As a culture, we tell ourselves lots of stories about the future, and where we might move forward from this point. Some of those stories are that somebody is just going to sort everything out for us. Other stories are that everything is on the verge of unraveling.
Kita terbiasa menceritakan banyak kisah tentang masa depan kepada diri sendiri dan ke mana kita akan mengarah dari saat ini. Beberapa kisah itu adalah di mana seseorang akan menyelesaikan segala masalah bagi kita. Kisah yang lainnya adalah semua sudah hampir terungkap.
But I want to tell you a different story here today. Like all stories, it has a beginning. My work, for a long time, has been involved in education, in teaching people practical skills for sustainability, teaching people how to take responsibility for growing some of their own food, how to build buildings using local materials, how to generate their own energy, and so on.
Namun saya ingin menceritakan kisah yang berbeda. Seperti kisah lainnya, kisah ini memiliki awal. Sudah lama saya telah terlibat dalam pendidikan, untuk mengajarkan orang-orang kemampuan praktis untuk hidup yang berkesinambungan, mengajar bagaimana untuk bertanggung jawab menumbuhkan makanan sendiri, bagaimana membangun gedung dengan bahan-bahan lokal, bagaimana menghasilkan energi sendiri, dan sebagainya.
I lived in Ireland, built the first straw-bale houses in Ireland, and some cob buildings and all this kind of thing. But all my work for many years was focused around the idea that sustainability means basically looking at the globalized economic growth model, and moderating what comes in at one end, and moderating the outputs at the other end. And then I came into contact with a way of looking at things which actually changed that profoundly.
Saya tinggal di Irlandia, membangun rumah-rumah jerami pertama di Irlandia, beberapa gedung dari cob (campuran tanah liat, pasir, dan jerami) dan sejenisnya. Namun pekerjaan saya selama bertahun-tahun telah berfokus bahwa gagasan tentang kesinambungan berarti pada dasarnya melihat pada model pertumbuhan ekonomi global dan memperhalus masukan pada salah satu ujungnya dan keluaran pada ujung yang lain. Lalu saya sampai pada cara melihat benda-benda yang sebenarnya telah sangat berubah.
And in order to introduce you to that, I've got something here that I'm going to unveil, which is one of the great marvels of the modern age. And it's something so astounding and so astonishing that I think maybe as I remove this cloth a suitable gasp of amazement might be appropriate. If you could help me with that it would be fantastic. (Laughter) This is a liter of oil.
Dan untuk memperkenalkan Anda akan hal itu saya membawa sesuatu yang akan saya ungkap yaitu salah satu keajaiban jaman modern. Ini adalah sesuatu yang luar biasa, begitu luar biasa sehingga saya rasa mungkin saat membukanya decak kekaguman mungkin akan sesuai. Jika Anda mau membantu tentu akan sangat luar biasa. (Tawa) Ini adalah seliter minyak.
This bottle of oil, distilled over a hundred million years of geological time, ancient sunlight, contains the energy equivalent of about five weeks hard human manual labor -- equivalent to about 35 strong people coming round and working for you. We can turn it into a dazzling array of materials, medicine, modern clothing, laptops, a whole range of different things. It gives us an energy return that's unimaginable, historically. We've based the design of our settlements, our business models, our transport plans, even the idea of economic growth, some would argue, on the assumption that we will have this in perpetuity.
Botol minyak ini, telah disuling selama 100 juta tahun waktu geologi, cahaya matahari kuno, mengandung energi yang setara dengan sekitar 5 minggu energi manusia -- setara dengan 35 orang yang kuat yang datang dan bekerja untuk Anda. Kita dapat mengubahnya menjadi berbagai benda, obat-obatan, pakaian modern, komputer jinjing, begitu banyak benda berbeda. Benda ini memberikan energi yang tidak terbayangkan. Kita telah merancang peradaban kita model bisnis kita, rencana transportasi kita, bahkan ide tentang pertumbuhan ekonomi, menurut beberapa orang, dengan anggapan kita memiliki benda ini selamanya.
