Let's just start by looking at some great photographs. This is an icon of National Geographic, an Afghan refugee taken by Steve McCurry. But the Harvard Lampoon is about to come out with a parody of National Geographic, and I shudder to think what they're going to do to this photograph. Oh, the wrath of Photoshop.
Mari kita mulai dengan melihat beberapa karya foto hebat. Foto ini adalah ikon dari National Geographic, seorang pengungsi Afghanistan karya Steve McCurry Tapi majalah humor Harvard Lampoon sebentar lagi akan terbit dengan parodi dari National Geographic, dan ngeri rasanya membayangkan apa yang akan mereka lakukan dengan foto ini. Yah, inilah ulah Photoshop.
This is a jet landing at San Francisco, by Bruce Dale. He mounted a camera on the tail. A poetic image for a story on Tolstoy, by Sam Abell. Pygmies in the DRC, by Randy Olson. I love this photograph because it reminds me of Degas' bronze sculptures of the little dancer. A polar bear swimming in the Arctic, by Paul Nicklen. Polar bears need ice to be able to move back and forth -- they're not very good swimmers -- and we know what's happening to the ice. These are camels moving across the Rift Valley in Africa, photographed by Chris Johns. Shot straight down, so these are the shadows of the camels. This is a rancher in Texas, by William Albert Allard, a great portraitist. And Jane Goodall, making her own special connection, photographed by Nick Nichols. This is a soap disco in Spain, photographed by David Alan Harvey. And David said that there was lot of weird stuff happening on the dance floor. But, hey, at least it's hygienic. (Laughter) These are sea lions in Australia doing their own dance, by David Doubilet. And this is a comet, captured by Dr. Euan Mason. And finally, the bow of the Titanic, without movie stars, photographed by Emory Kristof. Photography carries a power that holds up under the relentless swirl of today's saturated, media world, because photographs emulate the way that our mind freezes a significant moment.
Sebuah pesawat jet sedang mendarat di San Fransisco karya Bruce Dale Ia memasang sebuah kamera di ekor pesawat. Sebuah gambar yang puitis untuk kisah tentang Tolstoy karya Sam Abell. Orang-orang Pygmi di DRC karya Randy Olson. Saya suka foto ini karena mengingatkan pada patung perunggu penari kecil karya Degas. Seekor beruang kutub berenang di Antartika karya Paul Nicklin. Beruang kutub membutuhkan es untuk bisa bergerak ke sana kemari -- mereka bukan perenang yang baik. Dan kita tahu apa yang terjadi pada es-es itu. Ini adalah unta-unta yang bergerak menyeberangi Lembah Rift di Afrika, yang di foto oleh Chris Johns. Di ambil persis dari atas, jadi ini adalah bayangan unta-unta tersebut. Seorang peternak di Texas karya William Albert Allard, seorang pelukis hebat. dan ini Jane Goodall sedang menjalin sebuah ikatan istimewa, yang difoto oleh Nick Nichols. Sebuah disko bermandikan sabun di Spanyol karya David Alan Harvey. David bilang banyak hal aneh yang terjadi di atas lantai dansa itu. Ya tapi paling tidak disana higienis, kan? (Tertawa) Singa-singa Laut di Australia dengan tarian khas mereka, karya David Doubilet. Dan ini adalah sebuah komet yang difoto oleh Dr. Euan Mason. Dan akhirnya, haluan kapal Titanic, tanpa bintang-bintang film di atasnya, di foto oleh Emory Kristof. Fotografi punya kekuatan untuk bertahan ditengah kejamnya arus dunia media yang menjenuhkan pada saat ini, karena karya-karya foto mirip dengan cara otak kita membekukan sebuah momen penting.
