(Plays Bach's "Cello Suite No. 1 in G Major, Prelude")
(Alunan musik Bach’s “Cello Suite No. 1 in G Major, Prelude”)
(Plays The Piano Guys' "Cello Song")
(Memainkan The Piano Guys’ “Cello Song”)
(Cheers and applause)
(Sorak tepuk tangan)
(Applause ends)
(Tepuk tangan berakhir)
Thank you. Thank you so much. As Victor Borge used to say, "I'd like to thank my parents for making this performance possible, and my children for making it necessary."
Terima kasih. Terima kasih banyak Victor Borge pernah berkata, “Aku berterima kasih kepada orang tuaku karena telah menyukseskan acara ini, dan kepada anakku yang ikut membuatnya berarti.”
(Laughter)
(Tertawa)
So many people in our lives make our life purpose possible -- and necessary. I'd like to take you on a musical journey that connects you with one of those people, someone you love dearly, someone you wanted to have a little more time to love, someone you wish was still with you. This is my mom. Isn't she beautiful? And then there's this guy. (Clears throat) Yeah. I'm afraid that's me. Now, don't let that childlike grin and superstylish Beatles haircut fool you: I was trouble. But as you could see, I was happy when I was with my mom.
Orang-orang terdekat kita membuat hidup lebih berwarna -- dan bermakna untuk dijalani. Aku akan membawamu dalam perjalanan musik yang bisa menyatukanmu dengan orang tersebut, seseorang yang sangat kita cintai, seseorang yang ingin kita rengkuh lebih lama, seseorang yang diharapkan masih bersama kita. Ini adalah ibuku. Beliau cantik, bukan? dan si kecil ini (mendehem). Yah. Dia adalah aku. Nah, jangan terpedaya akan senyum polos dan gaya rambut keren ala Beatlesnya: Aku ini anak yang bermasalah. Tapi coba lihat, aku tampak bahagia saat bersama ibuku.
She's one of the greatest lyrical sopranos that's ever lived, ineffably gifted with the voice of an angel. She could have had center stage anywhere -- anywhere in the world -- but she gave that up to be my mom. She gave me this stage with you today. She's been by my side when I've been particularly nervous for a big performance, touring the world with The Piano Guys, or when I've been off the stage and struggling and at the mercy of anxiety and depression. Or when I felt like I'm under the thumb of this perniciously pervasive demon known as inadequacy that so many of us are fighting. She's gently nudged me forward right at the moment when I've felt like giving up.
Beliau adalah jenis sopran termerdu yang pernah ada, dianugerahi bakat suara setara malaikat. Beliau bisa saja jadi pusat perhatian dimana pun -- bahkan dunia -- sayang, beliau melepaskannya begitu saja demi diriku. Panggung ini diserahkan padaku. Beliau selalu ada di sisiku saat aku tengah gugup luar biasa mementaskan acara besar, berkeliling dunia bersama The Piano Guys, atau saat usai pementasan hingga berjuang keras melawan kecemasan dan depresi. Atau saat aku merasa dikendalikan oleh iblis jahat yang dikenal sebagai rasa tidak mampu yang biasa kita hadapi. Beliau mendorongku lembut pada saat aku sudah ingin menyerah.
So I'm a musician today, not only because of what she gave up for me, but also because of what she continues to give me. And that support is profound and especially powerful. Why? Because it comes from a place about which we know very little. Not long after that first picture I showed you was taken, my mother fell to the floor of our home suddenly, in this really scary seizure. Such an intense moment. My dad rushed her to the ER: brain tumor. A big one. The doctors didn't know how long we'd have with her -- one, two, maybe three years before we'd lose her. But due to her strength and a series of indescribable miracles, she defied that prognosis and fought that brain tumor for 18 years.
