Now, extinction is a different kind of death. It's bigger. We didn't really realize that until 1914, when the last passenger pigeon, a female named Martha, died at the Cincinnati zoo. This had been the most abundant bird in the world that'd been in North America for six million years. Suddenly it wasn't here at all. Flocks that were a mile wide and 400 miles long used to darken the sun. Aldo Leopold said this was a biological storm, a feathered tempest. And indeed it was a keystone species that enriched the entire eastern deciduous forest, from the Mississippi to the Atlantic, from Canada down to the Gulf. But it went from five billion birds to zero in just a couple decades. What happened?
Kepunahan itu berbeda dari kematian. Kepunahan lebih besar dari kematian. Kita belum menyadarinya hingga tahun 1914, ketika burung dara pengelana terakhir, seekor betina bernama Martha, mati di kebun binatang Cincinnati. Burung ini dahulunya adalah jenis burung terbanyak di dunia yang telah menghuni Amerika Utara selama enam juta tahun. Tiba-tiba dia lenyap. Kawanan burung yang bisa mencapai lebar satu mil dan panjang 400 mil saat terbang sehingga menutupi matahari. Bagaikan badai biologi, kata Aldo Leopold, seperti sebuah topan bulu. Dan memang benar burung ini adalah spesies kunci yang memperkaya seluruh hutan empat musim bagian timur, dari Missisippi ke Atlantik, dari Kanada hingga daerah Teluk. Namun populasinya menurun drastis dari lima milyar menjadi nol hanya dalam beberapa dekade. Apa yang terjadi?
Well, commercial hunting happened. These birds were hunted for meat that was sold by the ton, and it was easy to do because when those big flocks came down to the ground, they were so dense that hundreds of hunters and netters could show up and slaughter them by the tens of thousands. It was the cheapest source of protein in America. By the end of the century, there was nothing left but these beautiful skins in museum specimen drawers.
Perburuan komersial. Burung-burung ini diburu karena dagingnya, yang dijual berton-ton, perburuan ini mudah dilakukan karena kawanan burung itu hinggap di tanah, jumlahnya sangat banyak sehingga ratusan pemburu dan penjaring muncul dan membantainya dalam jumlah puluhan ribu. Dagingnya merupakan sumber protein termurah di Amerika. Pada akhir abad ini, tidak ada lagi yang tersisa selain bulunya yang indah yang disimpan di laci museum.
There's an upside to the story. This made people realize that the same thing was about to happen to the American bison, and so these birds saved the buffalos.
Namun ada sisi baik dari cerita ini. Hal ini membuat orang menyadari bahwa hal yang sama akan terjadi terhadap bison Amerika, jadi burung ini telah menyelamatkan banyak banteng.
But a lot of other animals weren't saved. The Carolina parakeet was a parrot that lit up backyards everywhere. It was hunted to death for its feathers. There was a bird that people liked on the East Coast called the heath hen. It was loved. They tried to protect it. It died anyway. A local newspaper spelled out, "There is no survivor, there is no future, there is no life to be recreated in this form ever again." There's a sense of deep tragedy that goes with these things, and it happened to lots of birds that people loved. It happened to lots of mammals. Another keystone species is a famous animal called the European aurochs. There was sort of a movie made about it recently. And the aurochs was like the bison. This was an animal that basically kept the forest mixed with grasslands across the entire Europe and Asian continent, from Spain to Korea. The documentation of this animal goes back to the Lascaux cave paintings.
Namun sebagian besar hewan tidak terselamatkan. Parkit Carolina adalah sejenis kakatua yang menyemarakkan halaman setiap rumah. Dia diburu hingga mati karena bulunya. Ada jenis burung lain yang disukai orang di pantai timur, disebut ayam padang rumput. Sangat digemari. Mereka mencoba melindungi, namun tanpa hasil. Sebuah koran lokal memberitakan, " Tak ada yang selamat, tak ada masa depan, dan kehidupan seperti ini tak dapat diciptakan lagi." Ada tragedi mendalam yang tertinggal dari peristiwa ini, yang terjadi kepada sekian banyak jenis burung yang digemari orang. Dialami oleh berbagai jenis mamalia. Spesies kunci lainnya adalah jenis hewan terkenal yang disebut aurochs Eropa (sejenis banteng). Ada sebuah film singkat tentang hewan ini yang baru saja dibuat. Aurochs itu seperti bison. Hewan yang biasanya menjaga agar hutan tetap bercampur dengan padang rumput di seluruh benua Eropa dan Asia, dari Spanyol ke Korea. Dokumentasi hewan ini berawal dari lukisan gua Lascaux.