Here's an example. Four years ago, I was at the beach with my son, and he was learning how to swim in this relatively soft surf of the Delaware beaches. But I turned away for a moment, and he got caught into a riptide and started to be pulled out towards the jetty. I can stand here right now and see, as I go tearing into the water after him, the moments slowing down and freezing into this arrangement. I can see the rocks are over here. There's a wave about to crash onto him. I can see his hands reaching out, and I can see his face in terror, looking at me, saying, "Help me, Dad." I got him. The wave broke over us. We got back on shore; he was fine. We were a little bit rattled. But this flashbulb memory, as it's called, is when all the elements came together to define not just the event, but my emotional connection to it. And this is what a photograph taps into when it makes its own powerful connection to a viewer.
Ini satu contohnya. Empat tahun lalu saya sedang ada di pantai dengan anak saya, dan saat itu dia sedang belajar berenang di kawasan yang tidak terlalu berombak di pantai Delaware. Tapi ketika perhatian saya teralih sebentar, dia terjebak air pasang surut dan mulai terseret ke arah dermaga. Saya bisa berdiri di sini, saat ini dan melihat, saat saya berenang menembus ombak untuk mengejarnya, momen itu melambat dan membeku menjadi seperti ini. Saya bisa melihat bebatuan ada di sana. Ada ombak yang akan menghantam tubuhnya. Saya bisa lihat tangannya menggapai-gapai, dan saya bisa melihat wajahnya yang ketakutan, sambil menatap saya dan berkata, "Ayah, tolong aku." Saya berhasil meraihnya, ombakpun menghantam kami. Kami kembali ke pantai, dan dia baik-baik saja. Kami agak sedikit terguncang. Namun apa yang diistilahkan sebagai "flash bulb memory" ini, adalah ketika semua elemennya bergabung untuk mendefinisikan bukan hanya kejadiannya, tapi juga hubungan emosionalnya saya terhadapnya. Dan inilah yang dilakukan oleh sebuah foto ketika ia membuat sebuah hubungan erat dengan orang yang melihatnya.
Now I have to tell you, I was talking to Kyle last week about this, that I was going to tell this story. And he said, "Oh, yeah, I remember that too! I remember my image of you was that you were up on the shore yelling at me." (Laughter) I thought I was a hero. (Laughter)
Saya ingin menceritakan sesuatu, Minggu lalu saya bicara dengan Kyle soal ini, saya bilang akan menceritakan peristiwa ini. Dan dia bilang, "O ya, saya juga ingat!" Saya masih ingat gambaran dirimu berteriak kepadaku dari arah pantai." (Tertawa) Saya pikir waktu itu saya jadi pahlawan. (Tertawa)
So, this represents -- this is a cross-sample of some remarkable images taken by some of the world's greatest photojournalists, working at the very top of their craft -- except one. This photograph was taken by Dr. Euan Mason in New Zealand last year, and it was submitted and published in National Geographic. Last year, we added a section to our website called "Your Shot," where anyone can submit photographs for possible publication. And it has become a wild success, tapping into the enthusiast photography community. The quality of these amateur photographs can, at times, be amazing. And seeing this reinforces, for me, that every one of us has at least one or two great photographs in them.
Jadi... ini mewakili sebuah contoh persilangan dari sejumlah gambar mengagumkan yang diambil oleh beberapa jurnalis foto terbaik di dunia. yang menunjukkan keahlian terbaik mereka. Kecuali satu. Foto ini diambil oleh Dr. Euan Mason di Selandia Baru tahun lalu, lalu diserahkan dan diterbitkan di National Geographic. Tahun lalu kami menambahkan sebuah bagian di situs web kami yang disebut "Foto Anda," dimana siapapun dapat menyerahkan foto-fotonya yang mungkin bisa dipublikasikan. Dan itu menjadi sukses besar. dengan memanfaatkan semangat komunitas fotografi. Kualitas karya-karya fotografi amatir ini terkadang bisa mengagumkan. Dan bagi saya ini memperkuat dugaan bahwa setiap dari kita paling tidak memiliki satu atau dua karya-karya fotografi hebat.
But to be a great photojournalist, you have to have more than just one or two great photographs in you. You've got to be able to make them all the time. But even more importantly, you need to know how to create a visual narrative. You need to know how to tell a story. So I'm going to share with you some coverages that I feel demonstrate the storytelling power of photography.
