I would like to show you how architecture has helped to change the life of my community and has opened opportunities to hope.
Saya ingin menunjukkan pada Anda sekalian bagaimana arsitektur telah membantu mengubah kehidupan komunitas saya dan membuka kesempatan untuk berharap.
I am a native of Burkina Faso. According to the World Bank, Burkina Faso is one of the poorest countries in the world, but what does it look like to grow up in a place like that? I am an example of that. I was born in a little village called Gando. In Gando, there was no electricity, no access to clean drinking water, and no school. But my father wanted me to learn how to read and write. For this reason, I had to leave my family when I was seven and to stay in a city far away from my village with no contact with my family. In this place I sat in a class like that with more than 150 other kids, and for six years. In this time, it just happened to me to come to school to realize that my classmate died.
Saya berasal dari Burkina Faso. Menurut Bank Dunia, Burkina Faso adalah salah satu negara termiskin di dunia, tapi seperti apa rupanya tumbuh besar di tempat seperti itu? Saya contohnya. Saya lahir di desa kecil bernama Gando. Di Gando, tidak ada listrik, tidak ada akses air bersih untuk minum, dan tidak ada sekolah. Tapi Ayah saya ingin agar saya belajar membaca dan menulis. Karenanya, saya harus meninggalkan keluarga saya di usia tujuh tahun dan tinggal di kota jauh sekali dari desa saya tanpa bisa berhubungan dengan keluarga saya. Di tempat ini saya duduk di kelas seperti itu bersama lebih dari 150 anak lainnya, selama enam tahun. Di masa itu, suatu hari saya datang ke sekolah dan mengetahui bahwa teman sekelas saya meninggal.
Today, not so much has changed. There is still no electricity in my village. People still are dying in Burkina Faso, and access to clean drinking water is still a big problem.
Hari ini, tidak banyak yang berubah. Masih tidak ada listrik di desa saya. Orang-orang masih meninggal di Burkina Faso, dan akses air bersih untuk minum masih merupakan masalah besar.
I had luck. I was lucky, because this is a fact of life when you grow up in a place like that. But I was lucky. I had a scholarship. I could go to Germany to study.
Saya beruntung. Saya beruntung, karena ini adalah kenyataan hidup ketika Anda tumbuh besar di tempat seperti itu. Tapi saya beruntung. Saya mendapat beasiswa. Saya bisa pergi ke Jerman untuk belajar.
So now, I suppose, I don't need to explain to you how great a privilege it is for me to be standing before you today. From Gando, my home village in Burkina Faso, to Berlin in Germany to become an architect is a big, big step. But what to do with this privilege? Since I was a student, I wanted to open up better opportunities to other kids in Gando. I just wanted to use my skills and build a school. But how do you do it when you're still a student and you don't have money? Oh yes, I started to make drawings and asked for money. Fundraising was not an easy task. I even asked my classmates to spend less money on coffee and cigarettes, but to sponsor my school project. In real wonder, two years later, I was able to collect 50,000 U.S. dollars.
Jadi sekarang, menurut saya, saya tidak perlu menjelaskan pada Anda sekalian betapa istimewanya bagi saya untuk berdiri di hadapan Anda sekalian hari ini. Dari Gando, kampung halaman saya di Burkina Faso, ke Berlin di Jerman untuk menjadi seorang arsitek adalah sebuah langkah yang besar. Tapi apa yang harus saya lakukan dengan hak istimewa ini? Semenjak saya masih seorang murid, saya ingin memberi kesempatan yang lebih baik bagi anak-anak lain di Gando. Saya ingin menggunakan keahlian saya dan membangun sebuah sekolah. Tapi bagaimana melakukannya ketika Anda sendiri masih bersekolah dan Anda tidak punya uang? Oh ya, saya mulai dengan menggambar untuk mendapatkan uang. Mengumpulkan dana bukanlah tugas gampang. Saya bahkan meminta teman-teman sekelas saya untuk mengeluarkan lebih sedikit uang untuk membeli kopi dan rokok, dan mensponsori proyek sekolah saya. Suatu keajaiban, dua tahun kemudian, saya berhasil mengumpulkan 50.000 dolar AS.
