Father Daniel Berrigan once said that "writing about prisoners is a little like writing about the dead." I think what he meant is that we treat prisoners as ghosts. They're unseen and unheard. It's easy to simply ignore them and it's even easier when the government goes to great lengths to keep them hidden.
Pastor Daniel Berrigan pernah mengatakan, "menulis tentang para tahanan agak mirip menulis tentang orang mati." Saya rasa maksudnya, kita memperlakukan narapidana seperti hantu. Mereka tak terlihat dan tak terdengar. Sangat mudah untuk mengabaikan mereka dan lebih mudah lagi ketika pemerintah berusaha menutupi keberadaan mereka.
As a journalist, I think these stories of what people in power do when no one is watching, are precisely the stories that we need to tell. That's why I began investigating the most secretive and experimental prison units in the United States, for so-called "second-tier" terrorists. The government calls these units Communications Management Units or CMUs. Prisoners and guards call them "Little Guantanamo." They are islands unto themselves. But unlike Gitmo they exist right here, at home, floating within larger federal prisons.
Sebagai seorang jurnalis, saya rasa kisah ini, tentang apa yang dilakukan pihak berwenang saat tak ada yang melihat, adalah kisah yang justru harus dituturkan. Itu sebabnya saya mulai menyelidiki unit penjara paling rahasia dan eksperimental di Amerika, yang dikhususkan untuk teroris "tingkat dua." Pemerintah menyebut unit ini Communication Management Units atau CMU. Narapidana dan sipir penjara menyebutnya "Guantanamo Kecil." CMU adalah kepulauan sendiri. Tapi tak seperti Gitmo, CMU ada di sini, di Amerika, di dalam penjara federal yang lebih besar.
There are 2 CMUs. One was opened inside the prison in Terre Haute, Indiana, and the other is inside this prison, in Marion, Illinois. Neither of them underwent the formal review process that is required by law when they were opened. CMU prisoners have all been convicted of crimes. Some of their cases are questionable and some involve threats and violence. I'm not here to argue the guilt or innocence of any prisoner. I'm here because as Supreme Court Justice Thurgood Marshall said, "When the prisons and gates slam shut, prisoners do not lose their human quality."
Ada dua CMU. Satu beroperasi di dalam penjara Terre Haute, Indiana, dan satu lagi di dalam penjara ini, di Marion, Illinois. Keduanya tidak melalui proses peninjauan resmi yang diwajibkan secara hukum saat pertama beroperasi. Semua tahanan CMU pernah didakwa atas tindak kejahatan. Beberapa kasusnya dipertanyakan dan ada yang mencakup ancaman dan kekerasan. Saya di sini bukan untuk berdebat apakah tahanan bersalah atau tidak, tapi karena seperti yang dikatakan Hakim Mahkamah Agung Thurgood Marshall, "Saat gerbang penjara ditutup, para tahanan tidak kehilangan kualitas kemanusiaannya."
Every prisoner I've interviewed has said there are three flecks of light in the darkness of prison: phone calls, letters and visits from family. CMUs aren't solitary confinement, but they radically restrict all of these to levels that meet or exceed the most extreme prisons in the United States. Their phone calls can be limited to 45 minutes a month, compared to the 300 minutes other prisoners receive. Their letters can be limited to six pieces of paper. Their visits can be limited to four hours per month, compared to the 35 hours that people like Olympic Park bomber Eric Rudolph receive in the supermax. On top of that, CMU visits are non-contact which means prisoners are not allowed to even hug their family. As one CMU prisoner said, "We're not being tortured here, except psychologically."
Setiap tahanan yang saya wawancarai mengatakan bahwa ada tiga titik cerah dalam kegelapan penjara: telepon, surat, dan kunjungan keluarga. CMU bukan penjara yang terisolasi, tapi mereka melarang ketiga hal ini sampai ke tingkat yang mencapai dan bahkan melebihi penjara terekstrim di Amerika. Pembicaraan telepon dibatasi sampai 45 menit per bulan, dibandingkan 300 menit yang diterima tahanan lain. Surat untuk mereka dibatasi sampai enam lembar. Kunjungan untuk mereka dibatasi empat jam sebulan, dibandingkan dengan 35 jam maksimum di penjara super untuk orang-orang seperti Eric Rudolph, pelaku pengeboman Olympic Park. Sebagai tambahan, pengunjung ke CMU tidak bisa melakukan kontak dengan tahanan, yang berarti tahanan bahkan tak boleh memeluk keluarganya. Seperti dikatakan salah satu tahanan CMU, "Kami tidak disiksa di sini, selain secara psikologis."