The extinctions still go on. There's an ibex in Spain called the bucardo. It went extinct in 2000. There was a marvelous animal, a marsupial wolf called the thylacine in Tasmania, south of Australia, called the Tasmanian tiger. It was hunted until there were just a few left to die in zoos. A little bit of film was shot.
Kepunahan masih terjadi. Ada juga ibex (kambing liar) Spanyol yang disebut bucardo. Yang punah pada tahun 2000. Yang lain adalah sejenis hewan yang cantik, serigala yang berkantung yang di sebut thylacine di Tasmania, dan di Australia Selatan di sebut macan Tasmania. Hewan ini diburu hingga tersisa beberapa ekor yang akhirnya mati di kebun binatang. Sebuah film singkat juga dibuat.
Sorrow, anger, mourning. Don't mourn. Organize. What if you could find out that, using the DNA in museum specimens, fossils maybe up to 200,000 years old could be used to bring species back, what would you do? Where would you start?
Kesedihan, kemarahan, kedukaan. Jangan berduka. Mari bergerak. Bagaimana jika Anda menemukan bahwa dengan menggunakan DNA dari spesimen di museum, fosil yang berumur hingga 200.000 tahun dapat digunakan untuk mengembalikan spesies yang telah punah, apa yang akan Anda lakukan? Dari mana Anda akan mulai?
Well, you'd start by finding out if the biotech is really there. I started with my wife, Ryan Phelan, who ran a biotech business called DNA Direct, and through her, one of her colleagues, George Church, one of the leading genetic engineers who turned out to be also obsessed with passenger pigeons and a lot of confidence that methodologies he was working on might actually do the deed.
Sebaiknya Anda mulai dengan memastikan apakah bioteknologinya benar-benar ada. Saya mulai dengan menceritakan istri saya, Ryan Phelan, yang menjalankan bisnis bioteknologi yang dikenal dengan DNA Direct, melalui dia, salah seorang koleganya, George Church, salah seorang perekayasa genetika handal yang ternyata juga terobsesi dengan burung dara pelintas dan dia sangat yakin bahwa metodologi yang sedang digarapnya akan bisa menghasilkan sesuatu.
So he and Ryan organized and hosted a meeting at the Wyss Institute in Harvard bringing together specialists on passenger pigeons, conservation ornithologists, bioethicists, and fortunately passenger pigeon DNA had already been sequenced by a molecular biologist named Beth Shapiro. All she needed from those specimens at the Smithsonian was a little bit of toe pad tissue, because down in there is what is called ancient DNA. It's DNA which is pretty badly fragmented, but with good techniques now, you can basically reassemble the whole genome.
Jadi dia dan Ryan menyelenggarakan sebuah pertemuan di Wyss Institute di Harvard yang mengumpulkan spesialis burung dara pelintas, ahli konservasi ornitologi, ahli bioetika, dan untungnya pada saat itu DNA burung dara pelintas sudah selesai disekuen oleh seorang ahli biologi molekuler bernama Beth Shapiro. Yang dibutuhkannya dari spesimen di museum Smithsonian hanyalah secuil jaringan bantalan jari, karena di dalamnya terdapat apa yang disebut DNA purba. Yakni DNA yang terpotong-potong dengan buruk, namun dengan teknik yang baik, saat ini pada dasarnya Anda bisa menyusun kembali seluruh genom.
Then the question is, can you reassemble, with that genome, the whole bird? George Church thinks you can. So in his book, "Regenesis," which I recommend, he has a chapter on the science of bringing back extinct species, and he has a machine called the Multiplex Automated Genome Engineering machine. It's kind of like an evolution machine. You try combinations of genes that you write at the cell level and then in organs on a chip, and the ones that win, that you can then put into a living organism. It'll work. The precision of this, one of George's famous unreadable slides, nevertheless points out that there's a level of precision here right down to the individual base pair. The passenger pigeon has 1.3 billion base pairs in its genome.