Yet, when we take a step back, and look over the span of history, at what we might call the petroleum interval, it's a short period in history where we've discovered this extraordinary material, and then based a whole way of life around it. But as we straddle the top of this energy mountain, at this stage, we move from a time where our economic success, our sense of individual prowess and well-being is directly linked to how much of this we consume, to a time when actually our degree of oil dependency is our degree of vulnerability.
Namun, saat kita mundur dan melihat sepanjang sejarah pada apa yang mungkin kita sebut "jangka waktu minyak," kita telah menemukan bahan luar biasa ini selama periode sejarah yang singkat, lalu menyandarkan semua cara hidup kita kepada minyak. Namun saat kita berada pada puncak gunung energi ini, pada tingkat ini, kita bergerak dari masa di mana kesuksesan ekonomi, perasaan akan kecakapan dan kesejahteraan kita berhubungan langsung dengan berapa banyak bahan ini yang dapat kita konsumsi hingga saat di mana derajat ketergantungan kita pada minyak adalah derajat kerentanan kita
And it's increasingly clear that we aren't going to be able to rely on the fact that we're going to have this at our disposal forever. For every four barrels of oil that we consume, we only discover one. And that gap continues to widen. There is also the fact that the amount of energy that we get back from the oil that we discover is falling. In the 1930s we got 100 units of energy back for every one that we put in to extract it. Completely unprecedented, historically. Already that's fallen to about 11. And that's why, now, the new breakthroughs, the new frontiers in terms of oil extraction are scrambling about in Alberta, or at the bottom of the oceans.
Dan sudah semakin jelas bahwa kita tidak akan dapat menerima kenyataan bahwa kita tidak akan memiliki benda ini selamanya. Untuk setiap 4 barel minyak yang kita konsumsi, kita hanya menemukan satu. Dan celah ini terus membesar. Ada juga fakta bahwa jumlah energi yang kita dapatkan dari minyak yang kita temukan semakin rendah. Pada tahun 1930-an kita mendapat 100 unit energi untuk setiap satu unit energi untuk mengambilnya. Benar-benar belum pernah lebih tinggi sepanjang sejarah. Angka itu kini sudah turun menjadi sekitar 11. Itulah mengapa saat ini terobosan baru, kemajuan baru dalam hal pengambilan minyak saling berebutan di Alberta atau di dasar samudera.
There are 98 oil-producing nations in the world. But of those, 65 have already passed their peak. The moment when the world on average passes this peak, people wonder when that's going to happen. And there is an emerging case that maybe that was what happened last July when the oil prices were so high.
Ada 98 negara penghasil minyak di dunia. Dari jumlah itu, 65 negara telah melewati masa puncak. Saat di mana dunia secara rata-rata melewati puncaknya, orang-orang penasaran kapan hal itu akan terjadi. Dan ada kasus yang sedang marak yaitu mungkin apa yang terjadi Juli lalu saat harga minyak sangat tinggi.
But are we to assume that the same brilliance and creativity and adaptability that got us up to the top of that energy mountain in the first place is somehow mysteriously going to evaporate when we have to design a creative way back down the other side? No. But the thinking that we have to come up with has to be based on a realistic assessment of where we are.
Namun apakah kita menganggap kecerdasan, kreativitas, dan kemampuan adaptasi yang sama yang membawa kita ke atas gunung energi itu dulu akan entah bagaimana langsung lenyap secara misterius saat kita harus merancang cara yang kreatif untuk turun dari sisi gunung yang lain? Tidak. Namun pemikiran yang kita berikan harus berdasarkan penilaian yang realistis tentang di mana kita berada.
There is also the issue of climate change, is the other thing that underpins this transition approach. But the thing that I notice, as I talk to climate scientists, is the increasingly terrified look they have in their eyes, as the data that's coming in, which is far ahead of what the IPCC are talking about. So the IPCC said that we might see significant breakup of the arctic ice in 2100, in their worst case scenario. Actually, if current trends continue, it could all be gone in five or 10 years' time. If just three percent of the carbon locked up in the arctic permafrost is released as the world warms, it would offset all the savings that we need to make, in carbon, over the next 40 years to avoid runaway climate change. We have no choice other than deep and urgent decarbonization.