Namun untuk menjadi jurnalis foto yang hebat, anda harus punya lebih dari satu atau dua karya-karya fotografi. Anda harus bisa membuatnya setiap saat. Namun yang lebih penting lagi, Anda harus tahu bagaimana menciptakan sebuah narasi visual. Anda harus tahu bagaimana caranya bercerita. Jadi saya ingin berbagai sejumlah hasil liputan yang menurut saya menunjukkan kekuatan bercerita dari sebuah karya foto
Photographer Nick Nichols went to document a very small and relatively unknown wildlife sanctuary in Chad, called Zakouma. The original intent was to travel there and bring back a classic story of diverse species, of an exotic locale. And that is what Nick did, up to a point. This is a serval cat. He's actually taking his own picture, shot with what's called a camera trap. There's an infrared beam that's going across, and he has stepped into the beam and taken his photograph. These are baboons at a watering hole. Nick -- the camera, again, an automatic camera took thousands of pictures of this. And Nick ended up with a lot of pictures of the rear ends of baboons. (Laughter) A lion having a late night snack -- notice he's got a broken tooth. And a crocodile walks up a riverbank toward its den. I love this little bit of water that comes off the back of his tail.
Fotografer Nick Nichols pernah mendokumentasikan sebuah suaka margasatwa kecil dan relatif belum banyak diketahui di Chad, yang disebut Zakouma. Niat awalnya adalah untuk pergi ke sana dan membawa pulang sebuah cerita klasik tentang berbagai macam spesies, dari sebuah tempat yang eksotis. Dan inilah yang dilakukan Nick sampai pada suatu titik tertentu. Ini adalah seekor kucing liar. Sebenarnya ia memotret dirinya sendiri, yang diambil dengan apa yang disebut kamera jebakan. Ada sebuah sinar infra merah yang melintang, dan ketika ia melangkah ke dalam sinar itu, memotret dirinya sendiri. Ini adalah seekor kera babon di sebuah sumber air Nick -- dan kameranya, lagi-lagi sebuah kamera otomatis mengambil ribuan gambar ini. Dan Nick mendapatkan banyak sekali gambar dari bagian belakang kera-kera babon itu. (Tertawa) Seekor singa sedang makan -- perhatikan dia punya gigi yang patah. Dan seekor buaya meninggalkan tepi sungai sarangnya. Saya suka gambar air ini yang terpercik dari belakang ekornya.
But the centerpiece species of Zakouma are the elephants. It's one of the largest intact herds in this part of Africa. Here's a photograph shot in moonlight, something that digital photography has made a big difference for. It was with the elephants that this story pivoted. Nick, along with researcher Dr. Michael Fay, collared the matriarch of the herd. They named her Annie, and they began tracking her movements. The herd was safe within the confines of the park, because of this dedicated group of park rangers. But once the annual rains began, the herd would begin migrating to feeding grounds outside the park.
Namun spesies yang jadi perhatian di Zakouma adalah gajah-gajah itu. Ini adalah kumpulan hewan terbesar di Afrika bagian ini. Ini sebuah foto yang diambil di bawah sinar bulan, suatu perubahan besar yang muncul berkat fotografi digital. Cerita ini berkisar di seputar gajah-gajah tersebut. Nick, bersama peneliti Dr. Michael Fay, memasang kalung pada pemimpin dari kawanan hewan itu. Mereka menamakannya Annie dan mereka mulai melacak pergerakan hewan itu. Kawanan gajah ini hidup aman dalam lingkungan taman tersebut berkat adanya kelompok penjaga taman yang penuh dedikasi ini. Tapi begitu musim hujan tahunan dimulai, kawanan gajah ini akan mulai berpindah ke tempat makan di luar taman tersebut.
