This strange-looking plant is called the Llareta. What looks like moss covering rocks is actually a shrub comprised of thousands of branches, each containing clusters of tiny green leaves at the end and so densely packed together that you could actually stand on top of it. This individual lives in the Atacama Desert in Chile, and it happens to be 3,000 years old. It also happens to be a relative of parsley.
Tanaman yang terlihat aneh ini adalah Llareta. Yang tampak seperti lumut pada batu batuan sebenarnya semak belukar yang terdiri dari ribuan cabang cabang, masing masing dengan dedaunan kecil di bagian ujungnya. yang tersusun sangat padat sehingga anda dapat berdiri di atasnya. Tanaman ini hidup di Gurun Atacama di Chili, dan berusia 3.000 tahun. Tanaman ini adalah kerabat dari seledri.
For the past five years, I've been researching, working with biologists and traveling all over the world to find continuously living organisms that are 2,000 years old and older. The project is part art and part science. There's an environmental component. And I'm also trying to create a means in which to step outside our quotidian experience of time and to start to consider a deeper timescale. I selected 2,000 years as my minimum age because I wanted to start at what we consider to be year zero and work backward from there.
Selama lima tahun terakhir, saya telah meneliti, bekerja bersama ahli ahli biologi dan bepergian ke seluruh dunia untuk mencari makhluk makhluk yang telah hidup selama 2.000 tahun atau lebih. Proyek ini sebagian seni dan sebagian lagi ilmu. dan juga berhubungan dengan lingkungan. Saya mencoba menciptakan arti pentingnya dimana kita keluar dari pengalaman kita sehari-hari dan mulai memandang tenggang waktu yang lebih jauh. Saya memilih 2.000 tahun sebagai usia termuda karena saya ingin memulai pada apa yang kita anggap sebagai tahun ke-0 dan bekerja mundur dari sana.
What you're looking at now is a tree called Jomon Sugi, living on the remote island of Yakushima. The tree was in part a catalyst for the project. I'd been traveling in Japan without an agenda other than to photograph, and then I heard about this tree that is 2,180 years old and knew that I had to go visit it. It wasn't until later, when I was actually back home in New York that I got the idea for the project. So it was the slow churn, if you will. I think it was my longstanding desire to bring together my interest in art, science and philosophy that allowed me to be ready when the proverbial light bulb went on. So I started researching, and to my surprise, this project had never been done before in the arts or the sciences. And -- perhaps naively -- I was surprised to find that there isn't even an area in the sciences that deals with this idea of global species longevity.
Yang kalian lihat sekarang adalah pohon Jomon Sugi, yang hidup di pulau terpencil Yakushima. Pohon ini telah menjadi sebuah katalis dalam proyek ini. Saya pergi ke Jepang tanpa rencana lain selain mengambil foto, lalu saya mendengar tentang pohon yang berusia 2,180 tahun ini. dan tahu saya harus mengunjunginya. Namun tidak sampai saya telah kembali ke New York barulah saya mendapat ide untuk proyek ini. Jadi pohon itu adalah sahabat yang lambat, jika kalian mengijinkan. Saya merasa inilah keinginan lama saya untuk menggabungkan ketertarikan saya pada seni, ilmu, dan filsuf yang membuat saya siap saat bola lampu ide itu menyala. Jadi saya mulai meneliti, dan saya terkejut karena tidak ada yang pernah mengerjakan proyek ini sebelumnya dalam hal seni ataupun ilmu. Dan, mungkin secara naif, saya terkejut saat menemukan tidak ada bidang keilmuan yang berhubungan dengan gagasan pada spesies spesies yang berumur panjang ini.
So what you're looking at here is the rhizocarpon geographicum, or map lichen, and this is around 3,000 years old and lives in Greenland, which is a long way to go for some lichens. Visiting Greenland was more like traveling back in time than just traveling very far north. It was very primal and more remote than anything I'd ever experienced before. And this is heightened by a couple of particular experiences. One was when I had been dropped off by boat on a remote fjord, only to find that the archeologists I was supposed to meet were nowhere to be found. And it's not like you could send them a text or shoot them an e-mail, so I was literally left to my own devices. But luckily, it worked out obviously, but it was a humbling experience to feel so disconnected. And then a few days later, we had the opportunity to go fishing in a glacial stream near our campsite, where the fish were so abundant that you could literally reach into the stream and grab out a foot-long trout with your bare hands. It was like visiting a more innocent time on the planet. And then, of course, there's the lichens. These lichens grow only one centimeter every hundred years. I think that really puts human lifespans into a different perspective.