Ada juga masalah mengenai pemanasan global, masalah lain yang mendukung pergeseran ini. Namun yang saya sadari saat berbicara dengan ilmuwan iklim adalah mereka terlihat semakin khawatir karena data yang masuk jauh lebih buruk daripada yang dibicarakan IPCC. IPCC mengatakan bahwa mungkin akan ada kehancuran yang signifikan dari es di Arktik pada tahun 2100, dalam skenario terburuk mereka. Sebenarnya, jika kecenderungan saat ini terus berlangsung, semua es di Arktik akan lenyap dalam 5 hingga 10 tahun lagi. Jika 3 persen saja karbon yang terkunci di lapisan es Arktik terlepas saat dunia semakin panas, itu akan menghapus semua penghematan yang harus kita lakukan dalam pengeluaran karbon, selama 40 tahun ke depan untuk mengurangi pemanasan global. Kita tidak punya pilihan selain mengurangi pemakaian karbon dengan drastis dan cepat.
But I'm always very interested to think about what might the stories be that the generations further down the slope from us are going to tell about us. "The generation that lived at the top of the mountain, that partied so hard, and so abused its inheritance." And one of the ways I like to do that is to look back at the stories people used to tell before we had cheap oil, before we had fossil fuels, and people relied on their own muscle, animal muscle energy, or a little bit of wind, little bit of water energy.
Namun saya selalu tertarik untuk memikirkan kisah apa yang mungkin diceritakan oleh generasi jauh di bawah generasi kita tentang kita. "Generasi yang hidup di puncak gunung yang sering berpesta dan menyalahgunakan warisannya." Dan salah satu cara yang ingin saya lakukan adalah melihat kembali kisah yang dikatakan orang sebelum ada minyak yang murah, sebelum ada bahan bakar fosil dan orang-orang bergantung pada kekuatan sendiri atau kekuatan binatang atau sedikit tenaga angin, sedikit tenaga air.
We had stories like "The Seven-League Boots": the giant who had these boots, where, once you put them on, with every stride you could cover seven leagues, or 21 miles, a kind of travel completely unimaginable to people without that kind of energy at their disposal.
Ada kisah seperti "Sepatu Bot Tujuh-League," raksasa yang memiliki sepatu ini, saat Anda pakai, dalam satu langkah, Anda dapat berjalan sejauh tujuh-league atau 21 mil, perjalanan yang benar-benar tidak terbayangkan bagi orang-orang tanpa energi seperti itu.
Stories like The Magic Porridge Pot, where you had a pot where if you knew the magic words, this pot would just make as much food as you liked, without you having to do any work, provided you could remember the other magic word to stop it making porridge. Otherwise you'd flood your entire town with warm porridge.
Kisah seperti "Periuk Bubur Ajaib," yaitu periuk di mana jika Anda tahu mantera ajaibnya, periuk ini akan membuat makanan sebanyak yang Anda suka, tanpa harus melakukan apapun, asalkan Anda dapat mengingat mantera lainnya untuk menghentikannya. Jika tidak Anda akan membanjiri seluruh kota dengan bubur hangat.
There is the story of "The Elves and the Shoemaker." The people who make shoes go to sleep, wake up in the morning, and all the shoes are magically made for them. It's something that was unimaginable to people then.
lalu ada kisah "Peri dan Pembuat Sepatu." Orang-orang yang membuat sepatu tertidur, terbangun di pagi hari dan semua sepatunya telah selesai dibuat dengan ajaib. Itu adalah sesuatu yang tidak terbayangkan bagi orang-orang itu.
Now we have the seven-league boots in the form of Ryanair and Easyjet. We have the magic porridge pot in the form of Walmart and Tesco. And we have the elves in the form of China. But we don't appreciate what an astonishing thing that has been.
Lalu ada sepatu bot tujuh-league dalam bentuk Ryanair dan Easyjet. Ada periuk bubur ajaib dalam bentuk Walmart dan Tesco. Dan ada peri dalam bentuk Cina. Namun kita tidak menghargai hal luar biasa yang telah terjadi.
