Fifty-two minutes ago, I took this picture about 10 blocks from here. This is the Grand Café here in Oxford. I took this picture because this turns out to be the first coffeehouse to open in England, in 1650. That's its great claim to fame. And I wanted to show it to you, not because I want to give you the Starbucks tour of historic England --
Hanya beberapa menit yang lalu, Saya mengambil foto ini. sekitar 10 blok dari sini. Ini adalah Kafe Grand disini di Oxford. Saya mengambil gambar ini karena ini ternyata adalah kedai kopi yang pertama kali buka di Inggris pada tahun 1650 Itu fakta yg hebat buat promosi Dan saya ingin menunjukannya pd anda, tidak karena saya ingin memberikan anda semacam tour Starbuck pada Inggris jaman dahulu,
(Laughter)
akan tetapi karena
but rather because the English coffeehouse was crucial to the development and spread of one of the great intellectual flowerings of the last 500 years, what we now call the Enlightenment.
kedai kopi Inggris sangatlah penting bagi pengembangan dan penyebaran salah satu pertumbuhan intelektual terhebat 500 thn terakhir ini yaitu apa yang kita sebut sekarang sbg pencerahan.
And the coffeehouse played such a big role in the birth of the Enlightenment in part because of what people were drinking there. Because, before the spread of coffee and tea through British culture, what people drank -- both elite and mass folks drank -- day in and day out, from dawn until dusk, was alcohol. Alcohol was the daytime beverage of choice. You would drink a little beer with breakfast and have a little wine at lunch, a little gin, particularly around 1650, and top it off with a little beer and wine at the end of the day. That was the healthy choice, because the water wasn't safe to drink. And so, effectively, until the rise of the coffeehouse, you had an entire population that was effectively drunk all day.
Dan kedai kopi mempunyai peran yang cukup besar dalam kelahiran pencerahan, sebagian, karena apa yang orang-orang minum disana. Karena, sebelum penyebaran dari kopi dan teh sepanjang kebudayaan Inggris, apa yang orang-orang minum -- baik kalangan elit maupun orang kebanyakan -- setiap hari, dari pagi hingga petang adalah alkohol. Alkohol adalah minuman pilihan di siang hari. Anda minum sediki bir waktu sarapan dan sedikit anggur waktu makan siang, sedikit gin -- khususnya sekitar tahun 1650 -- dan ditutup dengan sedikit bir dan anggur di akhir hari. Itulah pilihan yang sehat, benar, karena air tidaklah aman untuk diminum. jadi, praktis, sampai kebangkitan dari kedai kopi, anda memiliki sebuah populasi
(Laughter)
yang praktis semuanya mabuk sepanjang hari.
And you can imagine what that would be like in your own life -- and I know this is true of some of you -- if you were drinking all day --
Dan dapat anda bayangkan bagaimana rasanya, benar, di hidup anda sendiri -- dan saya tahu bahwa hal ini benar bagi anda-anda --
(Laughter)
jika anda minum alkohol sepanjang hari,
and then you switched from a depressant to a stimulant in your life. You would have better ideas. You would be sharper and more alert. So it's not an accident that a great flowering of innovation happened as England switched to tea and coffee.
ketika anda beralih dari penghilang depresi ke stimulus di hidup anda, anda akan memiliki ide-ide yang lebih baik. Anda akan menjadi lebih tajam dan lebih tanggap. Jadi bukan kecelakaan bahwa perkembangan inovasi yang hebat terjadi saat Inggris beralih ke teh dan kopi.
But the other thing that makes the coffeehouse important is the architecture of the space. It was a space where people would get together, from different backgrounds, different fields of expertise, and share. It was a space, as Matt Ridley talked about, where ideas could have sex. This was their conjugal bed, in a sense; ideas would get together there. And an astonishing number of innovations from this period have a coffeehouse somewhere in their story.
Akan tetapi hal-hal lain yang membuat kedai kopi penting adalah arsitektur ruangnya. Ruang dimana orang-orang berkumpul dari latar belakang yang bebeda, bidang keahlian yang berbeda, dan saling berbagi. Ruang dimana, seperti kata Matt Ridley dimana ide bisa bercinta. Bisa dibilang sbg tempat tidur dimana ide-ide bercinta Ide-ide akan berkumpul disana. Dan sejumlah besar penemuan-penemuan dari periode ini memiliki kedai kopi disuatu waktu di dalam cerita mereka.
I've been spending a lot of time thinking about coffeehouses for the last five years because I've been kind of on this quest to investigate this question of where good ideas come from. What are the environments that lead to unusual levels of innovation, unusual levels of creativity? What's the kind of environmental -- what is the space of creativity? And what I've done is, I've looked at both environments like the coffeehouse, I've looked at media environments like the World Wide Web, that have been extraordinarily innovative; I've gone back to the history of the first cities; I've even gone to biological environments, like coral reefs and rain forests, that involve unusual levels of biological innovation. And what I've been looking for is shared patterns, signature behavior that shows up again and again in all of these environments. Are there recurring patterns that we can learn from, that we can take and apply to our own lives or our own organizations or our own environments to make them more creative and innovative? And I think I've found a few.
