Just between your chest and abdomen is where you’ll find one of the most important muscles you probably didn't know you had: the lower esophageal sphincter, or LES. When functioning properly, this ring of tissue plays a crucial role in helping us eat. But when the LES malfunctions, it becomes the main player in heartburn --a searing, sometimes sour-tasting chest-spasm that many people will experience at some point in their lives.
Di antara dada dan perutmu kamu bisa menemukan salah satu otot terpenting yang mungkin kamu tidak tahu bahwa kamu memiliki: sfingter esofagus bawah (LES) . Jika berfungsi dengan baik, jaringan yang berbentuk cincin ini berperan penting dalam membantu kita makan. Tapi jika terjadi kerusakan pada sfingter, akan menjadi penyebab utama terjadinya dispepsia atau maag yaitu perasaan terbakar pada dada yang disertai rasa asam
We know that humans have been battling heartburn for hundreds, if not thousands of years. But recently the incidence has risen, making it a common stomach complaint worldwide. When the symptoms of heartburn become more more regular and intense —such as twice a week or more-- it’s diagnosed as Gastroesophageal Reflux Disease, or GERD. But what causes this problem, and how can it be stopped?
yang akan dialami oleh banyak orang pada suatu waktu dalam hidup mereka. Kita tahu manusia telah berjuang melawan dispepsia selama ratusan bahkan ribuan tahun. Namun, akhir-akhir ini kasusnya meningkat, membuatnya menjadi keluhan perut umum di seluruh dunia. Saat gejala dispepsia menjadi lebih reguler dan intens —misalnya dua kali seminggu atau lebih— ini didiagnosis sebagai penyakit refluks gastroesofagus (GERD) Namun, apa penyebab penyakit ini,
Heartburn starts in an area called the gastroesophageal junction, where the LES resides. This smooth, muscular ring of the LES is moderated by an intricate tree of nerve roots that connect to the brain, the heart, and the lungs. After food enters the stomach from the esophagus, the muscle’s task is to stop it from surging back up again. The LES contracts, squeezing the stomach entrance and creating a high pressure zone that prevents digestive acids from seeping out.
dan bagaimana hal ini dapat dihentikan? Dispepsia terjadi di bagian yang disebut persimpangan gastroesofageal, tempat LES berada. Cincin LES yang halus dan berotot ini diatur oleh sistem saraf yang rumit yang tersambung dengan otak, jantung, dan paru-paru. Setelah makanan masuk ke lambung dari esofagus, tugas otot adalah untuk menghentikannya dari terdorong kembali ke atas lagi. LES berkontraksi, memperkecil pintu masuk lambung dan membuat zona bertekanan tinggi
But if the LES relaxes at the wrong moment or gradually weakens, it becomes like a faulty, ill-fitting lid, causing the area to depressurize. That allows burning stomach acid-- and even chunks of food--to spurt into the esophagus, sometimes going as far up as the mouth.
yang mencegah asam lambung mengalir keluar. Tetapi, jika LES berelaksasi pada saat yang tidak tepat atau melemah, LES menjadi seperti tutup yang rusak menyebabkan tekanan di area tersebut turun. Hal itu memungkinkan asam lambung bahkan potongan makanan terdorong kembali ke esofagus
The cause of all this internal drama has long been put down to diet. Foods like caffeine and peppermint contain ingredients that may have a relaxing affect on the LES, which makes it incapable of doing its job. Other acidic foods, like citrus and tomatoes, can worsen irritation of the esophagus when they leach out with stomach acid. Carbonated beverages can similarly bubble up in the stomach, forcing open the valve.
yang kadang-kadang naik sampai ke mulut. Penyebab semua kejadian di dalam tubuh ini telah lama berhubungan dengan diet/makanan. Makanan seperti kafein dan <i>peppermint</i> mengandung bahan yang dapat membuat LES menjadi relaksasi, yang membuatnya tidak mampu bekerja. Makanan asam lainnya, seperti jeruk dan tomat, dapat memperburuk iritasi pada esofagus ketika mereka larut dengan asam lambung. Minuman berkarbonasi juga dapat menciptakan gas di dalam lambung,
But researchers have discovered that food isn’t the only trigger. Smoking poses a risk, because the nicotine in cigarettes relaxes the LES. Consuming excessive amounts of alcohol may have a similar effect. Pregnant women often experience more heartburn due to the pressure of a growing baby on their stomachs. and the levels of certain hormones in their bodies. Obesity can cause hernias that disrupt the anti-reflux barrier of the gastroesophageal junction that normally protects against heartburn. Numerous medications, including those for asthma, high blood pressure, birth control, and depression can also have unintended effects on the LES.
memaksa katup supaya terbuka. Namun peneliti menemukan bahwa makanan bukan pemicu satu-satunya. Merokok menimbulkan risiko, karena nikotin dalam rokok merileksasikan LES. Mengonsumsi alkohol berlebihan menimbulkan efek serupa. Wanita hamil lebih sering mengalami dispepsia akibat tekanan dari janin yang berkembang di dalam perutnya dan tingkat hormon tertentu di dalam tubuhnya. Obesitas dapat menyebabkan hernia yang mengganggu barier anti-refluks pada persimpangan gastroesofagus yang biasanya melindungi tubuh terhadap dispepsia. Obat-obatan tertentu, termasuk obat untuk asma, obat tekanan darah tinggi, pil KB, dan depresan
An occasional bout of heartburn isn't necessarily something to worry about. But, if heartburn starts happening regularly, it can weaken the LES muscle over time, letting more and more acid escape. And if it goes untreated, this can cause bigger problems.
dapat menimbulkan efek samping pada LES. Serangan dispepsia sesekali bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tapi, jika dispepsia mulai terjadi secara teratur, hal ini dapat melemahkan otot LES dari waktu ke waktu, membiarkan semakin banyak asam keluar. Dan jika tidak ditangani,
Over time, constant acid leakage from heartburn may form scar tissue which narrows the esophageal tube, making it harder to swallow food. Ongoing reflux can also damage the cells lining the esophagus--a rare condition called Barrett’s esophagus, which can elevate the risk of esophageal cancer.
hal ini dapat menyebabkan masalah yang lebih besar. Seiring waktu, kebocoran konstan asam akibat dispepsia dapat membentuk jaringan parut yang mempersempit saluran esofagus, membuatnya kesulitan saat menelan makanan. Refluks yang terjadi juga dapat merusak sel yang melapisi kerongkongan-- suatu kondisi langka yang disebut Esofagus Barrett, yang dapat meningkatkan
Luckily, heartburn is often treatable with a range of medicines that can help neutralize or reduce stomach acid. In extreme cases, some people have surgery to tighten the LES to minimize their distress.
risiko kanker kerongkongan. Untungnya, dispepsia dapat diobati oleh berbagai obat yang membantu menetralkan atau menurunkan asam lambung. Pada kasus ekstrim, beberapa orang menjalani operasi
But we can often stop heartburn before it reaches that point. Reducing the consumption of certain foods, not smoking, and maintaining a healthy weight can all dramatically reduce reflux. With proper care we can help our LES’s keep the chemical fountain of our stomachs in proper order and avoid having to feel the burn.
untuk mengencangkan LES untuk meringankan kesulitan mereka. Tetapi, kita dapat menghentikan dispepsia sebelum mencapai titik itu. Mengurangi konsumsi makanan tertentu, tidak merokok, dan menjaga berat badan semua dapat mengurangi refluks. Dengan perawatan yang tepat, kita dapat membantu LES menjaga reaksi kimia di lambung kita pada susunan yang tepat dan mencegah kita merasakan dispepsia.