We all know that saving is important and is something that we should be doing. And yet, overall, we're doing less and less of it.
Kita semua tahu menabung itu penting dan harus dilakukan. Namun, sebagian besar, kita melakukannya semakin jarang.
[The Way We Work]
[Cara Kita Melakukannya]
We know what we need to do. The question is: How do we do it? And that's what I'm here to teach you.
Kita tahu yang harus dilakukan. Pertanyaannya: bagaimana cara kita melakukannya? Dan itulah yang ingin saya bagikan.
Your savings behavior isn't a question of how smart you are or how much willpower you have. The amount we save depends on the environmental cues around us. Let me give you an example.
Perilaku menabung bukanlah mengenai seberapa cerdas Anda atau seberapa besar tekad Anda. Jumlah tabungan kita tergantung pada kondisi lingkungan di sekitar kita. Saya beri contoh.
We ran a study in which, in one group, we showed people their income on a monthly basis. In another group, we showed people their income on a weekly basis. And what we found was that people who saw their income on a weekly basis were able to budget better throughout the month. Now, it's important to know that we didn't change how much money people were receiving, we just changed the environment in which they understood their income. And environmental cues like this have an impact.
Kami melakukan suatu penelitian, di mana pada satu grup kami perlihatkan kepada peserta penghasilan mereka per bulan. Di grup lainnya, kami perlihatkan penghasilan mereka per minggu. Hasilnya, grup yang melihat penghasilan per minggu bisa mengatur keuangannya lebih baik di bulan itu. Jadi, harus dipahami bahwa kami tak mengubah jumlah uang yang mereka dapatkan, kami hanya mengubah cara pandang penghasilan mereka. Dan cara pandang seperti ini berdampak.
So I'm not going to share tricks with you that you already know. I'm not going to tell you how to open up a savings account or how to start saving for your retirement. What I am going to share with you is how to bridge this gap from your intentions to save and your actions. Are you ready?
Saya tak akan berbagi trik yang Anda sudah tahu. Saya tak akan mengajarkan cara membuka akun tabungan atau bagaimana memulai tabungan pensiun. Yang akan saya bagikan adalah bagaimana menjembatani celah ini antara keinginan Anda menabung dan tindakan Anda. Anda siap? Ini yang pertama:
Here's number one: harness the power of pre-commitment. Fundamentally, we think about ourselves in two different ways: our present self and our future self. In the future, we're perfect. In the future, we're going to save for retirement, we're going to lose weight, we're going to call our parents more. But we oftentimes forget that our future self is exactly the same person as our present self. We know that one of the best times to save is when you get your tax return.
Gunakan kekuatan pra-komitmen. Pada dasarnya, kita berpikir tentang diri kita dalam dua cara: Diri kita saat ini dan yang di masa depan. Di masa depan, kita sempurna, Di masa depan, kita menabung untuk masa pensiun, berat badan berkurang, lebih sering menelpon orang tua. Namun kita sering lupa bahwa kita di masa depan adalah sosok yang sama dengan kita di masa sekarang. Kami tahu waktu terbaik untuk menabung adalah saat pengembalian pajak. Jadi kami mencoba tes A/B.
So we tried an A/B test. In the first group, we texted people in early February, hopefully before they even filed for their taxes. And we asked them, "If you get a tax refund, what percentage would you like to save?" Now this is a really hard question. They didn't know if they would receive a tax refund or how much. But we asked the question anyway. In the second group, we asked people right after they received their refund, "What percentage would you like to save?"
Di grup pertama, kami mengirim pesan kepada peserta di awal Februari. mudah-mudahan sebelum mereka lapor pajak. Dan kami bertanya, "Jika dapat pengembalian pajak, berapa persen yang akan Anda tabung? Ini menjadi pertanyaan yang sulit. Mereka tidak tahu jika akan ada pengembalian pajak dan berapa jumlahnya. Tetapi kami tetap menanyakannya. Di grup kedua, pertanyaan diajukan tepat setelah pajak dikembalikan. "Berapa persen yang akan Anda tabung?" Nah, inilah yang terjadi.
