The night before I was heading for Scotland, I was invited to host the final of "China's Got Talent" show in Shanghai with the 80,000 live audience in the stadium. Guess who was the performing guest? Susan Boyle. And I told her, "I'm going to Scotland the next day." She sang beautifully, and she even managed to say a few words in Chinese: 送你葱 So it's not like "hello" or "thank you," that ordinary stuff. It means "green onion for free." Why did she say that? Because it was a line from our Chinese parallel Susan Boyle -- a 50-some year-old woman, a vegetable vendor in Shanghai, who loves singing Western opera, but she didn't understand any English or French or Italian, so she managed to fill in the lyrics with vegetable names in Chinese. (Laughter) And the last sentence of Nessun Dorma that she was singing in the stadium was "green onion for free." So [as] Susan Boyle was saying that, 80,000 live audience sang together. That was hilarious.
Di malam sebelum saya berangkat ke Skotlandia, saya diundang untuk membawakan acara final "China's Got Talent" di Shanghai yang dihadiri 80.000 penonton. Tebak siapa yang menjadi bintang tamu? Susan Boyle. Saya mengatakan padanya, "Aku akan ke Skotlandia besok." Dia menyanyi dengan sangat indah bahkan berusaha mengucapkan beberapa kata Bahasa China. [Song Ni Cong] Artinya bukanlah "halo" atau "terima kasih," itu kalimat biasa. Artinya "daun bawang gratis." Mengapa dia mengatakannya? Karena itulah kalimat yang diucapkan orang China yang mirip Susan Boyle -- seorang ibu berusia 50-an, penjual sayuran di Shanghai, yang suka menyanyi lagu opera Barat, namun dia tidak paham Bahasa Inggris, Perancis atau Italia, jadi dia mencoba mengganti liriknya dengan nama-nama sayur dalam Bahasa China. (Tawa) Maka kalimat terakhir dari lagu Nessun Dorma yang dinyanyikannya di panggung adalah "daun bawang gratis". Jadi saat Susan Boyle mengatakan itu, 80.000 penonton menyanyi bersama. Itu sangat menakjubkan.
So I guess both Susan Boyle and this vegetable vendor in Shanghai belonged to otherness. They were the least expected to be successful in the business called entertainment, yet their courage and talent brought them through. And a show and a platform gave them the stage to realize their dreams. Well, being different is not that difficult. We are all different from different perspectives. But I think being different is good, because you present a different point of view. You may have the chance to make a difference.
Jadi saya kira baik Susan Boyle maupun penjual sayur di Shanghai ini adalah milik sebuah kelainan. Orang-orang yang paling tidak disangka akan sukses dalam bisnis yang disebut hiburan, namun keberanian dan bakat mereka membuat hal itu terjadi. Sebuah pertunjukan dan platform memberikan panggung untuk mewujudkan impian mereka. Tampil beda memang tidak sesulit itu. Kita semua berbeda ditinjau dari perspektif yang berbeda. Namun saya kira tampil beda itu baik, sebab Anda menyajikan sudut pandang lain. Anda mungkin punya kesempatan untuk membuat perbedaan.
My generation has been very fortunate to witness and participate in the historic transformation of China that has made so many changes in the past 20, 30 years. I remember that in the year of 1990, when I was graduating from college, I was applying for a job in the sales department of the first five-star hotel in Beijing, Great Wall Sheraton -- it's still there. So after being interrogated by this Japanese manager for a half an hour, he finally said, "So, Miss Yang, do you have any questions to ask me?" I summoned my courage and poise and said, "Yes, but could you let me know, what actually do you sell?" I didn't have a clue what a sales department was about in a five-star hotel. That was the first day I set my foot in a five-star hotel.