And what are the stories that we tell ourselves now, as we look forward about where we're going to go. And I would argue that there are four. There is the idea of business as usual, that the future will be like the present, just more of it. But as we've seen over the last year, I think that's an idea that is increasingly coming into question. And in terms of climate change, is something that is not actually feasible.
Dan kisah apa yang kita ceritakan saat ini saat kita melihat ke mana kita akan pergi. Dan saya berpendapat bahwa ada 4. Ada ide bahwa segalanya akan berjalan normal, bahwa masa depan akan seperti masa kini, hanya lebih lagi. Namun seperti kita lihat selama tahun lalu, saya rasa ide itu semakin banyak dipertanyakan. Dan dalam hal perubahan iklim itu adalah sesuatu yang tidak dapat dihentikan.
There is the idea of hitting the wall, that actually somehow everything is so fragile that it might just all unravel and collapse. This is a popular story in some places. The third story is the idea that technology can solve everything, that technology can somehow get us through this completely.
Ada ide tentang "membentur dinding," yaitu semuanya begitu rapuh sehingga semua akan terbongkar dan hancur. Kisah ini populer di tempat-tempat tertentu. Kisah ketiga adalah ide bahwa teknologi dapat menyelesaikan semuanya, bahwa teknologi dapat membawa kita melalui kompleksitas ini.
And it's an idea that I think is very prevalent at these TED Talks, the idea that we can invent our way out of a profound economic and energy crisis, that a move to a knowledge economy can somehow neatly sidestep those energy constraints, the idea that we'll discover some fabulous new source of energy that will mean we can sweep all concerns about energy security to one side, the idea that we can step off neatly onto a completely renewable world.
Ini adalah ide yang saya rasa sangat cocok dalam TEDtalks, ide bahwa kita dapat menemukan cara untuk keluar dari krisis ekonomi dan energi, bahwa pergerakan ke ekonomi berbasis pengetahuan dapat mengesampingkan keterbatasan energi itu, ide bahwa kita akan menemukan energi baru yang luar biasa yang berarti kita dapat menghapus semua kekhawatiran akan ketersediaan energi di satu sisi, ide bahwa kita dapat beralih ke dunia yang benar-benar terbarukan.
But the world isn't Second Life. We can't create new land and new energy systems at the click of a mouse. And as we sit, exchanging free ideas with each other, there are still people mining coal in order to power the servers, extracting the minerals to make all of those things. The breakfast that we eat as we sit down to check our email in the morning is still transported at great distances, usually at the expense of the local, more resilient food systems that would have supplied that in the past, which we've so effectively devalued and dismantled.
Namun dunia bukanlah Second Life (game online) Kita tidak dapat membuat tanah dan sistem energi baru dengan satu klikan mouse. Dan saat kita duduk dan berbagi ide-ide kita satu sama laiin, masih ada orang yang menambang batubara sebagai bahan bakar server kita, mengambil mineral untuk membuat semua hal ini. Sarapan yang disediakan saat kita duduk untuk memeriksa surat elektronik kita pagi ini masih dibawa dari jauh biasanya mengorbankan sistem distribusi makanan lokal yang pada masa lalu telah menyuplai makanan kita, yang benar-benar telah kita rendahkan dan tinggalkan.
We can be astonishingly inventive and creative. But we also live in a world with very real constraints and demands. Energy and technology are not the same thing. What I'm involved with is the transition response. And this is really about looking the challenges of peak oil and climate change square in the face, and responding with a creativity and an adaptability and an imagination that we really need. It's something which has spread incredibly fast. And it is something which has several characteristics.
Kita bisa jadi sangat inventif dan kreatif. Namun kita juga tinggal di dunia penuh dengan keterbatasan dan kebutuhan. Energi dan teknologi bukanlah hal yang sama. Yang saya kerjakan adalah dalam hal tanggapan peralihan. Ini sungguh tentang melihat tantangan dari puncak penggunaan minyak dan perubahan iklim, dan menanggapinya dengan kreativitas dan kemampuan adaptasi dan imajinasi yang benar-benar kita butuhkan. Ini adalah sesuatu yang telah menyebar dengan sangat cepat dan memiliki beberapa sifat.