Saya sudah menghabiskan sebagian waktu berfikir tentang kedai kopi selama lima tahun terakhir, karena saya seperti sedang menjalani sebuah perjalanan untuk menyelidiki pertanyaan ini pertanyaan dari mana ide-ide bagus berasal. Apakah lingkungannya yang menuntun ke tingkat penemuan yang luar biasa, tingkat kreatifitas yang luar biasa? Lingkungan seperti apakah -- ruang dari kreatifitas seperti apa? Dan apa yang sudah saya lakukan adalah Saya mengamati kedua jenis tempat baik di lingkungan kedai kopi; Saya juga mengamati lingkungan media, seperti world wide web, yang sudah sangat luar biasa inovatif; Saya menelusuri kembali sejarah kota-kota pertama; Saya meneliti lingkungan-lingkungan biologis, seperti gugusan koral dan hutan-hutan hujan, yang punya andil ditingkatan yg luar biasa dari inovasi biologis; Dan apa yang saya cari adalah pola-pola yang sama, semacam tanda khas dari perilaku yang muncul lagi dan lagi di dalam semua lingkungan-lingkungan ini. Adakah pola-pola yang berulang yang dapat kita pelajari, yang dapat kita ambil dan terapkan di kehidupan-kehidupan kita, atau organisasi-organisasi kita, atau lingkungan-lingkungan kita supaya kita jadi lebih kreatif dan inovatif? Dan saya pikir saya menemukan beberapa.
But what you have to do to make sense of this and to really understand these principles is, you have to do away with the way in which our conventional metaphors and language steers us towards certain concepts of idea creation. We have this very rich vocabulary to describe moments of inspiration. We have the "flash" of insight, the "stroke" of insight, we have "epiphanies," we have eureka moments, we have the "light bulb" moments, right? All of these concepts, as rhetorically florid as they are, share this basic assumption, which is that an idea is a single thing. It's something that happens often in a wonderful, illuminating moment.
Tapi supaya semua ini jadi masuk akal buat anda dan supaya anda benar-benar paham prinsip-prinsipnya anda harus tinggalkan berbagai pandangan dimana metafor-metafor dan bahasa konvensional telah membentuk kita. konsep-konsep tertentu dari penciptaan ide. Kita memiliki kosa kata yang sangat kaya untuk mendeskrisikan saat-saat inspiratif Semacam kilatan pemahaman, pencerahan, kita memiliki naluri, kita memiliki saat-saat "eureka!", kita memiliki saat-saat bayangan lampu pijar, benar? Semua konsep-konsep ini, semua kembang-kembang retoris, menganut asumsi dasar, yaitu sebuah ide adalah hal yang tunggal, Sesuatu yang sering terjadi pd saat-saat penuh ilham yang indah.
But, in fact, what I would argue and what you really need to begin with is this idea that an idea is a network on the most elemental level. I mean, this is what is happening inside your brain. An idea -- a new idea -- is a new network of neurons firing in sync with each other inside your brain. It's a new configuration that has never formed before. And the question is: How do you get your brain into environments where these new networks are going to be more likely to form? And it turns out that, in fact, the network patterns of the outside world mimic a lot of the network patterns of the internal world of a human brain.
Padahal sebenarnya, apa yg akan saya gugar, dan apa yang anda perlu mulai, adalah ide, bahwa sebuah ide adalah sebuah jaringan pada tingkatan yang paling dasar. Maksud saya, inilah yang terjadi di dalam otak anda. Sebuah ide, sebuah ide baru, adalah sebuah jaringan neuron-neuron baru saling berinteraksi secara bersamaan di dalam otak anda. Menjadi sebuah konfigurasi yang belum pernah terbentuk sebelumnya. Dan pertanyaanya adalah: bagaimana mengkondisikan otak anda sedemikian sehingga jaringan-jaringan baru ini mudah terbentuk? Dan saya temukan, ternyata, pola jaringan-jaringan di dunia luar sangatlah mirip dengan pola-pola jaringan
So the metaphor I'd like to use,
di dunia internal dari otak manusia.
I can take from a story of a great idea that's quite recent -- a lot more recent than the 1650s. A wonderful guy named Timothy Prestero has an organization called Design That Matters. They decided to tackle this really pressing problem of the terrible problems we have with infant mortality rates in the developing world. One of the things that's very frustrating about this is that we know by getting modern neonatal incubators into any context, if we can keep premature babies warm, basically -- it's very simple -- we can halve infant mortality rates in those environments. So the technology is there. These are standard in all the industrialized worlds. The problem is, if you buy a $40,000 incubator, and you send it off to a midsized village in Africa, it will work great for a year or two years, and then something will go wrong and it will break, and it will remain broken forever, because you don't have a whole system of spare parts, and you don't have the on-the-ground expertise to fix this $40,000 piece of equipment. So you end up having this problem where you spend all this money getting aid and all these advanced electronics to these countries, and it ends up being useless.
