita saat ini adalah pembukaan kembali kegiatan ekonomi. Kita tahu ada kemungkinan untuk itu tetapi jelas banyak negara sudah melakukannya dalam berbagai bentuk dan saya rasa, per hari ini, seluruh 50 negara bagian di AS juga telah mulai berkegiatan secara bertahap. Bagaimana cara melakukannnya dengan cerdas dan aman?
GB: Yeah, we really do need to reopen safely and carefully, and it means that we have not got to forget these public health measures that really brought down the curve to begin with. And that means thing such as covering up your nose and mouth when you cough or sneeze, wearing a mask, washing your hands, physically distancing yourself to the extent possible from others. Thinking about everything we do, you know, before we go to work in the morning, while we're at work. And being as careful as many of us have been in the last two months, as we go into the next three months, because this thing is not over.
GB: Kita benar-benar perlu memulai kembali dengan aman dan hati-hati, dan itu artinya kita tak boleh melupakan protokol kesehatan masyarakat yang sejak awal terbukti berhasil melandaikan kurva. Itu artinya hal-hal seperti: menutup hidung dan mulut saat bersin, menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak fisik dengan orang lain. Merenungkan dengan baik tindakan kita sebelum berangkat kerja tiap pagi, saat di tempat kerja, dan tetap berhati-hati seperti yang telah dilakukan selama dua bulan terakhir, untuk tiga bulan berikutnya, karena ini belum berakhir.
DB: Right. There is the chance of more waves, as Uri [Alon] mentioned. It seems like it's kind of incumbent on all of us then to take public health as kind of a second job. Is that right?
DB: Betul. Ada peluang terjadinya gelombang kedua, seperti yang dikatakan Uri [Alon]. Sepertinya sudah menjadi kewajiban kita semua untuk menjadikan kesehatan masyarakat sebagai semacam pekerjaan kedua. Apa itu betul?
GB: You know, I've been arguing a lot that now that everybody really knows what public health is, that everybody should always recognize that their second job is public health, whether you're picking up the garbage or working in a grocery store, or you are a bus driver, or you're, you know, like me, doing public health, a physician or a nurse, everybody needs to put the public health mantle into what they do each and every day.
GB: Saya sering sekali berdebat bahwa sekarang, saat semua orang paham tentang kesehatan masyarakat, semua harus selalu sadar bahwa pekerjaan kedua mereka adalah kesehatan masyarakat, baik pemungut sampah, pekerja di toko kelontong, supir bus, atau seperti saya, bekerja di bidang kesehatan masyarakat, dokter atau perawat, semua orang wajib menerapkan protokol kesehatan masyarakat dalam setiap kegiatan mereka.
DB: What do you think -- So we're all public health professionals now, what do you think the new normal we might expect, as countries reopen? What is that going to look like, or what do you hope that looks like, as a public health professional?
DB: Menurut Anda -- jadi sekarang kita semua ahli kesehatan masyarakat, menurut Anda seperti apa kenormalan baru nanti, saat berbagai negara kembali dibuka? Seperti apa nantinya, atau apa yang Anda, seorang ahli kesehatan masyarakat, harapkan terjadi?
GB: If I could wave a magic wand, I would clearly recognize that people are going to be doing a lot more of the public health things, in terms of handwashing and thinking about what they do around safety when they go out in public. You know, it was not too long ago when you got in your car and you didn't put your seat belt on. Today we do it, and we don't think anything about it. Most of us don't smoke, because we know that that's bad for us. Most of us look both ways before we cross a street. Most of us, you know, do things in our house, that are -- fix trip hazards. So as we go forward with this outbreak, I'm hoping that people will pay a lot more attention to things that can cause us to get an infection. So you know, cleaning things, disinfecting things. More importantly, not coming to work if you're sick. I'm hoping that employers will put in paid sick leave for everybody, so people can stay home. Yeah, it’s an additional cost, but I can tell you that we've now learned that the cost of not doing something like that is billions and billions and billions of dollars. Paid sick leave is pretty cheap when you do that.
GB: Seandainya itu semudah mengayunkan tongkat ajaib, saya jelas menginginkan orang-orang untuk melakukan lebih banyak lagi upaya kesehatan masyarakat, seperti mencuci tangan dan memikirkan keamanan saat pergi ke keramaian. Tak berapa lama lalu, Anda tak mengenakan sabuk pengaman saat berkendara Sekarang kita otomatis melakukannya. Sebagian besar orang tidak merokok, karena kita tahu itu tidak baik untuk kesehatan. Sebagian besar orang melihat ke kedua arah saat menyeberang jalan. Sebagian besar orang melakukan penyesuaian di rumah mereka agar tidak tersandung. Sehingga seiring dengan berjalannya waktu, saya berharap masyarakat akan lebih memperhatikan hal-hal yang dapat membuat kita terinfeksi. Membersihkan dan disinfeksi benda-benda. Dan yang lebih penting lagi, tidak masuk kerja saat sedang sakit. Saya berharap pemberi kerja memberi cuti sakit untuk beristirahat di rumah. Memang ada biaya tambahan, tetapi kita telah belajar bahwa biaya yang timbul akibat tidak melakukan hal ini bermiliar-miliar dollar lebih banyak. Cuti sakit berbayar sebenarnya biaya yang tak seberapa.
DB: Yeah, we are, I think, envious in the United States of all the countries that perhaps have a more all-encompassing health care system than we do. Would you agree that masks are kind of the symbol of adopting that "public health professional as a second job" mindset?
Kita di Amerika Serikat agak cemburu pada negara lain yang mungkin memiliki sistem kesehatan yang lebih menyeluruh. Setujukah Anda bahwa masker menjadi semacam simbol penerimaan pola pikir "kesehatan masyarakat sebagai pekerjaan kedua Anda"?
GB: Well, you know, it's funny. Our colleagues in Asia have had a mask -- wearing masks as a culture for many, many years. And you know, we've always kind of chuckled at that. When I went overseas, I would always kind of chuckle when I saw people wearing masks. And of course, when this first started, you know, we only promoted masks for people that were infected or of course, health care workers, who we thought were in a higher-risk environment. But I think that wearing masks is probably going to be part of our culture. We've already seen it probably will not be part of our beach culture, although it probably should be for now. But I do think that we're going to see more and more people wearing masks in a variety of settings. And I think that makes sense.