When I came home to Gando to bring the good news, my people were over the moon, but when they realized that I was planning to use clay, they were shocked.
Ketika saya pulang ke Gando untuk membawa kabar baik ini, orang-orang di desa saya sangat gembira, tapi begitu mereka menyadari bahwa saya berencana menggunakan tanah liat, mereka terkejut.
"A clay building is not able to stand a rainy season, and Francis wants us to use it and build a school. Is this the reason why he spent so much time in Europe studying instead of working in the field with us?"
"Bangunan yang dibuat dari tanah liat tidak dapat bertahan di musim hujan, dan Francis menginginkan kita menggunakan tanah liat untuk membangun sekolah. Apa ini alasannya dia menghabiskan begitu lama belajar di Eropa dan bukannya bekerja di sawah bersama kita?"
My people build all the time with clay, but they don't see any innovation with mud. So I had to convince everybody. I started to speak with the community, and I could convince everybody, and we could start to work. And the women, the men, everybody from the village, was part of this building process. I was allowed to use even traditional techniques. So clay floor for example, the young men come and stand like that, beating, hours for hours, and then their mothers came, and they are beating in this position, for hours, giving water and beating. And then the polishers come. They start polishing it with a stone for hours. And then you have this result, very fine, like a baby bottom. (Laughter) It's not photoshopped. (Laughter) This is the school, built with the community. The walls are totally made out of compressed clay blocks from Gando. The roof structure is made with cheap steel bars normally hiding inside concrete. And the classroom, the ceiling is made out of both of them used together.
Orang-orang di desa saya sudah lama membangun dengan tanah liat, tapi mereka tidak melihat adanya inovasi menggunakan lumpur. Jadi saya harus meyakinkan semua orang. Saya mulai berbicara dengan komunitas saya, dan saya berhasil meyakinkan semua orang, dan kami bisa mulai bekerja. Dan para wanita, para lelaki, semua orang di desa, adalah bagian dari proses pembangunan ini. Saya bahkan dapat menggunakan teknik-teknik tradisional. Lantai tanah liat, misalnya, para pria muda datang dan berdiri seperti itu, menghentakkan kaki, selama berjam-jam, dan kemudian Ibu-Ibu mereka datang, dan mereka memukul tanah dalam posisi ini, selama berjam-jam, memberi air dan memukul. Lalu kemudian para pemoles datang. Mereka mulai memolesnya dengan batu selama berjam-jam. Dan kemudian Anda memperoleh hasilnya seperti ini, sangat halus, seperti pantat bayi. (Tertawa) Foto ini tidak diedit. (Tertawa) Inilah sekolahnya, dibangun oleh komunitas. Dinding-dindingnya sepenuhnya dibuat dari batang tanah liat yang dipadatkan dari Gando. Struktur atapnya dibuat menggunakan batang-batang besi murah yang biasanya disembunyikan di dalam beton. Dan ruang kelasnya, atapnya dibuat menggunakan campuran kedua bahan tersebut.
In this school, there was a simple idea: to create comfort in a classroom. Don't forget, it can be 45 degrees in Burkina Faso, so with simple ventilation, I wanted to make the classroom good for teaching and learning. And this is the project today, 12 years old, still in best condition. And the kids, they love it.
Di sekolah ini, ada gagasan sederhana: untuk menciptakan kenyamanan di sebuah ruang kelas. Jangan lupa, di Burkina Faso suhunya bisa mencapai 45 derajat, jadi dengan ventilasi sederhana, saya ingin membuat ruang kelas yang baik untuk mengajar dan belajar. Dan inilah proyeknya hari ini, 12 tahun sesudahnya, masih dalam kondisi terbaik. Dan anak-anak menyukainya.
And for me and my community, this project was a huge success. It has opened up opportunities to do more projects in Gando. So I could do a lot of projects, and here I am going to share with you only three of them.
Dan bagi saya dan komunitas saya, proyek ini adalah sukses besar. Ia telah membuka banyak kesempatan untuk melakukan lebih banyak proyek lagi di Gando. Jadi saya dapat melakukan banyak proyek, dan di sinilah saya hendak berbagi dengan Anda sekalian tiga di antaranya.