Generasi saya sungguh beruntung karena dapat menyaksikan dan turut serta dalam transformasi bersejarah di China yang telah mengubah banyak hal selama 20-30 tahun terakhir ini. Saya ingat di tahun 1990, saat saya baru lulus kuliah, saya melamar di bagian pemasaran dari hotel bintang lima pertama di Beijing, Great Wall Sheraton -- sekarang masih ada. Setelah ditanyai oleh manajer dari Jepang selama setengah jam, dia akhirnya berkata, "Baiklah, Nona Yang, apakah Anda punya pertanyaan?" Saya mengumpulkan keberanian dan ketenangan lalu berkata, "Ya, bolehkah saya tahu, apa yang sebenarnya Anda jual?" Saya tidak punya gambaran apa itu bagian pemasaran dari sebuah hotel bintang lima. Itulah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di hotel bintang lima.
Around the same time, I was going through an audition -- the first ever open audition by national television in China -- with another thousand college girls. The producer told us they were looking for some sweet, innocent and beautiful fresh face. So when it was my turn, I stood up and said, "Why [do] women's personalities on television always have to be beautiful, sweet, innocent and, you know, supportive? Why can't they have their own ideas and their own voice?" I thought I kind of offended them. But actually, they were impressed by my words. And so I was in the second round of competition, and then the third and the fourth. After seven rounds of competition, I was the last one to survive it. So I was on a national television prime-time show. And believe it or not, that was the first show on Chinese television that allowed its hosts to speak out of their own minds without reading an approved script. (Applause) And my weekly audience at that time was between 200 to 300 million people.
Kira-kira pada saat yang sama, Saya mengikuti sebuah audisi -- audisi terbuka pertama dari televisi nasional China -- bersama ribuan mahasiswi lainnya. Produsernya mengatakan mereka mencari wajah yang manis, polos serta cantik dan segar. Begitu tiba giliran saya, saya berdiri dan berkata, "Mengapa ciri kepribadian perempuan di TV selalu harus cantik, manis, polos dan penurut? Mengapa mereka tidak boleh punya ide dan suara sendiri?" Saya pikir saya melawan mereka. Namun ternyata mereka terkesan. Jadi saya masuk ke putaran kedua, kemudian ketiga dan keempat. Setelah tujuh putaran kompetisi, saya menjadi satu-satunya yang bertahan. Maka saya masuk ke pertunjukan utama di televisi nasional. Dan boleh percaya atau tidak, itulah pertunjukan televisi China pertama yang membolehkan pembawa acaranya mengucapkan pikirannya sendiri tanpa membaca naskah yang telah disetujui. (Tepuk tangan) Dan pemirsa mingguan saya saat itu jumlahnya sekitar 200-300 juta orang.
Well after a few years, I decided to go to the U.S. and Columbia University to pursue my postgraduate studies, and then started my own media company, which was unthought of during the years that I started my career. So we do a lot of things. I've interviewed more than a thousand people in the past. And sometimes I have young people approaching me say, "Lan, you changed my life," and I feel proud of that. But then we are also so fortunate to witness the transformation of the whole country. I was in Beijing's bidding for the Olympic Games. I was representing the Shanghai Expo. I saw China embracing the world and vice versa. But then sometimes I'm thinking, what are today's young generation up to? How are they different, and what are the differences they are going to make to shape the future of China, or at large, the world?
Setelah beberapa tahun, Saya memutuskan pergi ke Columbia University di AS untuk kuliah pascasarjana, kemudian memulai perusahaan media sendiri, yang tak pernah terbayangkan saat saya memulai karir saya. Jadi kami melakukan banyak hal. Saya sudah mewawancarai ribuan orang Terkadang ada anak muda yang mendekati saya mengatakan, "Lan, Kau telah mengubah hidupku," dan saya bangga akan hal itu. Namun kami juga beruntung bisa menyaksikan transformasi dari seluruh negeri. Saya hadir saat penentuan Beijing sebagai tuan rumah Olimpiade Saya mewakili Shanghai Expo Saya melihat China merangkul dunia dan sebaliknya. Namun kemudian saya berpikir, kemana nantinya generasi muda ini? Bagaimana mereka bisa berbeda, dan perbedaan seperti apa yang akan mereka buat untuk membentuk masa depan China dan dunia?