GB: Sebenarnya, cukup lucu. Kolega kami di Asia memakai masker-- menggunakan masker sebagai bagian dari budaya selama bertahun-tahun. Kami selalu menertawakannya. Ketika saya ke luar negeri, saya hampir selalu tertawa saat melihat orang memakai masker. Dan saat pandemi dimulai, kami hanya menyarankan penggunaan masker untuk orang yang terinfeksi atau tenaga kesehatan, yang menurut kami berada di lingkungan yang lebih berisiko. Namun saya pikir penggunaan masker kemungkinan akan menjadi bagian dari budaya kita. Kita sudah tahu itu tak mungkin menjadi budaya ke pantai, meskipun saat ini seharusnya begitu. Saya merasa kita akan lebih banyak melihat orang menggunakan masker dalam berbagai kesempatan. Saya rasa itu masuk akal.
DB: Yeah, wear your mask to show that you care about others. And that you have this, kind of, public health spirit. So speaking of Asia, who has done well? Looking around the world, you've been doing this for a while and communicated with your peers, who has done well and what can we learn from those good examples?
DB: Anda menggunakan masker untuk menunjukkan Anda peduli, dan memiliki semangat kesehatan masyarakat. Berbicara tentang Asia, siapa yang telah bertindak dengan baik? Anda telah melakukan ini selama beberapa lama dan berkomunikasi dengan rekan Anda yang telah bertindak benar dan apa yang bisa kita pelajari dari contoh-contoh baik ini?
GB: Yeah, South Korea in many ways is the role model. You know, China actually, at the end of the day, did reasonably well. But the secret to all of those countries that have had less morbidity and mortality than we have, is they did lots of testing very early on, they did contact tracing and isolation and quarantine, which by the way, is the bedrock of public health practice. They did it early, they did a lot of it, and by the way, even though they're reopening their society, and they're beginning to see episodic surges, they then go back to those basic public health practices of testing, isolation, contact tracing and transparency to the public when they can, because it's important for the public to understand how many cases there are, where the disease is, if you're going to get compliance from the public.
GB: Korea Selatan menjadi teladan dalam banyak hal. China, pada akhirnya, bertindak sangat baik. Namun rahasia dari semua negara yang memiliki morbiditas dan mortalitas lebih sedikit dari kita adalah melakukan banyak pengujian di awal pandemi, melakukan pelacakan kontak, isolasi, dan karantina, yang semuanya merupakan landasan praktik kesehatan masyarakat. Mereka melakukan itu semua sejak dini dan ke banyak orang, dan meski pun mereka memulai kembali kegiatan normal dan kembali mengalami gelombang kedua dari waktu ke waktu, mereka tetap menerapkan prinsip dasar pengujian, isolasi, pelacakan kontak dan transparansi publik sebisa mungkin, karena penting bagi masyakarat untuk mengetahui jumlah kasus serta lokasi penyakit jika Anda menginginkan kepatuhan masyarakat.
DB: So testing, contact tracing and isolation. That doesn't seem like rocket science, to use that old cliché. Why has that been hard for some countries to implement? What's holding us back, is it electronic medical records, is it some fancy doodad, or is it just maybe overconfidence, based on maybe the public health successes of the last 100 years?
DB: Jadi ada pengujian, pelacakan kontak, dan isolasi. Sepertinya tak terlalu sulit. Mengapa beberapa negara kesulitan mengimplementasikannya? Apa yang menahan kita, apakah rekam medis elektronik, atau peralatan canggih, atau hanya kepercayaan diri yang berlebihan, akibat keberhasilan kesehatan masyarakat selama 100 tahun terakhir?
GB: You know, we are very much a pill society. We think there's a pill for everything. If we can't give you a pill for it, then we can give you surgery and fix it. You know, prevention works. And we have totally underinvested in prevention. We've totally underinvested in a strong, robust public health system. If you look at the fact that in the America today, you can very easily know what's coming off the shelf of a grocery store, Amazon knows everything there is to know about you, but your doctor does not have the same tools. At three o'clock in the morning, it's still very difficult to get a hold of your electrocardiogram, or your medical record, or your list of allergies if you can't tell the practitioner what you have. And we just haven't invested in robust systems. One of the interesting things about this outbreak is that it has created an environment in which we're now dependent on telemedicine, which has been around for several years, but we weren't quite into it. But now, it's probably going to be the new standard.
GB: Kita ini generasi obat. Kita menyangka ada obat untuk segala penyakit. Jika tidak ada obat, kita lakukan operasi untuk menyembuhkannya. Padahal pencegahan juga bermanfaat. Kita sangat kurang berinvestasi pada upaya-upaya pencegahan. Kita sangat kurang berinvestasi pada sistem kesehatan yang kuat dan kokoh. Faktanya di Amerika Serikat saat ini Anda bisa mengetahui dengan mudah apa yang laku terjual di toko kelontong, Amazon tahu semua tentang Anda, tetapi dokter Anda tidak memiliki teknologi yang sama. Pada jam tiga dini hari, masih sangat sulit mendapatkan data elektrokardiogram, rekam medis, atau riwayat alergi Anda saat Anda tak bisa memberi tahu dokter Anda. Kita bahkan belum berinvestasi membangun sistem yang kokoh. Salah satu hal menarik dari wabah ini adalah kemampuannya menciptakan lingkungan di mana kita menjadi tergantung pada pengobatan jarak jauh, yang sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun silam, tetapi kita tak terlalu menyukainya. Namun sekarang, kemungkinan itu akan menjadi standar baru.
DB: But it also seems -- So, obviously, those countries with an incredibly robust health care system, like Taiwan, have done well, but it seems like even countries that perhaps would be considered to have a less robust health care system, like a Ghana in Africa, have actually done well. What has been the, I guess, the secret sauce for those kinds of countries?
DB: Sudah jelas bahwa negara dengan sistem kesehatan yang kuat, seperti Taiwan, cukup berhasil, tetapi negara-negara yang diperkirakan memiliki sistem kesehatan yang tak terlalu kuat seperti Ghana di Afrika, juga cukup berhasil. Apa yang menjadi rahasia negara-negara tersebut?
GB: Yeah, it's still pretty early in some of their exposures, and hopefully, they might not have a wave that comes later, that's still a possibility, but at the end of the day, I think, to the extent you have done good, sound public health practices, all of the countries that have done well have implemented that. Now we're a big country, we're a complex country. And yes, we didn't get the testing right to begin with. But we should not repeat the mistakes that we had over the last three months, because we've still got several months to go. And now that we know what we did wrong, I'm encouraging us to do it right the next time.
