I'm often asked, "What surprised you about the book?" And I say, "That I got to write it." I would have never imagined that. Not in my wildest dreams did I think -- I don't even consider myself to be an author. And I'm often asked, "Why do you think so many people have read this? This thing's selling still about a million copies a month."
Saya sering ditanya, Anda tahu, apa yang mengejutkan Anda tentang buku ini? Dan Saya berkata, bahwa Saya harus menulisnya. Saya tidak pernah membayangkan bahwa, tidak pernah dalam mimpi terliar saya, saya kira-- Saya bahkan tidak pernah mempertimbangkan diri saya sebagai seorang pengarang. Dan saya sering ditanya, Mengapa begitu banyak orang telah membaca buku ini? Buku ini masih terjual sekitar 1 juta kopi per bulan.
And I think it's because spiritual emptiness is a universal disease. I think inside at some point, we put our heads down on the pillow and we go, "There's got to be more to life than this." Get up in the morning, go to work, come home and watch TV, go to bed, get up in the morning, go to work, come home, watch TV, go to bed, go to parties on weekends. A lot of people say, "I'm living." No, you're not living -- that's just existing. Just existing. I really think that there's this inner desire. I do believe what Chris said; I believe that you're not an accident. Your parents may not have planned you, but I believe God did. I think there are accidental parents; there's no doubt about that. I don't think there are accidental kids. And I think you matter.
Dan Saya kira hal ini karena adanya kekosongan rohani yang merupakan suatu penyakit yang universal. Saya kira dalam satu titik, kita hanya menaruh kepala kita di atas bantal dan kita tidur, "Pasti terdapat sesuatu yang lebih daripada kehidupan ini" Bangun di pagi hari, berangkat bekerja, pulang ke rumah dan menonton TV, tidur, bangun di pagi hari, berangkat bekerja, pulang ke rumah, menonton TV, tidur, berangkat ke pesta pada akhir pekan. banyak orang berkata, "Saya hidup." Tidak, Anda tidak hidup -- Anda hanya ada. Hanya ada. Saya sungguh berpikir bahwa ada hasrat yang mendalam ini. Saya percaya dengan apa yang dikatakan Chris. Saya percaya bahwa Anda bukanlah kecelakaan. Orang tua anda mungkin tidak merencanakan kelahiran anda, namun Saya percaya Tuhan merencanakan anda. Saya kira ada orangtua yang muncul karena kesalahan, tidak ada keraguan mengenai hal ini. Saya tidak pernah berpikir bahwa ada anak yang muncul karena kesalahan. Dan Saya berpikir bahwa Anda berharga.
I think you matter to God; I think you matter to history; I think you matter to this universe. And I think that the difference between what I call the survival level of living, the success level of living, and the significance level of living is: Do you figure out, "What on Earth am I here for?" I meet a lot of people who are very smart, and say, "But why can't I figure out my problems?" And I meet a lot of people who are very successful, who say, "Why don't I feel more fulfilled? Why do I feel like a fake? Why do I feel like I've got to pretend that I'm more than I really am?" I think that comes down to this issue of meaning, of significance, of purpose. I think it comes down to this issue of: "Why am I here? What am I here for? Where am I going?" These are not religious issues. They're human issues.
Saya berpikir bahwa Anda berharga untuk Tuhan. Saya berpikir bahwa Anda berharga untuk sejarah. Saya berpikir bahwa Anda berharga untuk alam semesta ini. Dan Saya berpikir bahwa ada perbedaan antara Apa yang Saya sebut sebagai bertahan hidup dalam kehidupan, suatu tingkat sukses dalam kehidupan dan suatu tingkat penting dalam kehidupan adalah, apakah anda tahu, untuk apakah anda hadir di dunia? Saya bertemu banyak orang yang sangat cerdas, dan berkata, "Kenapa Saya tidak dapat memecahkan masalah Saya?" Dan Saya bertemu banyak orang yang sangat sukses, yang berkata, "Kenapa Saya masih merasakan kekosongan dalam hidup Saya? Kenapa Saya merasa palsu? Kenapa Saya merasa bahwa Saya harus berpura-pura bahwa Saya lebih daripada Saya yang sebenarnya?" Saya berpikir saya sampai pada inti pembahasan mengenai arti, betapa pentingnya, mengenai tujuan Saya berpikir bahwa Saya sampai pada pembahasan mengapa Saya berada disini? Untuk apa Saya berada disini? Kemana Saya akan pergi? Ini bukanlah hal-hal keagamaan -- ini adalah masalah-masalah kemanusiaan.
I wanted to tell Michael before he spoke that I really appreciate what he does, because it makes my life work a whole lot easier. As a pastor, I do see a lot of kooks. And I have learned that there are kooks in every area of life. Religion doesn't have a monopoly on that, but there are plenty of religious kooks. There are secular kooks; there are smart kooks, dumb kooks. There are people -- a lady came up to me the other day, and she had a white piece of paper -- Michael, you'll like this one -- and she said, "What do you see in it?" And I looked at it and I said, "Oh, I don't see anything." And she goes, "Well, I see Jesus," and started crying and left. I'm going, "OK," you know? "Fine."