So today I want to talk about young people through the platform of social media. First of all, who are they? [What] do they look like? Well this is a girl called Guo Meimei -- 20 years old, beautiful. She showed off her expensive bags, clothes and car on her microblog, which is the Chinese version of Twitter. And she claimed to be the general manager of Red Cross at the Chamber of Commerce. She didn't realize that she stepped on a sensitive nerve and aroused national questioning, almost a turmoil, against the credibility of Red Cross. The controversy was so heated that the Red Cross had to open a press conference to clarify it, and the investigation is going on.
Jadi sekarang saya ingin berbicara tentang pemuda melewat platform media sosial Pertama, siapa mereka? Seperti apa mereka? Dia adalah seorang gadis bernama Guo Meimei -- 20 tahun dan cantik. Ia memamerkan tas mahal, busana, dan mobilnya dalam microblog-nya microblog itu adalah Twitter versi China. Dia mengatakan akan menjadi Manajer Umum dari Palang Merah di bagian Dewan Niaga. Dia tidak menyadari bahwa dia telah melangkah ke hal yang sensitif dan menimbulkan tanda tanya besar, yang hampir mengacaukan, kredibilitas Palang Merah. Kontroversi itu begitu panas sampai Palang Merah harus menggelar konferensi pers untuk mengklarifikasinya dan investigasi itu masih terus berlangsung.
So far, as of today, we know that she herself made up that title -- probably because she feels proud to be associated with charity. All those expensive items were given to her as gifts by her boyfriend, who used to be a board member in a subdivision of Red Cross at Chamber of Commerce. It's very complicated to explain. But anyway, the public still doesn't buy it. It is still boiling. It shows us a general mistrust of government or government-backed institutions, which lacked transparency in the past. And also it showed us the power and the impact of social media as microblog.
Sampai saat ini, kami tahu bahwa dia membuat tampilan itu -- mungkin karena ia merasa bangga bila dihubungkan dengan badan amal. Semua barang mewah itu sebenarnya hadiah dari pacarnya yang pernah menjadi anggota dalam subdivisi Palang Merah pada Dewan Niaganya. Sangat rumit untuk dijelaskan. Namun tetap saja publik tidak bisa menerimanya. Masalah ini masih panas dan menunjukkan ketidakpercayaan umum terhadap pemerintah atau institusi yang didukung pemerintah, yang dulunya memang tidak transparan. Ini juga menunjukkan pada kita kekuatan dan dampak media sosial seperti microblog.
Microblog boomed in the year of 2010, with visitors doubled and time spent on it tripled. Sina.com, a major news portal, alone has more than 140 million microbloggers. On Tencent, 200 million. The most popular blogger -- it's not me -- it's a movie star, and she has more than 9.5 million followers, or fans. About 80 percent of those microbloggers are young people, under 30 years old. And because, as you know, the traditional media is still heavily controlled by the government, social media offers an opening to let the steam out a little bit. But because you don't have many other openings, the heat coming out of this opening is sometimes very strong, active and even violent.
Microblog membludak di tahun 2010, jumlah pengunjungnya naik dua kali lipat kemudian tiga kali lipat. Sina.com, portal berita utama sudah memiliki 140 juta penulis microblog. Di Tecent, ada 200 juta. Narablog paling terkenal -- bukan saya -- seorang bintang film, dia memiliki lebih dari 9,5 juta pengikut, atau fans. Sekitar 80 persen dari pengguna microblog ini adalah anak muda, di bawah usia 30 tahun. Dan karena, seperti Anda tahu, media tradisional masih sangat dikendalikan oleh pemerintah, maka media sosial menawarkan tempat terbuka yang sedikit melegakan. Karena Anda tidak punya tempat terbuka yang lain, maka suasana panas dari tempat terbuka ini kadangkala sangat kuat, aktif dan bahkan kasar.