Jadi metafora yang saya ingin gunakan Saya bisa mengambil dari cerita tentang sebuah ide yang bagus yang baru-baru ini -- lebih baru dari tahun 1650. Seorang orang bernama Timothy Prestero, yang mempunyai sebuah perusahaan bernama ... Design that Matters. Mereka memutuskan untuk menangani masalah yang sangat mendesak ttg , tahu kan, msalah buruk yang kita miliki ttg tingkat kematian bayi di dunia yang sedang berkembang. Satu hal yang sangat membuat frustasi dari hal ini adalah kita tahu, dengan menempatkan inkubator neonatal modern ke dalam konteks apa saja, jika kita bisa menjaga bayi-bayi prematur tetap hangat, pada dasarnya -- mudah sekali -- kita bisa memotong setengah dari tingkat kematian bayi di lingkungan tersebut. jadi, teknologinya adalah. Ini adalah sudah jadi standar di dunia industri. Masalahnya adalah, jika anda membeli inkubator senilai $40.000, dan anda mengirimkannya ke sebuah desa ukuran menengah di Afrika, benda itu akan bekerja dengan baik selama satu, atau dua tahun, lalu karena sesuatu benda itu akan rusak, benda itu akan tetap rusak selamanya, karena tidak ada dukungan suku cadang, dan anda tidak memiliki tukang reparasi lokal untuk memperbaiki peralatan senilai $40.000 ini. Akhirnya muncul problem dimana banyak uang telah disalurkan untuk mendatangkan bantuan dan peralatan canggih ke negara-negara tersebut, tapi akhirnya semuanya menjadi tidak berguna.
So what Prestero and his team decided to do was to look around and see: What are the abundant resources in these developing world contexts? And what they noticed was, they don't have a lot of DVRs, they don't have a lot of microwaves, but they seem to do a pretty good job of keeping their cars on the road. There's a Toyota 4Runner on the street in all these places. They seem to have the expertise to keep cars working. So they started to think, "Could we build a neonatal incubator that's built entirely out of automobile parts?" And this is what they came up with. It's called the NeoNurture device. From the outside, it looks like a normal little thing you'd find in a modern Western hospital. In the inside, it's all car parts. It's got a fan, it's got headlights for warmth, it's got door chimes for alarm, it runs off a car battery. And so all you need is the spare parts from your Toyota and the ability to fix a headlight, and you can repair this thing. Now that's a great idea, but I'd like to say that, in fact, this is a great metaphor for the way ideas happen. We like to think our breakthrough ideas, you know, are like that $40,000, brand-new incubator, state-of-the-art technology. But more often than not, they're cobbled together from whatever parts that happen to be around nearby.
Jadi apa yang Prestero dan timnya putuskan untuk lakukan adalah untuk melihat dan mencari: apa sumber daya yang berlimpah di negara-negara berkembang ini? Dan mereka menemukan tidak banyak yg punya DVR-DVR, tidak banyak yg punya mikrowave-mikrowave, tetapi mereka tampaknya cukup mahir dalam merawat mobil-mobil mereka. Ada sebuah Toyota Forerunner di jalan di seluruh tempat-tempat ini. Mereka sepertinya memiliki keahlian untuk menjaga mobil-mobil tetap bekerja Jadi mereka mulai berfikir, "Bisakah kita membuat sebuah neonatal inkubator yang terbuat seluruhnya dari komponen-komponen mobil?" Dan ini adalah apa yang mereka hasilkan. Benda itu disebut alat neonurture. Dari luar, benda itu terlihat seperti benda kecil yang normal yang anda temukan di rumah sakit di dunia barat modern. Di dalamnya, semuanya onderdil mobil. Ada kipasnya, Ada lampu besar sbg penghangat, benda itu memiliki bel pintu sebagai alarm, Benda itu bekerja dengan baterai mobil. Jadi apa yang anda perlukan adalah komponen-komponen dari Toyota anda dan kemampuan untuk memperbaiki lampu besar, dan anda bisa memperbaiki benda ini. Itu adalah ide yang hebat, tetapi apa yang saya mau katakan adalah, ini adalah metafora yang baik untuk menjelaskan bagaimana ide-ide tercipta. Kita suka memikirkan ide-ide terobosan kita, anda tahu, seperti inkubator baru senilai $40.000 itu, teknologi yang muktahir, akan tetapi seringkali bukannya mereka terbentuk dari apapun komponen-komponen yang terdapad di sekitar. Kita mengambil ide dari orang lain,
We take ideas from other people, people we've learned from, people we run into in the coffee shop, and we stitch them together into new forms and we create something new. That's really where innovation happens. And that means we have to change some of our models of what innovation and deep thinking really looks like, right? I mean, this is one vision of it. Another is Newton and the apple, when Newton was at Cambridge. This is a statue from Oxford. You know, you're sitting there, thinking a deep thought, the apple falls from the tree, and you have the theory of gravity. In fact, the spaces that have historically led to innovation tend to look like this. This is Hogarth's famous painting of a kind of political dinner at a tavern, but this is what the coffee shops looked like back then. This is the kind of chaotic environment where ideas were likely to come together, where people were likely to have new, interesting, unpredictable collisions, people from different backgrounds. So if we're trying to build organizations that are more innovative, we have to build spaces that, strangely enough, look a bit more like this. This is what your office should look like, it's part of my message here.