Pertanyaannya adalah, dapatkah Anda menyusun ulang, seluruh genom burung itu? menurut George Church Anda bisa. Jadi di dalam bukunya yang berjudul "Regenesis", yang saya rekomendasikan, ada satu bab tentang sains untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah dan dia memiliki sebuah mesin yang dinamakan mesin Multiplex Automated Genome Engineering (mesin rekayasa genom otomatis multipleks). Intinya mesin itu adalah seperti mesin evolusi. Anda bisa masukkan kombinasi gen yang Anda inginkan pada tingkat sel, lalu pada tingkat organ, di dalam sebuah chip, dan yang menang dapat anda masukkan ke dalam makhluk hidup. Benar, itu bisa terjadi. TIngkat presisi mesin ini, pada salah satu slide presentasi George yang terkenal tidak bisa terbaca dijelaskan bahwa ada tingkat presisi tertentu di mesin ini hingga mencapai pasangan basa individu. Burung dara pelintas memiliki 1,3 juta pasang basa dalam genomnya.
So what you're getting is the capability now of replacing one gene with another variation of that gene. It's called an allele. Well that's what happens in normal hybridization anyway. So this is a form of synthetic hybridization of the genome of an extinct species with the genome of its closest living relative. Now along the way, George points out that his technology, the technology of synthetic biology, is currently accelerating at four times the rate of Moore's Law. It's been doing that since 2005, and it's likely to continue.
Jadi sekarang Anda memiliki kemampuan untuk menggantikan satu gen dengan variasi lain gen itu. Yang disebut alel. Dan hal ini juga terjadi pada persilangan biasa. Jadi, ini adalah bentuk persilangan genom secara sintetik dari spesies yang telah punah dengan genom kerabat terdekatnya. Bersamaan dengan itu, George menegaskan bahwa teknologinya, yakni teknologi biologi sintetik, saat ini mengalami percepatan hingga empat kali kecepatan Hukum Moore. Hal ini sudah terjadi sejak tahun 2005, dan sepertinya akan terus berlangsung.
Okay, the closest living relative of the passenger pigeon is the band-tailed pigeon. They're abundant. There's some around here. Genetically, the band-tailed pigeon already is mostly living passenger pigeon. There's just some bits that are band-tailed pigeon. If you replace those bits with passenger pigeon bits, you've got the extinct bird back, cooing at you.
Baiklah, kerabat terdekat burung dara pelintas yang masih hidup adalah burung dara ekor pita. Populasinya besar. Ada beberapa di sekitar sini. Secara genetik, burung dara ekor pita adalah keturunan burung dara pelintas yang masih hidup. Hanya ada sedikit bagian yang menunjukkan burung dara ekor pita. Jika Anda merubah bagian itu dengan bagian burung dara pelintas, Anda akan memperoleh burung yang telah punah itu, mendekut kepada Anda.
Now, there's work to do. You have to figure out exactly what genes matter. So there's genes for the short tail in the band-tailed pigeon, genes for the long tail in the passenger pigeon, and so on with the red eye, peach-colored breast, flocking, and so on. Add them all up and the result won't be perfect. But it should be be perfect enough, because nature doesn't do perfect either.
Untuk itu ada pekerjaan yang harus dilaksanakan. Anda harus tahu gen mana yang menentukan perubahan itu. Jadi ada gen untuk ekor pendek pada burung dara ekor pita, gen ekor panjang pada burung dara pelintas, dan seterusnya dengan mata merah, dada berwarna persik, kawanan, dan sebagainya. Satukan semua dan hasilnya tidak akan sempurna. namun cukup sempurna, karena alam juga tidak menghasilkan sesuatu yang sempurna.
So this meeting in Boston led to three things.
Jadi pertemuan di Boston ini menghasilkan tiga hal.
First off, Ryan and I decided to create a nonprofit called Revive and Restore that would push de-extinction generally and try to have it go in a responsible way, and we would push ahead with the passenger pigeon.
pertama, saya dan Ryan memutuskan untuk membuat organisasi nirlaba yang disebut Revive and Restore yang secara umum akan mendorong anti kepunahan dan mencoba untuk menyelenggarakannya secara bertanggung jawab, dan kami akan maju dengan burung dara pelintas.
Another direct result was a young grad student named Ben Novak, who had been obsessed with passenger pigeons since he was 14 and had also learned how to work with ancient DNA, himself sequenced the passenger pigeon, using money from his family and friends. We hired him full-time. Now, this photograph I took of him last year at the Smithsonian, he's looking down at Martha, the last passenger pigeon alive. So if he's successful, she won't be the last.