So through microblogging, we are able to understand Chinese youth even better. So how are they different? First of all, most of them were born in the 80s and 90s, under the one-child policy. And because of selected abortion by families who favored boys to girls, now we have ended up with 30 million more young men than women. That could pose a potential danger to the society, but who knows; we're in a globalized world, so they can look for girlfriends from other countries. Most of them have fairly good education. The illiteracy rate in China among this generation is under one percent. In cities, 80 percent of kids go to college. But they are facing an aging China with a population above 65 years old coming up with seven-point-some percent this year, and about to be 15 percent by the year of 2030. And you know we have the tradition that younger generations support the elders financially, and taking care of them when they're sick. So it means young couples will have to support four parents who have a life expectancy of 73 years old.
Jadi melalui microblog, kita juga mampu memahami pemuda China dengan lebih baik. Jadi bagaimana mereka berbeda? Pertama, kebanyakan mereka lahir di tahun 80-an dan 90-an, di bawah kebijakan anak-tunggal. Dan karena aborsi terencana oleh keluarga yang lebih menyukai anak laki-laki, kini kita melihat hasilnya jumlah lelaki muda 30 juta orang lebih banyak daripada perempuan. Ini dapat menghasilkan bahaya potensial bagi masyarakat, tapi siapa tahu; karena kita ada di era globalisasi, mereka bisa saja mencari pacar dari negara lain. Kebanyakan mereka memiliki pendidikan yang baik. Tingkat buta huruf di China pada generasi ini ada di bawah satu persen. Di daerah kota, 80 persen anak memperoleh pendidikan tinggi. Tetapi mereka berhadapan dengan generasi tua China dengan populasi yang berusia di atas 65 tahun naik sekitar tujuh persen pada tahun ini dan diperkirakan akan menjadi 15 persen di tahun 2030. Dan kami punya tradisi bahwa yang muda akan mendukung yang tua secara finansial, dan merawat mereka ketika mereka sakit. Jadi itu berarti pasangan muda harus menanggung empat orang tua yang angka harapan hidupnya sekitar 73 tahun.
So making a living is not that easy for young people. College graduates are not in short supply. In urban areas, college graduates find the starting salary is about 400 U.S. dollars a month, while the average rent is above $500. So what do they do? They have to share space -- squeezed in very limited space to save money -- and they call themselves "tribe of ants." And for those who are ready to get married and buy their apartment, they figured out they have to work for 30 to 40 years to afford their first apartment. That ratio in America would only cost a couple five years to earn, but in China it's 30 to 40 years with the skyrocketing real estate price.
Ini akan menyulitkan kehidupan bagi orang-orang muda. Lulusan kuliah tidak mudah mencari penghidupan. Di wilayah perkotaan, gaji awal bagi lulusan sarjana biasanya sekitar 400 dolar AS sebulan, sementara rata-rata biaya sewa rumah di atas 500 dolar Jadi apa yang mereka lakukan? Mereka harus berbagi tempat -- berdesak-desakan di ruang yang sangat sempit untuk menghemat uang -- dan mereka menyebut diri mereka "kaum semut" Siapa saja yang sudah siap menikah dan membeli apartemen, mereka menemukan bahwa mereka harus bekerja selama 30 sampai 40 tahun untuk bisa melunasi apartemen mereka. Rasio seperti itu di Amerika hanya akan menghabiskan waktu lima tahun, tapi di China perlu waktu 30-40 tahun dengan harga perumahan yang menjulang tinggi.