dari guru-guru kita, dari orang yang kita temui di kedai kopi, lalu kita gabung mereka menjadi bentuk baru, jadilah sebuah kreasi baru Disitulah dimana inovasi benar-benar terjadi. Dan hal tersebut berarti bahwa kita harus mengubah beberapa pandangan kita ttg apa sebenarnya inovasi dan perenungan yg dalam itu, Ini baru satu cara pandang. Hal lainnya adalah Newton dan apelnya, ketika Newton berada di Cambridge. Ini adalah patung dari Oxford. Anda tahu, anda duduk disana memikirkan secara mendalam, dan apelnya jatuh dari pohon, dan anda mendapatkan teori gravitasi. pada kenyataanya, saat-saat yang secara historis mengarah ke inovasi pada umumnya memiliki bentuk seperti ini, benar. Ini lukisan Hogart yang terkenal ttg makan malam politik di sebuah kedai, akan tetapi ini adalah bagaimana kedai kopi terlihat pada saat itu. Ini adalah lingkungan yang kacau dimana ide-ide kemungkinan datang bersama, dimana orang-orang kemungkinan memiliki pertemuan yang baru, menarik, tak terduga -- orang dgn latar belakang yang berbeda. Jadi, jika kita berniat untuk membangun organisasi yang lebih inovatif, kita harus membangun sebuah ruang yang, secara aneh, kurang lebih terlihat seperti ini. Inilah bagaimana kantor kita harus terlihat, ini adalah sebagian dari pesan saya disini.
And one of the problems with this is that, when you research this field, people are notoriously unreliable when they actually self-report on where they have their own good ideas, or their history of their best ideas. And a few years ago, a wonderful researcher named Kevin Dunbar decided to go around and basically do the Big Brother approach to figuring out where good ideas come from. He went to a bunch of science labs around the world and videotaped everyone as they were doing every little bit of their job: when they were sitting in front of the microscope, when they were talking to colleagues at the watercooler ... And he recorded all these conversations and tried to figure out where the most important ideas happened. And when we think about the classic image of the scientist in the lab, we have this image -- you know, they're poring over the microscope, and they see something in the tissue sample, and -- "Eureka!" -- they've got the idea.
Dan salah satu masalah dengan hal ini adalah orang-orang pada kenyataanya -- ketika anda meneliti bidang ini -- orang-orang sangatlah tidak bisa diandalkan, ketika mereka pada kenyataanya seperti mengumumkan dimana mereka mendapatkan ide-ide bagus mereka, atau sejarah mereka akan ide-ide terbaik mereka. Dan beberapa tahun yang lalu, seorang peneliti bernama Kevin Dunbar memutuskan untuk berkeliling dan pada dasarnya melakukan pendekatan Big Brother (mata-mata) untuk mengetahui dr mana ide-ide bagus datang Dia mendatangi sejumlah klub ilmu pengetahuan di seluruh dunia dan merekam mereka dalam video sampai hal-hal terkecil yg mereka lakukan Seperti ketika mereka duduk di depan mikroskop, ketika mereka mengobrol dekat pendingin air, dan semua hal-hal ini. Dan dia merekam semua pembicaraan-pembicaraan tersebut dan berusaha untuk memecahkan manakah ide-ide yang terpenting, bagaimana mereka terjadi. Dan kita berfikir tentang sebuah gambaran klasik dari para ilmuan di dalam lab, kita memiliki gambaran ini -- anda tahu, mereka menuangkan sesuatu di depan mikroskop dan mereka melihat sesuati di contoh jaringan. Dan "oh, eureka!" mereka mendapatkan ide.
What happened, actually, when Dunbar looked at the tape, is that, in fact, almost all of the important breakthrough ideas did not happen alone in the lab, in front of the microscope. They happened at the conference table at the weekly lab meeting, when everybody got together and shared their latest data and findings, oftentimes when people shared the mistakes they were having, the error, the noise in the signal they were discovering. And something about that environment -- and I've started calling it the "liquid network," where you have lots of different ideas that are together, different backgrounds, different interests, jostling with each other, bouncing off each other -- that environment is, in fact, the environment that leads to innovation.
Apa yang sebenarnya terjadi adalah ketika Dunbar melihat rekaman tersebut adalah, pada kenyataanya, hampir semua ide terobosan yang penting tidak terjadi di dalam lab, di depan mikroskop. Mereka terbentuk di meja konferensi pada saat pertemuan lab mingguan, ketika semua orang berkumpul dan saling berbagi informasi dan temuan-temuan, seringkali ketika orang-orang berbagi kesalahan yag mereka lakukan, kesalahan, gangguan di sinyal yang mereka temukan. Dan sesuatu tentang lingkungan tersebut -- dan apa yang saya sebut "jaringan cair," dimana anda mendapatkan berbagai macam ide yang berkumpul bersama-sama, dengan latar belakang dan ketertarikan yang berbeda, saling dorong-mendorong, saling beradu satu sama lainnya -- sebuah lingkungan, yang pada kenyataanya, lingkungan yang mengarah pada inovasi.