It's viral. It seems to spread under the radar very, very quickly. It's open source. It's something which everybody who's involved with it develops and passes on as they work with it. It's self-organizing. There is no great central organization that pushes this; people just pick up an idea and they run with it, and they implement it where they are. It's solutions-focused. It's very much looking at what people can do where they are, to respond to this. It's sensitive to place and to scale.
Hal ini tampak tersebar tanpa terdeteksi dengan sangat cepat. Dan hal ini adalah sesuatu di mana semua orang yang terlibat di dalamnya mengembangkan dan meneruskan kerja-kerja mereka. Hal ini mengatur dirinya sendiri. Tidak apa sistem pengelolaan terpusat yang mendorongnya, orang-orang hanya mengambil idenya, mengerjakan dan menerapkan di tempat mereka tinggal. Dan ini berpusat pada solusi, kebanyakan melihat apa yang dapat kita lakukan dan di mana kita berada. Hal ini peka dalam hal tempat dan ukurannya.
Transitional is completely different. Transition groups in Chile, transition groups in the U.S., transition groups here, what they're doing looks very different in every place that you go to. It learns very much from its mistakes. And it feels historic. It tries to create a sense that this is a historic opportunity to do something really extraordinary. And it's a process which is really joyful. People have a huge amount of fun doing this, reconnecting with other people as they do it. One of the things that underpins it is this idea of resilience.
Peralihan itu benar-benar berbeda. Kelompok peralihan di Chili, di amerika Serikat, di sini apa yang mereka lakukan sangat berbeda di setiap tempat. Mereka banyak belajar dari kesalahan. Dan itu terasa bersejarah. Hal ini mencoba menciptakan kesan bahwa ini adalah kesempatan bersejarah untuk melakukan sesuatu yang sungguh luar biasa. Dan proses ini sangat menyenangkan. Orang-orang sangat senang mengerjakannya, berhubungan dengan orang lain saat mengerjakan hal ini. Salah satu hal yang mendukungnya adalah ide tentang ketahanan.
And I think, in many ways, the idea of resilience is a more useful concept than the idea of sustainability. The idea of resilience comes from the study of ecology. And it's really about how systems, settlements, withstand shock from the outside. When they encounter shock from the outside that they don't just unravel and fall to pieces. And I think it's a more useful concept than sustainability, as I said.
Dan saya rasa, ide tentang daya tahan ini jauh lebih berguna daripada ide tentang kesinambungan. Ide tentang ketahanan datang dari ekologi. Ide ini benar-benar tentang bagaimana sistem dan peradaban menahan gejolak dari luar. Saat mereka merasakan gejolak dari luar itu mereka tidak langsung hancur berkeping-keping. Dan saya rasa itu adalah konsep yang lebih berguna dibandingkan kesinambungan.
When our supermarkets have only two or three days' worth of food in them at any one time, often sustainability tends to focus on the energy efficiency of the freezers and on the packaging that the lettuces are wrapped up in. Looking through the lens of resilience, we really question how we've let ourselves get into a situation that's so vulnerable. Resilience runs much deeper: it's about building modularity into what we do, building surge breakers into how we organize the basic things that support us.
Saat supermarket hanya memiliki cadangan makanan untuk dua atau tiga hari sering kesinambungan mencoba berfokus pada efisiensi energi dari lemari es dan kemasan yang membungkus daun selada itu. Dengan melihat melalui lensa ketahanan, kita benar-benar bertanya bagaimana kita sampai pada situasi yang sangat rentan. Ketahanan jauh lebih dalam ini tentang membangun modul tentang apa yang kita lakukan, membangun sekering ke dalam cara kita mengatur hal-hal dasar yang mendukung kita.
This is a photograph of the Bristol and District Market Gardeners Association, in 1897. This is at a time when the city of Bristol, which is quite close to here, was surrounded by commercial market gardens, which provided a significant amount of the food that was consumed in the town, and created a lot of employment for people, as well. There was a degree of resilience, if you like, at that time, which we can now only look back on with envy.