The government won't say who is imprisoned here. But through court documents, open records requests and interviews with current and former prisoners, some small windows into the CMUs have opened.
Pemerintah tak mau mengatakan siapa yang dipenjara di sini. Tapi melalui dokumen pengadilan, permintaan catatan terbuka, dan wawancara dengan tahanan atau mantan tahanan, sedikit celah ke dalam CMU telah terbuka.
There's an estimated 60 to 70 prisoners here, and they're overwhelmingly Muslim. They include people like Dr. Rafil Dhafir, who violated the economic sanctions on Iraq by sending medical supplies for the children there. They've included people like Yassin Aref. Aref and his family fled to New York from Saddam Hussein's Iraq as refugees. He was arrested in 2004 as part of an FBI sting. Aref is an imam and he was asked to bear witness to a loan, which is a tradition in Islamic culture. It turned out that one of the people involved in the loan was trying to enlist someone else in a fake attack. Aref didn't know. For that, he was convicted of conspiracy to provide material support to a terrorist group.
Ada sekitar 60 sampai 70 tahanan di sini, dan sebagian besar adalah Muslim. Termasuk orang seperti Dr. Rafil Dhafir, yang melanggar sanksi ekonomi ke Irak dengan mengirimkan pasokan obat-obatan untuk anak-anak di sana. Termasuk juga orang seperti Yassin Aref. Aref dan keluarganya kabur ke New York dari pemerintahan Saddam Hussein di Irak sebagai pengungsi. Ia ditahan tahun 2004 sebagai bagian dari operasi FBI. Aref adalah seorang imam dan ia diminta untuk menjadi saksi pinjaman yang merupakan tradisi dalam budaya Islam. Ternyata salah seorang yang terlibat dalam pinjaman itu mencoba mengajak orang lain dalam sebuah penyerangan palsu. Aref tak tahu apa-apa. Untuk itu, ia didakwa melakukan konspirasi menyediakan bantuan materi pada kelompok teroris.
The CMUs also include some non-Muslim prisoners. The guards call them "balancers," meaning they help balance out the racial numbers, in hopes of deflecting law suits. These balancers include animal rights and environmental activists like Daniel McGowan.
Di CMU juga ada tahanan non-Muslim. Para sipir menyebut mereka "penyeimbang," artinya, mereka membantu menyeimbangkan jumlah ras, untuk mengelakkan gugatan hukum. Para penyeimbang ini termasuk aktivis hak hewan dan lingkungan seperti Daniel McGowan.
McGowan was convicted of participating in two arsons in the name of defending the environment as part of the Earth Liberation Front. During his sentencing, he was afraid that he would be sent to a rumored secret prison for terrorists. The judge dismissed all those fears, saying that they weren't supported by any facts. But that might be because the government hasn't fully explained why some prisoners end up in a CMU, and who is responsible for these decisions. When McGowan was transferred, he was told it's because he is a "domestic terrorist," a term the FBI uses repeatedly when talking about environmental activists. Now, keep in mind there are about 400 prisoners in US prisons who are classified as terrorists, and only a handful of them are in the CMUs. In McGowan's case, he was previously at a low-security prison and he had no communications violations.
McGowan didakwa berpartisipasi dalam dua pembakaran atas nama pembelaan lingkungan sebagai bagian dari Earth Liberation Front. Selama masa pengadilannya, ia takut ia akan dikirim ke penjara rahasia untuk teroris yang didesas-desuskan. Hakim menepis semua ketakutannya, dan berkata bahwa kekhawatirannya tak didukung fakta apapun. Tapi mungkin itu karena pemerintah belum benar-benar menjelaskan mengapa beberapa tahanan berakhir di CMU, dan siapa yang bertanggung jawab untuk keputusannya. Ketika McGowan dipindahkan, ia diberi tahu alasannya adalah karena ia adalah "teroris domestik," istilah yang terus digunakan FBI saat membicarakan tentang aktivis lingkungan. Nah, ingat bahwa ada sekitar 400 tahanan di penjara Amerika yang dikategorikan sebagai teroris, tapi hanya segelintir yang ada di CMU. Pada kasus McGowan, sebelumnya ia ditempatkan di lapas terbuka dan ia tak melakukan pelanggaran komunikasi apapun.
