Today, I want you to look at children who become suicide bombers through a completely different lens. In 2009, there were 500 bomb blasts across Pakistan. I spent the year working with children who were training to become suicide bombers and with Taliban recruiters, trying to understand how the Taliban were converting these children into live ammunition and why these children were actively signing up to their cause.
Sekarang, saya ingin kalian melihat kepada anak-anak yang menjadi pelaku bom bunuh diri melalui lensa yang benar-benar berbeda. Pada tahun 2009, ada 500 bom meledak di seluruh Pakistan. Saya menghabiskan tahun itu bekerja bersama anak-anak yang dilatih untuk menjadi pelaku bom bunuh diri dan dengan perekrut dari Taliban, mencoba mengerti bagaimana Taliban mengubah anak-anak ini menjadi senjata hidup dan mengapa anak-anak ini secara aktif mendaftarkan diri ke dalam pergerakan mereka.
I want you to watch a short video from my latest documentary film, "Children of the Taliban."
Saya ingin kalian menonton video singkat dari film dokumenter terbaru saya, "Children of the Taliban." (Para anak Taliban)
(Singing)
(Bernyanyi)
The Taliban now run their own schools. They target poor families and convince the parents to send their children. In return, they provide free food and shelter and sometimes pay the families a monthly stipend. We've obtained a propaganda video made by the Taliban. Young boys are taught justifications for suicide attacks and the execution of spies.
Taliban menjalankan sekolah mereka sendiri sekarang. Sasaran mereka adalah keluarga miskin. Mereka meyakinkan para orang tua untuk mengirim anak-anak mereka. Sebagai gantinya, Taliban menyediakan makanan dan tempat berlindung gratis dan terkadang memberikan uang bulanan kepada keluarga itu. Kami mendapatkan video propaganda yang dibuat oleh Taliban. Para pria muda diajarkan dasar pembenaran dari serangan bunuh diri dan eksekusi para mata-mata.
I made contact with a child from Swat who studied in a madrassa like this. Hazrat Ali is from a poor farming family in Swat. He joined the Taliban a year ago when he was 13.
Saya menghubungi seorang anak dari Swat yang belajar di dalam madrasah seperti ini. Hazrat Ali berasal dari sebuah keluarga petani miskin di Swat. Dia bergabung dengan Taliban setahun yang lalu, saat dia berusia 13 tahun.
How do the Taliban in your area get people to join them?
Bagaimana Taliban di daerah anda mendapatkan orang untuk bergabung?
Hazrat Ali: They first call us to the mosque and preach to us. Then they take us to a madrassa and teach us things from the Koran.
Hazrat Ali: Pertama mereka mengajak kami ke masjid dan mengajar kami. Lalu mereka membawa kami ke madrasah dan mengajar kami hal-hal dari Al Quran.
Sharmeen Obaid Chinoy: He tells me that children are then given months of military training.
Sharmeen Obaid Chinoy: Dia memberitahu bahwa anak-anak itu akan diberikan latihan militer berbulan-bulan.
HA: They teach us to use machine guns, Kalashnikov, rocket launchers, grenades, bombs. They ask us to use them only against the infidels. Then they teach us to do a suicide attack.
HA: Mereka mengajari kami menggunakan senapan mesin, Kalishnikov, peluncur roket, granat, bom. Mereka menyuruh kami untuk hanya menggunakannya melawan kaum kafir. Lalu mereka mengajarkan serangan bunuh diri.
SOC: Would you like to carry out a suicide attack?
SOC: Apakah anda ingin melakukan serangan bunuh diri?
HA: If God gives me strength.
HA: Jika Allah yang Maha Kuasa memberi saya kekuatan.
SOC: I, in my research, have seen that the Taliban have perfected the way in which they recruit and train children, and I think it's a five-step process. Step one is that the Taliban prey on families that are large, that are poor, that live in rural areas. They separate the parents from the children by promising to provide food, clothing, shelter to these children. Then they ship them off, hundreds of miles away to hard-line schools that run along the Taliban agenda.