GB: Eksposur di negara tersebut mungkin masih terlalu dini dan semoga mereka tidak mengalami gelombang wabah di kemudian hari, itu bisa saja terjadi, tetapi pada akhirnya, dalam hal telah berupaya mempraktikkan kesehatan masyarakat yang bisa diandalkan, semua negara yang berhasil telah menerapkannya. Kita sendiri adalah negara besar yang rumit. Dan memang, kita tak segera melakukan pengujian di awal kejadian ini. Namun kita seharusnya tak mengulang kesalahan yang sama, karena masih ada beberapa bulan lagi yang harus dilalui. Sekarang kita sudah tahu apa yang salah, saya mengimbau agar selanjutnya kita melakukan hal yang benar.
DB: That seems smart.
DB: Itu cerdik.
GB: And the next time is tomorrow.
GB: Dan saat berikutnya itu dimulai esok.
DB: That's right. It's already started. I mean, it almost seems to me, if I can use this metaphor, that some of these countries already had the, kind of, antibodies in their system, because they had experience with maybe Ebola or the first SARS. Is that the key, previous exposure to these kind of public health crises?
DB: Betul. Ini sudah dimulai. Bagi saya pribadi, ibarat kata, beberapa negara ini telah memiliki semacam antibodi dalam tubuh mereka, karena sebelumnya telah mengalami Ebola atau SARS yang pertama. Apakah itu jawabannya, yaitu eksposur sebelumnya, untuk krisis kesehatan masyarakat seperti ini?
GB: Well, this is a very different virus. And while there may be some early evidence that MERS and SARS one, we may have some early protection from that, there's some early, early studies looking at that, that's not the solution. The secret sauce here is good, solid public health practice. That's the secret sauce here. We should not be looking for anything, any mysticism, or anyone to come save us with a special pill. This is all about good, solid public health practice, because, by the way, look, this one was a bad one, but it's not the last one. And so we need to prepare for the next really big one. We think this one was bad, imagine what would have happened had Ebola been aerosolized, or MERS had been aerosolized. You know, pick a TV movie. Even though this was a bad one, we still dodged a really, really bad one this time.
GB: Ini virus yang sangat berbeda. Meskipun ada bukti awal bahwa eksposur terhadap MERS dan SARS pertama membentuk semacam proteksi terhadap virus ini, baru dilakukan studi atas hal tersebut, itu bukan solusi. Rahasia keberhasilannya adalah praktik kesehatan masyarakat yang baik dan solid. Itu rahasianya. Kita seharusnya tidak mencari hal mistis macam apa pun atau siapa pun untuk menyelamatkan kita dengan obat ajaib. Hanya praktik kesehatan masyarakat yang baik dan solid, karena asal Anda tahu, wabah ini memang mengerikan, namun ini bukan yang terakhir. Jadi kita harus bersiap untuk wabah besar berikutnya. Kita pikir wabah ini mengerikan, bayangkan apa yang terjadi jika Ebola atau MERS menyebar lewat udara. Silakan Anda pilih sebuah film. Meskipun wabah kali ini sangat parah, kali ini kita masih bisa mengelak.
DB: Yeah, Middle East Respiratory Syndrome is no joke, and we should be thankful that it doesn't spread more easily, like SARS-CoV. Is this, though -- So all these diseases are zoonotic, that means they jumped to us from the animals that are out there. Obviously, humanity is kind of encroaching on nature in an ever more, kind of, urgent way, whether that's climate change or going into the forests, what have you. Is this just the new normal, like, we should expect pandemics every so often?
DB: Ya, Middle East Respiratory Syndrome bukan lelucon, dan kita harus bersyukur penularannya tak semudah SARS-CoV. Meskipun begitu -- semua penyakit ini zoonosis, artinya berpindah dari hewan ke manusia. Jelas kehidupan manusia telah mengganggu keseimbangan alam dengan lebih serius dan mendesak, baik itu akibat perubahan iklim maupun pembukaan hutan. Apakah ini hanya kenormalan baru, sehingga kita harus setiap saat siap menghadapi pandemi?
GB: Well, they do come periodically, so this is not, you know, the first pandemic, right? We've had several, 100 years ago, the 1918 influenza, SARS was a significant infection, even though it didn't get this bad, SARS one. And we had the avian flu, which was a challenge, and the swine flu. We had Zika. So no, we've had several new disease outbreaks. These emerging diseases happen a lot, and in many ways, we've been fortunate that we have been able to identify them early and contain them. But we're now in an environment where people can, by the way, make some of these things up. Now, this one did not happen, as best we can tell, it's not man-made. It did not probably come out of a leak in the lab. But we know that, when I was in school, to grow a bug, you had to be pretty sophisticated. That's not the case today. And we need to protect ourselves from both naturally occurring infections and from those that are created by humans.
GB: Pandemi memang muncul secara berkala, jadi ini bukan pandemi pertama. Kita sudah beberapa kali mengalaminya, sekitar 100 tahun yang lalu, yaitu wabah flu tahun 1918. SARS juga infeksi yang signifikan, meskipun SARS yang pertama tak seburuk wabah kali ini. Kita juga pernah mengalami flu burung, yang sangat menantang, dan flu babi. Kita punya virus Zika. Jadi kita sudah mengalami beberapa wabah penyakit baru. Penyakit-penyakit baru ini sering terjadi, dan kita cukup beruntung karena dapat mengenalinya sejak awal dan meredamnya. Namun saat ini kita berada dalam suatu lingkungan di mana orang bisa mengada-ada. Sejauh yang kita ketahui, virus yang ada saat ini bukanlah buatan manusia. Virus ini tidak berasal dari kebocoran di laboratorium. Namun kita semua tahu, untuk menciptakan gangguan, Anda harus sangat canggih. Bukan itu masalahnya sekarang. Kita perlu melindungi diri dari infeksi, baik yang terjadi secara alami maupun yang muncul akibat ulah manusia.
DB: Plus we have other, kind of, threat multipliers, like climate change, that make pandemics like this that much worse.
DB: Ditambah lagi kita dihantui berbagai ancaman, seperti perubahan iklim, yang membuat pandemi menjadi jauh lebih buruk.
GB: You know, I was saying climate change was the greatest threat human survival before this one. But this is rivaling climate change. But let me tell you, the big challenge we have now is that we have a pandemic, which we have still not contained, as we enter hurricane season, and we have climate change, which is exacerbating the ferocity of the hurricanes that we're having. So, you know, we're in for an interesting summer.
