My grandfather was a restaurant owner. My father was a restaurant owner. My name is Vincent Yeow Lim. I'm a chef, content creator and restaurant owner. Owning and running a Chinese restaurant is one of the hardest and most valuable things I think you can do.
Kakek saya adalah pemilik restoran. Ayah saya adalah pemilik restoran. Nama saya Vincent Yeow Lim. Saya seorang koki, kreator konten sekaligus pemilik restoran. Memiliki dan mengelola restoran Tiongkok adalah hal tersulit sekaligus paling berharga yang pernah saya lakukan.
When we first arrived in Australia, my dad opened a Chinese restaurant. I would go there every single day to help him out. That was my way to spend time with him. And slowly I developed my love for cooking. At the age of 15, I was able to use a wok to cook and to serve customers. Now I’m running a 100-seater Chinese restaurant. The hard work that I saw my dad put into Chinese food makes me feel really proud. Proud that I was lucky enough to learn from a master. When I tell people that I'm a chef cooking Chinese food, I want people to value it the same way that I do.
Ketika kali pertama tiba di Australia, ayah saya membuka restoran Tiongkok. Saya pergi ke tempat itu setiap hari untuk membantu ayah. Itulah cara saya menghabiskan waktu bersamanya. Dan perlahan muncul kecintaan saya pada dunia kuliner. Pada usia 15 tahun, saya bisa memasak untuk pelanggan menggunakan wajan. Sekarang saya mengelola restoran Tiongkok berkapasitas 100 kursi. Kerja keras ayah saya dalam membuat masakan Tionghoa membuat saya sangat bangga. Bangga bahwa saya beruntung bisa belajar dari seorang ahli. Ketika saya berkata pada orang lain bahwa saya adalah koki masakan Tionghoa, saya ingin orang menghargainya sama seperti saya1.
So what is the value of Chinese food? Is it the taste? Is it the hard work and the training? Or is it the dish's history and the nostalgia it makes us feel? To me, it is all of those things. But being in the restaurant industry, I can tell you the most obvious value of food. And that is the price at which we choose to set it at.
Jadi, bagaimanakah nilai makanan Tionghoa? Apakah tentang rasa? Atau tentang kerja keras dan latihan peraciknya? Ataukah sejarah hidangan itu dan nostalgia yang ditimbulkannya? Bagi saya, semuanya bernilai. Namun dalam bisnis restoran, saya dapat memberitahu Anda nilai suatu makanan dengan pasti. Dan itulah harga yang kami tetapkan.
The perception of Chinese food is that it is indulgent, yet cheap. But the value of Chinese food is so much more than that. There is no formal culinary school to train to be a Chinese chef. And after the pandemic, there was a shortage of Chinese chefs in Australia. Now the cost of ingredients, labor and demand for Chinese food is high. The amount of skill required to cook the first dish that I ever learned doesn't match up to the price.
Masyarakat menganggap makanan Tionghoa memanjakan lidah, namun terjangkau. Tetapi, nilai makanan Tionghoa jauh lebih berharga dari itu. Tidak ada pendidikan kuliner formal untuk menjadi koki masakan Tionghoa. Dan sesudah pandemi, terjadi kekurangan koki masakan Tionghoa di Australia. Saat ini harga bahan makanan, tenaga kerja, dan permintaan makanan Tionghoa meningkat. Keahlian yang dibutuhkan untuk memasak makanan pertama yang saya pelajari tidak sebanding dengan harganya.
The first dish that I ever learned to cook was the fried rice. Fried rice is the easiest dish to cook, but also the hardest dish to get right. I actually wasn't allowed to serve customers until I got this dish right.
Masakan pertama yang saya pelajari adalah nasi goreng. Nasi goreng adalah masakan termudah, namun tersulit untuk dibuat dengan benar. Saya tidak diizinkan memasak untuk pelanggan sampai saya bisa memasaknya dengan benar.
(Laughter)
(Tertawa)
The oil goes into the wok first, but only when the wok is hot enough. The egg goes in next. This creates a nonstick coating for when the rice hits the hot wok.
Pertama, tuang minyak ke dalam wajan, perhatikan wajannya harus cukup panas. Kemudian, masukkan telur. Maka, akan terbentuk lapisan antilengket saat nasi dimasukkan ke wajan panas.
(Stove beeps)
(Kompor berbunyi)
From experience, you can tell when the rice is too wet or if the wok is too hot or too cold. All these small factors will create a different end result. If the rice is too wet, you lose the smoky aromatic flavor. But if the rice is too dry, you're basically eating pebbles.
Pengalaman akan membuat Anda mengetahui apakah nasinya terlalu lembek atau wajannya terlalu panas atau dingin. Semua faktor kecil ini akan menghasilkan hasil akhir yang berbeda. Jika nasinya terlalu lembek, Anda akan kehilangan aroma khas asapnya. Tapi jika nasinya terlalu kering, sama saja dengan memakan kerikil.
