Last year at TED we aimed to try to clarify the overwhelming complexity and richness that we experience at the conference in a project called Big Viz. And the Big Viz is a collection of 650 sketches that were made by two visual artists. David Sibbet from The Grove, and Kevin Richards, from Autodesk, made 650 sketches that strive to capture the essence of each presenter's ideas. And the consensus was: it really worked. These sketches brought to life the key ideas, the portraits, the magic moments that we all experienced last year.
Tahun lalu di TED kita berusaha memahami segala kerumitan dan keberagaman yang kita dapatkan dalam konferensi itu dengan sebuah proyek yang disebut Big Viz. Big Vis adalah kumpulan 650 sketsa yang dibuat oleh dua artis visual. David Sibbet dari The Grove, dan Kevin Richards dari Autodesk yang membuat 650 sketsa yang mencoba menangkap inti sari dari ide setiap penyaji. Dan proyek itu berhasil. Sketsa-sketsa ini menghidupkan ide-ide pokok, potret, momen-momen ajaib, yang kita alami tahun lalu.
This year we were thinking, "Why does it work?" What is it about animation, graphics, illustrations, that create meaning? And this is an important question to ask and answer because the more we understand how the brain creates meaning, the better we can communicate, and, I also think, the better we can think and collaborate together. So this year we're going to visualize how the brain visualizes.
Tahun ini kami berpikir, "Mengapa proyek itu bisa berhasil?" Mengapa animasi, gambar, ilustrasi bisa menciptakan makna? Ini pertanyaan penting untuk diajukan dan dijawab karena semakin kita memahami cara otak menciptakan makna, semakin baik kita bisa berkomunikasi, dan menurut saya, semakin baik kita bisa berpikir dan berkolaborasi. Jadi tahun ini kita akan memvisualisasikan cara otak bervisualisasi.
Cognitive psychologists now tell us that the brain doesn't actually see the world as it is, but instead, creates a series of mental models through a collection of "Ah-ha moments," or moments of discovery, through various processes.
Psikolog kognitif mengatakan bahwa otak sebenarnya tidak melihat dunia seperti adanya, tapi membuat serangkaian model mental melalui kumpulan "momen Aha," atau momen penemuan, melalui berbagai proses.
The processing, of course, begins with the eyes. Light enters, hits the back of the retina, and is circulated, most of which is streamed to the very back of the brain, at the primary visual cortex. And primary visual cortex sees just simple geometry, just the simplest of shapes. But it also acts like a kind of relay station that re-radiates and redirects information to many other parts of the brain. As many as 30 other parts that selectively make more sense, create more meaning through the kind of "Ah-ha" experiences. We're only going to talk about three of them.
Proses ini, tentu saja, diawali dari mata. Cahaya masuk, menyentuh bagian belakang retina, dan diedarkan, sebagian besar ke bagian otak paling belakang, di korteks visual utama. Korteks visual utama hanya melihat geometri sederhana, hanya bentuk-bentuk sederhana. Tapi korteks ini juga berfungsi sebagai stasiun penguat memancarkan dan mengarahkan ulang informasi ke berbagai bagian otak lainnya. Kurang lebih ada 30 bagian lain yang masing-masing mencerna, menciptakan lebih banyak makna melalui pengalaman "Aha" tadi. Kita hanya akan membahas tiga di antaranya.
So the first one is called the ventral stream. It's on this side of the brain. And this is the part of the brain that will recognize what something is. It's the "what" detector. Look at a hand. Look at a remote control. Chair. Book. So that's the part of the brain that is activated when you give a word to something.
Yang pertama disebut aliran ventral yang berada di bagian sisi otak. Bagian otak inilah yang berfungsi mengenali sesuatu. Inilah detektor "apa". Coba lihatlah tangan Anda. Lihatlah remote control. Kursi. Buku. Inilah bagian otak yang diaktifkan saat kita menamai sesuatu dengan kata.
A second part of the brain is called the dorsal stream. And what it does is locates the object in physical body space. So if you look around the stage here you'll create a kind of mental map of the stage. And if you closed your eyes you'd be able to mentally navigate it. You'd be activating the dorsal stream if you did that.
Bagian kedua disebut aliran dorsal. Fungsinya adalah menemukan letak benda dalam ruang fisik. Kalau kita melihat sekeliling panggung ini kita bisa membuat sejenis peta mental panggung ini. Kalau kita menutup mata, kita bisa menjelajahinya secara mental. Saat itu, kita mengaktifkan aliran dorsal.
The third part that I'd like to talk about is the limbic system. And this is deep inside of the brain. It's very old, evolutionarily. And it's the part that feels. It's the kind of gut center, where you see an image and you go, "Oh! I have a strong or emotional reaction to whatever I'm seeing."
Bagian ketiga yang ingin saya bahas adalah sistem limbic. Sistem ini jauh di dalam otak. Sangat tua dan evolusioner. Inilah bagian yang merasakan. Semacam pusat firasat, saat kita melihat gambar dan berpikir, "Oh! Aku punya reaksi yang kuat atau emosional terhadap hal ini."
So the combination of these processing centers help us make meaning in very different ways. So what can we learn about this? How can we apply this insight? Well, again, the schematic view is that the eye visually interrogates what we look at. The brain processes this in parallel, the figments of information asking a whole bunch of questions to create a unified mental model.
Kombinasi semua pusat pengolahan ini membantu kita menciptakan makna dengan cara yang berbeda. Apa yang bisa kita pelajari? Bagaimana kita bisa menerapkan pengetahuan ini? Sekali lagi, dalam tampilan skematis mata secara visual mencari tahu apa yang kita lihat. Otak mengolah data ini secara paralel, figmen-figmen informasi mengajukan banyak pertanyaan untuk membuat model mental yang terpadu.