GB: Dulu saya menganggap perubahan iklim sebagai ancaman terbesar kelangsungan hidup manusia sebelum virus ini muncul. Namun ini saingannya perubahan iklim. Tetapi begini, tantangan besar kita saat ini adalah adanya pandemi, yang belum berhasil dikendalikan saat akan memasuki musim puting beliung, dan adanya perubahan iklim, yang memperburuk keganasan puting beliung yang akan datang. Ini akan jadi musim panas yang menarik.
DB: And here's Chris with, I think, a question from our audience.
DB: Sekarang ada Chris, dengan pertanyaan dari pemirsa.
Chris Anderson: Many questions, actually. People are very interested in what you're saying, Georges. Here we go, here's the first one from Jim Young: "How do we deal with people who don't believe this is serious?"
Chris Anderson: Banyak sekali pertanyaan. Orang-orang sangat tertarik dengan apa yang Anda sampaikan, Georges. Yang pertama, dari Jim Young: "Bagaimana cara menghadapi orang yang tidak percaya ini hal yang serius?"
GB: You know, you just have to continue to communicate the truth to folks. One of the things about this particular disease is that it does not spare anyone. It does not recognize political parties, it does not recognize geography, and we had lots of people, particularly in rural communities, that were not seeing it, because it had not yet come to them, and they didn't believe it was real. And now many of those communities are being ravaged by this disease. And so we just have to -- You know, it's not appropriate to say "I told you so." It is appropriate to say, "Look, now that you see it, come on board and help us resolve these problems." But this is something that's going to be around for a while. And if it becomes endemic, meaning that it occurs all the time at some low level, everyone is going to have this experience.
GB: Anda harus tetap menyampaikan kebenaran pada orang-orang. Satu hal yang pasti tentang penyakit ini, ia tak pandang bulu. Ia tak memandang partai politik, ia tak pandang lokasi, dan ada banyak orang, terutama masyarakat di pedesaan yang belum melihat langsung, sehingga mereka tak yakin ini nyata. Dan sekarang banyak masyarakat di sana sedang digerogoti oleh penyakit ini. Jadi kita harus -- rasanya kurang pantas berkata "sudah kubilang". Lebih pantas mengatakan "Sekarang Anda sudah lihat sendiri, mari bersatu untuk menyelesaikan masalah ini." Namun virus ini masih akan ada untuk waktu yang lama. Dan jika menjadi endemi, yaitu terjadi sepanjang waktu dengan tingkat yang ringan, semua orang akan mengalaminya.
CA: Thank you. Here is one from Robert Perkowitz. "We seem to have been ignoring and underfunding public health, and we were unprepared for this virus." Look if the question is going to pop up there, I think it should, by some magic. "What should our priorities be now to prepare for the next public health crisis?"
CA: Terima kasih. Ini pertanyaan dari Robert Perkowitz. "Nampaknya kita telah mengabaikan dan kekurangan dana kesehatan masyarakat dan tak siap menghadapi virus ini." Mari kita lihat apakah pertanyaannya akan muncul, harusnya muncul. "Apa yang seharusnya menjadi prioritas kita sekarang untuk persiapan menghadapi krisis kesehatan masyarakat selanjutnya?"
GB: Well, we now need to make sure that we've put in the funding, resources, training, staffing on the table. And by the way, our next public health crisis is not 10 years from now, it's not 20 years from now, it's the potential co-occurrence of influenza, which we know is going to happen this fall, because it comes every year, with either continued COVID or a spike in COVID. And we're going to have a disease process which presents very much the same, and we're going to have to differentiate COVID from influenza. Because we have a vaccine for influenza, we don't yet have a vaccine for COVID. We hope to have one in about a year. But that still remains to be seen.
GB: Memastikan bahwa kita menyediakan dana untuk sumber daya, pelatihan, dan kepegawaian. Krisis kesehatan kita selanjutnya bukan 10 atau 20 tahun dari sekarang, tetapi saat ada potensi kembalinya influenza, yang akan terjadi di musim gugur ini karena influenza muncul setiap tahun, yang akan mengakibatkan COVID berlanjut, atau peningkatan jumlah pengidap COVID. Dan kita akan mengalami proses penyakit yang kurang lebih sama, serta harus memisahkan COVID dari influenza. Karena kita punya vaksin untuk influenza, namun tidak untuk COVID. Kita berharap bisa memilikinya dalam satu tahun ke depan. Namun itu belum dapat dipastikan.
DB: So get your flu shots.
DB: Jadi segera lakukan vaksinasi flu.
CA: Yeah. Indeed, in fact, David Collins asked exactly that question. "What is the likelihood of a vaccine before the next wave?"
CA: Ya. Hal yang persis sama ditanyakan oleh David Collins. "Adakah kemungkinan vaksin tersedia sebelum gelombang wabah berikutnya?"
GB: Well you know, the fastest vaccine that we've ever developed was measles, and that took four years. Now, a lot of things are different, right? We have started on a SARS-one vaccine. So it had gone to a lot of animal trials, it had gone to some very, very early human trials. As you know, we just got some announcement that at least it does seem to work in monkeys, in rhesus monkeys, and there's some evidence that at least it may be efficacious and safe in a very, very small number of people. When I say very, very small number of people, handful of people. So now it's got to go to phase two and phase three trials. So, yeah, [David] held up two hands, so yeah, yeah, it's a small number of people. What that tells you is either that those folks were very lucky, or it works. And we won't know until we put this into the arms of thousands of people.
GB: Vaksin yang paling cepat dikembangkan adalah vaksin campak, dan itu butuh waktu empat tahun. Namun sekarang zaman berubah. Kita sedang mengembangkan vaksin SARS yang pertama, yang telah melewati serangkaian pengujian pada hewan, dan pengujian pada manusia pada tahap yang masih sangat dini. Kami juga baru mendapat kabar bahwa vaksin tersebut bekerja pada kera, dan terdapat bukti bahwa setidaknya vaksin ini aman dan berkhasiat untuk sejumlah orang. Saat saya mengatakan sejumlah orang, itu hitungan jari. Sekarang sudah memasuki pengujian tahap dua dan tiga. Ya, saya harusnya mengangkat kedua tangan. Jadi memang jumlahnya hanya sedikit. Hal ini artinya orang-orang tersebut sangat beruntung, atau vaksinnya bekerja. Kita belum akan tahu sampai saat vaksin ini disuntikkan ke ribuan orang.
CA: Here's an important question from a TED Fellow. "How do we actually train people about what public health means? Especially in the context of folks who don't believe they have a responsibility to 'the public?'"