Saya ingin mengatakan kepada Michael sebelum dia berbicara bahwa Saya sangat menghargai apa yang dia lakukan, karena hal ini membuat kehidupan Saya menjadi lebih mudah. Sebagai seorang pendeta, Saya melihat banyak orang aneh. Dan Saya belajar bahwa banyak orang aneh di semua area kehidupan. Agama tidak memiliki monopoli terhadap hal tersebut, namun banyak sekali orang-orang aneh yang beragama. Ada orang-orang aneh yang sekuler, orang-orang aneh yang pintar dan orang-orang aneh yang bodoh. Ada orang-orang -- seorang wanita datang ke Saya suatu hari, dan dia memiliki satu lembar kertas putih -- Michael, Kamu akan menyukai hal ini -- dan dia berkata, "Apa yang Anda lihat didalamnya?" Dan Saya melihatnya dan berkata "Oh, saya tidak melihat apapun." Dan dia berkata, "Baiklah, Saya melihat Yesus," dan mulai menangis dan pergi. Saya berkata, OK, Anda tahu. Baiklah
(Laughter)
Um.
Good for you.
Baik untuk Anda.
When the book became the best-selling book in the world for the last three years, I kind of had my little crisis. And that was: What is the purpose of this? Because it brought in enormous amounts of money. When you write the best-selling book in the world, it's tons and tons of money. And it brought in a lot of attention, neither of which I wanted. When I started Saddleback Church, I was 25 years old. I started it with one other family in 1980. And I decided that I was never going to go on TV, because I didn't want to be a celebrity. I didn't want to be a, quote, "evangelist, televangelist" -- that's not my thing. And all of the sudden, it brought a lot of money and a lot of attention. I don't think -- now, this is a worldview, and I will tell you, everybody's got a worldview.
Saat buku ini menjadi buku terlaris di dunia untuk tiga tahun terakhir ini, Saya seperti memiliki krisis pribadi yang kecil. Dan hal itu adalah, apa tujuan dari semua hal ini? Karena hal ini membawa banyak sekali uang. Saat anda menulis buku terlaris di dunia, anda akan mendapat banyak sekali uang. Dan hal ini membawa banyak sekali perhatian, yang sebenarnya tidak saya inginkan. Saat Saya memulai Gereja Saddleback, Saya berumur 25 tahun. Saya memulai dengan satu keluarga di tahun 1980. Dan Saya memutuskan bahwa Saya tidak akan berkotbah di TV, karena Saya tidak mau menjadi selebritis, Saya tidak mau diberi julukan, "evangelis, televangelis" -- itu bukanlah Saya. Dan dalam suatu saat, hal ini membawa banyak uang dan perhatian. Saya tidak berpikir -- sekarang, ini adalah pandangan terhadap dunia, dan Saya mengatakan kepada Anda, setiap orang memiliki pandangan terhadap dunia.
Everybody's betting their life on something. You're betting your life on something, you just better know why you're betting what you're betting on. So, everybody's betting their life on something. And when I, you know, made a bet, I happened to believe that Jesus was who he said he was. And I believe in a pluralistic society, everybody's betting on something. And when I started the church, you know, I had no plans to do what it's doing now. And then when I wrote this book, and all of a sudden, it just took off, and I started saying, now, what's the purpose of this? Because as I started to say, I don't think you're given money or fame for your own ego, ever. I just don't believe that. And when you write a book that the first sentence of the book is, "It's not about you," then, when all of a sudden it becomes the best-selling book in history, you've got to figure, well, I guess it's not about me. That's kind of a no-brainer. So, what is it for?
Setiap orang mempertaruhkan hidupnya pada sesuatu. Anda mempertaruhkan kehidupan anda pada sesuatu -- sebaiknya Anda tahu mengapa Anda mempertaruhkan kepada apa yang Anda pertaruhkan sekarang. Jadi, setiap orang mempertaruhkan kehidupan kita pada sesuatu, dan saat Saya, anda tahu, membuat pertaruhan, Saya percaya bahwa Yesus adalah seorang seperti yang Dia katakan. Namun setiap orang mendapatkan -- dan Saya percaya pada masyarakat yang majemuk -- setiap orang mempertaruhkan kehidupannya pada sesuatu. Dan saat Saya memulai suatu gereja, Anda tahu, Saya tidak memiliki rencana untuk apa yang gereja ini lakukan sekarang. Dan kemudian Saya menulis buku ini, dan dalam seketika hal ini melambung, kemudian Saya mulai berkata, apa tujuan dari semua ini? Karena saat Saya mulai berkata, Saya tidak mengira bahwa anda diberikan uang atau ketenaran untuk ego anda sendiri, tidak pernah. Saya tidak percaya hal itu. Dan saat anda menulis buku itu, kalimat pertama dari buku itu adalah, "Ini tidak mengenai anda," kemudian, saat secara tiba-tiba buku itu menjadi buku terlaris dalam sejarah, anda harus mulai berpikir, baiklah, Saya berpikir bahwa ini bukanlah tentang Saya. Hal ini nampaknya cukup bodoh. Jadi untuk apa hal ini?
And I began to think about what I call the "stewardship of affluence" and the "stewardship of influence." So I believe, essentially, leadership is stewardship. That if you are a leader in any area -- in business, in politics, in sports, in art, in academics, in any area -- you don't own it. You are a steward of it. For instance, that's why I believe in protecting the environment. This is not my planet. It wasn't mine before I was born, it's not going to be mine after I die, I'm just here for 80 years and then that's it.