Hasil lain yang langsung diperoleh adalah seorang mahasiswa pascasarjana muda bernama Ben Novak, yang telah terobsesi pada burung dara pelintas sejak dia berumur 14 tahun dan dia juga telah belajar bagaimana menangani DNA kuno, dia sendiri juga telah mensekuen burung dara pelintas, menggunakan uang sumbangan dari keluarga dan teman-temannya. Kami menyewanya secara penuh. Ini adalah fotonya yang saya ambil tahun lalu di Smithsonian, dia sedang memperhatikan Martha, burung dara pelintas terakhir yang masih hidup. Jika dia berhasil, Martha tidak akan menjadi yang terakhir.
The third result of the Boston meeting was the realization that there are scientists all over the world working on various forms of de-extinction, but they'd never met each other. And National Geographic got interested because National Geographic has the theory that the last century, discovery was basically finding things, and in this century, discovery is basically making things. De-extinction falls in that category. So they hosted and funded this meeting. And 35 scientists, they were conservation biologists and molecular biologists, basically meeting to see if they had work to do together. Some of these conservation biologists are pretty radical. There's three of them who are not just re-creating ancient species, they're recreating extinct ecosystems in northern Siberia, in the Netherlands, and in Hawaii.
Poin ketiga yang dihasilkan dari pertemuan Boston adalah pemahaman bahwa ada ilmuwan dari seluruh dunia yang bekerja dalam berbagai bentuk anti-kepunahan, namun mereka belum pernah bertemu satu sama lainnya. Dan National Geographic tertarik karena National Geographic berteori bahwa pada akhir abad yang lalu, penemuan mengarah kepada menemukan sesuatu, sedangkan pada abad ini, penemuan mengarah kepada penciptaan sesuatu. Anti-kepunahan termasuk ke dalam kategori ini. Jadi mereka mengadakan dan membiayai pertemuan ini. Dan 35 ilmuwan, dari bidang biologi konservasi dan biologi molekuler, bertemu guna membahas apakah ada hal-hal yang harus mereka kerjakan bersama. Beberapa diantara ahli biologi konservasi ini cukup radikal. Ada tiga di antaranya yang tidak hanya menciptakan kembali spesies kuno, namun juga menciptakan kembali ekosistem yang telah punah di Siberia utara, di Belanda, dan di Hawai.
Henri, from the Netherlands, with a Dutch last name I won't try to pronounce, is working on the aurochs. The aurochs is the ancestor of all domestic cattle, and so basically its genome is alive, it's just unevenly distributed. So what they're doing is working with seven breeds of primitive, hardy-looking cattle like that Maremmana primitivo on the top there to rebuild, over time, with selective back-breeding, the aurochs. Now, re-wilding is moving faster in Korea than it is in America, and so the plan is, with these re-wilded areas all over Europe, they will introduce the aurochs to do its old job, its old ecological role, of clearing the somewhat barren, closed-canopy forest so that it has these biodiverse meadows in it.
Henri dari Belanda, dengan nama belakang Belanda yang sulit untuk saya ucapkan, dia bekerja dengan banteng aurochs. Aurochs adalah nenek moyang semua ternak domestik, jadi pada dasarnya genomnya masih hidup, hanya tidak tersebar merata. Jadi yang mereka lakukan adalah bekerja dengan tujuh trah primitif sapi yang terlihat kuat, seperti Merimmana primitivo di sebelah atas untuk menciptakan kembali, seiring waktu, melalui pemuliaan selektif dengan tetua, si aurochs. Saat ini peliaran kembali sedang marak di Korea dibandingkan dengan di Amerika, jadi rencananya adalah, dengan daerah yang diliarkan kembali di seluruh Eropa, mereka akan memasukkan si aurochs untuk melakukan perkerjaan lamanya, fungsi ekologinya, yakni membuka hutan berkanopi yang ada sehingga tempat itu memiliki padang rumput dengan aneka penghuni.
Another amazing story came from Alberto Fernández-Arias. Alberto worked with the bucardo in Spain. The last bucardo was a female named Celia who was still alive, but then they captured her, they got a little bit of tissue from her ear, they cryopreserved it in liquid nitrogen, released her back into the wild, but a few months later, she was found dead under a fallen tree. They took the DNA from that ear, they planted it as a cloned egg in a goat, the pregnancy came to term, and a live baby bucardo was born. It was the first de-extinction in history.