And that's when they ran into trouble. For outside the safety of the park were poachers, who would hunt them down only for the value of their ivory tusks. The matriarch that they were radio tracking, after weeks of moving back and forth, in and out of the park, came to a halt outside the park. Annie had been killed, along with 20 members of her herd. And they only came for the ivory. This is actually one of the rangers. They were able to chase off one of the poachers and recover this ivory, because they couldn't leave it there, because it's still valuable. But what Nick did was he brought back a story that went beyond the old-school method of just straight, "Isn't this an amazing world?" And instead, created a story that touched our audiences deeply. Instead of just knowledge of this park, he created an understanding and an empathy for the elephants, the rangers and the many issues surrounding human-wildlife conflicts.
Dan saat itulah mereka menghadapi masalah. Karena di luar taman terdapat para pemburu liar yang akan memburu mereka hanya untuk mengambil gadingnya. Kawanan gajah yang selama ini mereka lacak dengan radio, setelah berminggu-minggu keluar masuk taman tersebut, akhirnya berhenti di luar taman. Annie telah tewas, bersama 20 anggota kawanan lainnya. Dan mereka hanya menginginkan gadingnya saja. Inilah salah satu dari penjaga taman itu. Mereka berhasil mengejar salah satu pemburu gelap itu dan mendapatkan kembali gading ini. Mereka tidak bisa meninggalkannya di sana, karena nilainya masih berharga. Tapi saat itu Nick membawa pulang sebuah kisah yang melampaui cara-cara lama yang sekedar menunjukkan, "Betapa mengagumkannya dunia ini" Justru ia menciptakan sebuah cerita yang sangat menyentuh Ketimbang hanya pengetahuan soal taman tersebut, ia menciptakan sebuah pemahaman dan sikap empati terhadap gajah-gajah itu, para penjaga taman dan berbagai hal yang melingkupi konflik antara manusia dan hewan liar.
Now let's go over to India. Sometimes you can tell a broad story in a focused way. We were looking at the same issue that Richard Wurman touches upon in his new world population project. For the first time in history, more people live in urban, rather than rural, environments. And most of that growth is not in the cities, but in the slums that surround them. Jonas Bendiksen, a very energetic photographer, came to me and said, "We need to document this, and here's my proposal. Let's go all over the world and photograph every single slum around the world." And I said, "Well, you know, that might be a bit ambitious for our budget." So instead, what we did was we decided to, instead of going out and doing what would result in what we'd consider sort of a survey story -- where you just go in and see just a little bit of everything -- we put Jonas into Dharavi, which is part of Mumbai, India, and let him stay there, and really get into the heart and soul of this really major part of the city. What Jonas did was not just go and do a surface look at the awful conditions that exist in such places. He saw that this was a living and breathing and vital part of how the entire urban area functioned. By staying tightly focused in one place, Jonas tapped into the soul and the enduring human spirit that underlies this community. And he did it in a beautiful way.
Kini mari kita ke India. Kadang kita bisa menceritakan kisah yang luas dengan lebih terfokus. Kita melihat masalah yang sama yang oleh Richard Wurman disentuh dalam New World Population Project nya. Untuk pertama kali dalam sejarah, lebih banyak yang hidup di perkotaan daripada pedesaan. Dan kebanyakan pertumbuhan itu bukan di perkotaan, tapi di daerah kumuh di sekitarnya. Jonas Bendiksen, seorang fotografer yang energik, datang pada saya dan bilang, "Kita perlu dokumentasikan ini, dan ini proposal saya: Kita keliling dunia dan memotret setiap daerah kumuh di seluruh dunia." Dan saya bilang, "Kamu tahu, itu terlalu ambisius untuk anggaran kita." Jadi yang kita lakukan saat itu adalah, ketimbang keluar dan melakukan sesuatu yang akan menjadi apa yang kita anggap sebagai semacam cerita survey, dimana kita datang dan melihat setiap masalah sedikit demi sedikit kami mengirim Jonas ke Dharavi, yaitu bagian dari Mumbai, India, dan membiarkannya tinggal di sana untuk terjun langsung ke dalam jantung dan jiwa dari bagian terbesar kota ini. Jonas tidak hanya datang dan melihat permukaan dari masalah mengerikan yang ada di tempat seperti itu. Ia melihat bahwa ini adalah sebuah bagian nyata dan vital dari fungsi keseluruhan kawasan perkotaan. Dengan memusatkan perhatian pada satu tempat Jonas masuk ke dalam jiwa dan daya tahan semangat manusia yang menjadi dasar masyarakat ini. Dan dia melakukannya dengan cara yang indah.