So, why was he moved? Like other CMU prisoners, McGowan repeatedly asked for an answer, a hearing, or some opportunity for an appeal. This example from another prisoner shows how those requests are viewed. "Wants a transfer." "Told him no." At one point, the prison warden himself recommended McGowan's transfer out of the CMU citing his good behavior, but the warden was overruled by the Bureau of Prison's Counterterrorism Unit, working with the Joint Terrorism Task Force of the FBI.
Jadi, mengapa ia dipindahkan? Seperti tahanan CMU lainnya, McGowan terus mencari jawaban, sebuah pembelaan, atau kesempatan untuk naik banding. Contoh permintaan dari tahanan lain ini, menunjukkan bagaimana permintaan tersebut dipandang. "Ingin dipindahkan." "Ditolak." Suatu ketika, sipir penjara sendiri yang merekomendasikan pemindahan McGowan keluar dari CMU merujuk pada perilakunya yang baik, namun permintaan sipir tersebut ditolak oleh Unit Anti-terorisme Badan Penjara, yang bekerja sama dengan Kelompok Kerja Gabungan Terorisme FBI.
Later I found out that McGowan was really sent to a CMU not because of what he did, but what he has said. A memo from the Counterterrorism Unit cited McGowan's "anti-government beliefs." While imprisoned, he continued writing about environmental issues, saying that activists must reflect on their mistakes and listen to each other. Now, in fairness, if you've spent any time at all in Washington, DC, you know this is really a radical concept for the government.
Belakangan, saya mengetahui bahwa McGowan dikirim ke CMU bukan karena apa yang dilakukannya, tapi karena perkataannya. Sebuah memo dari Unit Anti-terorisme mengutip perkataan McGowan tentang "keyakinan anti-pemerintah." Selama dipenjara, ia terus menulis tentang isu-isu lingkungan, mengatakan bahwa aktivis harus bercermin dari kesalahan mereka dan saling mendengarkan. Sewajarnya, jika Anda pernah tinggal barang sebentar di Washington, DC, Anda akan tahu bahwa konsep ini dipandang sangat radikal oleh pemerintah.
(Laughter)
(Tawa)
I actually asked to visit McGowan in the CMU. And I was approved. That came as quite a shock. First, because as I've discussed on this stage before, I learned that the FBI has been monitoring my work. Second, because it would make me the first and only journalist to visit a CMU. I had even learned through the Bureau of Prisons Counterterrorism Unit, that they had been monitoring my speeches about CMUs, like this one. So how could I possibly be approved to visit? A few days before I went out to the prison, I got an answer.
Saya mengajukan permintaan untuk mengunjungi McGowan di CMU. Dan disetujui. Itu cukup mengejutkan. Pertama, karena seperti yang pernah saya bahas di sini sebelumnya, saya mengetahui bahwa FBI telah mengawasi pekerjaan saya. Kedua, saya akan menjadi jurnalis pertama dan satu-satunya yang mengunjungi CMU. Saya bahkan mengetahui melalui Unit Anti-terorisme Badan Penjara, bahwa mereka mengawasi ceramah saya tentang CMU, seperti saat ini. Jadi bagamana mungkin saya diizinkan untuk berkunjung? Beberapa hari sebelum saya pergi ke sana, saya mendapat jawabannya.