Kisah menakjubkan lainnya datang dari Alberto Fernández-Arias. Alberto bekerja dengan bucardo di Spanyol. Bucardo terakhir berjenis kelamin betina, bernama Celia yang masih hidup, lalu mereka menangkapnya, mengambil secuil jaringan dari telinganya, lalu mengawetkannya secara cryopreservasi dalam nitrogen cair, dan melepaskan Celia kembali ke alam, namun beberapa bulan kemudian, dia ditemukan mati di bawah sebuah pohon tumbang. Mereka mengambil DNA dari telinganya, lalu menanamnya sebagai telur klon di dalam tubuh seekor kambing, kehamilan si kambing mencapai waktu kelahiran, dan seekor bayi bucardo dilahirkan. Itu adalah sejarah awal anti-kepunahan.
(Applause)
(Tepuk tangan)
It was short-lived. Sometimes interspecies clones have respiration problems. This one had a malformed lung and died after 10 minutes, but Alberto was confident that cloning has moved along well since then, and this will move ahead, and eventually there will be a population of bucardos back in the mountains in northern Spain.
Namun umurnya singkat. Terkadang klon antar spesies mengalami kegagalan pernafasan. Yang ini memiliki paru-paru yang tak terbentuk sempurna dan mati setelah 10 menit dilahirkan, namun Alberto yakin bahwa kloning akan berkembang pesat setelah itu, dan semakin maju, hingga akhirnya akan ada populasi bucardo kembali di pegunungan di utara Spanyol.
Cryopreservation pioneer of great depth is Oliver Ryder. At the San Diego zoo, his frozen zoo has collected the tissues from over 1,000 species over the last 35 years. Now, when it's frozen that deep, minus 196 degrees Celsius, the cells are intact and the DNA is intact. They're basically viable cells, so someone like Bob Lanza at Advanced Cell Technology took some of that tissue from an endangered animal called the Javan banteng, put it in a cow, the cow went to term, and what was born was a live, healthy baby Javan banteng, who thrived and is still alive.
Pionir cryopreservasi yang paling mumpuni adalah Oliver Ryder. Di kebun binatang San Diego, kebun binatang bekunya telah mengoleksi jaringan dari lebih dari 1.000 spesies selama lebih dari 35 tahun. Sekarang, ketika dibekukan pada suhu sedingin itu, pada suhu minus 196 derajat celsius, sel berada dalam keadaan utuh demikian pula DNAnya. Jadi pada dasarnya sel-sel tersebut hidup, kemudian seseorang seperti Bob Lanza yang bekerja di Advanced Cell Technology mengambil sejumput jaringan dari hewan yang terancam punah yang disebut banteng Jawa, lalu menanamnya di dalam tubuh seekor sapi, sapi itu kemudian melahirkan, dan yang dilahirkan adalah seekor bayi banteng Jawa yang sehat, yang berkembang dan masih bertahan hidup.
The most exciting thing for Bob Lanza is the ability now to take any kind of cell with induced pluripotent stem cells and turn it into germ cells, like sperm and eggs.
Hal yang paling menggairahkan bagi Bob Lanza adalah kemampuan untuk mengambil berbagai sel melalui sel induk pluripotent terinduksi dan merubahnya menjadi sel benih, seperti sperma dan telur.
So now we go to Mike McGrew who is a scientist at Roslin Institute in Scotland, and Mike's doing miracles with birds. So he'll take, say, falcon skin cells, fibroblast, turn it into induced pluripotent stem cells. Since it's so pluripotent, it can become germ plasm. He then has a way to put the germ plasm into the embryo of a chicken egg so that that chicken will have, basically, the gonads of a falcon. You get a male and a female each of those, and out of them comes falcons. (Laughter) Real falcons out of slightly doctored chickens.
Sekarang kita berbicara tentang Mike McGrew ilmuwan dari Roslin Institute di Skotlandia, dan Mike melakukan keajaiban dengan burung. Jadi katakanlah dia mengambil sel kulit burung elang yang disebut fibroblas, lalu mengubahnya menjadi sel induk pluripotent. Jadi karena selnya sangat pluripotent, dia bisa berubah menjadi plasma nutfah. Dia bisa menaman plasma nutfah itu ke dalam sebuah embrio telur ayam jadi ayam itu pada dasarnya memiliki, gonad (sel kelamin) dari elang. Anda punya seekor jantan dan seekor betina yang direkayasa, dan dari mereka itu muncullah elang-elang. (Tawa) Elang sungguhan muncul dari ayam yang direkayasa.