The other problem that people have is, they like to condense their stories of innovation down to shorter time frames. So they want to tell the story of the eureka moment. They want to say, "There I was, I was standing there, and I had it all, suddenly, clear in my head." But, in fact, if you go back and look at the historical record, it turns out that a lot of important ideas have very long incubation periods. I call this the "slow hunch." We've heard a lot recently about hunch and instinct and blink-like sudden moments of clarity, but, in fact, a lot of great ideas linger on, sometimes for decades, in the back of people's minds. They have a feeling that there's an interesting problem, but they don't quite have the tools yet to discover them. They spend all this time working on certain problems, but there's another thing lingering there that they're interested in, but can't quite solve.
Masalah lainnya yang orang-orang miliki adalah mereka suka memadatkan cerita tentang inovasi mereka kepada jangka waktu yang lebih pendek. Jadi mereka mau bercerita, cerita "eureka!" mereka. Mereka ingin berkata, "Disana, saya berdiri disana dan tiba-tiba pikiran saya mendapatkan pencerahan." Akan tetapi kenyataanya, jika anda kembali dan melihat jejak rekam, terlihat bahwa banyak ide-ide penting memiliki waktu inkubasi yang sangat lama. Saya menyebut ini "naluri lambat." kita banyak mendengar baru-baru ini tentang naluri dan insting dan saat-saat kedipan pencerahan yang tiba-tiba, akan tetapi pada kenyataanya, banyak ide-ide bagus tetap hidup selama beberapa dekade, di belakang pikiran orang-orang. Mereka memiliki perasaan bahwa ada sebuah masalah yang menarik, akan tetapi mereka belum mempunyai peralatan untuk menemukan mereka. Mereka menghabiskan seluruh waktu ini untuk sejumlah masalah-masalah, akan tetapi ada hal lain yang tetap hidup disitu dimana mereka tetap tertarik, akan tetapi mereka belum bisa untuk memecahkannya.
Darwin is a great example of this. Darwin himself, in his autobiography, tells the story of coming up with the idea for natural selection as a classic eureka moment. He's in his study, it's October of 1838, and he's reading Malthus, actually, on population. And all of a sudden, the basic algorithm of natural selection kind of pops into his head, and he says, "Ah, at last, I had a theory with which to work." That's in his autobiography. About a decade or two ago, a wonderful scholar named Howard Gruber went back and looked at Darwin's notebooks from this period. Darwin kept these copious notebooks, where he wrote down every little idea he had, every little hunch. And what Gruber found was that Darwin had the full theory of natural selection for months and months and months before he had his alleged epiphany reading Malthus in October of 1838. There are passages where you can read it, and you think you're reading from a Darwin textbook, from the period before he has his epiphany. And so what you realize is that Darwin, in a sense, had the idea, he had the concept, but was unable to fully think it yet. And that is, actually, how great ideas often happen -- they fade into view over long periods of time.
Dawin adalah sebuah contoh yang baik untuk hal ini. Darwin sendiri, dalam autobiografinya, menceritakan sebuah cerita tentang bagaimana sebuah ide muncul untuk seleksi alam sebagai sebuah saat-saat klasik "eureka!" Dia sedang di ruang belajarnya, saat itu Oktober tahun 1838, dan dia sedang membaca Malthus, sebenarnya, ttg penduduk. Dan tiba-tiba, logika dasar dari seleksi alam tiba-tiba muncul di dalam kepalanya, dan dia berkata, "Ah, akhirnya, Saya memiliki teori yg bisa dipakai bekerja." Hal tersebut ada di autobiografinya. Sekitar satu atau dua dekade lalu, seorang pelajar yang baik bernama Howard Gruber kembali dan melihat buku catatan Darwin dari periode itu. Dan Darwin menyimpan kopi dari buku catatan tersebut dimana dia menulis setiap ide-ide kecil yang dia miliki, setiap naluri-naluri kecil. Dan apa yang Gruber temukan adalah bahwa Darwin telah menemukan teori dari seleksi alam secara keseluruhan selama berbulan-bulan sebelun dia mengalami momen pencerahannya, membaca Malthus di bulan Oktober tahun 1838 Ada beberapa halaman dimana anda bisa membacanya, dan anda berfikir bahwa anda membaca dari buku teks milik Darwin dari periode sebelum dia mendapatkan pencerhaannya. Dan anda sadari bahwa itu adalah Darwin, sedikit banyak memiliki ide, dia memiliki sebuah konsep, akan tetapi belum bisa untuk memikirkannya secara menyeluruh Dan ini adalah bagaimana ide-ide hebat seringkali terjadi; mereka meredup dari pandangan selama beberapa periode waktu.
Now the challenge for all of us is: How do you create environments that allow these ideas to have this long half-life? It's hard to go to your boss and say, "I have an excellent idea for our organization. It will be useful in 2020."