The first one is the school extension, of course. How do you explain drawings and engineering to people who are neither able to read nor write? I started to build a prototype like that. The innovation was to build a clay vault. So then, I jumped on the top like that, with my team, and it works. The community is looking. It still works. So we can build. (Laughter) And we kept building, and that is the result. The kids are happy, and they love it. The community is very proud. We made it. And even animals, like these donkeys, love our buildings. (Laughter)
Yang pertama adalah perluasan sekolah, tentu saja. Bagaimana Anda dapat menjelaskan skema gambar dan teknik arsitektur pada orang-orang yang tidak bisa membaca atau menulis? Saya mulai dengan membuat model contoh seperti itu. Inovasinya adalah untuk membangun kubah tanah liat. Lalu, saya melompat di atasnya seperti itu, dengan tim saya, dan berhasil. Masyarakat memperhatikan. Dan masih berhasil. Jadi kita bisa membangunnya. (Tertawa) Dan kita terus membangun, dan inilah hasilnya. Anak-anak gembira, dan mereka menyukainya. Komunitas kami sangat bangga. Kami berhasil. Dan bahkan binatang, seperti keledai-keledai ini, menyukai bangunan kami. (Tertawa)
The next project is the library in Gando. And see now, we tried to introduce different ideas in our buildings, but we often don't have so much material. Something we have in Gando are clay pots. We wanted to use them to create openings. So we just bring them like you can see to the building site. we start cutting them, and then we place them on top of the roof before we pour the concrete, and you have this result. The openings are letting the hot air out and light in. Very simple.
Proyek berikutnya adalah perpustakaan di Gando. Jadi begini, kami berusaha untuk memperkenalkan berbagai macam ide di bangunan kami, tapi seringkali kami tidak mempunyai bahan bangunan yang cukup. Yang kami punya di Gando adalah kendi tanah liat. Kami ingin menggunakannya untuk membuat lubang. Jadi kami bawa saja seperti yang dapat Anda lihat ke situs pembangunan, kami mulai memotongnya, dan lalu kami tempatkan di atas atap sebelum kami tutup dengan beton, dan Anda mendapatkan hasil seperti ini. Lubang-lubang itu mengalirkan udara panas ke luar dan cahaya ke dalam. Sederhana sekali.
My most recent project in Gando is a high school project. I would like to share with you this. The innovation in this project is to cast mud like you cast concrete. How do you cast mud? We start making a lot of mortars, like you can see, and when everything is ready, when you know what is the best recipe and the best form, you start working with the community. And sometimes I can leave. They will do it themselves. I came to speak to you like that.
Proyek terbaru saya di Gando adalah proyek SMA. Saya ingin membagi ini dengan Anda. Inovasi dalam proyek ini adalah untuk mencor lumpur seperti halnya Anda mencor beton. Bagaimana Anda mencor lumpur? Kami mulai dengan membuat banyak adukan semen, seperti yang dapat Anda lihat, dan ketika semuanya sudah siap, ketika Anda tahu apa resep yang terbaik dan bentuk yang terbaik, Anda mulai bekerja dengan komunitas. Dan kadang-kadang saya bisa pergi. Mereka mengerjakannya sendiri. Begitulah saya bisa datang untuk berbicara di sini.
Another factor in Gando is rain. When the rains come, we hurry up to protect our fragile walls against the rain. Don't confound with Christo and Jeanne-Claude. It is simply how we protect our walls. (Laughter) The rain in Burkina comes very fast, and after that, you have floods everywhere in the country. But for us, the rain is good. It brings sand and gravel to the river we need to use to build. We just wait for the rain to go. We take the sand, we mix it with clay, and we keep building. That is it.
Faktor lainnya di Gando adalah hujan. Ketika hujan turun, kami buru-buru melindungi dinding-dinding kami yang rentan terhadap hujan. Jangan tertukar dengan Christo dan Jeanne-Claude. Ini hanya bagaimana kami melindungi dinding kami. (Tertawa) Hujan di Burkina turun dengan cepat, dan setelahnya, terjadi banjir di mana-mana di seluruh negeri. Tapi bagi kami, hujan itu bagus. Ia membawa pasir dan kerikil ke sungai yang kami perlukan untuk membangun. Kami tunggu saja hujannya reda. Kami ambil pasirnya, kami campur dengan tanah liat, dan kami terus membangun. Begitu saja.