Sometimes, though, the only way to tell a story is with a sweeping picture. We teamed up underwater photographer Brian Skerry and photojournalist Randy Olson to document the depletion of the world's fisheries. We weren't the only ones to tackle this subject, but the photographs that Brian and Randy created are among the best to capture both the human and natural devastation of overfishing. Here, in a photo by Brian, a seemingly crucified shark is caught up in a gill net off of Baja. I've seen sort of OK pictures of bycatch, the animals accidentally scooped up while fishing for a specific species. But here, Brian captured a unique view by positioning himself underneath the boat when they threw the waste overboard. And Brian then went on to even greater risk to get this never-before-made photograph of a trawl net scraping the ocean bottom.
Namun kadang, satu-satunya cara menceritakan kisah ini adalah melalui gambar yang menghanyutkan. Kami menggabungkan fotografer bawah air Brian Skerry dan jurnalis foto Randy Olson untuk mendokumentasikan menipisnya perikanan di dunia. Kami bukan satu-satunya yang menangani masalah ini, tapi foto-foto yang diciptakan Brian dan Randy adalah yang terbaik yang menggambarkan baik sisi manusia dan kerusakan alam dari penangkapan ikan yang berlebihan. Dalam foto karya Brian ini, seekor ikan hiu yang malang tertangkap dalam jaring insang dilepas pantai Baja. Saya pernah lihat gambar tangkapan yang tidak diinginkan, hewan-hewan yang tidak sengaja ditangkap saat memancing spesies tertentu. Namun disini Brian menangkap sudut pandang menarik dengan menempatkan dirinya di bawah perahu saat mereka membuang hewan itu dari kapal. Dan Brian kemudian menempuh resiko lebih besar untuk mengambil foto yang belum pernah dibuat sebelumnya tentang jaring pukat yang mengais di dasar samudera.
Back on land, Randy Olson photographed a makeshift fish market in Africa, where the remains of filleted fish were sold to the locals, the main parts having already been sent to Europe. And here in China, Randy shot a jellyfish market. As prime food sources are depleted, the harvest goes deeper into the oceans and brings in more such sources of protein. This is called fishing down the food chain.
Di darat, Randy Olson mengambil gambar sebuah pasar ikan darurat di Afrika, dimana sisa-sisa daging ikan dijual ke masyarakat setempat, dan bagian utamanya sudah lebih dulu dikirim ke Eropa. Dan di Cina, Randy memotret sebuah pasar ubur-ubur. Di saat sumber pangan utama habis, mereka memanen jauh ke dalam samudera dan membawa lebih banyak sumber-sumber protein. Ini disebut menangkap ikan jauh ke dalam jaring makanan.
But there are also glimmers of hope, and I think anytime we're doing a big, big story on this, we don't really want to go and just look at all the problems. We also want to look for solutions. Brian photographed a marine sanctuary in New Zealand, where commercial fishing had been banned -- the result being that the overfished species have been restored, and with them a possible solution for sustainable fisheries.
Tapi ada juga seberkas harapan, dan saya pikir kapanpun kami akan membuat cerita besar tentang ini, kami tidak hanya ingin pergi dan melihat semua permasalahan yang ada. Kami juga ingin mencari solusi. Brian memotret sebuah suaka laut di Selandia Baru dimana penangkapan ikan komersial dilarang, dan hasilnya, penangkapan ikan berlebihan telah dipulihkan, dan menghasilkan sebuah solusi untuk penangkapan ikan berkelanjutan.