Ben Novak was the youngest scientist at the meeting. He showed how all of this can be put together. The sequence of events: he'll put together the genomes of the band-tailed pigeon and the passenger pigeon, he'll take the techniques of George Church and get passenger pigeon DNA, the techniques of Robert Lanza and Michael McGrew, get that DNA into chicken gonads, and out of the chicken gonads get passenger pigeon eggs, squabs, and now you're getting a population of passenger pigeons.
Ben Novak adalah ilmuwan termuda pada pertemuan itu. Dia menjelaskan bagaimana semua hal ini bisa dilakukan. Urut-urutan kejadiannya: dia menyatukan genom dari burung dara ekor pita dan burung dara pelintas, dia menggunakan teknik George Church dan menghasilkan DNA burung dara pelintas, teknik Robert Lanza dan Michael McGrew, untuk menghasilkan DNA dan memasukkannya ke dalam sel kelamin ayam dan dari sel kelamin ayam tersebut dihasilkan telur burung dara pelintas, lalu anak burung dara, dan sekarang Anda punya populasi burung dara pelintas.
It does raise the question of, they're not going to have passenger pigeon parents to teach them how to be a passenger pigeon. So what do you do about that? Well birds are pretty hard-wired, as it happens, so most of that is already in their DNA, but to supplement it, part of Ben's idea is to use homing pigeons to help train the young passenger pigeons how to flock and how to find their way to their old nesting grounds and feeding grounds.
Tapi hal ini memang memunculkan pertanyaan, mereka tidak akan menghasilkan induk burung dara pelintas untuk mengajarkan mereka cara menjadi burung dara pelintas. Jadi apa jalan keluarnya? Burung-burung ternyata sudah memiliki kemampuan itu, karena sebagian besar kemampuan itu sudah ada di dalam DNA mereka, namun untuk menambah kemampuannya, ini adalah ide Ben adalah dengan menggunakan burung dara rumah untuk membantu melatih burung dara pelintas muda bagaimana membuat kawanan dan bagaimana mencari jalan pulang menuju sarangnya dan mencari tempat makan.
There were some conservationists, really famous conservationists like Stanley Temple, who is one of the founders of conservation biology, and Kate Jones from the IUCN, which does the Red List. They're excited about all this, but they're also concerned that it might be competitive with the extremely important efforts to protect endangered species that are still alive, that haven't gone extinct yet. You see, you want to work on protecting the animals out there. You want to work on getting the market for ivory in Asia down so you're not using 25,000 elephants a year.
Ada beberapa ahli konservasi, ahli konservasi yang sangat ternama seperti Stanley Temple, salah seorang pencetus biologi konservasi, dan Kate Jones dari IUCN, yang membuat Red List (Daftar merah hewan punah dan terancam punah). Mereka bersemangat dengan hal ini, namun sekaligus prihatin, bahwa akan timbul kompetisi dengan usaha yang sangat penting yakni melindungi spesies terancam punah yang masih hidup, yang belum sama sekali punah. Jadi Anda ingin melindungi hewan di luar sana. Anda ingin menurunkan pasar gading di Asia jadi Anda tidak akan mengorbankan 25.000 gajah setahun.
But at the same time, conservation biologists are realizing that bad news bums people out. And so the Red List is really important, keep track of what's endangered and critically endangered, and so on. But they're about to create what they call a Green List, and the Green List will have species that are doing fine, thank you, species that were endangered, like the bald eagle, but they're much better off now, thanks to everybody's good work, and protected areas around the world that are very, very well managed. So basically, they're learning how to build on good news. And they see reviving extinct species as the kind of good news you might be able to build on.
namun di saat yang sama, ahli biologi konservasi menyadari bahwa berita buruk membuat orang-orang tertekan. Jadi Red List sangat penting untuk merekam apa-apa yang terancam punah dan sangat terancam punah, dan seterusnya. Namun mereka akan meluncurkan apa yang mereka sebut dengan Green List, dan Green List akan merekam spesies yang dalam kondisi baik, terima kasih, spesies yang dahulunya terancam punah, seperti elang botak, namun sekarang kondisi mereka membaik, berkat kerjasama semua pihak, dan daerah suaka di seluruh dunia yang dikelola dengan sangat baik. Jadi pada dasarnya, mereka belajar menghasilkan berita baik. Dan mereka mencermati spesies punah yang kembali muncul sebagaimana berita baik yang mampu Anda hasilkan.