SOC: Saya, dalam penelitian ini melihat bahwa Taliban telah menyempurnakan cara mereka merekrut dan melatih anak-anak ini. Dan saya pikir pelatihan ini berlangsung dalam lima langkah. Langkah pertama, Taliban mencari korban dari keluarga yang besar dan miskin, yang tinggal di pedesaan. Mereka memisahkan orang tua dan anak-anaknya dengan berjanji untuk menyediakan makanan, pakaian, tempat berlindung bagi anak-anak ini. Mereka lalu mengirimkan mereka, ratusan mil jauhnya ke sekolah garis keras yang dijalankan sesuai dengan agenda Taliban.
Step two: They teach the children the Koran, which is Islam's holiest book, in Arabic, a language these children do not understand and cannot speak. They rely very heavily on teachers, who I have personally seen distort the message to these children as and when it suits their purpose to. These children are explicitly forbidden from reading newspapers, listening to radio, reading any books that the teachers do not prescribe them. If any child is found violating these rules, he is severely reprimanded. Effectively, the Taliban create a complete blackout of any other source of information for these children.
Langkah kedua: Mereka mengajarkan Al-Quran, kitab tersuci bagi umat Islam, dalam Bahasa Arab, yang tidak dimengerti oleh anak-anak ini. Mereka juga tidak dapat berbicara Bahasa Arab. Mereka benar-benar tergantung pada para guru yang telah saya lihat sendiri mengubah pesan Al Quran kepada anak-anak ini agar sesuai dengan tujuan mereka. Anak-anak ini benar-benar dilarang untuk membaca koran, mendengarkan radio, membaca buku apa pun yang tidak dibolehkan oleh guru mereka. Jika ada anak-anak yang melanggar aturan ini, dia mendapatkan teguran keras. Secara efektif, Taliban menciptakan pemblokiran total dari sumber informasi lain bagi anak-anak ini.
Step three: The Taliban want these children to hate the world that they currently live in. So they beat these children -- I have seen it; they feed them twice a day dried bread and water; they rarely allow them to play games; they tell them that, for eight hours at a time, all they have to do is read the Koran. The children are virtual prisoners; they cannot leave, they cannot go home. Their parents are so poor, they have no resources to get them back.
Langkah ketiga: Taliban ingin anak-anak ini membenci dunia di mana mereka hidup. Sehingga mereka perlahan menghancurkan anak-anak ini. Saya telah melihatnya. Mereka memberikan anak-anak ini roti kering dan air dua kali sehari. Mereka jarang mengijinkan anak-anak ini bermain. Mereka menyuruh anak-anak ini, membaca Al-Quran selama delapan jam setiap kali. Anak-anak ini adalah tahanan virtual. Mereka tidak dapat pergi, tidak dapat pulang ke rumah. Orang tua mereka sangat miskin, mereka tidak punya apa-apa untuk mendapatkan anak-anak mereka kembali.
Step four: The older members of the Taliban, the fighters, start talking to the younger boys about the glories of martyrdom. They talk to them about how when they die, they will be received up with lakes of honey and milk, how there will be 72 virgins waiting for them in paradise, how there will be unlimited food, and how this glory is going to propel them to become heroes in their neighborhoods. Effectively, this is the brainwashing process that has begun.
Langkah keempat: Anggota Taliban yang lebih tua, para pejuang, mulai berbicara kepada anak-anak muda ini tentang kejayaan martir. Mereka berbicara tentang bagaimana, saat mereka meninggal mereka akan memperoleh danau madu dan susu, akan ada 72 perawan yang menunggu mereka di surga, akan ada makanan yang tak terbatas dan bagaimana kejayaan ini akan membawa mereka menjadi pahlawan di lingkungan mereka. Secara efektif, proses pencucian otak ini telah dimulai
Step five: I believe the Taliban have one of the most effective means of propaganda. Their videos that they use are intercut with photographs of men and women and children dying in Iraq and Afghanistan and in Pakistan. And the basic message is that the Western powers do not care about civilian deaths, so those people who live in areas and support governments that work with Western powers are fair game. That's why Pakistani civilians, over 6,000 of whom have been killed in the last two years alone, are fair game. Now these children are primed to become suicide bombers. They're ready to go out and fight because they've been told that this is effectively their only way to glorify Islam.