Aku menjadi musisi hingga saat ini, bukan hanya apa yang dilepaskan demi aku, melainkan juga karena apa yang tak henti-henti beliau berikan. Dukungan adalah kekuatan terhebat. Mengapa? Karena hal itu berasal dari tempat yang sulit kita ketahui. Tak lama saat foto pertamaku diambil, ibuku mendadak jatuh pingsan, sungguh mengerikan. Momen penuh ketegangan. Ayahku bergegas ke ruang gawat darurat: Tumor otak. Tak disangka. Dokter tidak tahu berapa lama beliau dapat bertahan mungkin satu sampai tiga tahun. Tetapi, berkat kekuatannya dan keajaiban maha kuasa, beliau dapat berjuang melawan tumor otak yang menggeranyanginya selama 18 tahun.
(Applause)
(tepuk tangan)
Thank you. I'll let her know. Thank you. She fought that brain tumor for 18 years, but think about it: some of those years were really rough, as you can imagine. But we learned to be grateful for every day. Now, when her final curtain call came, I couldn't applaud, because I wasn't ready for it to end. So after she passed away, I spent some time being angry, bitter, resentful, confused at these years that were stolen from me, at the chance I never had to know the soprano in this beautiful woman; to hear her sing in full voice without pain; to perform with her -- oh, I would have loved that, just me playing the cello right next to her, just looking up at her beautiful face singing. Oh, I would have loved that chance.
Terima kasih. Akan kusampaikan pujian itu padanya. Terima kasih. Beliau berjuang melawan tumor otak selama 18 tahun, coba pikir: Tahun-tahun yang dilewati pastinya sulit untuk kita bayangkan. Tapi, kami senantiasa belajar bersyukur. Kini, saat perjuangannya usai, berat sekali menerimanya, karena aku tak siap kehilangannya. Usai ibuku meninggal, kukurung diri dalam kemarahan, kegetiran, kebencian dan kebingungan, saat segalanya direnggut dariku, Aku takkan lagi mendengar suara sopran dari wanita cantik ini; mendengarkannya beryanyi lantang tanpa beban; ikut memeriahkan panggung bersama -- oh, aku selalu ingin bermain musik cello bersamanya, menatap wajah cantiknya kala bernyayi. Oh, aku selalu ingin mendapatkan kesempatan itu.
I never got that chance. So I struggled with this, I really did. But then, I discovered something, something that has compelled me to be on this stage, talking with you today. Isn't it true that our life's most sublime melodies tend to be written during the dark symphonies of our struggle? And in this dark symphony, I found the healing for Mother --? The very thing that had wounded me was the same thing that healed me: the power of music. You see, since then, I've spent some very special time with my mom. Through music, I've discovered that the people we've lost aren't lost at all, and the holes their absence leaves inside us are not meant to be filled by someone or something else. Instead, they are intentional, mindful places, meant for us to go to take refuge, to reconnect and to reunite with our loved ones, to find them there, still interested, still invested and somehow, still involved in the details of our lives. That is where I found my mom.
Sayang, tak pernah kesampaian. Tapi aku berjuang sampai titik ini, sungguh. Lalu, aku menyadari sesuatu, sesuatu yang memaksaku berada di atas panggung ini, mencurahkan isi hatiku hari ini. Apakah benar melodis terdalam hidup kita biasa dituangkan pada simfoni kegelapan dari perjuangan kita? Dalam simfoni gelap ini, aku menemukan obat penawar seorang ibu? Hal yang membuatku luka adalah hal sama yang membuatku terobati: yaitu kekuatan musik. Sejak itu, kuhabiskan waktu-waktu berharga bersama ibuku. Lewat musik, aku mendapati orang-orang yang meninggalkan kita, sama sekali tak meninggalkan kita, dan lubang yang ditinggalkan dari dalam diri kita bukan dimaksudkan untuk diisi orang atau hal lain. Melainkan, sengaja dibiarkan, menjadi tempat kedamaian, kita disuruh mengungsi ke lokasi tersebut, supaya terhubung dan berkumpul kembali dengan orang yang kita cintai untuk menemukan mereka, cukup menyenangkan, cukup berarti dan entah mengapa, masih berhubungan dengan sendi hidup kita. Dengan cara ini kutemukan ibuku.
Now, I can't prove this to you with science; there's no chance. And spirituality helped me take the first step, but ultimately, you just have to go there yourself in your own way. And music, the power of music, can act as a guide for you on this incredible, important journey. If you're willing, I'd like to go there together right now. And I want to show this to you because if you need to use this later on, when you're on your own in a quiet place, and you've got a song that's personal to you, I want to show you how this can work.