Here's a couple related examples. Captive breeding will be a major part of bringing back these species. The California condor was down to 22 birds in 1987. Everybody thought is was finished. Thanks to captive breeding at the San Diego Zoo, there's 405 of them now, 226 are out in the wild. That technology will be used on de-extincted animals. Another success story is the mountain gorilla in Central Africa. In 1981, Dian Fossey was sure they were going extinct. There were just 254 left. Now there are 880. They're increasing in population by three percent a year. The secret is, they have an eco-tourism program, which is absolutely brilliant. So this photograph was taken last month by Ryan with an iPhone. That's how comfortable these wild gorillas are with visitors.
Ini adalah beberapa contohnya. Pemuliaan tertutup akan menjadi kontributor terbesar dalam membangkitkan kembali spesies-spesies punah ini. Populasi burung kondor California menurun hingga 22 ekor di tahun 1987. Semua orang berpikir spesies ini akan punah. Namun berkat pemuliaan tertutup di San Diego, ada 405 ekor burung saat ini, dan 226 diantaranya dilepas di alam. Teknologi akan terus digunakan dalam program anti kepunahan hewan. Kisah sukses lainnya adalah gorila gunung di Afrika Tengah. Tahun 1981, Dian Fossey yakin mereka akan punah. Hanya tinggal 254 ekor saja. Sekarang ada 880 ekor. Populasinya meningkat sebanyak tiga persen setahun. Rahasianya adalah, mereka memiliki program eko-turisme, yang sangat bagus. Foto ini diambil bulan lalu oleh Ryan dengan sebuah iPhone. Yang menunjukkan bagaimana nyamannya gorila liar ini dengan para pengunjung.
Another interesting project, though it's going to need some help, is the northern white rhinoceros. There's no breeding pairs left. But this is the kind of thing that a wide variety of DNA for this animal is available in the frozen zoo. A bit of cloning, you can get them back.
Sebuah proyek lain yang menarik, meski akan butuh sedikit bantuan, adalah badak putih dari utara. Tidak ada lagi pasangan yang tersisa. Namun demikian ada sejumlah besar variasi DNA hewan ini yang ada di kebun binatang beku Dengan sedikit kloning, Anda akan menghidupkannya kembali.
So where do we go from here? These have been private meetings so far. I think it's time for the subject to go public. What do people think about it? You know, do you want extinct species back? Do you want extinct species back?
Jadi akan kemana kita melangkah? Ini sebenarnya adalah pertemuan rahasia. Tapi saya pikir sudah waktunya untuk dipublikasikan. Apa yang dipikirkan orang-orang tentang hal ini? Apakah Anda ingin spesies yang punah kembali hidup? Anda ingin spesies yang punah bangkit lagi?
(Applause)
(Tepuk tangan)
Tinker Bell is going to come fluttering down. It is a Tinker Bell moment, because what are people excited about with this? What are they concerned about?
Tinker Bell akan turun ke bumi. Ini adalah saat yang tepat untuk Tinker Bell, karena apa yang menarik bagi orang-orang mengenai hal ini? Apa yang diprihatinkan oleh mereka?
We're also going to push ahead with the passenger pigeon. So Ben Novak, even as we speak, is joining the group that Beth Shapiro has at UC Santa Cruz. They're going to work on the genomes of the passenger pigeon and the band-tailed pigeon. As that data matures, they'll send it to George Church, who will work his magic, get passenger pigeon DNA out of that. We'll get help from Bob Lanza and Mike McGrew to get that into germ plasm that can go into chickens that can produce passenger pigeon squabs that can be raised by band-tailed pigeon parents, and then from then on, it's passenger pigeons all the way, maybe for the next six million years. You can do the same thing, as the costs come down, for the Carolina parakeet, for the great auk, for the heath hen, for the ivory-billed woodpecker, for the Eskimo curlew, for the Caribbean monk seal, for the woolly mammoth.