Langkah kelima: Saya percaya Taliban memiliki salah satu bentuk yang paling efektif dari propaganda. Video yang mereka gunakan berisi potongan-potongan gambar dari pria, wanita, dan anak-anak yang sekarat di Irak dan Afganistan dan di Pakistan. Dan pesan utamanya adalah kekuatan Barat tidak peduli dengan kematian para rakyat jelata, jadi orang-orang yang hidup dalam daerah dan dukungan dari pemerintah yang bekerja dengan kekuatan Barat adalah permainan adil. Itulah mengapa warga Pakistan, lebih dari 6.000 orang telah tewas dalam dua tahun terakhir adalah adil adanya. Sekarang anak-anak ini telah siap untuk menjadi pelaku bom bunuh diri. Mereka siap untuk pergi dan bertarung karena mereka telah diberitahu bahwa inilah satu-satunya cara mereka untuk memuliakan Islam.
I want you to watch another excerpt from the film.
Saya ingin anda melihat kutipan lain dari film ini.
This boy is called Zenola. He blew himself up, killing six. This boy is called Sadik. He killed 22. This boy is called Messoud. He killed 28. The Taliban are running suicide schools, preparing a generation of boys for atrocities against civilians.
Anak laki-laki ini bernama Zenola. Dia meledakkan dirinya sendiri, membunuh enam orang. Anak laki-laki ini bernama Sadik. Dia membunuh 22 orang. Anak laki-laki ini bernama Messoud. Dia membunuh 28 orang. Taliban menjalankan sekolah untuk belajar bunuh diri menyiapkan satu generasi dari pemuda-pemuda untuk melakukan kejahatan terhadap penduduk sipil.
Do you want to carry out a suicide attack?
Apakah anda ingin melakukan serangan bunuh diri?
Boy: I would love to. But only if I get permission from my dad. When I look at suicide bombers younger than me, or my age, I get so inspired by their terrific attacks.
Anak laki-laki: Tentu saja. Namun hanya jika saya mendapat ijin dari ayah saya. Saat saya melihat pelaku bom bunuh diri yang lebih muda dari saya, atau semuda saya. Saya terinspirasi oleh serangan mereka yang luar biasa.
SOC: What blessing would you get from carrying out a suicide attack?
SOC: Berkat apa yang akan anda dapatkan dengan melakukan serangan bunuh diri?
Boy: On the day of judgment, God will ask me, "Why did you do that?" I will answer, "My Lord! Only to make you happy! I have laid down my life fighting the infidels." Then God will look at my intention. If my intention was to eradicate evil for Islam, then I will be rewarded with paradise.
Anak laki-laki: Pada hari penghakiman, Allah akan bertanya "Mengapa anda melakukan hal itu?" Saya akan menjawab, "Allahku! Hanya untuk membuat-Mu gembira!" Saya telah menyerahkan hidup saya melawan para kafir. Lalu Allah yang Maha Kuasa akan melihat niat saya. Jika niat saya adalah memberantas kejahatan demi Islam, saya akan dihadiahi surga.
Singer: ♫ On the day of judgment ♫ ♫ My God will call me ♫ ♫ My body will be put back together ♫ ♫ And God will ask me why I did this ♫
Nyanyian: ♫ Di hari penghakiman ♫ ♫ Allahku akan memanggilku ♫ ♫ Tubuhku akan disatukan kembali ♫ ♫ Dan Allah akan bertanya mengapa saya melakukan hal ini ♫
SOC: I leave you all with this thought: If you grew up in these circumstances, faced with these choices, would you choose to live in this world or in the glorious afterlife? As one Taliban recruiter told me, "There will always be sacrificial lambs in this war."
SOC: Saya akan meninggalkan anda dengan pemikiran ini: Jika kalian tumbuh dalam kondisi seperti ini berhadapan dengan pilihan ini, apakah anda akan memilih untuk hidup di dunia ini atau di kehidupan berikutnya yang penuh kemuliaan? Seperti seorang perekrut taliban yang memberitahu saya, "Akan selalu ada domba yang dikorbankan dalam perang ini."
Thank you. (Applause)
Terima kasih. (Tepuk tangan)