Dan sekarang tantangannya bagi kita semua adalah: bagaimana anda menciptakan sebuah lingkungan yang memungkinkan semua ide-ide ini untuk memiliki waktu hidup yang panjang, benar? Sangatlah sulit untuk pergi ke bos anda dan berkata, "Saya memiliki ide yang sangat baik untuk organisasi kita. Ide itu akan sangat berguna di tahun 2020.
(Laughter)
Bisakan anda memberikan saya waktu untuk mengerjakan ide tersebut?"
"Could you just give me some time to do that?"
Sekarang beberapa perusahaan, seperti Google,
Now a couple of companies like Google have innovation time off, 20 percent time. In a sense, those are hunch-cultivating mechanisms in an organization. But that's a key thing. And the other thing is to allow those hunches to connect with other people's hunches; that's what often happens. You have half of an idea, somebody else has the other half, and if you're in the right environment, they turn into something larger than the sum of their parts. So in a sense, we often talk about the value of protecting intellectual property -- you know, building barricades, having secretive R and D labs, patenting everything that we have so that those ideas will remain valuable, and people will be incentivized to come up with more ideas, and the culture will be more innovative. But I think there's a case to be made that we should spend at least as much time, if not more, valuing the premise of connecting ideas and not just protecting them.
mereka memiliki waktu-waktu inovasi, 20 persen dari waktu, dimana, sedikit banyak, mekanisme pengumpul naluri-naluri itu adalah sebuah organisasi. Akan tetapi hal tersebut adalah titik kunci dan hal lainnya adalah untuk membiarkan naluri-naluri tersebut terhubung dengan naluri-naluri orang lain; hal itu lah yang seringkali terjadi. Anda punya setengah dari ide-ide tsb, seseorang memiliki setengah sisanya dan jika anda berada di lingkungan yang tepat, mereka berubah menjadi sesuatu yang lebih besar dari dari keseluruhan bagian-bagian mereka. Jadi, sedikit banyak kita sering kali berbicara tentang nilai dari melindungi properti intelektual, anda tahu, membuat pertahanan, memiliki laboratorium riset dan pengembangan, mematenkan apapun yang kita miliki, jadi ide-ide tersebut tetap berharga, dan orang-orang akan lebih termotivasi untuk menghasilkan ide-ide yang lebih banyak, dan kebudayaan akan menjadi lebih inovatif. Tapi menurut saya ada adalah penting untuk menghabiskan setidaknya sedikit waktu, jika tidak lebih banyak, menghargai saling keterhubungan ide-ide dan tidak hanya melindungi mereka.
And I'll leave you with this story, which I think captures a lot of these values. It's just a wonderful tale of innovation, and how it happens in unlikely ways. It's October of 1957, and Sputnik has just launched. And we're in Laurel, Maryland, at the Applied Physics Lab associated with Johns Hopkins University. It's Monday morning, and the news has just broken about this satellite that's now orbiting the planet. And, of course, this is nerd heaven, right? There are all these physics geeks who are there, thinking, "Oh my gosh! This is incredible. I can't believe this has happened." And two of them, two twentysomething researchers at the APL, are there at the cafeteria table, having an informal conversation with a bunch of their colleagues. And these two guys are named Guier and Weiffenbach. They start talking, and one of them says, "Hey, has anybody tried to listen for this thing? There's this, you know, man-made satellite up there in outer space that's obviously broadcasting some kind of signal. We could probably hear it, if we tune in." So they ask around to a couple of their colleagues, and everybody's like, "No, I hadn't thought of doing that. That's an interesting idea."
Dan saya meninggalkan anda dengan sebuah cerita ini, yang menurut saya melingkupi banyak nilai-nilai ini, dan cerita ini adalah cerita tentang inovasi yang menakjubkan, dan bagaimana hal itu terjadi dengan cara yang tidak biasa. Pada Oktober tahun 1957, dan Sputnik baru saja diluncurkan, dan kami berada di Laurel Maryland, dan laboratorium ilmu fisika terapan berasosiasi dengan Universitas John Hopkins. Dan itu adalah hari Senin pagi, dan beritanya baru saja menyebar tentang sebuah satelit ini yang sekarang mengorbit di planet. Dan tentunya, ini adalah surga para kutu buku, benar? Banyak para kutu buku fisika yang berfikir, "Astaga! Hal ini sangatlah hebat. Saya tidak percaya hal ini telah terjadi." Dan dua diantara mereka, dua peneliti berumur kurang lebih 20 tahunan di APL sedang berada disana di meja kafetaria sedang melakukan percakapan informal dengan sejumlah kolega mereka. Dan dua orang ini bernama Guier dan Weiffenbach. Dan mereka mulai berbicara, dan satu diantara mereka berkata, "Hei, apakah kalian sudah mencoba untuk mendengarkah hal ini?" Ada sebuah benda ini, anda tahu, satelit buatan manusia diatas sana di luar angkasa yang dengan jelas menyiarkan semacam sinyal. Kita mungkin bisa mendengarnya, jika kita menyesuaikan dengannya." Dan jadi mereka bertanya pada beberapa kolega mereka, dan semua orang seperti, "Tidak, saya tidak terpikir untuk melakukan hal tersebut. Hal itu adalah ide yang menarik."