CA: Ini pertanyaan penting dari seorang TED Fellow. "Bagaimana mendidik orang tentang kesehatan publik? Terutama dalam konteks orang-orang yang tidak merasa memiliki tanggung jawab pada "masyarakat"?
GB: Well, you know, I remind folks that when public health does its best job, nothing happens. And of course, when nothing happens, we don't get credit for it. So the reason that everyone in this country does not have to get up every morning and boil their own water is because of public health. The reason that, if you get into a car accident, you know, get into an automobile collision, and you wear your seat belt, and you have airbags, and you're not killed from that automobile collision, is because of public health. The reason that the air is safe to breathe, the food is safe to eat, is because of public health. The reason that your kids are not in clothing that ignites is because we have fire-retardant clothing. And that is a requirement. The reason that you don't trip walking down the stairs is because we've actually looked at how to build the stair so that people don't trip when they go up or down it. That's actually a public health intervention. So the built environment, medicines, all those kinds of things, vaccines, those are all public health, and that's why public health is there, and you may not believe that it's that important, but we couldn't live without it.
GB: Saya mengingatkan orang-orang bahwa saat kesehatan masyarakat berhasil, tidak ada yang terjadi. Dan tentu saja saat tidak ada yang terjadi, kami tidak mendapat pujian. Alasan semua orang di negara ini tidak perlu bangun subuh untuk mendidihkan air sendiri adalah kesehatan publik. Alasan bahwa saat Anda terlibat kecelakaan, tabrakan mobil, Anda menggunakan sabuk pengaman, dan ada kantong udara, dan Anda tidak kehilangan nyawa dalam tabrakan tersebut, adalah karena kesehatan masyarakat. Alasan bahwa udara aman untuk dihirup, makanan aman untuk dimakan, adalah kesehatan masyarakat. Alasan anak Anda tidak memakai pakaian yang mudah terbakar adalah karena kita memiliki aturan pakaian tahan api. Dan itu wajib dipenuhi. Alasan Anda tidak tersungkur saat turun tangga adalah karena kami mengawasi cara membangun tangga agar orang-orang tidak tersandung saat naik atau turun tangga. Hal-hal seperti itu adalah kesehatan masyarakat. Lingkungan terbangun, obat-obatan, vaksin, itu semua kesehatan masyarakat, dan itu sebabnya ada kesehatan masyarakat. Mungkin Anda tak percaya seberapa pentingnya kesehatan masyarakat, tetapi kita tak dapat hidup tanpanya.
CA: Maybe one day we can all envision a health care system in America that actually has some incentives that point towards public health. That would be very nice. David, I've got to just keep going with some of these questions, if it's OK, because they're pouring in. There's one here from Jacqueline Ashby. Important question for every parent. "What are your recommendations about sending children back to school?"
CA: Mungkin suatu hari kita semua bisa membayangkan sistem kesehatan di Amerika yang benar-benar memiliki insentif bagi kesehatan masyarakat. Itu akan sangat baik. David, saya akan meneruskan dengan beberapa pertanyaan lagi, karena ada banyak sekali yang masuk. Yang ini dari Jacqueline Ashby. Pertanyaan penting bagi semua orang tua. "Apa rekomendasi Anda tentang mulai bersekolah kembali?"
GB: Yeah, I'm struggling with this one, I've got three grandkids. And the good news is that my grandkids are more technically proficient than I am, and right now are getting their lessons remotely. I think it's going to be a challenge as we think about sending kids back to school. We're going to really need to know how infectious kids are and how well they do when they get infected. Now, right now, it seems, except for a very small number of children who get a very rare disease, that they tolerate this disease very well. But the central question is, how many of these germs will these kids bring back to you and to grandma and grandpa. So that's going to be important. And you know, trying to tell an eight-year-old not to interact with their friends, is a real challenge. By the way, trying to tell a 17-year-old not to interact with their friends is going to be a real challenge. So, we've got to properly educate these kids, we've got to figure out how we stagger their schedules. Uri's idea for the workforce might be an interesting concept for schools, because the idea is to try to decompress the number of kids in the classroom. By the way, if you get smaller class size, you get better education, anyway. So, we've got to have enough teachers, though. So that may be the rate limiting step.
GB: Saya juga bimbang untuk hal ini. Saya punya tiga orang cucu. Kabar baiknya mereka secara teknis lebih mahir daripada saya, dan bisa belajar dari jarak jauh. Saya rasa ingin akan jadi tantangan saat kita mulai membuka kembali sekolah. Kita harus mengetahui seberapa infeksius anak-anak dan bagaimana ketahanan tubuh mereka saat terinfeksi. Saat ini kelihatannya, selain sejumlah kecil anak yang memiliki penyakit langka, anak-anak dapat mengatasi penyakit ini dengan baik. Namun pertanyaannya adalah, berapa banyak kuman yang akan mereka bawa ke Anda atau para kakek dan nenek. Jadi ini penting. Lagi pula, memberi tahu anak usia 8 tahun untuk tidak berinteraksi dengan temannya itu sangat sulit. Memberitahu anak berusia 17 tahun untuk tidak berinteraksi dengan temannya, itu lebih sulit lagi. Jadi kita harus mendidik anak-anak dengan benar, lalu mencari tahu cara menggilir jadwal mereka. Ide Uri untuk para tenaga kerja bisa menjadi konsep yang menarik untuk diterapkan di sekolah, karena idenya adalah menekan jumlah anak di dalam kelas. Lagi pula, kegiatan belajar berlangsung lebih baik dalam kelas kecil. Meskipun begitu, jumlah guru harus mencukupi. Mungkin itu yang membatasi.
CA: Alright, last question here for now from [Steven] Petranek. Masks. Advice on masks -- I switched that off, here we go. Advice on masks seems to have shifted. "Would most Americans who live and work in cities be better off wearing masks to also help reduce the air pollution particles they encounter every day?"
CA: Baiklah, pertanyaan terakhir dari [Steven] Petranek. Masker. Anjuran tentang masker -- Maaf, saya tak sengaja mematikannya. Anjuran tentang masker sepertinya telah berubah. "Apakah warga Amerika yang tinggal dan bekerja di kota lebih baik memakai masker untuk membantu mengurangi partikel pencemaran udara yang dihirup setiap hari?"