(Laughter)
(Tertawa)
Now we add a little bit of yum, yum.
Sekarang tambahkan sedikit penyedap.
(Laughter)
(Tertawa)
Now we add the cooked meats and vegetables. I'm tossing it to combine the flavors of the meat and vegetables with the rice. Even if we were to remove all the meat and vegetables, your rice should still have all the flavor.
Sekarang kita masukkan daging dan sayur yang telah dimasak. Saya mengaduknya untuk memadukan rasa daging dan sayuran dengan nasi. Meskipun kita menghilangkan daging dan sayur di dalamnya, semua rasa tersebut harus tetap ada dalam nasi.
(Sizzling)
(Mendesis)
From years of experience, I can tell you the difference between a good fried rice just from the feel and from the smell, without even having to take a bite.
Berdasar pengalaman bertahun-tahun, saya bisa mengetahui nasi goreng yang baik hanya dari perasaan dan aromanya, tanpa harus mencicipinya.
(Applause)
(Tepuk tangan)
And I thought -- I thought that was enough. But I realized cooking with one wok was way too slow. So I took the knowledge from my dad and taught myself the dual wok cooking technique, using two woks to cook two different dishes at the same time. This requires coordination, organization and years of training. What makes it harder is the combination of dishes coming up next. They have endless possibilities. Chow mein, sizzling garlic prawns, egg foo young. When one is cooking, the other is served. When the other is cooking, the next is served. The goal is that no matter the combination, all the dishes get to the table at the same time. People expect this in a Chinese restaurant. People expect variety. In a Western restaurant, you open the menu, there's 20 items. When I first started, I had 300.
Dan menurut saya-- itu sudah cukup. Tapi saya sadar, memasak dengan satu wajan masih terlalu lambat. Maka saya mengambil ilmu dari ayah saya dan berlatih teknik memasak dua wajan secara otodidak, menggunakan dua buah wajan untuk memasak dua hidangan berbeda sekaligus. Teknik ini membutuhkan koordinasi, keteraturan, dan latihan bertahun-tahun. Kesulitan muncul dari kombinasi hidangan yang disajikan. Begitu banyak kemungkinan yang ada. Mi goreng, udang goreng bawang putih, fuyunghai. Ketika satu makanan dimasak, yang lainnya siap tersaji. Ketika makanan lain dimasak, yang berikut siap terhidang. Tujuannya adalah apapun kombinasinya, semua hidangan tersaji di meja sekaligus. Ini yang orang harapkan saat di restoran Tiongkok. Mereka menginginkan keragaman. Di restoran ala Barat, saat membuka menu, Anda menemukan 20 hidangan. Saat saya baru belajar, ada 300 masakan.
(Laughter)
(Tertawa)
In a Western restaurant, you can often judge the food by the decor, the plating of the dishes or even by the number of different forks for each course. But in a Chinese restaurant, it's a little bit different. You can often judge it by things like the kids sitting on the first table doing their homework. That's when you know a Chinese restaurant will have amazing food.
Di restoran Barat, Anda dapat menilai makanan dari dekorasi, penempatan makanan di piring atau bahkan dari berapa garpu yang dipakai di tiap sajian<i>.</i> Namun di restoran Tiongkok, semuanya sedikit berbeda. Anda bisa menilainya dari hal-hal seperti anak yang duduk di meja makan sambil mengerjakan PR. Saat itulah Anda tahu restoran China ini memiliki masakan yang menakjubkan.
(Laughter)
(Tertawa)
(Applause)
(Tepuk tangan)
I was that kid.
Anak itu adalah saya.
(Laughter)
(Tertawa)
To a lot of us Chinese immigrants who started our own restaurants, the restaurant isn't just a business. It's a part of our lives. We eat almost three meals a day there, and often we just use our homes as a place to sleep. We dedicate our lives to these restaurants and to making delicious food.
Bagi kami, imigran China yang baru saja memulai bisnis restoran, hal ini bukanlah sekadar bisnis. Ini bagian hidup kami. Kami makan tiga kali sehari di sana, dan rumah kami hanya sekadar menjadi tempat untuk tidur. Kami mendedikasikan hidup kami untuk resto dan untuk membuat makanan lezat.
In Chinese cooking, we use a lot of strong flavors like ginger, garlic, chilies and even shrimp paste. The different flavors, I think, are why people like Chinese food, because every bite is different, and you never really get bored. But flavors, flavors are also built with the tools we use. When you use a wok, you get wok hei, known as "breath of the dragon." Wok hei is the reason why noodles and rice always taste better at a restaurant than when you try to cook it at home. Wok hei is the combustion of oils in the air that make that smoky aromatic flavor.