I was allowed to visit McGowan as a friend, not a journalist. Journalists are not allowed here. McGowan was told by CMU officials that if I asked any questions or published any story, that he would be punished for my reporting. When I arrived for our visit, the guards reminded me that they knew who I was and knew about my work. And they said that if I attempted to interview McGowan, the visit would be terminated. The Bureau of Prisons describes CMUs as "self-contained housing units." But I think that's an Orwellian way of describing black holes. When you visit a CMU, you go through all the security checkpoints that you would expect. But then the walk to the visitation room is silent. When a CMU prisoner has a visit, the rest of the prison is on lockdown. I was ushered into a small room, so small my outstretched arms could touch each wall. There was a grapefruit-sized orb in the ceiling for the visit to be live-monitored by the Counterterrorism Unit in West Virginia. The unit insists that all the visits have to be in English for CMU prisoners, which is an additional hardship for many of the Muslim families. There is a thick sheet of foggy, bulletproof glass and on the other side was Daniel McGowan. We spoke through these handsets attached to the wall and talked about books and movies. We did our best to find reasons to laugh. To fight boredom and amuse himself while in the CMU, McGowan had been spreading a rumor that I was secretly the president of a Twilight fan club in Washington, DC
Saya diizinkan untuk mengunjungi McGowan sebagai teman, bukan jurnalis. Jurnalis tak diizinkan di sini. McGowan diberi tahu oleh petugas CMU bahwa jika saya bertanya apapun atau mempublikasikan cerita apapun, ia akan dihukum untuk laporan saya. Waktu saya tiba, para penjaga mengingatkan mereka tahu siapa saya dan yang saya kerjakan. Dan mereka bilang, jika saya berusaha mewawancarai McGowan, kunjungannya akan dibatalkan. Badan Penjara menggambarkan CMU sebagai "unit tahanan mandiri." Tapi menurut saya itu hanyalah taktik untuk menggambarkan lubang hitam. Ketika berkunjung ke CMU, Anda melalui serangkaian pos pemeriksaan yang normal untuk penjara. Tapi kemudian perjalanan ke lokasi berkunjung, sunyi. Ketika tahanan CMU mendapat kunjungan, penjara dalam kondisi pengurungan. Saya digiring ke ruangan kecil, saking kecilnya, tangan saya yang terentang dapat menyentung sisi dinding. Ada benda bulat sebesar jeruk di langit-langit agar Unit Anti-terorisme bisa mengawasi kunjungan dari Virginia Barat. Unit Anti-terorisme bersikeras, kunjungan tahanan CMU harus dalam bahasa Inggris, yang menambah kesulitan bagi kebanyakan keluarga Muslim. Ada selembar kaca tebal buram yang anti peluru dan di baliknya ada Daniel McGowan. Kami bicara melalui gagang telepon di dinding dan membahas buku dan film. Kami berusaha sebisa mungkin untuk tertawa. Untuk mengatasi kebosanan dan menghibur diri saat di CMU, McGowan telah menyebar gosip bahwa saya diam-diam adalah presiden klub penggemar Twilight di Washington, DC.
(Laughter)
(Tawa)
For the record, I'm not.
Sebagai catatan, itu tidak benar.
(Laughter) But I kind of the hope the FBI now thinks that Bella and Edward are terrorist code names.
(Tawa) Tapi saya sedikit berharap FBI sekarang berpikir Bella dan Edward adalah kode nama teroris.
(Laughter)
(Tawa)
During our visit, McGowan spoke most and at length about his niece Lily, his wife Jenny and how torturous it feels to never be able to hug them, to never be able to hold their hands. Three months after our visit, McGowan was transferred out of the CMU and then, without warning, he was sent back again. I had published leaked CMU documents on my website and the Counterterrorism Unit said that McGowan had called his wife and asked her to mail them. He wanted to see what the government was saying about him, and for that he was sent back to the CMU. When he was finally released at the end of his sentence, his story got even more Kafkaesque. He wrote an article for the Huffington Post headlined, "Court Documents Prove I was Sent to a CMU for my Political Speech."
Selama kunjungan saya, McGowan banyak bicara tentang keponakannya, Lily, istrinya Jenny, dan betapa tersiksanya ia karena tak pernah bisa memeluk mereka, tak pernah bisa menggenggam tangan mereka. Tiga bulan setelah kunjungan kami, McGowan dipindahkan dari CMU dan lalu, tanpa pemberitahuan, ia dikembalikan ke CMU. Saya telah mempublikasikan dokumen CMU yang bocor di situs saya dan Unit Anti-terorisme mengatakan bahwa McGowan menelepon istrinya dan memintanya untuk mengirimkan dokumen tersebut. Ia mau tahu apa yang dikatakan pemerintah tentangnya, dan karenanya ia dikembalikan ke CMU. Ketika ia akhirnya dibebaskan di akhir masa hukumannya, kisahnya menjadi semakin rumit dan aneh. Ia menulis artikel untuk berita utama Huffington Post, "Dokumen pengadilan membuktikan, saya dikirim ke CMU karena pidato politik."
The next day he was thrown back in jail for his political speech. His attorneys quickly secured his release, but the message was very clear: Don't talk about this place.
Esoknya, ia kembali dipenjara karena pidato politiknya. Pengacaranya segera mengajukan pembebasannya, tapi pesannya sangat jelas: Jangan bicara tentang tempat ini.
Today, nine years after they were opened by the Bush administration, the government is codifying how and why CMUs were created. According to the Bureau of Prisons, they are for prisoners with "inspirational significance." I think that is very nice way of saying these are political prisons for political prisoners.