Photography can also compel us to confront issues that are potentially distressing and controversial. James Nachtwey, who was honored at last year's TED, took a look at the sweep of the medical system that is utilized to handle the American wounded coming out of Iraq. It is like a tube where a wounded soldier enters on one end and exits back home, on the other. Jim started in the battlefield. Here, a medical technician tends to a wounded soldier on the helicopter ride back to the field hospital. Here is in the field hospital. The soldier on the right has the name of his daughter tattooed across his chest, as a reminder of home. From here, the more severely wounded are transported back to Germany, where they meet up with their families for the first time. And then back to the States to recuperate at veterans' hospitals, such as here in Walter Reed. And finally, often fitted with high-tech prosthesis, they exit the medical system and attempt to regain their pre-war lives. Jim took what could have been a straight-up medical science story and gave it a human dimension that touched our readers deeply.
Fotografi juga mendorong kita untuk menghadapi masalah-maslah yang berpotensi mengganggu dan kontroversial. James Nachtwey, yang dapat penghargaan dalam TED tahun lalu, menengok dihapusnya sistem kesehatan yang digunakan untuk mengurusi korban warga Amerika yang terluka di Irak. Bentuknya seperti tabung, dimana tentara yang luka masuk dari satu sisi dan keluar, kembali ke rumah di sisi lain. Jim memulainya dari daerah medan tempur. Ini seorang teknisi kesehatan merawat seorang tentara yang terluka di dalam perjalanan helikopter kembali ke rumah sakit di lapangan. Inilah rumah sakit lapangan itu. Tentara di sebelah kanan menuliskan nama anaknya yang ditatoo di dadanya agar ia selalu ingat pada rumah. Dari sini, mereka yang luka lebih parah di angkut kembali ke German, dimana mereka bertemu keluarga mereka untuk pertama kalinya. Lalu kembali ke Amerika untuk dipulihkan di rumah sakit veteran seperti yang ada di sini, di Walter Reed. Dan akhirnya, sering dengan menggunakan menggunakan kaki palsu canggih, mereka keluar dari sistem kesehatan dan berusaha untuk menjalani kembali hidup seperti sebelum perang. Jim membuat apa yang mungkin merupakan kisah sains medis yang jujur dan memberikannya sisi manusia yang sangat menyetuh bagi pembaca kami.
Now, these stories are great examples of how photography can be used to address some of our most important topics. But there are also times when photographers simply encounter things that are, when it comes down to it, just plain fun. Photographer Paul Nicklin traveled to Antarctica to shoot a story on leopard seals. They have been rarely photographed, partly because they are considered one of the most dangerous predators in the ocean. In fact, a year earlier, a researcher had been grabbed by one and pulled down to depth and killed. So you can imagine Paul was maybe a little bit hesitant about getting into the water. Now, what leopard seals do mostly is, they eat penguins. You know of "The March of the Penguins." This is sort of the munch of the penguins. (Laughter) Here a penguin goes up to the edge and looks out to see if the coast is clear. And then everybody kind of runs out and goes out.
Cerita ini bisa menjadi contoh terbaik tentang tentang bagaimana menggunakan fotografi untuk menangani sejumlah masalah penting kita. Tapi ada juga saat ketika para fotografer hanya bertemu dengan hal-hal yang jelas lucu. Fotografer Paul Nicklin bepergian ke Antartika untuk memotret kisah tentang singa-singa laut leopard. Hewan ini jarang di foto, sebagian karena mereka dianggap sebagai salah satu predator paling berbahaya di samudera. Bahkan setahun sebelumnya seorang peneliti pernah di sambar, ditarik ke dasar dan dibunuh. Jadi bisa dibayangkan saat itu Paul mungkin agak enggan untuk masuk ke dalam air. Yang dilakukan singa laut ini kebanyakan adalah makan penguin. Pernah dengar "The March (baris) of the Penguins"? yang ini bisa disebut the munch (mengunyah) of the penguin (Tertawa) Seekor penguin naik ke pinggiran dan melihat sekeliling untuk memastikan keadaan aman. Lalu penguin yang lain berlarian keluar.