Among the 200 million migrant workers, 60 percent of them are young people. They find themselves sort of sandwiched between the urban areas and the rural areas. Most of them don't want to go back to the countryside, but they don't have the sense of belonging. They work for longer hours with less income, less social welfare. And they're more vulnerable to job losses, subject to inflation, tightening loans from banks, appreciation of the renminbi, or decline of demand from Europe or America for the products they produce. Last year, though, an appalling incident in a southern OEM manufacturing compound in China: 13 young workers in their late teens and early 20s committed suicide, just one by one like causing a contagious disease. But they died because of all different personal reasons. But this whole incident aroused a huge outcry from society about the isolation, both physical and mental, of these migrant workers.
Dari 200 juta pekerja migran, 60 persennya adalah kaum muda. Mereka menemukan diri mereka terjepit di antara daerah perkotaan dan pedesaan. Kebanyakan dari mereka tidak mau kembali ke desa, namun mereka tidak punya rasa memiliki. Mereka bekerja lebih lama dengan pendapatan dan kesejahteraan sosial yang rendah. Mereka lebih rentan untuk kehilangan pekerjaan, tergantung pada inflasi, pengetatan pinjaman bank, penguatan nilai Yuan, atau penurunan permintaan dari Eropa atau Amerika atas barang yang mereka hasilkan. Tahun lalu, satu kecelakaan mengerikan terjadi di pabrik kimia OEM di China bagian selatan: 13 orang pekerja muda di usia mereka yang masih belasan dan awal 20-an melakukan aksi bunuh diri, satu per satu seperti terkena wabah penyakit. Mereka meninggal karena alasan pribadi yang berbeda-beda. Seluruh kejadian ini menimbulkan kemarahan besar dari masyarakat akibat pengucilan baik secara fisik dan mental terhadap para pekerja migran ini.
For those who do return back to the countryside, they find themselves very welcome locally, because with the knowledge, skills and networks they have learned in the cities, with the assistance of the Internet, they're able to create more jobs, upgrade local agriculture and create new business in the less developed market. So for the past few years, the coastal areas, they found themselves in a shortage of labor.
Orang-orang yang benar-benar kembali ke desa, akan disambut dengan baik sebab dengan pengetahuan, keahlian dan jaringan yang mereka pelajari di kota, dan dengan bantuan Internet, mereka mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pertanian lokal dan membangun bisnis baru dalam pasar yang masih belum berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir, daerah pesisir, mengalami kekurangan tenaga kerja.
These diagrams show a more general social background. The first one is the Engels coefficient, which explains that the cost of daily necessities has dropped its percentage all through the past decade, in terms of family income, to about 37-some percent. But then in the last two years, it goes up again to 39 percent, indicating a rising living cost. The Gini coefficient has already passed the dangerous line of 0.4. Now it's 0.5 -- even worse than that in America -- showing us the income inequality. And so you see this whole society getting frustrated about losing some of its mobility. And also, the bitterness and even resentment towards the rich and the powerful is quite widespread. So any accusations of corruption or backdoor dealings between authorities or business would arouse a social outcry or even unrest.
Diagram ini menunjukkan latar belakang sosial yang lebih umum. Yang pertama adalah Koefisien Engels, yang menjelaskan biaya kebutuhan sehari-hari persentasenya telah menurun selama beberapa dekade terakhir, ditinjau dari pendapatan keluarga, menjadi sekitar 37 koma sekian persen. Namun dalam dua tahun terakhir, angka itu naik lagi ke 39 persen, yang menunjukkan naiknya biaya hidup. Koefisien Gini telah melewati garis berbahaya 0,4 Sekarang sudah 0,5 -- bahkan lebih buruk dibandingkan Amerika -- yang menunjukkan ketidaksetaraan pendapatan. Anda lihat seluruh masyarakat mulai frustasi karena kehilangan sebagian mobilitasnya. Demikian pula rasa terluka dan bahkan kebencian terhadap orang kaya dan berkuasa menyebar cukup luas. Maka setiap tuduhan korupsi atau main belakang antara penguasa dan pebisnis akan membangkitkan kemarahan sosial atau bahkan kerusuhan.
