We look around the media, as we see on the news from Iraq, Afghanistan, Sierra Leone, and the conflict seems incomprehensible to us. And that's certainly how it seemed to me when I started this project. But as a physicist, I thought, well if you give me some data, I could maybe understand this. You know, give us a go.
Kita melihat di dalam media, saat kita melihat berita-berita dari Irak, Afganistan, Sierra Leone, dan tampaknya konflik-konfliknya tidak dapat kita pahami. Itulah yang terjadi pada saya saat memulai proyek ini. Namun sebagai seorang fisikawan, saya berpikir, jika Anda memberikan saya beberapa data, saya mungkin dapat mengerti. Anda tahu, ijinkan saya mencobanya.
So as a naive New Zealander I thought, well I'll go to the Pentagon. Can you get me some information? (Laughter) No. So I had to think a little harder. And I was watching the news one night in Oxford. And I looked down at the chattering heads on my channel of choice. And I saw that there was information there. There was data within the streams of news that we consume. All this noise around us actually has information. So what I started thinking was, perhaps there is something like open source intelligence here. If we can get enough of these streams of information together, we can perhaps start to understand the war.
Jadi sebagai seorang warga Selandia Baru yang naif saya berpikir, saya pergi ke Pentagon lalu bertanya. Dapatkah Anda memberikan saya beberapa informasi? (Tawa) Tidak. Jadi saya harus berpikir lebih keras. Dan suatu malam saya sedang menonton berita di Oxford. Dan saya melihat pada berita berjalan di saluran televisi saya. Dan saya melihat ada informasi di sana. Ada data dalam aliran berita yang kita saksikan. Semua keributan di sekitar kita sebenarnya mengandung informasi. Jadi saya mulai berpikir, mungkin ada sesuatu seperti intel terbuka di sana. Jika kita bisa mendapatkan aliran informasi yang cukup mungkin kita dapat mulai mengerti perang.
So this is exactly what I did. We started bringing a team together, an interdisciplinary team of scientists, of economists, mathematicians. We brought these guys together and we started to try and solve this. We did it in three steps. The first step we did was to collect. We did 130 different sources of information -- from NGO reports to newspapers and cable news. We brought this raw data in and we filtered it. We extracted the key bits on information to build the database. That database contained the timing of attacks, the location, the size and the weapons used. It's all in the streams of information we consume daily, we just have to know how to pull it out. And once we had this we could start doing some cool stuff. What if we were to look at the distribution of the sizes of attacks? What would that tell us?
Jadi inilah yang saya lakukan. Kami mulai membangun sebuah tim tim ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, ahli ekonomi, matematikawan. Kami menggabungkan orang-orang ini dan mulai mencoba menyelesaikannya. Kami melakukannya dalam tiga langkah. Langkah pertama adalah mengumpulkan data. Kami mengumpulkannya dari 130 sumber informasi berbeda -- dari laporan-laporan LSM dan jaringan televisi kabel. Kami membawa data mentah ini dan menyaringnya. Kami mengambil informasi-informasi penting untuk membuat bank data. Bank data ini mengandung waktu penyerangan, lokasi, besarnya, dan senjata yang digunakan. Inilah semua aliran informasi yang kita pakai setiap hari, kita hanya perlu mengetahui cara mengeluarkannya. Dan saat kita berhasil kita dapat mulai melakukan berbagai hal menarik. Bagaimana jika kita melihat distribusi dari besarnya penyerangan? Informasi apa yang dapat kita peroleh?
So we started doing this. And you can see here on the horizontal axis you've got the number of people killed in an attack or the size of the attack. And on the vertical axis you've got the number of attacks. So we plot data for sample on this. You see some sort of random distribution -- perhaps 67 attacks, one person was killed, or 47 attacks where seven people were killed. We did this exact same thing for Iraq. And we didn't know, for Iraq what we were going to find. It turns out what we found was pretty surprising. You take all of the conflict, all of the chaos, all of the noise, and out of that comes this precise mathematical distribution of the way attacks are ordered in this conflict. This blew our mind. Why should a conflict like Iraq have this as its fundamental signature? Why should there be order in war? We didn't really understand that. We thought maybe there is something special about Iraq. So we looked at a few more conflicts. We looked at Colombia, we looked at Afghanistan, and we looked at Senegal.