But then Paul got in the water. And he said he was never really afraid of this. Well, this one female came up to him. She's probably -- it's a shame you can't see it in the photograph, but she's 12 feet long. So, she is pretty significant in size. And Paul said he was never really afraid, because she was more curious about him than threatened. This mouthing behavior, on the right, was really her way of saying to him, "Hey, look how big I am!" Or you know, "My, what big teeth you have." (Laughter) Then Paul thinks that she simply took pity on him. To her, here was this big, goofy creature in the water that for some reason didn't seem to be interested in chasing penguins. So what she did was she started to bring penguins to him, alive, and put them in front of him. She dropped them off, and then they would swim away. She'd kind of look at him, like "What are you doing?" Go back and get them, and then bring them back and drop them in front of him. And she did this over the course of a couple of days, until the point where she got so frustrated with him that she started putting them directly on top of his head. (Laughter) Which just resulted in a fantastic photograph. (Laughter) Eventually, though, Paul thinks that she just figured that he was never going to survive. This is her just puffing out, you know, snorting out in disgust. (Laughter) And lost interest with him, and went back to what she does best.
Lalu kemudian Paul masuk ke dalam air. Dan dia menurutnya saat itu dia tidak pernah takut. Seekor singa laut betina menghampirinya. Panjangnya sekitar -- sayang tidak nampak di foto ini -- 12 kaki atau 3,6 meter. Jadi dia bisa dibilang sangat besar. Dan Paul bilang dia tidak pernah takut, karena singa laut itu cenderung penasaran ketimbang takut. Caranya singa laut di sebelah kanan itu memamerkan mulutnya sebenarnya caranya untuk bilang "Hei lihat betapa besarnya aku!" atau mungkin, "Wah, gigimu besar sekali." (Tertawa) Kemudian Paul berpikir hewan ini mungkin kasihan padanya. Baginya, Paul seperti mahluk besar dan aneh di dalam air yang entah kenapa tidak nampak tertarik untuk mengejar penguin-penguin itu. Yang kemudian dilakukannya adalah ia membawakan penguin pada Paul. hidup-hidup dan diletakkan di depannya. Ia menjatuhkan penguin itu dan berenang menjauh. Ia seolah melihat dan berkata "Apa yang kau lakukan?" Ia kembali mengambil penguin itu dan membawanya kembali lalu menjatuhkan di depan Paul. Selama beberapa hari ia terus melakukan ini sampai akhirnya ia merasa kesal dengan Paul, dan meletakkan penguin itu di atas kepalanya. (Tertawa) Dan menghasilkan sebuah karya foto yang luar biasa. (Tertawa) Akhirnya Paul merasa, hewan ini baru tahu bahwa Paul tidak akan pernah bisa bertahan. Ini caranya menghela nafas. Semacam dengusan kemuakan. (Tertawa) Iapun tidak lagi berminat pada Paul dan kembali pada kebiasaannya.
Paul set out to photograph a relatively mysterious and unknown creature, and came back with not just a collection of photographs, but an amazing experience and a great story. It is these kinds of stories, ones that go beyond the immediate or just the superficial that demonstrate the power of photojournalism. I believe that photography can make a real connection to people, and can be employed as a positive agent for understanding the challenges and opportunities facing our world today. Thank you. (Applause)
Paul kemudian memotret sejenis mahluk misterous dan tidak dikenal, dan kembali bukan hanya dengan sekumpulan karya foto, tapi sebuah pengalaman dan kisah yang hebat. Kisah-kisah seperti inilah yang lebih dari sekedar karya segera jadi atau dangkal yang menunjukkan kekuatan jurnalisme foto. Saya yakin fotografi bisa menciptakan hubungan antar manusia yang sebenarnya, dan bisa digunakan sebagai perantara yang positif untuk memahami berbagai tantangan dan kesempatan yang dihadapi dunia kita saat ini. Terimakasih. (Tepuk Tangan)