GB: It may help some, absolutely. But let me tell you what I would prefer we stopped doing: burning fossil fuels. And doing all those terrible things that we are doing to destroy our climate. You know, everyone's talking about the fact that we've had this amazing reduction in CO2 because we're not driving cars. I've got to tell you, that is the best evidence that climate change is man-made. All those climate change skeptics who don't think climate change is man-made, we have just had a worldwide demonstration on what people do to create climate change. And so what we need to do is stop and move to a green economy.
GB: Tentu saja itu akan sangat membantu. Namun saya lebih suka jika kita menghentikan ini: menggunakan bahan bakar fosil. Dan melakukan semua hal buruk yang kita lakukan saat ini yang menghancurkan iklim. Semua orang berbicara tentang fakta bahwa kita telah berhasil dengan gemilang menurunkan kadar CO2 karena tidak berkendara. Saya harus sampaikan, itu adalah bukti terbaik bahwa perubahan iklim adalah buatan manusia. Orang yang meragukan perubahan iklim, yang tak percaya bahwa perubahan iklim itu buatan manusia, kita baru saja menyaksikan demonstrasi skala dunia tentang apa yang kita bisa capai untuk mewujudkan perubahan iklim. Jadi yang perlu kita lakukan adalah berhenti, dan bergeser ke ekonomi yang ramah lingkungan.
DB: Here, here.
DB: Setuju.
CA: Thank you so much for those, I'll dip back in at the end with maybe a couple more. Thank you for this.
CA: Terima kasih atas jawaban Anda, saya akan kembali di akhir sesi dengan beberapa pertanyaan. Terima kasih.
DB: So we're waving the flag for masks. But also, one of the things that has become clear from this is that COVID-19 is not the great leveler that maybe some had hoped it was. Some communities are experiencing much worse, significantly worse outcomes than others. Why is that?
DB: Jadi kita mendukung penggunaan masker. Akan tetapi, satu hal yang menjadi jelas akibat kejadian ini adalah COVID-19 bukan penyeimbang terbaik seperti yang diharapkan sebagian orang. Sebagian masyarakat terdampak lebih buruk jauh lebih buruk dari yang lain. Mengapa begitu?
GB: We're talking principally about the African American and Latino communities that seem to be disproportionately impacted if they get the disease. And it's because of exposure, primarily. Those populations have more public-facing jobs. So, you know, bus drivers, grocery clerks, working in long-term care facilities, nursing homes, in meatpacking facilities, chicken farms. So that's why they're much more -- going to be exposed to the disease. Susceptibility. Lots of chronic disease. So we know that particularly African Americans have disproportionate amounts of diabetes, heart disease, lung disease, and because of those chronic diseases, we found early on that that virus is more detrimental to those populations that have those diseases. And so that's the big issue here. That is what's causing those differentiations and it's really a challenge, because in many ways, those are many of the people that we have decided are essential employees and have to go to work.
GB: Pada prinsipnya kita berbicara tentang komunitas Afrika Amerika dan Amerika latin yang nampaknya terdampak lebih parah akibat penyakit ini. Utamanya hal ini disebabkan oleh tingkat eksposur. Populasi tersebut lebih banyak bekerja di hadapan publik, seperti supir bus, kasir toko swalayan, bekerja di fasilitas perawatan jangka panjang, panti jompo, fasilitas pengolahan daging, peternakan ayam. Jadi itu sebabnya mereka lebih -- mudah terkena penyakit. Kerentanan. Banyak penyakit kronis. Kita tahu warga Afrika Amerika pada khususnya banyak yang menderita diabetes, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru. Dan akibat penyakit kronis tersebut, kita tahu sejak awal bahwa virus lebih merugikan populasi yang memiliki penyakit-penyakit tersebut. Itu masalah besarnya. Itu yang menyebabkan terjadinya perbedaan dan menjadi tantangan, karena dalam banyak cara, mereka adalah sekian banyak orang yang kita golongkan sebagai tenaga kerja esensial dan harus pergi ke tempat kerja.
DB: That's right. So what is, in your view, the public health intervention to protect these essential workers, if you have ideas on that front?
DB: Itu betul. Menurut pandangan Anda, apa bentuk intervensi kesehatan masyarakat untuk melindungi tenaga kerja esensial ini, apakah ada ide untuk hal tersebut?
GB: I absolutely do. We started this by a testing strategy based on symptoms. And now that we have enough tests, we need to make sure that not only people get those tests for clinical reasons, and people who have symptoms, but also begin to prioritize people who are public-facing, who are essential workers. So, certainly people working in nursing homes, hospitals, etc., but bus drivers, security guards, grocery store clerks. They need to be tested, and they need to have testing with the periodicity that will secure them, their families, and give everyone the trust that they're not going to be infected and we're not going to infect them. People who work in meatpacking plants, as an example. And we've seen the real tragedy of what's going on in the meatpacking plants, because they are working in an environment where they're shoulder to shoulder. There are some other things they need to do in terms of figuring out how to give them physical distancing on the assembly line, that's going to be important. But again, Uri's idea is not a bad idea for this nation to consider, for many of those industries to think about.
GB: Tentu ada. Kita memulainya dengan sebuah strategi pengujian yang didasari gejala. Dan saat kita telah memiliki jumlah yang cukup, kita harus memastikan bahwa orang yang dites melakukannya karena alasan klinis dan orang yang memiliki gejala, tetapi juga mulai memprioritaskan orang yang melayani masyarakat, yang merupakan tenaga kerja esensial. Tentu saja orang yang bekerja di panti jompo, rumah sakit, dan sebagainya tetapi juga para supir bus, penjaga keamanan, dan kasir toko swalayan. Mereka perlu dites, dan dilakukan secara berkala untuk menjaga mereka dan keluarga dan memberi kepercayaan bagi semua orang bahwa mereka tidak akan terinfeksi dan kita tidak akan menginfeksi mereka. Orang yang bekerja di pabrik pengemasan daging, misalnya. Kita telah menyaksikan tragedi yang terjadi di pabrik pengemasan daging, karena mereka bekerja dalam lingkungan di mana mereka saling berdekatan. Ada hal lain yang juga harus mereka perhatikan dalam hal mencari cara untuk menjaga jarak fisik di jalur produksi, itu akan sangat penting. Namun demikian, gagasan Uri lumayan bagus untuk dipertimbangkan oleh negara ini, untuk dipikirkan oleh berbagai industri.
DB: Yeah, we have to make sure that these truly are folks who are treated as essential workers, not sacrificial workers, it seems to me. And obviously, this is not just confined to the US.
DB: Ya, kita harus memastikan bahwa mereka diperlakukan sebagai tenaga esensial, bukan tenaga kerja yang dikorbankan. Dan tentu saja, ini tidak terbatas untuk di AS saja.