Dan Saya mulai berpikir mengenai sesuatu yang Saya sebut pertanggungjawaban kemakmuran dan pertanggungjawaban pengaruh Jadi Saya percaya bahwa sesungguhnya kepemimpinan adalah pertanggungjawaban Jika anda adalah pemimpin di bidang apapun -- dalam bisnis, dalam politik, dalam olahraga, dalam seni, dalam bidang akademik, dalam bidang apapun -- anda tidak memilikinya, anda adalah penanggungjawab untuk hal tersebut. Sebagai contoh, inilah mengapa Saya percaya terhadap perlindungan terhadap lingkungan. Ini bukan planet Saya. Ini bukanlah milik Saya sebelum Saya dilahirkan. Dan tidak akan menjadi milik Saya setelah Saya meninggal. Saya hanya akan berada disini selama 80 tahun, dan Saya akan meninggal setelahnya.
I was debating the other day on a talk show, and the guy was challenging me and he'd go, "What's a pastor doing on protecting the environment?" And I asked this guy, I said, "Well, do you believe that human beings are responsible to make the world a little bit better place for the next generation? Do you think we have a stewardship here, to take the environment seriously?" And he said, "No." I said, "Oh, you don't?" I said, "Let me make this clear again: Do you believe that as human beings -- I'm not talking about religion -- do you believe that as human beings, it is our responsibility to take care of this planet, and make it just a little bit better for the next generation?" And he said, "No. Not any more than any other species." When he said the word "species," he was revealing his worldview. And he was saying, "I'm no more responsible to take care of this environment than a duck is." Well now, I know a lot of times we act like ducks, but you're not a duck. You're not a duck. And you are responsible -- that's my worldview. And so, you need to understand what your worldview is.
Saya berdebat pada suatu hari dalam suatu temu wicara, dan pria ini menantang Saya dan berkata, "Apa yang pendeta lakukan untuk melindungi lingkungan?" Dan Saya bertanya pada pria ini, Saya berkata "Baiklah, apakah anda percaya bahwa manusia bertanggung jawab untuk membuat dunia, menjadi tempat yang sedikit lebih baik untuk generasi berikutnya? Apakah anda berpikir bahwa kita disini bertanggungjawab, untuk secara serius memikirkan lingkungan?" Dan dia berkata, "Tidak". Saya berkata, "Oh, anda tidak?" Saya berkata, "Biarkan Saya memperjelas hal ini. Apakah anda percaya sebagai manusia -- Saya tidak berkata mengenai agama -- apakah anda percaya, bahwa kita sebagai manusia memiliki tanggungjawab untuk memelihara planet ini dan membuatnya sedikit lebih baik untuk generasi yang selanjutnya?" Dan dia berkata "Tidak. Tidak lebih dari spesies yang lain." Saat dia berkata "spesies", dia mengungkapkan pandangannya terhadap dunia. Dan dia berkata, "Saya tidak lebih bertanggungjawab untuk memelihara lingkungan, dibandingkan seekor bebek." Baiklah sekarang, Saya tahu bahwa seringkali kita bertingkah seperti seekor bebek, namun anda bukanlah bebek. Anda bukanlah bebek. Dan anda bertanggungjawab -- itu adalah pandangan Saya terhadap dunia. Jadi, anda perlu mengetahui seperti apa dunia anda, apa pandangan anda terhadap dunia.
The problem is most people never really think it through. They never really ... codify it or qualify it or quantify it, and say, "This is what I believe in. This is why I believe what I believe." I don't personally have enough faith to be an atheist. But you may, you may. Your worldview, though, does determine everything else in your life, because it determines your decisions; it determines your relationships; it determines your level of confidence. It determines, really, everything in your life. What we believe, obviously -- and you know this -- determines our behavior, and our behavior determines what we become in life.
Masalahnya adalah, kebanyakan orang tidak memikirkannya secara seksama. Mereka tidak pernah -- mereka tidak pernah menyusun undang-undang, mengkualifikasinya atau mengukurnya dan berkata, "Ini adalah hal yang Saya percaya. Ini adalah mengapa Saya percaya apa yang Saya percaya." Saya secara pribadi tidak memiliki cukup iman untuk menjadi seorang atheis. Namun anda dapat, anda dapat. Pandangan anda terhadap dunia, menentukan semua hal lain dalam kehidupan anda, karena hal ini menentukan keputusan-keputusan anda, hal ini menentukan hubungan anda, hal ini menentukan tingkat kepercayaan anda. Hal ini benar-benar menentukan segala sesuatunya dalam kehidupan anda. Apa yang kita percaya, sesungguhnya -- dan anda tahu ini -- menentukan semua perilaku kita, dan perilaku kita menentukan akan menjadi apakah kita dalam kehidupan kita.
So all of this money started pouring in, and all of this fame started pouring in. And I'm going, what do I do with this? My wife and I first made five decisions on what to do with the money. We said, "First, we're not going to use it on ourselves." I didn't go out and buy a bigger house. I don't own a guesthouse. I still drive the same four year-old Ford that I've driven. We just said, we're not going to use it on us. The second thing was, I stopped taking a salary from the church that I pastor. Third thing is, I added up all that the church had paid me over the last 25 years, and I gave it back. And I gave it back because I didn't want anybody thinking that I do what I do for money -- I don't. In fact, personally, I've never met a priest or a pastor or a minister who does it for money. I know that's the stereotype; I've never met one of them. Believe me, there's a whole lot easier ways to make money.