Ini adalah foto dari Perkumpulan Pedagang Hasil Kebun di Bristol dan District pada tahun 1897. Ini adalah saat di mana kota Bristol yang cukup dekat dengan tempat ini dipenuhi oleh pedagang hasil kebun yang menyediakan pangan dalam jumlah besar untuk dikonsumsi di kota dan juga menyediakan banyak lapangan pekerjaan. Pada saat itu ada semacam derajat ketahanan yang kini hanya bisa dilihat kembali dengan rasa iri.
So how does this transition idea work? So basically, you have a group of people who are excited by the idea. They pick up some of the tools that we've developed. They start to run an awareness-raising program looking at how this might actually work in the town. They show films, they give talks, and so on. It's a process which is playful and creative and informative. Then they start to form working groups, looking at different aspects of this, and then from that, there emerge a whole lot of projects which then the transition project itself starts to support and enable.
Lalu bagaimana ide peralihan ini bisa berhasil? Pada dasarnya ada sekelompok orang yang tertarik dengan ide ini. Mereka mengambil beberapa alat yang sudah dikembangkan. Mereka mulai mengadakan penyuluhan melihat pada bagaimana hal ini dapat dilakukan di kota itu. Mereka memutar film, berbicara, dan sebagainya. Ini adalah proses yang menyenangkan, kreatif, dan informatif. Lalu mereka mulai membentuk kelompok kerja dengan tugas berbeda-beda dan dari sana, muncullah seluruh proyek ini dan kemudian proyek peralihan itu sendiri mulai mendapat dukungan dan menjadi mungkin.
So it started out with some work I was involved in in Ireland, where I was teaching, and has since spread. There are now over 200 formal transition projects. And there are thousands of others who are at what we call the mulling stage. They are mulling whether they're going to take it further. And actually a lot of them are doing huge amounts of stuff. But what do they actually do? You know, it's a kind of nice idea, but what do they actually do on the ground?
Jadi hal ini dimulai dengan beberapa hal yang saya lakukan di Irlandia di mana saya mengajar, dan sejak itu menyebar. Kini ada lebih dari 200 proyek peralihan formal. Dan ada ribuan proyek lain yang menurut kami ada dalam tahap perenungan. Mereka merenung apakah mereka akan membawanya lebih jauh. Dan sebenarnya banyak di antaranya melakukan banyak hal. Namun apa yang mereka lakukan? Anda tahu, ini ide yang bagus namun apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Well, I think it's really important to make the point that actually you know, this isn't something which is going to do everything on its own. We need international legislation from Copenhagen and so on. We need national responses. We need local government responses. But all of those things are going to be much easier if we have communities that are vibrant and coming up with ideas and leading from the front, making unelectable policies electable, over the next 5 to 10 years.
Saya pikir sangat penting untuk menjelaskan bahwa ini bukanlah sesuatu yang akan melakukan segala sesuatunya sendiri. Kita perlu undang-undang internasional dari Copenhagen dan sebagainya. Kita perlu tanggapan nasional dan tanggapan pemerintah lokal. Namun semua hal itu akan menjadi lebih mudah jika ada masyarakat yang giat dan kaya akan ide dan memimpin di depan, membuat kebijakan yang tidak dapat dibuat menjadi bisa dibuat, selama 5 hingga 10 tahun ke depan.
Some of the things that emerge from it are local food projects, like community-supported agriculture schemes, urban food production, creating local food directories, and so on. A lot of places now are starting to set up their own energy companies, community-owned energy companies, where the community can invest money into itself, to start putting in place the kind of renewable energy infrastructure that we need. A lot of places are working with their local schools. Newent in the Forest of Dean: big polytunnel they built for the school; the kids are learning how to grow food. Promoting recycling, things like garden-share, that matches up people who don't have a garden who would like to grow food, with people who have gardens they aren't using anymore. Planting productive trees throughout urban spaces. And also starting to play around with the idea of alternative currencies.