Hari ini, sembilan tahun sejak CMU dibuka oleh pemerintahan Bush, pemerintah mengkodifikasi bagaimana dan mengapa CMU dibuat. Menurut Badan Penjara, CMU adalah untuk para tahanan dengan "inspirasi tertentu." Saya rasa itu adalah cara halus mengatakan bahwa ini adalah penjara politik untuk tahanan politik.
Prisoners are sent to a CMU because of their race, their religion or their political beliefs.
Narapidana dikirim ke CMU karena ras mereka, agama mereka, atau keyakinan politik mereka.
Now, if you think that characterization is too strong, just look at some of the government's own documents. When some of McGowan's mail was rejected by the CMU, the sender was told it's because the letters were intended "for political prisoners." When another prisoner, animal rights activist Andy Stepanian, was sent to a CMU, it was because of his anti-government and anti-corporate views.
Nah, jika Anda pikir karakterisasi tersebut terlalu kuat, lihat saja beberapa dokumen milik pemerintah. Ketika beberapa surat McGowan ditolak oleh CMU, pengirimnya diberi tahu bahwa itu karena surat-suratnya ditujukan "pada tahanan politik." Ketika tahanan lainnya, aktivis hak hewan Andy Stepanian, dikirim ke CMU, itu dikarenakan pandangannya yang anti pemerintah dan anti korporasi.
Now, I know all of this may be hard to believe, that it's happening right now, and in the United States. But the unknown reality is that the US has a dark history of disproportionately punishing people because of their political beliefs. In the 1960s, before Marion was home to the CMU, it was home to the notorious Control Unit. Prisoners were locked down in solitary for 22 hours a day. The warden said the unit was to "control revolutionary attitudes." In the 1980s, another experiment called the Lexington High Security Unit held women connected to the Weather Underground, Black Liberation and Puerto Rican independent struggles. The prison radically restricted communication and used sleep deprivation, and constant light for so-called "ideological conversion." Those prisons were eventually shut down, but only through the campaigning of religious groups and human rights advocates, like Amnesty International.
Nah, saya tahu, semua ini sulit dipercaya, bahwa hal ini terjadi saat ini di Amerika. Tapi kenyataan yang tak kita ketahui bahwa Amerika punya masa lalu gelap menjatuhkan hukuman secara tidak adil karena keyakinan politik seseorang. Tahun 1960-an, sebelum CMU dibuka di Marion, Marion memiliki Unit Kendali yang terkenal kejam. Para tahanan dikurung dalam ruang isolasi 22 jam sehari. Sipir mengatakan bahwa unit tersebut untuk "mengendalikan sikap revolusioner." Tahun 1980-an, percobaan lain yang disebut Lexington High Security Unit menahan wanita yang terhubung dengan Weather Underground, Black Liberation, dan perjuangan kemerdekaan Puerto Riko. Penjara melarang komunikasi dalam bentuk apa pun dan mengurangi waktu tidur narapidana dan pencahayaan konstan untuk melakukan yang disebut "konversi ideologis." Penjara seperti ini akhirnya ditutup tapi hanya setelah kampanye kelompok agama dan advokat HAM seperti Amnesty International.
Today, civil rights lawyers with the Center for Constitutional Rights are challenging CMUs in court for depriving prisoners of their due process rights and for retaliating against them for their protected political and religious speech. Many of these documents would have never come to light without this lawsuit.
Sekarang, pengacara hak sipil dari Pusat Hak-Hak Konstitusi menantang CMU di pengadilan karena mencabut hak tahanan untuk mendapatkan pemrosesan hukum dan untuk membalas dendam pada mereka atas pidato politik dan religius mereka yang dilindungi [Undang-Undang]. Banyak dokumen ini tak akan pernah muncul tanpa tuntutan ini.
The message of these groups and my message for you today is that we must bear witness to what is being done to these prisoners. Their treatment is a reflection of the values held beyond prison walls. This story is not just about prisoners. It is about us. It is about our own commitment to human rights. It is about whether we will choose to stop repeating the mistakes of our past. If we don't listen to what Father Berrigan described as the stories of the dead, they will soon become the stories of ourselves.