Jadi semua uang ini mulai mengalir, dan semua ketenaran ini mulai muncul, dan Saya berpikir, apa yang harus Saya lakukan dengan ini semua? Istri Saya dan Saya membuat lima keputusan mengenai apa yang akan kita lakukan terhadap uang tersebut. Kita berkata, "Pertama, Kita tidak akan menggunakannya untuk diri kita sendiri." Saya tidak pergi dan membeli rumah yang lebih besar. Saya tidak memiliki sebuah wisma tamu. Saya masih mengendarai mobil Ford berumur empat tahun yang sama dan selalu Saya gunakan. Kami hanya mengatakan, kami tidak akan menggunakannya untuk kepentingan kami. Hal yang kedua adalah, Saya berhenti mengambil gaji dari gereja sebagai seorang pendeta. Hal yang ketiga adalah,Saya menjumlahkan apa yang telah gereja bayarkan kepada Saya selama 25 tahun terakhir ini, dan Saya memberikannya kembali. Dan Saya memberikannya kembali, karena Saya tidak mau semua orang berpikir bahwa yang Saya lakukan, Saya lakukan hanya untuk uang -- Saya tidak. Dan faktanya adalah, Saya tidak pernah bertemu seorang pendeta atau Pastur atau Pelayan Tuhan yang melakukannya untuk uang Saya tahu bahwa hal itu adalah suatu ciri khas. Saya tidak pernah bertemu dengan seseorang yang seperti itu. Percayalah pada Saya, banyak cara yang lebih mudah untuk menghasilkan uang.
Pastors are like on 24 hours-a-day call, they're like doctors. I left late today -- I'd hoped to be here yesterday -- because my father-in-law is in his last, probably, 48 hours before he dies of cancer. And I'm watching a guy who's lived his life -- he's now in his mid-80s -- and he's dying with peace. You know, the test of your worldview is not how you act in the good times. The test of your worldview is how you act at the funeral. And having been through literally hundreds if not thousands of funerals, it makes a difference. It makes a difference what you believe.
Pendeta seperti seseorang yang harus siap dipanggil dan bekerja 24 jam. Mereka seperti dokter. Saya pergi terlambat kemarin. Saya berharap Saya dapat berada disini hari ini, karena ayah mertua Saya sedang menghadapi masa-masa terakhirnya, mungkin, dalam waktu 48 jam sebelum dia meninggal karena kanker. Dan Saya memandang seorang pria yang menjalani kehidupannya -- sekarang dia berumur sekitar 80-an tahun -- dan dia meninggal dalam damai. Anda tahu, ujian mengenai pandangan anda terhadap dunia bukanlah bagaimana saat anda bersikap di saat-saat yang baik. Ujian mengenai pandangan anda terhadap dunia adalah bagaimana anda bersikap saat anda berada di suatu pemakaman. Dan telah melewati mungkin ratusan atau ribuan pemakaman, hal itu membuat suatu perbedaan. Hal itu membuat perbedaan terhadap apa yang anda percaya.
So, we gave it all back, and then we set up three foundations, working on some of the major problems of the world: illiteracy, poverty, pandemic diseases -- particularly HIV/AIDS -- and set up these three foundations, and put the money into that. The last thing we did is we became what I call "reverse tithers." And that is, when my wife and I got married 30 years ago, we started tithing. Now, that's a principle in the Bible that says give 10 percent of what you get back to charity, give it away to help other people. So, we started doing that, and each year we would raise our tithe one percent. So, our first year of marriage we went to 11 percent, second year we went to 12 percent, and the third year we went to 13 percent, and on and on and on. Why did I do that? Because every time I give, it breaks the grip of materialism in my life.
Jadi, kami memberikannya semua kembali, dan kami membangun tiga yayasan, yang bekerja dalam tiga masalah utama dunia: buta huruf, kelaparan dan penyakit-penyakit pandemik -- terutama HIV/AIDS -- kami membangun tiga yayasan ini dan menaruh uang yang kami dapatkan dalam yayasan ini. Hal terakhir yang kami lakukan adalah kami menjadi sesuatu yang Saya beri nama "pemberi persembahan terbalik". Dan hal ini kami lakukan, saat Saya dan istri Saya menikah 30 tahun yang lalu, kami mulai memberikan persembahan. Sekarang, itu adalah prinsip dari alkitab yang berkata berikanlah 10% dari apa yang kau dapat sebagai persembahan, berikanlah untuk membantu orang lain. Jadi kami mulai melakukan itu, dan tiap tahun kami menaikkannya 1%. Jadi pada tahun pertama perkawinan kami, kami mempersembahkan 11 %, di tahun kedua kami menaikkannya hingga 12%, dan pada tahun ketiga kami menaikkannnya hingga 13%, dan menaikkannya lagi dan lagi. Mengapa Saya melakukan hal itu? Karena setiap saat Saya memberi, hal itu membebaskan diri Saya dari materialisme dalam kehidupan Saya.