So, for example, when you look at this image a good graphic invites the eye to dart around, to selectively create a visual logic. So the act of engaging, and looking at the image creates the meaning. It's the selective logic. Now we've augmented this and spatialized this information. Many of you may remember the magic wall that we built in conjunction with Perceptive Pixel where we quite literally create an infinite wall. And so we can compare and contrast the big ideas. So the act of engaging and creating interactive imagery enriches meaning. It activates a different part of the brain. And then the limbic system is activated when we see motion, when we see color, and there are primary shapes and pattern detectors that we've heard about before.
Jadi misalnya saat kita melihat gambar ini gambar yang bagus mengundang mata Anda berkeliling, untuk membuat logika visual secara selektif . Jadi tindakan melibatkan diri dan melihat gambar menciptakan makna. Inilah logika selektif. Jadi kalau kita perluas hal ini dan mengkotak-kotakkan informasi ini. Anda mungkin ingat dengan dinding ajaib yang kita bangun dalam hubungannya dengan Perceptive Pixel saat kita secara harfiah membuat dinding yang tak terbatas. Sehingga kita bisa membandingkan dan membedakan ide-ide besar. Tindakan melibatkan diri dan membuat gambar interaktif memperkaya makna. Mengaktifkan bagian otak yang berbeda. Kemudian sistem limbik diaktifkan saat kita melihat gerakan, saat kita melihat warna serta ada juga bentuk-bentuk primer dan detektor pola yang sudah kita bahas sebelumnya.
So the point of this is what? We make meaning by seeing, by an act of visual interrogation. The lessons for us are three-fold. First, use images to clarify what we're trying to communicate. Secondly make those images interactive so that we engage much more fully. And the third is to augment memory by creating a visual persistence. These are techniques that can be used to be -- that can be applied in a wide range of problem solving.
Jadi apa intinya? Kita menciptakan makna dengan melihat, dengan tindakan interogasi visual. Ada tiga pelajaran sekaligus yang bisa kita ambil. Pertama, gunakan gambar untuk memperjelas apa yang ingin kita komunikasikan. Kedua, jadikan gambar itu interaktif agar kita bisa melibatkan pemirsa lebih dalam. Ketiga, perbesar memori dengan membuat kesan visual. Ini semua adalah teknik yang bisa digunakan -- yang bisa diterapkan dalam berbagai proses pemecahan masalah.
So the low-tech version looks like this. And, by the way, this is the way in which we develop and formulate strategy within Autodesk, in some of our organizations and some of our divisions. What we literally do is have the teams draw out the entire strategic plan on one giant wall. And it's very powerful because everyone gets to see everything else. There's always a room, always a place to be able to make sense of all of the components in the strategic plan.
Versi sederhananya seperti ini. Oh iya,, ini juga cara yang kami gunakan untuk mengembangkan dan memformulasikan strategi di Autodesk, pada beberapa organisasi dan divisi kami. Tepatnya, yang kami lakukan adalah menggambar seluruh rencana strategis kami pada sebuah dinding raksasa. Ini sangat berguna karena semua orang bisa melihat semuanya. Selalu ada ruang, selalu ada tempat untuk memperjelas semua komponen yang ada dalam rencana strategis itu.
This is a time-lapse view of it. You can ask the question, "Who's the boss?" You'll be able to figure that out. (Laughter) So the act of collectively and collaboratively building the image transforms the collaboration. No Powerpoint is used in two days. But instead the entire team creates a shared mental model that they can all agree on and move forward on.
Berikut tayangannya. Kalau Anda bertanya-tanya, "Siapa bosnya?" Anda pasti tahu dari tayangan ini. Tindakan secara kolektif dan kolaboratif membuat gambar ini mengubah kolaborasi. Powerpoint tidak digunakan dalam dua hari itu. Sebaliknya, seluruh tim membuat model mental bersama yang bisa disepakati bersama dan digunakan.
And this can be enhanced and augmented with some emerging digital technology. And this is our great unveiling for today. And this is an emerging set of technologies that use large-screen displays with intelligent calculation in the background to make the invisible visible. Here what we can do is look at sustainability, quite literally. So a team can actually look at all the key components that heat the structure and make choices and then see the end result that is visualized on this screen.
Dan ini bisa disempurnakan dan dikembangkan dengan beberapa teknologi digital baru. Dan inilah temuan besar kita hari ini. Inilah perangkat teknologi terbaru yang menggunakan layar besar dengan kalkulasi tingkat tinggi pada latarnya yang menjadikan apa yang tidak terlihat menjadi terlihat. Di sini yang kita lakukan adalah mempelajari kesinambungannya, secara harfiah. Jadi sebuah tim bisa melihat semua komponen kunci yang menjadi tulang punggung struktur ini mengambil keputusan dan melihat hasil akhirnya yang divisualisasikan pada layar ini.
So making images meaningful has three components. The first again, is making ideas clear by visualizing them. Secondly, making them interactive. And then thirdly, making them persistent. And I believe that these three principles can be applied to solving some of the very tough problems that we face in the world today. Thanks so much.
Jadi ada tiga komponen untuk menjadikan gambar bermakna. Pertama, memperjelas ide dengan memvisualisasikannya. Kedua, menjadikannya interaktif. Ketiga, menjadikannya berkesan dalam memori. Dan saya percaya ketiga prinsip ini bisa diterapkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sangat rumit yang kita hadapi di dunia hari ini. Terima kasih banyak.
(Applause)
(Tepuk tangan)