Pesan dari kelompok ini dan pesan saya untuk Anda hari ini adalah kita harus menjadi saksi atas apa yang sudah dilakukan terhadap para tahanan ini. Perlakuan yang mereka terima adalah cerminan nilai yang dijunjung di balik tembok penjara. Kisah ini bukan hanya tentang para narapidana. Tapi juga mengenai kita, mengenai komitmen kita akan hak asasi manusia, apakah kita memiliih untuk berhenti mengulangi kesalahan masa lalu. Jika kita tak mendengar yang digambarkan Pastor Berrigan sebagai kisah orang mati, tak lama ia akan menjadi kisah diri kita sendiri.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)
(Applause ends)
Tom Rielly: I have a couple questions. When I was in high school, I learned about the Bill of Rights, the Constitution, freedom of speech, due process and about 25 other laws and rights that seem to be violated by this. How could this possibly be happening?
Tom Rielly: Saya punya beberapa pertanyaan. Di SMU, saya belajar tentang UU HAM, UUD, kebebasan berbicara, hak pemrosesan hukum, dan sekitar 25 hukum dan hak lainnya yang sepertinya telah dilanggar oleh apa yang Anda ceritakan. Bagaimana ini bisa terjadi?
Will Potter: I think that's the number one question I get throughout all of my work, and the short answer is that people don't know. I think the solution to any of these types of situations, any rights abuses, are really dependent on two things. They're dependent on knowledge that it's actually happening and then a means and efficacy to actually make a change. And unfortunately with these prisoners, one, people don't know what's happening at all and then they're already disenfranchised populations who don't have access to attorneys, not native English speakers. In some of these cases, they have great representation that I mentioned, but there's just not a public awareness of what's happening.
Will Potter: Saya rasa itu adalah pertanyaan nomor satu sepanjang karir saya, dan jawabannya singkatnya adalah, karena orang-orang tidak tahu. Menurut saya, solusi atas situasi seperti ini, pelanggaran hak apapun, benar-benar tergantung pada dua hal. Yaitu pengetahuan bahwa hal itu terjadi, dan cara dan upaya efektif untuk benar-benar membuat perubahan. Dan sayangnya dengan para tahanan ini, pertama, orang-orang sama sekali tak tahu apa yang terjadi, dan mereka sudah menjadi masyarakat yang kehilangan haknya, yang tak punya akses ke pengacara, bahasa ibu mereka bukan bahasa Inggris. Pada beberapa kasus, mereka mendapat pembelaan bagus yang saya sebutkan tadi, tapi tetap tidak ada kesadaran publik tentang apa yang terjadi.
TR: Isn't it guaranteed in prison that you have right to council or access to council?
TR: Bukankah di penjara dijamin bahwa seseorang punya hak mendapat pengacara? WP: Ada kecenderungan dalam budaya kita
WP: There's a tendency in our culture to see when people have been convicted of a crime, no matter if that charge was bogus or legitimate, that whatever happens to them after that is warranted. And I think that's a really damaging and dangerous narrative that we have, that allows these types of things to happen, as the general public just kind of turns a blind eye to it.
untuk memandang saat seseorang didakwa atas suatu kejahatan, tak peduli tuduhannya palsu atau sah, apapun yang terjadi pada mereka sesudahnya sudah sepantasnya. Dan menurut saya itu adalah narasi yang merusak dan berbahaya, yang membuat hal-hal semacam ini terjadi, karena masyarakat awam seperti menutup mata saja.
TR: All those documents on screen were all real documents, word for word, unchanged at all, right?
TR: Semua dokumen yang ditunjukkan tadi asli dan benar, kata demi kata, tak diubah sedikit pun, kan?
WP: Absolutely. I've actually uploaded all of them to my website. It's willpotter.com/CMU and it's a footnoted version of the talk, so you can see the documents for yourself without the little snippets. You can see the full version. I relied overwhelmingly on primary source documents or on primary interviews with former and current prisoners, with people that are dealing with this situation every day. And like I said, I've been there myself, as well.
WP: Tentu saja. Saya sudah mengunggah semuanya di situs saya. Alamatnya willpotter.com/CMU dan merupakan versi catatan kaki ceramah ini, jadi Anda bisa lihat sendiri dokumennya tanpa dipotong sedikitpun. Anda bisa lihat versi utuhnya. Saya sangat mengandalkan dokumen primer atau wawancara langsung dengan tahanan atau mantan tahanan, dengan orang yang berurusan dengan situasi ini setiap hari. Dan seperti saya katakan, saya juga pernah ke sana.
TR: You're doing courageous work.
TR: Anda sangat berani.
WP: Thank you very much. Thank you all.
WP: Terima kasih banyak. Terima kasih semuanya.
(Applause)
(Tepuk tangan)