Materialism is all about getting -- get, get, get, get all you can, can all you get, sit on the can and spoil the rest. It's all about more, having more. And we think that the good life is actually looking good -- that's most important of all -- looking good, feeling good and having the goods. But that's not the good life. I meet people all the time who have those, and they're not necessarily happy. If money actually made you happy, then the wealthiest people in the world would be the happiest. And that I know, personally, I know, is not true. It's just not true.
Materialisme adalah semuanya tentang mendapatkan -- mendapatkan, mendapatkan, mendapatkan, mendapatkan semua yang bisa anda dapat mendapatkan semua yang bisa anda dapat, menikmatinya dan membuang sisanya. Ini semuanya mengenai mendapat lebih, memiliki lebih. Dan kita berpikir bahwa kehidupan yang baik adalah sesuatu yang nampak baik. Itu hal yang paling penting dari semuanya -- nampak baik, merasa baik dan memiliki banyak barang. Namun itu bukanlah kehidupan yang baik. Saya bertemu banyak orang setiap waktu yang memiliki sikap seperti itu, dan mereka tidak bahagia. Jika uang membuat anda bahagia, maka orang terkaya di dunia akan menjadi orang yang paling bahagia. Dan Saya tahu secara pribadi, bahwa hal tersebut tidak benar. Hal tersebut tidak benar.
So, the good life is not about looking good, feeling good or having the goods, it's about being good and doing good. Giving your life away. Significance in life doesn't come from status, because you can always find somebody who's got more than you. It doesn't come from sex. It doesn't come from salary. It comes from serving. It is in giving our lives away that we find meaning, we find significance. That's the way we were wired, I believe, by God. And so we began to give away, and now after 30 years, my wife and I are reverse tithers -- we give away 90 percent and live on 10. That, actually, was the easy part. The hard part is, what do I do with all this attention? Because I started getting all kinds of invitations. I just came off a nearly month-long speaking tour on three different continents, and I won't go into that, but it was an amazing thing. And I'm going, what do I do with this notoriety that the book has brought?
Jadi, kehidupan yang baik adalah bukan tentang nampak baik, merasa baik atau memiliki barang-barang, hal ini tidak mengenai menjadi baik dan melakukan kebaikan. Berikanlah kehidupan anda. Hal yang terutama dalam hidup tidak datang dari status, karena anda akan menemukan orang yang memiliki lebih daripada anda. Hal ini tidak datang dari seks. Hal ini tidak datang dari gaji. Hal ini datang dari melayani. Saat kita memberikan kehidupan kita, kita menemukan arti, kita menemukan hal yang utama. Itulah bagaimana kita saling terhubung, Saya percaya, oleh Tuhan. Jadi kami mulai memberi, dan sekarang setelah 30 tahun, istri Saya dan Saya adalah pemberi persembahan terbalik -- kami memberikan 90% dan hidup dari 10%. Sesungguhnya, itu adalah bagian yang mudah. Bagian yang sulit adalah, apa yang harus Saya lakukan dengan semua perhatian ini? Karena Saya mulai mendapatkan berbagai macam undangan. Saya baru saja datang dari sekitar satu bulan menjadi pembicara keliling di tiga benua, dan Saya tidak akan membahas itu, namun itu adalah hal yang luar biasa. Dan Saya akan membahas, apa yang akan Saya lakukan dengan semua hal ini, kemahsyuran yang telah dibawa oleh buku ini?
And, being a pastor, I started reading the Bible. There's a chapter in the Bible called Psalm 72, and it's Solomon's prayer for more influence. When you read this prayer, it sounds incredibly selfish, self-centered. He says, "God, I want you to make me famous." That's what he prays. He said, "I want you to make me famous. I want you to spread the fame of my name through every land, I want you to give me power. I want you to make me famous, I want you to give me influence." And it just sounds like the most egotistical request you could make, if you were going to pray. Until you read the whole psalm, the whole chapter. And then he says, "So that the king ..." -- he was the king of Israel at that time, at its apex in power -- "... so that the king may care for the widow and orphan, support the oppressed, defend the defenseless, care for the sick, assist the poor, speak up for the foreigner, those in prison." Basically, he's talking about all the marginalized in society.
Dan karena Saya pendeta, Saya mulai membaca Alkitab. Ada satu pasal di alkitab yang disebut Mazmur 72, Dan itu adalah Doa Salomo untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh, Saat anda membaca doa ini, Hal ini terdengar sangat egois dan terpusat pada diri sendiri. hal ini berbunyi seperti, dia berkata, "Tuhan, Saya ingin Engkau membuat Saya terkenal". Itulah apa yang dia doakan. Dia berkata, "Saya ingin Engkau memuat Saya terkenal Saya ingin Engkau menyebarkan kemashyuran Saya di semua pulau, Saya ingin Engkau memberikan Saya kekuatan, Saya ingin Engkau membuat Saya terkenal. Saya ingin Engkau memberikan Saya pengaruh." Dan hal ini terdengar seperti permintaan yang paling egois yang dapat anda lakukan jika anda ingin berdoa. Sampai anda membaca seluruh pasal di mazmur ini. Dan kemudian berkata, " Sehingga raja" __ dia adalah raja Israel pada waktu itu dan berada di masa-masa puncaknya -- "sehingga raja dapat memperhatikan janda dan yatim, menopang yang tertekan, mempertahankan yang lemah dan memperhatikan yang sakit, membantu yang miskin, berbicara untuk orang asing, untuk mereka yang dipenjara." Pada dasarnya, dia berbicara mengenai semua yang terasingkan dari masyarakat.