Aku tak bisa membuktikannya secara ilmiah; karena tidak ada kesempatan saja. Tetapi secara spiritual, membantuku mengambil langkah pertama, pada akhirnya, kita harus ke sana dengan cara kita sendiri. Musik dan kekuatannya bisa bertindak sebagai alat penuntun dalam sebuah perjalanan luar- biasa bermakna. Jika mau, akan kubimbing kalian ke sana sekarang. Dan kuingin menunjukan pada kalian kalau-kalau dibutuhkan nantinya, saat kau ingin menyendiri, dan putarlah lagu sesuai dengan kepribadianmu, akan kutunjukan cara kerjanya.
I'd like you to close your eyes if you would, please. Choose a loved one you want to connect with. It could be someone you've already been thinking about as I've been talking. I want you to picture a favorite place, a relaxing place. It could be a place that you both adored together. Now picture your loved one sitting or standing across from you. Make this as detailed as you can; it's important. What are they wearing? What is their posture, their expression? Is it a smile? Is it a look of concern? Or is hope written in their eyes? I want you to hold this image in your mind, and you could do so continually with your eyes closed, or you can open them; it's up to you. But I want you to live in this place while I play for you one more piece of music. It's a piece I've never performed in public. Why? Because I feared that I wouldn't do it justice. It's my mom's favorite. And as I play, I want you to have a conversation with this beautiful person across from you. I want you to hold their hand, share a long hug, ask for forgiveness or finally give of it freely if you need to. Ask for help with something you're struggling with. At the very least, express gratitude for how they've made you possible and necessary. Express love.
Silahkan, kuingin kalian memejamkan mata. Bayangkan sosok yang kalian cintai, yang ingin kalian temui. Sosok yang selalu kalian pikirkan, sama sepertiku. Kuingin kalian juga membayangkan tempat menyenangkan tempat penuh kedamaian. Sebuah tempat yang kalian berdua sukai. Coba bayangkan, sosok tercinta itu duduk atau berdiri di depan kalian Bayangkan sedetil mungkin; itu penting. Apa yang mereka kenakan? Bagaimana postur tubuh, raut wajah mereka? apakah itu senyuman? Apakah tatapannya menghangatkan? Atau adakah harapan di matanya? Kuingin kalian merengkuh sosok ini, kalian bisa terus membayangkan selagi mata kalian terpejam, atau membukanya: terserah kalian. Tapi, kuingin kalian membayangkan tinggal di tempat ini selagi kumainkan sebuah musik. Musik ini belum pernah kupentaskan di publik. Mengapa? Karena kutakut hal itu tak adil bagiku. Ini adalah musik favorit ibuku. Dan selagi kumainkan musik, kuingin kalian bercakap-cakap dengan sosok menawan ini di depan kalian. Kuingin kau menggenggam tangannya, merengkuhnya lebih lama, meminta maaflah, atau jika perlu, maafkanlah mereka. Mintailah pertolongan pada seseorang yang tengah berjuang bersama kalian. Sampaikan rasa syukur kepada mereka karena telah membuat hidup kalian berwarna dan bermakna. Ekspresikan cinta.
My mother is a soprano, with the voice of an angel. And that voice for me is still sweet and rings with a resounding relevance. And as I play, I hope you can hear the voice of your own angel and let music find someone you've lost.
Teruntuk ibuku seorang soprano, dengan bakat suara bak malaikat dan suaranya masih terdengar manis mengalun bersama gagap gempita. Selagi kumainkan musik, simaklah suara dari sosok malaikat kalian dan biarkan musik menemukan sosok tersebut.
(Plays Puccini's "Nessun dorma")
(Musik memainkan Puccini’s “Nessun dorma”)
(Plays Puccini's "Nessun dorma")
(Musik memainkan Puccini’s “Nessun dorma”)
(Plays Puccini's "Nessun dorma")
(Musik memainkan Puccini’s “Nessun dorma”)
(Cheers and applause)
(Sorak tepuk tangan)