Dalam masakan Tionghoa, kami sering menggunakan rasa yang tajam seperti jahe, bawang putih, cabe dan bahkan terasi udang. Perbedaan rasa inilah yang menyebabkan masakan Tionghoa dicintai, karena tiap suapnya berbeda, dan Anda tidak akan pernah bosan. Namun rasa masakan juga diciptakan oleh perkakas yang kami gunakan. Ketika Anda menggunakan wajan, Anda mendapat <i>wok hei</i>, yang dikenal sebagai “napas naga.” <i>Wok hei </i>menyebabkan mi dan nasi goreng lebih lezat saat disantap di restoran jika dibandingkan dengan dimasak di rumah. <i>Wok hei</i> adalah terbakarnya minyak di udara yang menciptakan aroma asap.
But wok hei also tastes like nostalgia. Growing up in Malaysia, the kitchens are outside, just like this. You can smell every ingredient that goes into the wok. The air is thick with humidity, and the fragrances of the food, they linger around so much longer. Those memories, they become nostalgic. The sense of home is what I feel when I taste Chinese wok cooking. Nostalgia is what makes a good dish taste ten times better and that much more valuable.
Tapi <i>wok hei</i> juga terasa bagai nostalgia. Saya tumbuh di Malaysia di mana dapur terletak di luar rumah. Anda bisa menghirup aroma setiap bahan yang masuk ke wajan. Udara sangat lembab, dan aroma masakan jauh lebih lama menguar di udara. Memori itu menjadi nostalgia. Saat cicipi masakan tradisional Tionghoa, saya merasa pulang ke rumah. Nostalgia membuat rasa masakan sepuluh kali lebih lezat dan jauh lebih berharga.
But the value of Chinese food is often compared to fast food, quick and cheap. Although we've spent years developing skills to cook faster, Chinese food isn't fast food. It requires skills, mastery of ingredients and nostalgia.
Namun nilai makanan Tionghoa sering dibandingkan dengan makanan cepat saji yang murah. Meskipun kami bertahun-tahun berlatih untuk memasak lebih cepat, makanan Tionghoa bukan makanan cepat saji. Dibutuhkan keterampilan, penguasaan bahan dan nostalgia.
In 2017, my dad passed away. I looked up to him. He was my best friend. When he passed away, I realized -- I realized my passion of cooking dishes from my childhood. I was working as a chef at an airline’s first class lounge at the time, but I didn't have any memories of the dishes I was cooking. I wanted to feel closer to my dad. So I quit. I dropped out of university on my last semester. I hopped onto a plane, and I flew over here to Sydney. And I took over the restaurant that I own today. I wanted to record everything that my dad taught me, so I shared it on social media. It went viral. Hundreds of millions of views. A lot of people related to the recipes that I was cooking because it was what they grew up eating with their parents. I remember this one fried rice he made. I was eight years old at the time. It was the first time I recall my dad stepping into the kitchen cooking. He made this fried rice with spam, seafood, peas and a little bit of dark soy sauce. It was a little bit salty, but it was the best fried rice that I've ever had.
Pada tahun 2017, ayah saya meninggal dunia. Beliau adalah teladan. Beliau adalah sahabat saya. Ketika ayah wafat, saya menyadari minat memasak makanan dari masa kecil saya. Saat itu saya bekerja sebagai koki di ruang santai<i> </i>kelas satu sebuah maskapai, namun saya tak memiliki memori atas masakan yang saya buat. Saya merasa ingin lebih dekat dengan ayah. Maka, saya berhenti. Saya berhenti kuliah saat menempuh semester akhir. Saya bergegas terbang ke sini, ke Sydney. Dan saya mengambil alih restoran yang saat ini saya miliki. Saya ingin mengingat semua yang diajarkan ayah saya, maka, saya membagikannya di media sosial. Itu menjadi viral. Jutaan orang melihatnya. Banyak orang merasa terhubung dengan resep masakan saya karena itulah yang dulu mereka makan bersama orang tua mereka. Saya ingat nasi goreng buatan ayah. Saat itu usia saya delapan tahun. Itulah pertama kalinya saya mengingat ayah ke dapur untuk memasak. Ayah membuat nasi goreng dengan daging, udang, kacang polong dan sedikit kecap manis. Rasanya sedikit asin, namun itu adalah nasi goreng terenak yang pernah saya makan.
I cook and I've always cooked because it was a way to connect to my dad. It was something that we shared. Cooking represents all the hard work and memories that we had, learning the art, mastering the skills and understanding the history of Chinese food. To me, the value of Chinese food is so much more than the prices you pay at my restaurant.
Saya tak pernah berhenti memasak karena itulah cara untuk terhubung dengan ayah. Memasak menghubungkan kami berdua. Memasak mewakili kerja keras kami sekaligus memori kami, mempelajarinya, menguasainya, dan memahami sejarah masakan Tionghoa. Bagi saya, nilai masakan Tionghoa jauh lebih berharga dari uang yang Anda bayar di restoran saya.
So the next time you visit a Chinese restaurant, just remember. It's not just a plate of fried rice. It's so much more than that.
Lain kali saat Anda mengunjungi restoran Tionghoa, ingatlah. Ini bukan hanya sepiring nasi goreng, melainkan lebih dari itu.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)