And as I read that, I looked at it, and I thought, you know, what this is saying is that the purpose of influence is to speak up for those who have no influence. The purpose of influence is not to build your ego. Or your net worth. And, by the way, your net worth is not the same thing as your self-worth. Your value is not based on your valuables. It's based on a whole different set of things. And so the purpose of influence is to speak up for those who have no influence. And I had to admit: I can't think of the last time I thought of widows and orphans. They're not on my radar. I pastor a church in one of the most affluent areas of America -- a bunch of gated communities. I have a church full of CEOs and scientists. And I could go five years and never, ever see a homeless person. They're just not in my pathway. Now, they're 13 miles up the road in Santa Ana. So I had to say, ok, I would use whatever affluence and whatever influence I've got to help those who don't have either of those.
Dan saat Saya membaca itu, Saya melihatnya dan Saya berpikir, anda tahu, apakah perkataan ini memiliki makna bahwa tujuan dari pengaruh adalah untuk berbicara untuk mereka yang tidak memiliki pengaruh. Tujuan pengaruh adalah tidak membangun kepentingan anda sendiri, atau membangun jejaring anda yang berharga. Dan lagi pula, jejaring anda yang berharga bukanlah hal yang sama dengan harga diri anda. Harga anda tidak berdasarkan hal-hal berharga yang anda miliki, harga anda berrdasarkan pada hal yang lain. Dan jadi tujuan dari pengaruh adalah untuk berbicara untuk mereka yang tidak memiliki pengaruh. Dan Saya harus mengakui, Saya lupa kapan Saya terakhir berpikir mengenai janda dan yatim. Mereka tidak berada dalam radar Saya. Saya adalah seorang pendeta di salah satu daerah yang paling makmur di Amerika -- Sekelompok komunitas yang kaya. Saya memiliki sebuah gereja yang penuh dengan para CEO dan ilmuwan. Dan Saya bisa melihat lima tahun terakhir dan tidak pernah melihat seorang tunawisma. Mereka tidak berada di jalan Saya. Sekarang mereka berada sekitar 13 mil sebelum Santa Ana. Jadi Saya harus berkata, "OK, Saya akan menggunakan semua kemakmuran dan oengaruh yang Saya dapatkan untuk membantu mereka yang tidak memiliki kedua hal itu."
You know, there's a story in the Bible about Moses, whether you believe it's true or not, it really doesn't matter to me. But Moses, if you saw the movie, "The Ten Commandments," Moses goes out, and there's this burning bush, and God talks to him, and God says, "Moses, what's in your hand?" I think that's one of the most important questions you'll ever be asked: What's in your hand? Moses says, "It's a staff. It's a shepherd's staff." And God says, "Throw it down." And if you saw the movie, you know, he throws it down and it becomes a snake. And then God says, "Pick it up." And he picks it back up again, and it becomes a staff again. Now, I'm reading this thing, and I'm going, what is that all about? OK. What's that all about? Well, I do know a couple of things. Number one, God never does a miracle to show off. It's not just, "Wow, isn't that cool?" And, by the way, my God doesn't have to show up on cheese bread. You know, if God's going to show up, he's not going to show up on cheese bread.
Anda tahu, terdapat suatu cerita di alkitab mengenai Musa. Tidak peduli anda mempercayainya atau tidak -- hal ini tidak terlalu Saya pedulikan. Tapi Musa, jika anda melihat film, "The Ten Commandments," Musa pergi keluar dan terdapat semak yang terbakar ini, dan Tuhan berbicara kepadanya. Dan Tuhan berkata, "Musa, apakah yang terdapat di tanganmu?" Saya pikir itu adalah salah satu pertanyaan yang paling penting yang pernah ditanyakan kepada anda. Apa yang berada di tangan anda? Musa berkata, "Sebuah tongkat. Sebuah tongkat penggembala." Dan Tuhan berkata, "Lemparkanlah ke tanah." Dan jika anda melihat film ini, anda tahu, dia melemparkannya ke tanah dan tongkat itu berubah menjadi seekor ular. Kemudian Tuhan berkata, "Pungutlah." Dan dia memungutnya kembali, dan ular itu kembali menjadi sebuah tongkat. Sekarang, Saya membaca hal ini, dan Saya berpikir, mengenai hal apakah ini semua? OK. Mengenai apakah semua hal tersebut? Baiklah Saya tahu beberapa hal. Yang pertama, Tuhan tidak pernah melakukan mukjizat hanya untuk pamer. Ini bukan hanya untuk menunjukkan, "Wow, bukanlah hal ini sangat keren?" Dan lagipula, mengapa Tuhan tidak perlu muncul di kue keju. Anda tahu, jika Tuhan ingin memunculkan diriNya Dia tidak akan muncul di roti keju.
(Laughter)
(Tertawa)
Ok? I just, this is why I love what Michael does, because it's like, if he's debunking it, then I don't have to. But God -- my God -- doesn't show up on sprinkler images. He's got a few more powerful ways than that to do whatever he wants to do. But he doesn't do miracles just to show off.