Jadi kami mulai melakukannya. Dan seperti yang Anda lihat di sini sumbu mendatar ini. adalah jumlah orang yang terbunuh dalam sebuah serangan atau besarnya serangan. Dan di sumbu tegak ini adalah jumlah serangan. Lalu kami menggambar contoh-contoh data ini. Anda akan melihat semacam distribusi acak -- mungkin 67 serangan, satu orang terbunuh, atau 47 serangan di mana tujuh orang terbunuh. Kami melakukan hal yang sama untuk Irak. Dan kami tidak tahu, apa yang akan kami temukan untuk Irak. Ternyata hal yang kami temukan cukup mengejurkan. Anda mengambil data semua konflik, semua kekacauan, semua keributan, dan di luar semua hal itu kami menemukan distribusi matematika yang tepat ini tentang bagaimana serangan tersusun di dalam konflik ini. Hal ini mencengangkan kami. Mengapa konflik seperti di Irak memiliki hal ini sebagai sifat dasarnya. Mengapa harus ada susunan dalam perang? Kami tidak begitu mengerti hal itu. Kami pikir mungkin ada sesuatu yang khusus tentang Irak. Jadi kita melihat pada beberapa konflik lainnya. Kami melihat pada Kolumbia, Afganistan, dan Senegal.
And the same pattern emerged in each conflict. This wasn't supposed to happen. These are different wars, with different religious factions, different political factions, and different socioeconomic problems. And yet the fundamental patterns underlying them are the same. So we went a little wider. We looked around the world at all the data we could get our hands on. From Peru to Indonesia, we studied this same pattern again. And we found that not only were the distributions these straight lines, but the slope of these lines, they clustered around this value of alpha equals 2.5. And we could generate an equation that could predict the likelihood of an attack. What we're saying here is the probability of an attack killing X number of people in a country like Iraq is equal to a constant, times the size of that attack, raised to the power of negative alpha. And negative alpha is the slope of that line I showed you before.
Dan pola-pola yang sama muncul pada setiap konflik. Hal ini seharusnya tidak terjadi. Ini adalah perang yang berbeda, dengan faksi-faksi agama berbeda, faksi-faksi politik berbeda, dan masalah sosial-ekonomi yang berbeda. Namun pola-pola yang mendasarinya sama. Jadi kami sedikit memperluasnya. Kita mencari ke seluruh dunia pada semua data yang bisa kami dapatkan. Dari Peru hingga Indonesia, kami mempelajari pola yang sama lagi. Dan kami menemukan bahwa bukan hanya distribusi dari garis-garis lurus ini, namun kemiringan dari garis-garis ini, nampak berkelompok dengan nilai Alpha sama dengan 2,5. Dan kami dapat menciptakan persamaan yang dapat memprediksi kemungkinan dari sebuah serangan. Apa yang saya katakan di sini adalah kemungkinan dari sebuah serangan membunuh X orang di sebuah negara seperti Irak, sama dengan sebuah angka dikalikan besarnya serangan, dipangkatkan negatif Alpha. Dan negatif Alpha adalah kemiringan dari garis yang saya tunjukkan sebelumnya.
So what? This is data, statistics. What does it tell us about these conflicts? That was a challenge we had to face as physicists. How do we explain this? And what we really found was that alpha, if we think about it, is the organizational structure of the insurgency. Alpha is the distribution of the sizes of attacks, which is really the distribution of the group strength carrying out the attacks. So we look at a process of group dynamics: coalescence and fragmentation, groups coming together, groups breaking apart. And we start running the numbers on this. Can we simulate it? Can we create the kind of patterns that we're seeing in places like Iraq? Turns out we kind of do a reasonable job. We can run these simulations. We can recreate this using a process of group dynamics to explain the patterns that we see all around the conflicts around the world.
Lalu apa? Ini adalah data, statistik. Apa yang dapat kita ketahui tentang konflik ini? Ada tantangan yang harus kita hadapi sebagai fisikawan Bagaimana cara kami menjelaskan hal ini? Dan yang kami temukan adalah bahwa Alpha jika kita benar-benar memikirkannya adalah struktur organisasi dari pemberontakan. Alpha adalah distribusi dari besarnya serangan yang benar-benar merupakan distribusi dari besarnya kelompok yang mengadakan serangan. Jadi kami melihat pada proses dinamika kelompok, penggabungan dan perpecahan. Kelompok-kelompok saling bergabung dan terpisah. Dan kami mulai menghitung angka-angka ini. Dapatkah kita mensimulasikannya? Dapatkah kita menciptakan pola seperti yang kami lihat pada tempat-tempat seperti Irak? Tampaknya kita melakukan sesuatu yang beralasan. Kami dapat menjalankan simulasi ini. Kami dapat membuat ulang hal ini menggunakan proses dari dinamika kelompok untuk menjelaskan pola-pola yang kita lihat pada konflik-konflik di seluruh dunia.