And it turns out Weiffenbach is kind of an expert in microwave reception, and he's got a little antenna set up with an amplifier in his office. So Guier and Weiffenbach go back to Weiffenbach's office, and they start noodling around -- "hacking," as we might call it now. And after a couple of hours, they start picking up the signal, because the Soviets made Sputnik very easy to track; it was right at 20 MHz, so you could pick it up really easily, because they were afraid people would think it was a hoax, basically, so they made it really easy to find.
Dan ternyata Weiffenbach adalah semacam seorang ahli dalam penerimaan mikrowave, dan dia sudah menyiapkan antena kecil dengan sebuah ampli di kantornya. Dan lalu Guier dan Weiffenbach pergi ke kantor Weiffenbach, dan mulai mengerjakan sesuatu -- hacking, adalah kata yang kita sebut sekarang. Dan setelah beberapa jam, mereka akhirnya mendapatkan sinyal, karena orang Soviet membuat Spitnik sangat mudah untuk dilacak. Hal itu berada tepat di 20 MHz, jadi anda bisa mendapatkannya dengan sangat mudah, karena khawatir dianggap berita bohong, pada dasarnya. Jadi mereka membuatnya mudah untuk ditemukan.
So these guys are sitting there, listening to this signal, and people start coming into the office and saying, "That's pretty cool. Can I hear?" And before long, they think, "Jeez, this is kind of historic. We may be the first people in the United States listening to this. We should record it." So they bring in this big, clunky analog tape recorder and start recording these little bleep, bleeps. And they start writing down the date stamp, time stamps for each little bleep that they record. And then they start thinking, "Well, gosh, we're noticing small little frequency variations here. We could probably calculate the speed that the satellite is traveling if we do a little basic math here using the Doppler effect." And they played around with it a little bit more and talked to a couple of their colleagues who had other specialties. And they said, "You know, we could actually look at the slope of the Doppler effect to figure out the points at which the satellite is closest to our antenna and the points at which it's furthest away. That's pretty cool."
Jadi ada dua orang ini yang duduk mendegnarkan sinyal ini, dan orang-orang mulai berdatangan ke kantor dan berkata, "Wow, keren. Bisakah saya medengarnya? Wow hal tersebut sangatlah hebat." dan tidak berapa lama, mereka befikir, "Wah, hal ini adalah semacam sejarah. Kita mungkin adalah orang-orang pertama di United States yang mendegarkan hal ini. Kita harus merekammnya." Dan lalu mereka membawa sebuah perekam yang besar dan aneh, dan mereka mulai merekam setiap bleep-bleep kecil. Dan mereka mulai menulis semacam tanda tanggal, tanda waktu untuk setiap bleep kecil yang mereka rekam. Dan mereka mulai berfikir, "Wah, anda tahu, kita memperhatikan variasi frekuensi kecil disini. Kita mungkin bisa menghitung kecepatan satelit tersebut berjalan, jika kita lakukan sedikit matematika dasar disini menggunakan effek Doppler. Dan mereka bermain dengan hal itu sedikit lebih lama, dan mereka membicarakannya dengan beberapa kolega mereka yang memiliki spesialisasi lainnya. Dan mereka berkata,"Jeez, anda tahu, kami pikir kami bisa melihat pada lereng di efek Doppler untuk menentukan titik dimana satelit tersebut berada dekat pada antena kita dan titik dimana satelit tersebut berada jauh. Hal itu sangatlah hebat."
Eventually, they get permission -- this is all a little side project that hadn't been officially part of their job description -- they get permission to use the new UNIVAC computer that takes up an entire room that they'd just gotten at the APL. And they run some more of the numbers, and at the end of about three or four weeks, turns out they have mapped the exact trajectory of this satellite around the Earth, just from listening to this one little signal, going off on this little side hunch that they'd been inspired to do over lunch one morning.