OK? Saya hanya, inilah mengapa Saya suka terhadap apa yang Michael lakukan, karena ini seperti, OK, jika dia membuktikan kepalsuan ini, maka Saya tidak perlu melakukannya lagi. Namun Tuhan -- Tuhan Saya -- tidak perlu muncul di gambaran alat pemadam. Dia memiliki beberapa cara yang lebih berkuasa daripada itu unuk melakukan apa yang ingin Dia lakukan. Namun Dia melakukan mukjizat bukan hanya untuk pamer.
Second thing is, if God ever asks you a question, he already knows the answer. Obviously, if he's God, then that would mean that when he asks the question, it's for your benefit, not his. So he's going, "What's in your hand?" Now, what was in Moses' hand? Well, it was a shepherd's staff. Now, follow me on this.
Yang kedua adalah, Jika Tuhan menanyakan kepada anda suatu pertanyaan, Dia sudah tahu jawabannya. Sudah jelas, jika Dia Tuhan, maka hal itu berarti jika Dia menanyakan suatu pertanyaan kepada anda, itu adalah untuk kepentingan anda dan bukan untuk kepentinganNya. Jadi Dia berkata, "Apa yang ada di tanganmu?" Sekarang, apa yang ada di tangan Musa? Baiklah, itu adalah sebuah tongkat penggembala. Sekarang ikuti Saya.
This staff represented three things about Moses' life. First, it represented his identity; he was a shepherd. It's the symbol of his own occupation: I am a shepherd. It's a symbol of his identity, his career, his job. Second, it's a symbol of not only his identity, it's a symbol of his income, because all of his assets are tied up in sheep. In those days, nobody had bank accounts, or American Express cards, or hedge funds. Your assets are tied up in your flocks. So it's a symbol of his identity, and it's a symbol of his income. And the third thing: it's a symbol of his influence. What do you do with a shepherd's staff? Well, you know, you move sheep from point A to point B with it, by hook or by crook. You pull them or you poke them. One or the other. So, he's saying, "You're going to lay down your identity. What's in your hand? You've got identity, you've got income, you've got influence. What's in your hand?" And he's saying, "If you lay it down, I'll make it come alive. I'll do some things you could never imagine possible." And if you've watched that movie, "Ten Commandments," all of those big miracles that happen in Egypt are done through this staff.
Tongkat ini mewakili tiga hal dalam hidup Musa. Yang pertama, tongkat ini mewakili identitasnya. Dia adalah seorang penggembala. Ini adalah lambang dari pekerjaannya. Saya adalah seorang penggembala. Itu adalah lambang dari identitasnya, karirnya, pekerjaannya. Yang kedua, hal ini adalah bukan hanya lambang untuk identitasnya, hal ini adalah lambang dari pendapatannya, karena semua hal yang dia miliki tergantung pada domba-dombanya. Di hari-hari itu tidak satu orangpun yang memiliki rekening bank, atau kartu American Express, atau perlindungan keuangan. Aset anda tergantung pada ternak anda. Jadi hal ini adalah lambang dari identitasnya, dan lambang dari sumber pendapatannya. Dan yang ketiga: hal ini adalah lambang dari pengaruhnya. Apa yang akan anda lakukan dengan tongkat penggembala? Baiklah, anda tahu, anda memindahkan domba dari titik A ke titik B dengan menggunakan tongkat itu, dengan kait atau tongkat. Anda menarik mereka atau mendorong mereka, dengan salah satu cara ini. Jadi Dia berkata, "Anda akan menaruh identitas anda. Apa yang ada di tangan anda? Anda memiliki identitas, anda memiliki sumber pendapatan, anda memiliki pengaruh. Apa yang ada di tangan anda?" Dan Dia berkata, jika anda menaruhnya, Aku akan membuatnya hidup. Saya akan melakukan hal-hal yang anda pikir tidak mungkin." Dan jika anda melihat film, "Ten Commandments," semua mukjizat besar yang terjadi di Mesir dilakukan melalui tongkatnya.
Last year, I was invited to speak at the NBA All-Stars game. And so, I'm talking to the players, because most of the NBA teams, NFL teams and all the other teams have done this 40 Days of Purpose, based on the book. And I asked them, I said, "What's in your hand? So, what's in your hand?" I said, "It's a basketball. And that basketball represents your identity, who you are: you're an NBA player. It represents your income: you're making a lot of money off that little ball. And it represents your influence. And even though you're only going to be in the NBA for a few years, you're going to be an NBA player for the rest of your life. And that gives you enormous influence. So, what are you going to do with what you've been given?"
Tahun lalu, Saya diundang untuk berbicara di pertandingan NBA-All Stars. Dan jadi, Saya berbicara kepada para pemain, Karena sebagian besar tim NBA, tim NFL dan tim-tim lain telah melakukan 40 hari dengan tujuan, berdasarkan buku ini. Dan Saya bertanya kepada mereka, Saya berkata, "Apa yang ada di tangan anda? Jadi, apa yang ada di tangan anda?" Saya berkata, "Itu adalah bola basket, dan bola basket mewakili identitas anda, siapa sesungguhnya anda. Anda adalah pemain NBA. Bola itu mewakili sumber pendapatan anda. Anda membuat banyak sekali uang dari bola kecil itu. Dan itu mewakili pengaruh anda. Dan walaupun anda akan berada di NBA hanya untuk beberapa tahun. anda akan menjadi pemain NBA untuk seumur hidup anda. Dan hal itu memberikan anda pengaruh yang sangat besar. Jadi, apa yang akan anda lakukan dengan apa yang telah diberikan kepada anda?"