So what's going on? Why should these different -- seemingly different conflicts have the same patterns? Now what I believe is going on is that the insurgent forces, they evolve over time. They adapt. And it turns out there is only one solution to fight a much stronger enemy. And if you don't find that solution as an insurgent force, you don't exist. So every insurgent force that is ongoing, every conflict that is ongoing, it's going to look something like this. And that is what we think is happening.
Jadi apa yang terjadi? Mengapa konflik-konflik yang berbeda -- tampak berbeda ini memiliki pola yang sama? Hal yang terjadi menurut saya adalah kekuatan pemberontak berkembang dari waktu ke waktu. Menyesuaikan diri. Dan ternyata hanya ada satu jalan keluar untuk memerangi musuh yang jauh lebih kuat. Dan jika Anda tidak menemukan jalan keluar itu sebagai sebuah kekuatan pemberontak, Anda tidak akan ada. Jadi setiap kekuatan pemberontak yang ada, setiap konflik yang ada, akan terlihat seperti ini. Dan menurut saya inilah yang terjadi.
Taking it forward, how do we change it? How do we end a war like Iraq? What does it look like? Alpha is the structure. It's got a stable state at 2.5. This is what wars look like when they continue. We've got to change that. We can push it up: the forces become more fragmented; there is more of them, but they are weaker. Or we push it down: they're more robust; there is less groups; but perhaps you can sit and talk to them.
Lalu kita maju, bagaimana kita mengubahnya? Bagaimana cara kita mengakhiri perang seperti di Irak? Bagaimana penampakannya? Alpha adalah sebuah struktur yang stabil pada angka 2,5. Inilah bagaimana penampakan perang saat perang itu berlanjut. Kita akan mengubahnya. Kita dapat membuatnya naik. Kekuatan-kekuatan itu menjadi terpecah. Jumlahnya lebih besar, namun lebih lemah. Atau kita membuatnya turun. Mereka menjadi lebih kuat, dan jumlah kelompoknya lebih sedikit. Namun Anda mungkin dapat duduk dan berbicara dengan mereka.
So this graph here, I'm going to show you now. No one has seen this before. This is literally stuff that we've come through last week. And we see the evolution of Alpha through time. We see it start. And we see it grow up to the stable state the wars around the world look like. And it stays there through the invasion of Fallujah until the Samarra bombings in the Iraqi elections of '06. And the system gets perturbed. It moves upwards to a fragmented state. This is when the surge happens. And depending on who you ask, the surge was supposed to push it up even further. The opposite happened. The groups became stronger. They became more robust. And so I'm thinking, right, great, it's going to keep going down. We can talk to them. We can get a solution. The opposite happened. It's moved up again. The groups are more fragmented. And this tells me one of two things. Either we're back where we started and the surge has had no effect; or finally the groups have been fragmented to the extent that we can start to think about maybe moving out. I don't know what the answer is to that. But I know that we should be looking at the structure of the insurgency to answer that question. Thank you. (Applause)
Jadi grafik ini, sekarang saya akan menunjukkan kepada Anda. Tidak ada yang pernah melihatnya. Ini benar-benar adalah hal yang baru kita temukan minggu lalu. Dan kita melihat perkembangan Alpha terhadap waktu. Kita melihat titik awalnya. Dan kita melihatnya naik hingga ke keadaan stabil. perang di seluruh dunia serupa. Dan jumlahnya tetap selama penyerbuan Falusia sampai pengeboman Samarra dalam pemilu di Irak pada tahun 2006. Dan sistem ini terganggu. Kurvanya bergerak ke atas menjadi lebih terpecah. Di sinilah pergolakan itu terjadi. Dan tergantung kepada siapa Anda bertanya, pergolakan itu seharusnya mendorong hal ini lebih jauh. Hal sebaliknya terjadi. Kelompok itu menjadi lebih tangguh. Mereka menjadi lebih kuat. Lalu saya berpikir, bagus, jumlahnya akan terus menurun. Kita dapat berbicara dengan mereka. Kita dapat menemukan jalan keluar. Hal sebaliknyapun terjadi. Kurva ini bergerak lagi. Kelompok-kelompok lebih terpecah. Dan hal ini memberi tahu kita dua hal. Baik kita kembali pada titik awal sehingga pergolakan tidak lagi berpengaruh. atau pada akhirnya kelompok ini terpecah sehingga kita dapat mulai berpikir untuk keluar. Saya tidak tahu jawaban dari hal itu. Namun saya tahu bahwa kita harus melihat pada struktur dari pemberontakan untuk menjawab pertanyaan itu. Terima kasih. (Tepuk tangan)