So through some of the hottest topics on microblogging, we can see what young people care most about. Social justice and government accountability runs the first in what they demand. For the past decade or so, a massive urbanization and development have let us witness a lot of reports on the forced demolition of private property. And it has aroused huge anger and frustration among our young generation. Sometimes people get killed, and sometimes people set themselves on fire to protest. So when these incidents are reported more and more frequently on the Internet, people cry for the government to take actions to stop this.
Jadi melalui beberapa topik terpanas dalam microblog, kita dapat melihat apa yang paling dipedulikan oleh kaum muda. Keadilan sosial dan tanggung jawab pemerintah merupakan tuntutan utama mereka. Selama beberapa dekade trakhir, urbanisasi dan pembangunan besar-besaran telah membuat kami menyaksikan banyak laporan pembongkaran paksa atas milik pribadi. Hal itu telah menimbulkan kemarahan dan frustasi yang besar di kalangan generasi muda. Beberapa orang terbunuh, beberapa terkadang membakar dirinya sebagai bentuk protes. Saat insiden-insiden ini semakin sering dilaporkan di Internet, orang-orang berseru agar pemerintah bertindak menghentikannya.
So the good news is that earlier this year, the state council passed a new regulation on house requisition and demolition and passed the right to order forced demolition from local governments to the court. Similarly, many other issues concerning public safety is a hot topic on the Internet. We heard about polluted air, polluted water, poisoned food. And guess what, we have faked beef. They have sorts of ingredients that you brush on a piece of chicken or fish, and it turns it to look like beef. And then lately, people are very concerned about cooking oil, because thousands of people have been found [refining] cooking oil from restaurant slop. So all these things have aroused a huge outcry from the Internet. And fortunately, we have seen the government responding more timely and also more frequently to the public concerns.
Kabar baiknya baru saja di tahun ini, dewan negara mengeluarkan peraturan baru tentang persyaratan dan pembongkaran rumah serta memberikan hak untuk menuntut pembongkaran paksa dari pemerintah lokal ke pengadilan. Hampir mirip, banyak juga isu lain terkait keamanan publik yang juga merupakan topik panas di Internet. Kita mendengar tentang polusi udara, polusi air, makanan beracun. Dan bayangkan, ada masalah terkait daging sapi palsu. Ada yang menambah bahan yang diambil dari potongan ayam atau ikan, lalu mengubahnya sehingga mirip daging sapi. Lalu ada lagi, orang yang sangat khawatir dengan minyak goreng, karena ribuan orang telah menemukan minyak goreng [daur ulang] dari sisa restoran. Jadi semua hal ini telah menimbulkan kemarahan yang besar di Internet. Dan untungnya, kami telah melihat pemerintah menanggapi dengan semakin cepat dan semakin sering akan perhatian publik ini.
While young people seem to be very sure about their participation in public policy-making, but sometimes they're a little bit lost in terms of what they want for their personal life. China is soon to pass the U.S. as the number one market for luxury brands -- that's not including the Chinese expenditures in Europe and elsewhere. But you know what, half of those consumers are earning a salary below 2,000 U.S. dollars. They're not rich at all. They're taking those bags and clothes as a sense of identity and social status. And this is a girl explicitly saying on a TV dating show that she would rather cry in a BMW than smile on a bicycle. But of course, we do have young people who would still prefer to smile, whether in a BMW or [on] a bicycle.
Selagi kaum muda tampak makin yakin akan keterlibatan mereka dalam pengambilan kebijakan publik, terkadang mereka juga bingung akan apa yang mereka mau dalam kehidupan pribadinya. China akan segera melewati A.S. untuk menjadi pasar nomor satu bagi barang-barang mewah -- itu belum termasuk belanja dari orang China di Eropa dan tempat lainnya. Namun apakah Anda tahu kalau setengah dari konsumen ini berpenghasilan kurang dari 2.000 dolar A.S. Mereka sama sekali tidak kaya. Mereka membeli tas dan pakaian ini sebagai bentuk identitas dan status sosial. Dan gadis tadi secara jelas mengatakan dalam acara TV bahwa dia lebih memilih menangis di dalam mobil BMW ketimbang tersenyum di sepeda. Namun tentu saja, ada kaum muda yang masih lebih suka tersenyum, entah di BMW atau di sepeda.