And I guess that's the main reason I came up here today, to all of you very bright people at TED -- it is to say, "What's in your hand?" What do you have that you've been given? Talent, background, education, freedom, networks, opportunities, wealth, ideas, creativity. What are you doing with what you've been given? That, to me, is the primary question about life. That, to me, is what being purpose-driven is all about. In the book, I talk about how you're wired to do certain things, you're "SHAPED" with -- a little acrostic: Spiritual gifts, Heart, Ability, Personality and Experiences. These things shape you. And if you want to know what you ought to be doing with your life, you need to look at your shape -- "What am I wired to do?" Why would God wire you to do something and then not have you do it? If you're wired to be an anthropologist, you'll be an anthropologist. If you're wired to be an undersea explorer, you'll be an undersea explorer. If you're wired to make deals, you make deals. If you're wired to paint, you paint.
Dan Saya kira alasan terpenting mengapa Saya berada disini hari ini, kepada anda semua orang cerdas di TED, adalah untuk berkata, "Apa yang ada di tangan anda?" Apakah yang anda miliki dan telah diberikan kepada anda? Bakat, latar belakang, pendidikan, kebebasan, jejaring, kesempatan, kemakmuran, ide-ide, kreatifitas. Apa yang akan anda lakukan dengan apa yang telah diberikan kepada anda? Hal itu menurut Saya, adalah pertanyaan yang paling penting mengenai kehidupan. Hal itu menurut Saya, adalah sesungguhnya inti dari hidup yang digerakkan oleh tujuan. Dalam buku, Saya berbicara bahwa anda terkikat untuk melakukan sesuatu, anda dibentuk. Salib kecil ini membutuhkan bakat-bakat spiritual, hati kemambuan, kepribadian dan pengalaman. Hal-hal ini membentuk anda Dan jika anda tahu apa yang akan anda lakukan dengan kehidupan anda, anda perlu melihat kepada bentuk anda. Apa yang sesungguhnya harus Saya lakukan? Mengapa Tuhan mengikat anda untuk melakukan sesuatu dan apakah anda telah melakukannya? Jika anda diharuskan menjadi seorang ahli antropologi, maka anda akan menjadi seorang ahli antropologi. Jika anda diharuskan menjadi penjelajah laut dalam, maka anda akan menjadi penjelajah laut dalam. Jika anda diharuskan untuk membuat kesepakatan, maka anda akan membuat kesepakatan. Jika anda diharuskan untuk melukis, maka anda akan melukis.
Did you know that God smiles when you be you? When my little kids -- when my kids were little -- they're all grown now, I have grandkids -- I used to go in and sit on the side of their bed, and I used to watch my kids sleep. And I just watched their little bodies rise and lower, rise and lower. And I would look at them: "This is not an accident." Rise and lower. And I got joy out of just watching them sleep. Some people have the misguided idea that God only gets excited when you're doing, quote, "spiritual things," like going to church or helping the poor, or, you know, confessing or doing something like that. The bottom line is, God gets pleasure watching you be you. Why? He made you. And when you do what you were made to do, he goes, "That's my boy! That's my girl! You're using the talent and ability that I gave you."
Tidakkah anda tahu bahwa Tuhan tersenyum saat anda menjadi seperti anda yang seharusnya? Saaat anak-anak Saya masih kecil -- sekarang mereka telah tumbuh, sekarang Saya telah memiliki cucu -- Saya biasanya masuk dan duduk di sisi ranjang mereka, dan Saya biasanya melihat anak-anak Saya terlelap. Dan Saya hanya melihat tubuh mungil mereka naik dan turun. menghirup dan menghembuskan nafas. Saya melihat kepada mereka, dan berpikir hal ini bukanlah kecelakaan. Menghirup dan menghembuskan nafas. Dan Saya mendapatkan sukacita hanya dari melihat mereka tertidur. Beberapa orang memiliki ide yang salah, bahwa Tuhan hanya disenangkan saat anda melakukan, dalam tanda petik, "hal-hal yang spiritual", seperti pergi ke gereja atau membantu yang miskin, atau, anda tahu, melakukan pengakuan atau melakukan hal seperti itu. Pada dasarnya adalah, Tuhan bersukacita saat melihat anda menjadi anda yang seharusnya. Mengapa? Dia membuat anda. Dan saat anda melakukan sesuai dengan tujuan anda dibuat, Dia berkata, "Itulah anak laki-lakiku. Itulah anak perempuanku. Engkau menggunakan bakat dan kemampuan yang telah Kuberikan kepadamu."
So my advice to you is: look at what's in your hand -- your identity, your influence, your income -- and say, "It's not about me. It's about making the world a better place."
Jadi nasihat Saya kepada Anda semua adalah, lihat apa yang ada di tangan Anda -- identitas Anda, pengaruh Anda, pendapatan Anda -- dan katakan, "Ini semua bukan tentang Saya. Ini semua tentang bagaimana membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik."
Terimakasih.
Thank you.