GB: Oh, absolutely. We're seeing these disparities not just in the United States, but in other countries as well. And they have a lot to do with race and class and the types of jobs that you do, the occupations that you do. And quite frankly, we should have thought about this when we saw the first data that showed that in China people with chronic diseases were much more at risk and had worse health outcomes. We would have sped up our actions right away, because, look, that's happened with every new disease that's come into the country.
GB: Tentu saja. Kami melihat kesenjangan ini tak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi di negara lain juga. Dan sangat erat kaitannya dengan ras, kelas sosial, dan jenis pekerjaan seseorang, mata pencaharian seseorang. Sejujurnya, seharusnya kita sudah memikirkan ini saat pertama kali melihat data yang diperlihatkan di Cina, orang dengan penyakit kronis lebih berisiko dan dampaknya bagi kesehatan mereka lebih buruk. Seharusnya kita mempercepat tindakan sesegera mungkin karena itu yang terjadi pada setiap penyakit baru yang menyerang suatu negara.
DB: So it seems like a lot of this goes back to that potential -- it's not an oxymoron, public health is everybody's job, and we need to adopt that. What does, in your view, a robust public health infrastructure look like? What would that look like?
DB: Jadi kelihatannya ini semua bermuara kembali pada potensi -- ini bukan kontradiksi, kesehatan masyarakat adalah pekerjaan semua orang, dan kita perlu menerapkan itu. Dari sudut pandang Anda, seperti apa infrastruktur kesehatan masyarakat yang kokoh itu? Seperti apa bentuknya?
GB: Well, you know, anytime a new health threat enters our community, we ought to be able to rapidly identify it, contain it, and if we can mitigate it, for sure, and eliminate it if possible, and then put in all the protective measures that we had before. So that means having a well-staffed, well-trained governmental public health entity, just like we have for police, fire, EMS. It means that they've got to be well-paid, it means that they've got to be well-resourced. You know, we still have some of our contact tracers out there using pen and pads. And sending things to Excel Spreadsheets. No, we need the same kind of robust technology that the folks at, you know, any of the online retailers are using, whether it's Amazon, etc. We're still looking at data that's two years in the rear to make data-driven decisions. We need to be able to make immediate decisions. By the way, Taiwan, you mentioned them earlier, I remember being in Taiwan watching data come from infectious diseases, real time, from their electronic medical record system. So, you know, we can do this, the technology exists.
GB: Anda tahulah, setiap ada ancaman baru dalam komunitas kita, kita harus dapat mengidentifikasinya dengan cepat, meredamnya, dan jika kita bisa memitigasi serta mengeliminasinya jika mungkin, kemudian menerapkan semua langkah pencegahan yang telah dilakukan sebelumnya. Itu artinya memiliki entitas kesehatan masyarakat milik pemerintah yang terlatih dan dikelola dengan baik, seperti kepolisian, pemadam kebakaran, dan layanan gawat darurat. Itu artinya yang bekerja di bidang tersebut harus digaji dengan baik, dan itu artinya mereka harus memiliki sumber daya yang baik. Saat ini kita masih memiliki pelacak kontak yang bekerja menggunakan pena dan kertas. Dan mengirimkan hasil menggunakan Excel <i>spreadsheet</i>. Kita butuh teknologi yang serupa dengan yang dipakai orang-orang di peritel daring seperti Amazon, dan sebagainya. Kita masih melihat data dua tahun ke belakang untuk menghasilkan keputusan berdasarkan data. Kita harus bisa membuat keputusan dengan segera. Omong-omong, Taiwan, Anda menyebutkannya di awal, saya ingat berada di Taiwan, melihat data penyakit menular diakses berdasarkan waktu nyata dari sistem rekam medis elektronik mereka. Jadi sebenarnya kita bisa melakukan ini, teknologinya ada.
DB: Imagine that. Wow, real time health information, what a difference that would make. Do you think that technology can help us here, whether that's the Google-Apple collaboration or whatever else?
DB: Bayangkan itu. Wow, informasi kesehatan dalam waktu nyata, itu akan membuat perbedaan besar. Menurut Anda apakah teknologi dapat menolong kita, seperti kolaborasi Google-Apple atau yang lainnya?
GB: Technology can help us, but it's not going to replace us. We're nowhere near where we can sit back and have our electronic avatar do our work for us. But the technology can outstrip our work. It can give us situational awareness. It can give us real time information. It allows us to send information from point A to point B for data analysis. It allows us to do second thinking, so we're doing all this modeling, it allows others to check our numbers right away. So it could speed up research. But we have to invest in it, and we have to continue it, because obsolescence is always the evil part of technology.
GB: Teknologi dapat membantu kita, tetapi tidak akan menggantikan kita. Kita masih jauh dari duduk manis dan membiarkan avatar elektronik mengerjakan pekerjaan kita. Namun teknologi dapat mempermudah. Teknologi dapat membangkitkan kewaspadaan kita, memberi informasi waktu nyata, mengirim informasi dari titik A ke B untuk analisis data. Teknologi memberi kita waktu untuk berpikir ulang, sehingga kita membuat berbagai pemodelan yang memungkinkan orang lain untuk memeriksa angka yang kita masukkan. Jadi teknologi dapat mempercepat penelitian. Namun kita harus berinvestasi dan kita harus terus melakukannya karena keusangan adalah musuh teknologi.
DB: And it looks like Chris is back with more questions.
DB: Sepertinya Chris sudah kembali dengan beberapa pertanyaan.
CA: Yeah, I guess we're getting close to the end, but the questions keep coming in. There's one here from Neelay Bhatt. "What role do you see parks, trails and open space play in assisting larger public health goals?"
CA: Ya, kita sudah hampir selesai, tetapi pertanyaan terus berdatangan. Yang satu ini dari Neelay Bhatt. "Apa peranan dari taman, jalur setapak, dan ruang bermain terbuka dalam membantu pencapaian tujuan kesehatan masyarakat yang lebih luas?
GB: You know, green space is absolutely essential, and the ability to get out and walk and exercise, having sidewalks, so that you can have communities that are walkable, bikeable and green for utilization of all ages, it's good for our mental health, it's good for our physical health. And I always tell folks, you know, it's a great place to go when someone's gotten on your last nerve.