Dan pada akhirnya, mereka mendapatkan ijin -- ini adalah sebuah proyek sampingan jadi bukan pekerjaan utama mereka. Mereka mendapatkan ijin untuk menggunakan, anda tahu, komputer UNIVAC yang memakan seluruh ruang, yang baru saja mereka dapatkan di APL. Mereka menjalankan lebih banyak angka, dan pada akhirnya sekitar tiga atau empat minggu, ternyata mereka berhasil memetakan lintasan pasti dari satelit tersebut mengelilingi Bumi, hanya dari mendengarkan sinyal kecil ini, yang berasal dari naluri sampingan kecil yang menginspirasikan mereka pada sebuah makan siang di suatu hari
A couple weeks later, their boss, Frank McClure, pulls them into the room and says, "Hey, you guys, I have to ask you something about that project you were working on. You've figured out an unknown location of a satellite orbiting the planet from a known location on the ground. Could you go the other way? Could you figure out an unknown location on the ground if you knew the location of the satellite?" And they thought about it and they said, "Well, I guess maybe you could. Let's run the numbers here." So they went back and thought about it and came back and said, "Actually, it'll be easier." And he said, "Oh, that's great, because, see, I have these new nuclear submarines"
Beberapa minggu kemudian boss mereka, Frank McClure, memanggil mereka keruangan dan berkata, "Hai, kalian, Saya harus menanyakan sesuatu pada kalian tentang proyek yang sedang kalian kerjakan. Kalian telah menemukan lokasi yang tidak diketahui dari satelit yang mengorbit pada planet dari lokasi yang telah diketahui di darat. bisakah kalian melakukan kebalikannya? Bisakah kalian menentukan lokasi di darat, jika kalian tahu lokasi dari satelit?" Dan mereka memikirkan hal itu, dan mereka berkata, "Yah, Saya rasa mungkin anda bisa. Mari kita hitung angkanya disini." Jadi mereka kembali, dan memikirkan tentang hal itu. Dan mereka datang kembali dan berkata, "Sebenarnya, hal tersebut akan menjadi lebih mudah." Dan dia berkata, "Oh, itu sangatlah bagus. Karena begini, Saya memiliki kapal selam nuklir baru
(Laughter)
yang sedang saya buat
"that I'm building. And it's really hard to figure out how to get your missile so that it will land right on top of Moscow if you don't know where the submarine is in the middle of the Pacific Ocean. So we're thinking we could throw up a bunch of satellites and use it to track our submarines and figure out their location in the middle of the ocean. Could you work on that problem?"
Dan sangatlah susah untuk memecahkan bagaimana untuk mengarahkan misille anda sehingga misil itu akan mendarata tepat diatas Moskow. jika anda tidak tahu dimana kapal selam itu berada di tengah-tengah lautan Pasifik. Jadi kita berfikir, kita bisa mengirimkan beberapa satelit dan menggunakannya untuk melacak kapal selam-kapal selam kita dan mengetahui lokasi mereka di tengah lautan. Bisakah anda memecahkan masalah itu?" Dan itulah bagaimana GPS dilahirkan
And that's how GPS was born. Thirty years later, Ronald Reagan, actually, opened it up and made it an open platform that anybody could build upon, and anybody could come along and build new technology that would create and innovate on top of this open platform, left it open for anyone to do pretty much anything they wanted with it. And now, I guarantee you, certainly half of this room, if not more, has a device sitting in their pocket right now that is talking to one of these satellites in outer space. And I bet you one of you, if not more, has used said device and said satellite system to locate a nearby coffeehouse somewhere in the last --
30 tahun kemudian, Ronal Reagan mempublikasikannya dan membuatnya jadi open platform. yang dimana semua orang kurang lebih bisa membangun diatasnya dan semua orang bisa berkumpul dan membuat teknologi baru yang akan mencipta dan menginovasikan diatas panggung terbuka ini, terbuka untuk semua orang untuk melakukan kurang lebih apapun yang mereka ingin lakukan dengannya. Dan sekarang saya jamin anda setidaknya setengah dari ruangan ini, jika tidak lebih, memiliki sebuah alat di kantong anda saat ini yang berkomunikasi dengan satelit-satelit ini di angkasa luar. Dan saya berani bertaruh bahwa salah satu dari anda, jika tidak lebih, telah menggunakan alat yang telah disebutkan dan sistem satelit yang telah disebutkan untuk menemukan kedai kopi terdekat di suatu tempat setidaknya --
(Laughter)
(Tawa)
in the last day or last week, right?
setidaknya kemarin atau minggu lalu, benar?
(Applause)
(Tepuk tangan)
And that, I think, is a great case study, a great lesson in the power -- the marvelous, unplanned, emergent, unpredictable power -- of open innovative systems. When you build them right, they will be led to completely new directions the creators never even dreamed of. I mean, here you have these guys who basically thought they were just following this hunch, this little passion that had developed, then they thought they were fighting the Cold War, and then, it turns out, they're just helping somebody find a soy latte.
Dan hal tersebut, menurut saya, adalah sebuah studi kasus yang hebat, sebuah pelajaran yang hebat, ttg kekuatan, yang luar biasa, tak terencana tiba-tiba, kekuatan yang tidak bisa diprediksi, dari sistem inovasi terbuka. Ketika anda membangun mereka dengan benar, mereka akan mengarahkan ke arah yang benar-benar baru yang bahkan sang pembuat tidak pernah bermimpi sebelumnya. Maksud saya, disini anda memiliki orang-orang ini yang pada dasarnya berfikir bahwa mereka hanya mengikuti naluri ini, sebuah gairah kecil ini yang mereka kembangkan, dan mereka befikir bahwa mereka sedang berperang di perang dingin, dan pada akhirnya mereka hanyalah menolong seseorang menemukan latte kedelai.
(Laughter)
(Tawa)
That is how innovation happens. Chance favors the connected mind.
Itulah bagaimana inovasi terjadi. Peluang lebih memilih pikiran-pikiran yang terhubung
Thank you very much.
Terima kasih banyak
(Applause)
(Tepuk Tangan)