The Gando project was always connected to training the people, because I just wanted, one day when I fall down and die, that at least one person from Gando keeps doing this work. But you will be surprised. I'm still alive. (Laughter)
Proyek Gando selalu terkait dengan melatih orang-orang, karena saya ingin, suatu hari ketika saya jatuh dan mati, setidaknya ada satu orang dari Gando yang terus melakukan pekerjaan ini. Tapi Anda mungkin terkejut, saya masih hidup. (Tertawa)
And my people now can use their skills to earn money themselves. Usually, for a young man from Gando to earn money, you have to leave the country to the city, sometimes leave the country and some never come back, making the community weaker. But now they can stay in the country and work on different building sites and earn money to feed their family. There's a new quality in this work.
Dan orang-orang Gando kini bisa menggunakan keahlian mereka untuk menghasilkan uang sendiri. Biasanya, untuk seorang lelaki muda dari Gando untuk menghasilkan uang, ia harus meninggalkan desa ke kota, kadang-kadang meninggalkan Burkina Faso dan beberapa di antaranya tidak pernah kembali, menjadikan komunitas semakin lemah. Tapi sekarang mereka bisa tinggal di desa dan bekerja membangun berbagai situs bangunan dan menghasilkan uang untuk menghidupi keluarga mereka. Ada kualitas baru dalam pekerjaan ini.
Yes, you know it. I have won a lot of awards through this work. For sure, it has opened opportunities. I have become myself known. But the reason why I do what I do is my community.
Ya, Anda sudah tahu. Saya memenangkan banyak penghargaan melalui pekerjaan saya ini. Sudah tentu, ia membuka banyak kesempatan. Saya menjadi cukup dikenal. Tapi alasan kenapa saya melakukan yang saya lakukan adalah komunitas saya.
When I was a kid, I was going to school, I was coming back every holiday to Gando. By the end of every holidays, I had to say goodbye to the community, going from one compound to another one. All women in Gando will open their clothes like that and give me the last penny. In my culture, this is a symbol of deep affection. As a seven-year-old guy, I was impressed. I just asked my mother one day, "Why do all these women love me so much?" (Laughter) She just answered, "They are contributing to pay for your education hoping that you will be successful and one day come back and help improve the quality of life of the community." I hope now that I was able to make my community proud through this work, and I hope I was able to prove you the power of community, and to show you that architecture can be inspiring for communities to shape their own future.
Ketika saya masih kecil, saya pergi ke sekolah, dan saya kembali setiap masa liburan ke Gando. Di akhir setiap liburan itu, saya harus berpamitan pada komunitas saya, dari kompleks ke kompleks. Semua wanita di Gando akan membuka sarung mereka seperti ini, dan memberi saya uang terakhir mereka. Dalam budaya saya, ini adalah simbol kasih sayang yang mendalam. Sebegai seorang anak umur tujuh tahun, saya sangat terkesan. Saya bertanya pada Ibu saya suatu hari, "Kenapa semua wanita ini begitu mencintai saya?" (Tertawa) Ibu menjawab, "Mereka berkontribusi untuk membiayai pendidikanmu berharap agar kamu akan sukses dan suatu hari kembali dan membantu meningkatkan kualitas hidup komunitas kita." Saya berharap sekarang saya mampu membuat komunitas saya bangga melalui pekerjaan ini, dan saya harap saya berhasil membuktikan pada Anda kekuatan dari komunitas, dan menunjukkan pada Anda bahwa arsitektur dapat menjadi inspirasi bagi komunitas masyarakat untuk membentuk masa depan mereka sendiri.
Merci beaucoup. (Applause) Thank you. Thank you. Thank you. Thank you. Thank you. Thank you. (Applause)
Terima kasih. (Tepuk tangan) Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. (Tepuk tangan)