GB: Ruang terbuka hijau itu tentu penting sekali dan tersedianya kemudahan untuk keluar dan berolahraga, tersedianya jalur pedestrian yang dapat digunakan untuk berjalan kaki, bersepeda, dan juga hijau, yang bisa digunakan oleh semua usia. Ini bagus untuk kesehatan fisik dan mental kita. Dan saya selalu bilang ke orang-orang, itu tempat yang bagus untuk mendinginkan kepala.
CA: Indeed. Here we have one anonymous question. Where possible don't go anonymous, because we're all friends here when all said and done. Probably someone ... Anyway. Let's see, but it's a good question. "There are many who are highly suspicious of what the real experts are saying. What have you found to be effective in helping the highly suspicious be less suspicious and more trusting?"
CA: Memang benar. Ada satu pertanyaan anonim. Jika memungkinkan, jangan anonim, karena kita semua di sini tetap berteman apa pun hasil diskusinya Mungkin ini orang yang.... Baiklah. Namun pertanyaannya bagus. "Ada banyak orang yang curiga dengan apa yang dikatakan oleh para ahli." "Menurut Anda, cara apa yang paling efektif untuk membantu orang-orang ini untuk tak terlalu curiga dan lebih percaya?
GB: Tell the truth. If you make a mistake, acknowledge it and correct it right away. Be consistent. And don't say stupid stuff. And far too often that happens. And you know, one of the interesting things, we've already been through this with the mask discussion. You know, traditional wisdom was that we only had people wear the mask if they were infectious, or you're in a health care environment where there was a high risk of getting the disease. And then we said, no, it's OK for everybody to wear a mask. And that's because we learned eventually, and became much more believable, in the science that we had asymptomatic spreading. But we did not communicate it very well. We said, oh, no, no, we're changing our minds, everybody can wear a mask, after telling people not to wear a mask. And then we didn't spend enough time explaining to people why. So we lost trust. So we need to do a better job of that. And then our leaders need to be very careful what they say when you have a bullhorn. And by the way, I've made mistakes, I've said things on TV that were just wrong, because I was wrong. And I've tried very hard to try to correct those as quickly as I can. All of us do that, but you have to be strong enough and have a strong enough personality to say when you're wrong and then correct it. Because at the end of the day, once you've lost trust, you've lost everything.
GB: Katakan yang sebenarnya. Jika Anda berbuat kesalahan, akui dan perbaiki segera. Jadilah konsisten. Dan jangan katakan hal-hal bodoh. Itu terlalu sering terjadi. Dan salah satu hal yang menarik, kita sudah mengalaminya dalam diskusi soal masker. Awalnya penggunaan masker hanya diperuntukkan bagi mereka yang sedang sakit, atau berada di sekitar fasilitas kesehatan di mana terdapat risiko tertular penyakit yang tinggi. Lalu kemudian kita bilang, semua orang boleh memakai masker. Dan itu karena kita pada akhirnya menyadari dan semakin memercayai bahwa terdapat penularan dari orang yang tak memiliki gejala. Namun kita tidak menyampaikannya dengan baik. Kita seakan-akan mendadak berubah pikiran, semua orang boleh memakainya, setelah kita melarang orang memakainya. Dan kita tidak menyediakan cukup waktu untuk menjelaskan alasannya. Akibatnya, kita kehilangan kepercayaan. Kita perlu melakukan lebih baik dari itu. Para pemimpin juga perlu lebih berhati-hati dengan ucapan mereka. Omong-omong saya juga berbuat kesalahan. Saya mengatakan sesuatu di TV yang sebenarnya salah, karena saya salah, dan saya mencoba memperbaiki itu secepat mungkin. Kita semua bisa salah, tetapi Anda harus kuat dan memiliki kepribadian yang kuat saat mengatakan Anda berbuat salah dan kemudian memperbaikinya. Karena pada akhirnya, begitu Anda kehilangan kepercayaan, Anda kehilangan segalanya.
CA: Well if I might say so, just the way in which you're communicating right now, I mean, to me, that is a means of communication that engenders trust. I don't know what magic sauce you have going there, but it's very, very compelling listening to you. Thank you so much for this. David, do you have any other last cues?
CA: Jika mungkin cara Anda berkomunikasi saat ini bagi saya merupakan cara berkomunikasi yang membangkitkan kepercayaan. Saya tak tahu rahasia yang Anda punya, tapi sangat menarik mendengarkan Anda berbicara. Terima kasih banyak untuk ini. David, masih ada yang lain?
GB: I've made lots of mistakes.
GB: Saya berbuat banyak kesalahan.
DB: Yeah, no, but it really has been a real pleasure to have you join us, and thank you for that. Just one final question if I may. You've been doing this for a while, what gives you hope looking forward?
DB: Sangat menyenangkan Anda bisa bergabung dengan kami, terima kasih. Hanya satu pertanyaan terakhir. Anda telah melakukan ini selama beberapa waktu, apa yang tetap memberi Anda harapan?
GB: You know, let me tell you something. The one thing that gives me hope is when I see people taking care of their friends and family members. I mean, drive-by birthday parties. I saw that on the news today. People who are calling their friends. I've heard from people that I haven't talked to in years, who are just calling me to say, "I haven't talked to you for a long time. Are you OK?" So do more of that. And the trust we've had in one another, and the love we've shown, it's just been absolutely amazing, so that gives me hope.
GB: Izinkan saya memberitahu sesuatu. Satu hal yang memberi saya harapan adalah saat melihat orang-orang merawat teman maupun kerabatnya. Seperti mampir sejenak merayakan pesta ulang tahun. Saya melihatnya di berita hari ini. Orang yang menelepon teman-temannya. Orang yang sudah lama tidak bertemu, menelpon saya hanya untuk mengatakan "Sudah lama tidak bicara dengan Anda. Anda baik-baik saja?" Jadi, lakukan ini lebih sering. Dan kepercayaan yang kita miliki satu sama lain, cinta yang kita tunjukkan, sangat menakjubkan dan itu memberi saya harapan.
DB: Humanity for the win in the end.
DB: Kemanusiaan akhirnya akan menang.
GB: Yeah.
GB: Ya.
DB: Well, thank you so much, Dr. Benjamin, for joining us and for sharing your wisdom.
DB: Baik, terima kasih Dr. Benjamin, telah bergabung dengan kami dan berbagi pengetahuan.
GB: Glad to be here.
GB: Senang bisa bergabung.
CA: Yes, thank you.
CA: Ya, terima kasih.
GB: You guys be safe. Your families be safe.
GB: Jaga diri kalian. Jaga keluarga kalian.
DB: Thank you, you too.
DB: Terima kasih, Anda juga.