So in the next picture, you see a very popular phenomenon called "naked" wedding, or "naked" marriage. It does not mean they will wear nothing in the wedding, but it shows that these young couples are ready to get married without a house, without a car, without a diamond ring and without a wedding banquet, to show their commitment to true love. And also, people are doing good through social media. And the first picture showed us that a truck caging 500 homeless and kidnapped dogs for food processing was spotted and stopped on the highway with the whole country watching through microblogging. People were donating money, dog food and offering volunteer work to stop that truck. And after hours of negotiation, 500 dogs were rescued. And here also people are helping to find missing children. A father posted his son's picture onto the Internet. After thousands of resends in relay, the child was found, and we witnessed the reunion of the family through microblogging.
Di gambar berikut, Anda akan melihat fenomena yang sangat populer yang disebut perkawinan atau pernikahan "telanjang." Itu tidak berarti bahwa mereka tidak berbusana ketika menikah, namun menunjukkan bahwa pasangan muda ini siap untuk menikah tanpa rumah, tanpa mobil, tanpa cincin berlian dan tanpa jamuan makan, guna menunjukkan komitmen mereka akan cinta sejati. Ada juga orang yang melakukan hal baik lewat media sosial. Gambar pertama ini menunjukkan pada kita sebuah truk yang membawa 500 anjing yang tak bertuan atau yang dicuri untuk dikirim ke pejagalan sedang berhenti di jalan raya sementara seluruh negeri melihatnya melalui microblog. Orang-orang menyumbangkan uang, makanan anjing dan menawarkan kerja sukarela untuk menghentikan truk itu. Setelah berjam-jam negosiasi, 500 anjing itu diselamatkan. Ada juga orang yang membantu menemukan anak yang hilang. Seorang ayah mengunggah gambar anaknya di Internet. Setelah ribuan kali dikirimkan oleh orang lain, anak kecil itu ditemukan, dan kami menjadi saksi bersatunya kembali keluarga itu melalui microblog.
So happiness is the most popular word we have heard through the past two years. Happiness is not only related to personal experiences and personal values, but also, it's about the environment. People are thinking about the following questions: Are we going to sacrifice our environment further to produce higher GDP? How are we going to perform our social and political reform to keep pace with economic growth, to keep sustainability and stability? And also, how capable is the system of self-correctness to keep more people content with all sorts of friction going on at the same time? I guess these are the questions people are going to answer. And our younger generation are going to transform this country while at the same time being transformed themselves.
Jadi kebahagiaan merupakan kata terpopuler yang kami dengar selama dua tahun terkahir. Kebahagiaan tidak hanya terkait pada pengalaman atau nilai pribadi, namun juga terkait dengan lingkungan. Orang sedang memikirkan pertanyaan berikut: Apakah kita sedang mengorbankan lingkungan kita demi PDB yang lebih tinggi? Bagaimana kita melakukan reformasi sosial dan politik agar tetap seirama dengan pertumbuhan ekonomi, demi menjaga kesinambungan dan kestabilan? Dan juga seberapa mampu sistem perbaikan mandiri menjaga orang-orang agar terus senang di tengah berbagai gesekan yang terjadi pada waktu yang sama? Saya kira inilah pertanyaan yang akan dijawab orang-orang. Dan generasi muda kami akan mengubah negeri ini dan mengubah diri mereka sendiri secara bersamaan.
Thank you very much.
Terima kasih banyak.
(Applause)
(Tepuk tangan)