Beberapa hal yang muncul dari hal ini adalah proyek makanan lokal seperti skema pertanian berbasis masyarakat, produksi pangan kota, membuat daftar makanan lokal, dan sebagainya. Banyak tempat yang mulai mendirikan perusahaan energi mereka sendiri, perusahaan energi berbasis masyarakat di mana masyarakat dapat menanamkan modalnya, untuk memulai tempat ini, semacam prasarana energi terbarukan yang kita perlukan. Banyak tempat bekerja sama dengan sekolah lokal. Newent di Forest of Dean: sekelompok terowongan yang dibuat di sekolah, anak-anak belajar cara menumbuhkan tanaman pangan. Mendorong daur ulang, hal-hal seperti berbagi kebun yang menghubungkan orang-orang yang tidak memiliki kebun yang ingin menanam tanaman pangan dengan orang-orang dengan kebun yang tidak dikerjakan lagi. Menanam tanaman produktif di ruangan-ruangan kota. Dan juga mulai bermain dengan ide tentang mata uang alternatif.
This is Lewes in Sussex, who have recently launched the Lewes Pound, a currency that you can only spend within the town, as a way of starting to cycle money within the local economy. You take it anywhere else, it's not worth anything. But actually within the town you start to create these economic cycles much more effectively.
Ini adalah Lewes in Sussex yang baru-baru ini meluncurkan Lewes Pound, mata uang yang hanya dapat dipakai di kota ini sebagai cara untuk memutar uang dalam ekonomi lokal. Jika Anda membawanya ke tempat lain, itu menjadi tidak berharga. Namun sebenarnya dalam kota itu Anda mulai membuat daur ekonomi ini jauh lebih efektif.
Another thing that they do is what we call an energy descent plan, which is basically to develop a plan B for the town. Most of our local authorities, when they sit down to plan for the next five, 10, 15, 20 years of a community, still start by assuming that there will be more energy, more cars, more housing, more jobs, more growth, and so on. What does it look like if that's not the case? And how can we embrace that and actually come up with something that was actually more likely to sustain everybody? As a friend of mine says, "Life is a series of things you're not quite ready for." And that's certainly been my experience with transition. From three years ago, it just being an idea, this has become something that has virally swept around the world. We're getting a lot of interest from government. Ed Miliband, the energy minister of this country, was invited to come to our recent conference as a keynote listener. Which he did -- (Laughter) (Applause) -- and has since become a great advocate of the whole idea.
Hal lain yang mereka lakukan adalah apa yang disebut rencana pengurangan energi yang pada dasarnya mengembangkan rencana B. Kebanyakan pemerintah lokal kita, saat mendiskusikan rencana untuk 5, 10, 15, atau 20 tahun berikutnya masih mulai dengan menganggap akan ada lebih banyak energi, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah, lebih banyak pekerjaan, lebih banyak pertumbuhan, dan sebagainya. Bagaimana jika kenyataannya tidak seperti itu? Dan bagaimana kita merangkulnya dan mengusulkan sesuatu yang lebih mungkin dalam hal hidup berkesinambungan bagi semua orang? Seorang teman saya berkata, "Hidup adalah serangkaian hal yang tidak siap kau hadapi." Dan itu sudah pasti menjadi pengalaman dalam tradisi sejak 3 tahun lalu, itu hanyalah sebuah ide, ini telah menjadi sesuatu yang menyebar luas di seluruh dunia. Kami mendapat banyak perhatian dari pemerintah, Ed Miliband, menteri energi dari negara ini, diundang untuk datang ke konferensi terakhir kami sebagai pendengar kunci. Dia datang -- (Tawa) (Tepuk tangan) -- dan sejak itu menjadi penasihat dari ide ini.
There are now two local authorities in this country who have declared themselves transitional local authorities, Leicestershire and Somerset. And in Stroud, the transition group there, in effect, wrote the local government's food plan. And the head of the council said, "If we didn't have Transition Stroud, we would have to invent all of that community infrastructure for the first time." As we see the spread of it, we see national hubs emerging.
Kini ada dua pemerintahan lokal di negara ini yang telah menyatakan peralihan pemerintahan lokal. Leicestershire dan Somerset. Dan di Stroud, kelompok peralihan di sana, membuat rencana penyediaan makanan pemerintah. Dan ketua dewan itu berkata "Jika tidak ada "Transition Stroud" kita harus menemukan semua prasarana masyarakat itu untuk pertama kalinya." Saat kami melihat penyebarannya, kami melihat perkembangan nasional.