Kami juga akan mengupayakan lebih jauh bagi burung dara pelintas. Jadi Ben Novak, bahkan saat kita bicara ini, masuk ke dalam kelompok yang diketuai oleh Beth Shapiro di UC Santa Cruz. Mereka akan bekerja dengan genom burung dara pelintas dan burung dara ekor pita. Begitu data terkumpul, mereka akan mengirimkannya ke George Church, yang akan membuat keajaiban, membuat DNA burung dara pelintas dari data itu. Kami akan dibantu oleh Bob Lanza dan Mike McGrew untuk memasukkannya ke dalam plasma nutfah yang dapat diintegrasikan ke tubuh ayam dan menghasilkan anak-anak burung dara yang akan diasuh oleh burung dara ekor pita, dan kemudian kita akan kembali memperoleh burung dara pelintas, mungkin sampai 6 juta tahun mendatang. Anda dapat melakukan hal yang sama, dengan menurunnya biaya pelaksanaannya, untuk parkit Carolina, untuk burung auk besar, untuk ayam padang rumput, untuk burung pelatuk paruh-gading, untuk curlew (sejenis bangau) Eskimo, untuk anjing laut rahib Karibia, dan untuk mamoth (gajah purba) berambut tebal.
Because the fact is, humans have made a huge hole in nature in the last 10,000 years. We have the ability now, and maybe the moral obligation, to repair some of the damage. Most of that we'll do by expanding and protecting wildlands, by expanding and protecting the populations of endangered species. But some species that we killed off totally we could consider bringing back to a world that misses them.
Karena faktanya adalah, manusia telah membuat sebuah lubang besar di alam dalam kurun waktu 10.000 tahun terakhir. Jadi saat ini kita memiliki kemampuan dan juga kewajiban moral, untuk memperbaiki beberapa kerusakan yang timbul. Sebagain besar di antaranya melalui memperluas dan melindungi cagar alam, dengan memperluas dan melindungi populasi spesies yang terancam punah. Namun beberapa spesies yang telah terbunuh semuanya dapat kita bangkitkan kembali ke dunia yang merindukan mereka.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)
Chris Anderson: Thank you. I've got a question. So, this is an emotional topic. Some people stand. I suspect there are some people out there sitting, kind of asking tormented questions, almost, about, well, wait, wait, wait, wait, wait, wait a minute, there's something wrong with mankind interfering in nature in this way. There's going to be unintended consequences. You're going to uncork some sort of Pandora's box of who-knows-what. Do they have a point?
Chris Anderson: Terimakasih. Saya punya satu pertanyaan. Ini adlah topik yang emosional. Beberapa orang sampai berdiri. Saya kira ada beberapa orang di sana yang duduk, menanyakan pertanyaan yang menusuk, tentang baik, tunggu sebentar, ada sesuatu yang salah dengan manusia yang dalam hal ini mencampuri urusan alam. Dan akan menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Anda bagai akan membuka tutup kotak Pandora yang tidak diketahui isinya. Apakah pemikiran mereka masuk akal?
Stewart Brand: Well, the earlier point is we interfered in a big way by making these animals go extinct, and many of them were keystone species, and we changed the whole ecosystem they were in by letting them go. Now, there's the shifting baseline problem, which is, so when these things come back, they might replace some birds that are there that people really know and love. I think that's, you know, part of how it'll work. This is a long, slow process -- One of the things I like about it, it's multi-generation. We will get woolly mammoths back.
Stewart Brand: Baiklah, poin yang pertama adalah kita mencampuri terlalu jauh sehingga menyebabkan kepunahan hewan-hewan ini, dan banyak diantaranya adalah spesies kunci, dan kita telah mengubah seluruh ekosistem tempat tinggal mereka dengan membiarkan mereka punah. Sekarang ada titik balik yakni, jika mereka hidup kembali, mereka bisa menggantikan burung yang ada yang dikenal dan disukai orang. Saya kira itu adalah bagian dari cara kerjanya. Ini akan menjadi proses yang panjang dan perlahan -- Salah satu hal yang saya suka adalah hal ini bersifat multi generasi. Kita akan kembali memperoleh mamoth berambut tebal.
CA: Well it feels like both the conversation and the potential here are pretty thrilling. Thank you so much for presenting. SB: Thank you.
CA: Rasanya kedua hal ini dan potensinya cukup menggetarkan. Terima kasih banyak telah meyampaikan hal ini. SB: Terima kasih
CA: Thank you. (Applause)
CA: Terimakasih. (Tepuk tangan)