Now, here's what happened. In that second condition, when people just received their tax refund, they wanted to save about 17 percent of their tax refund. But in the condition when we asked people before they even filed their taxes, savings rates increased from 17 percent to 27 percent when we asked in February. Why? Because you're committing for your future self, and of course your future self can save 27 percent. These large changes in savings behavior came from the fact that we changed the decision-making environment. We want you to be able to harness that same power. So take a moment and think about the ways in which you can sign up your future self for something that you know today will be a little bit hard. Sign up for an app that lets you make savings decisions in advance. The trick is, you have to have that binding contract.
Di grup kedua, saat mereka baru saja mendapat pengembalian pajak, mereka ingin menabung sekitar 17 persen dari pengembalian pajak, Namun di grup yang diberi pertanyaan sebelum lapor pajak, tingkat tabungan meningkat dari 17 persen ke 27 persen sewaktu ditanyakan di Februari. Kenapa? Karena Anda berkomitmen untuk Anda di masa depan, dan pastinya Anda di masa depan bisa menabung 27 persen. Perubahan besar dalam perilaku menabung ini berasal dari perubahan sudut pandang pengambilan keputusan. Kami ingin Anda mampu mengasah kekuatan ini. Jadi luangkan waktu dan pikirkan cara yang bisa digunakan oleh Anda di masa depan untuk sesuatu yang Anda tahu agak sulit jika dilakukan hari ini. Pakailah aplikasi yang membuat Anda membuat keputusan menabung di awal. Triknya adalah, harus ada kontrak yang mengikat. Kedua: gunakan momen transisi untuk membantu Anda.
Number two: use transition moments to your advantage. We did an experiment with a website that helps older adults share their housing. We ran two ads on social media, targeted to the same population of 64-year-olds. In one group, we said, "Hey, you're getting older. Are you ready for retirement? House sharing can help." In the second group, we got a little bit more specific and said, "You're 64 turning 65. Are you ready for retirement? House sharing can help." What we're doing in that second group is highlighting that a transition is happening.
Kami bereksperimen dengan sebuah situs yang membantu para lansia berbagi tempat tinggal. Kami memasang dua iklan di media sosial, yang sama-sama menargetkan populasi berusia 64 tahun. Di grup yang satu, kami mengatakan, "Hai, Anda semakin tua. Anda siap untuk masa pensiun? Berbagi rumah bisa membantu." Di grup kedua, kami membuatnya lebih spesifik dan berkata, "Anda berusia 64 hampir 65. Anda siap untuk masa pensiun? Berbagi rumah bisa membantu." Yang kami lakukan di grup kedua adalah menekankan suatu transisi sedang terjadi.
All of a sudden, we saw click-through rates, and ultimately sign-up rates, increase when we highlight that. In psychology, we call this the "fresh start effect." Whether it's the start of a new year or even a new season, your motivation to act increases. So right now, put a meeting request on your calendar for the day before your next birthday. Identify the one financial thing you most want to do. And commit yourself to it.
Seketika, kami melihat jumlah klik dan juga pendaftar, meningkat saat kami tekankan hal itu. Dalam psikologi, kami menyebutnya "efek awal yang baru". Entah itu awal tahun baru atau bahkan musim yang baru, motivasi Anda untuk bertindak meningkat. Jadi sekarang, tandai undangan rapat di kalender Anda sehari sebelum ulang tahun Anda, Kenali satu hal finansial yang paling ingin Anda lakukan. Buatlah komitmen sendiri pada hal itu.
The third and final trick: get a handle on small, frequent purchases. We've run a few different studies and found that the number one purchase people say they regret, after bank fees, is eating out. It's a frequent purchase we make almost every day, and it's death by a thousand cuts. A coffee here, a burrito there ... It adds up and decreases our ability to save.