In Scotland, the Scottish government's climate change fund has funded Transition Scotland as a national organization supporting the spread of this. And we see it all over the place as well now. But the key to transition is thinking not that we have to change everything now, but that things are already inevitably changing, and what we need to do is to work creatively with that, based on asking the right questions.
Di Skotlandia, dana perubahan iklim dari pemerintah Skotlandia telah mendanai "Transition Scotland" sebagai organisasi nasional yang mendukung penyebaran hal ini. Dan kami melihat hal ini di mana-mana sekarang. Namun kunci dari tradisi ini adalah berpikir bahwa kita harus mengubah segalanya sekarang namun hal itu telah berubah dan yang perlu kita lakukan adalah menyelesaikannya dengan efektif dengan menanyakan pertanyaan yang tepat.
I think I'd like to just return at the end to the idea of stories. Because I think stories are vital here. And actually the stories that we tell ourselves, we have a huge dearth of stories about how to move forward creatively from here. And one of the key things that transition does is to pull those stories out of what people are doing. Stories about the community that's produced its own 21 pound note, for example, the school that's turned its car park into a food garden, the community that's founded its own energy company. And for me, one of the great stories recently was the Obamas digging up the south lawn of the White House to create a vegetable garden. Because the last time that was done, when Eleanor Roosevelt did it, it led to the creation of 20 million vegetable gardens across the United States.
Saya rasa di akhir presentasi ini saya akan kembali pada ide tentang cerita/kisah. Karena saya pikir kisah merupakan hal yang penting. Dan sebenarnya kisah yang kita ceritakan pada kita sendiri, kisah-kisah tentang bagaimana kita bergerak secara kreatif dari titik ini sangat langka. Dan salah satu hal yang dilakukan peralihan ini adalah mengambil kisah-kisah tentang apa yang dilakukan orang-orang. Kisah tentang masyarakat yang menghasilkan uang 21 pound sendiri, sebagai contoh, sekolah yang mengubah tempat parkirnya menjadi kebun tanaman pangan, masyarakat yang mendirikan perusahaan energi sendiri. Dan bagi saya, salah satu kisah hebat yang baru-baru ini terjadi adalah Obama yang menggali lapangan di selatan Gedung Putih untuk membuat kebun sayuran. Karena itu terakhir kali dilakukan saat Eleanor Roosevelt melakukannya, yang menyebabkan pembuatan 20 juta kebun sayuran di seluruh Amerika Serikat.
So the question I'd like to leave you with, really, is -- for all aspects of the things that your community needs in order to thrive, how can it be done in such a way that drastically reduces its carbon emissions, while also building resilience?
Jadi pertanyaan yang ingin saya tinggalkan kepada Anda adalah -- dari semua aspek yang diperlukan masyarakat Anda untuk maju, bagaimana kita dengan suatu cara dapat mengurangi emisi karbon secara drastis dan juga membangun ketahanan?
Personally, I feel enormously grateful to have lived through the age of cheap oil. I've been astonishingly lucky, we've been astonishingly lucky. But let us honor what it has bought us, and move forward from this point. Because if we cling to it, and continue to assume that it can underpin our choices, the future that it presents to us is one which is really unmanageable. And by loving and leaving all that oil has done for us, and that the Oil Age has done for us, we are able to then begin the creation of a world which is more resilient, more nourishing, and in which, we find ourselves fitter, more skilled and more connected to each other. Thank you very much. (Applause)
Secara pribadi, saya sangat bersyukur karena hidup melalui masa harga minyak yang murah. Saya sangat beruntung, kita semua sangat beruntung. Namun mari kita menghormati harganya dan bergerak maju dari titik ini. Karena jika kita bersikeras, dan terus menganggap bahwa itu dapat mendukung pilihan kita, masa depan yang akan terjadi benar-benar tidak terkendali. Dan dengan menghargai peran yang telah diberikan minyak dan jaman minyak kepada kita, kita dapat mulai membuat dunia yang lebih memiliki ketahanan, lebih berkembang yang menyebabkan, kita menjadi lebih sehat, lebih terampil, dan lebih terhubung satu sama lain. Terima kasih banyak. (Tepuk tangan)