Trik ketiga dan yang terakhir: Aturlah pembelanjaan kecil yang sering dilakukan. Kami melakukan beberapa penelitian berbeda dan menemukan bahwa pengeluaran pertama yang orang sesali, setelah biaya bank, adalah makan di luar. Itu pengeluaran rutin yang kita lakukan hampir setiap hari, dan hal itu seperti mati perlahan-lahan. Minum kopi di sini, makan burrito di sana... Ini terus bertambah dan mengurangi kemampuan kita menabung.
Back when I lived in New York City, I looked at my expenses and saw that I spent over 2,000 dollars on ride-sharing apps. It was more than my New York City rent. I vowed to make a change. And the next month, I spent 2,000 dollars again -- no change, because the information alone didn't change my behavior. I didn't change my environment.
Kembali saat saya tinggal di New York, saya melihat pengeluaran saya dan melihat saya mengeluarkan lebih dari 2.000 dolar untuk aplikasi tumpangan. Itu lebih mahal dari kontrakan saya di New York. Saya bersumpah akan membuat perubahan. Dan bulan berikutnya, saya menghabiskan 2.000 dolar lagi, tak ada perubahan, karena informasi saja tidak mengubah kebiasaan saya. Saya tidak mengubah cara pandang.
So now that I was 4,000 dollars in the hole, I did two things. The first is that I unlinked my credit card from my car-sharing apps. Instead, I linked a debit card that only had 300 dollars a month. If I needed more, I had to go through the whole process of adding a new card, and we know that every click, every barrier, changes our behavior.
Jadi saya sudah berutang 4.000 dolar, saya melakukan dua hal. Pertama, saya putuskan akses kartu kredit saya dari aplikasi tumpangan itu. Alih-alih, saya hubungkan kartu debit yang hanya ada 300 dolar sebulan. Jika saya butuh lebih, saya harus melalui proses panjang untuk menambahkan kartu baru. kita sadar setiap klik, setiap rintangan mengubah kebiasaan kita.
We aren't machines. We don't carry around an abacus every day, adding up what we're spending, in comparison to what we wanted. But what our brains are very good at is counting up the number of times we've done something. So I gave myself a limit. I can only use ride-sharing apps three times a week. It forced me to ration my travels. I got a handle on my car-sharing expenses to the benefit of my husband, because of the environmental changes that I did. So get a handle on whatever that purchase is for you, and change your environment to make it harder to do so.
Kita bukan mesin. Kita tidak membawa sempoa setiap hari, menghitung setiap pengeluaran kita, dan membandingkan dengan keinginan kita. Tapi yang sangat baik dilakukan otak kita adalah menghitung berapa kali kita sudah melakukan sesuatu. Jadi saya membatasi diri sendiri. Saya hanya boleh menggunakan aplikasi tumpangan tiga kali seminggu. Ini memaksa saya untuk menjatahi perjalananan saya. Saya mengatur pengeluaran transportasi untuk suami saya, karena perubahan lingkungan yang saya lakukan. Jadi, atur apapun bentuk pengeluaran Anda, dan ubah cara pandang Anda supaya lebih sulit melakukannya.
Those are my tips for you. But I want you to remember one thing. As human beings, we can be irrational when it comes to saving and spending and budgeting. But luckily, we know this about ourselves, and we can predict how we'll act under certain environments. Let's do that with saving. Let's change our environment to help our future selves.
Demikian tips dari saya untuk Anda. Tapi saya ingin Anda ingat satu hal. Sebagai manusia, kita bisa menjadi irasional dalam masalah menabung, berbelanja, dan mengatur keuangan. Tapi untungnya, kita tahu tentang diri kita dan kita bisa memprediksi tindakan kita dalam cara pandang tertentu. Mari lakukan itu dalam menabung. Mari ubah cara pandang kita untuk membantu diri kita di masa depan.