Yang kalian lihat di sini adalah rhizocarpon geographicum atau lichen, berusia sekitar 3.000 tahun dan hidup di Greenland, yang masih menyisakan perjalanan panjang bagi beberapa lichen. Mengunjungi Greenland lebih seperti berjalan menembus waktu daripada hanya berjalan jauh ke utara. Daerah ini sangat primitif dan terpencil dibandingkan dengan apapun yang pernah saya alami sebelumnya. Ditambah lagi dengan beberapa pengalaman istimewa. Suatu kali saya diturunkan dari kapal di pinggir tebing es terpencil yang curam, hanya untuk mengetahui ahli arkeologi yang seharusnya saya temui tidak ada di sana. Ini tidak seperti saya dapat mengirimkan pesan atau email jadi saya benar-benar hanya bergantung pada perlengkapan saya. Untungnya, alat itu bekerja. Namun itu menjadi sebuah pengalaman berharga merasa benar-benar sendirian. Beberapa hari kemudian, kami memiliki kesempatan untuk memancing di sungai es dekat kemah kami, di mana ikannya benar-benar melimpah sehingga kalian dapat turun ke sungai dan mengambil ikan forel sepanjang satu kaki dengan tangan kosong. Ini ibarat mengunjungi jaman yang lebih murni dari planet ini. Lalu, tentu saja ada lichen. yang tumbuh hanya satu centimeter setiap seratus tahun. Saya rasa hal itu membuat jangka waktu hidup manusia berada dalam perspektif yang berbeda
And what you're looking at here is an aerial photo take over eastern Oregon. And if the title "Searching for Armillaria Death Rings," sounds ominous, it is. The Armillaria is actually a predatory fungus, killing certain species of trees in the forest. It's also more benignly known as the honey mushroom or the "humongous fungus" because it happens to be one of the world's largest organisms as well. So with the help of some biologists studying the fungus, I got some maps and some GPS coordinates and chartered a plane and started looking for the death rings, the circular patterns in which the fungus kills the trees. So I'm not sure if there are any in this photo, but I do know the fungus is down there. And then this back down on the ground and you can see that the fungus is actually invading this tree. So that white material that you see in between the bark and the wood is the mycelial felt of the fungus, and what it's doing -- it's actually slowly strangling the tree to death by preventing the flow of water and nutrients. So this strategy has served it pretty well -- it's 2,400 years old. And then from underground to underwater.
Dan apa yang kalian lihat di sini adalah foto udara yang diambil di Oregon timur. Dan jika judulnya adalah "mencari lingkaran kematian Armillaria" terdengar tidak menyenangkan, bukan. Armillaria sebenarnya jamur yang buas, membunuh spesies pohon pohon tertentu di hutan. Jamur ini juga dikenal sebagai sesuatu yang lebih ramah jamur madu atau "humongous fungus" karena jamur ini juga merupakan salah satu makhluk hidup terbesar di dunia. Jadi dengan bantuan dari beberapa ahli biologi yang mempelajari jamur, saya mendapatkan beberapa peta dan koordinat GPS dan menyewa pesawat dan mulai melihat lingkaran kematian pola-pola melingkar dari pohon pohon yang mati terbunuh oleh jamur. Saya tidak yakin apakah ada di dalam foto ini, namun saya tahu jamur itu ada di sana. Di permukaan tanah kalian dapat melihat jamur ini sebenarnya menyerang pohon ini. Jadi benda putih yang anda lihat di antara kulit pohon dan kayu adalah kumpulan dari jamur ini, dan apa yang dia lakukan ... sebenarnya mencekik pohon itu hingga mati perlahan-lahan dengan mencegah aliran air dan nutrisi. Siasat ini bekerja dengan baik, selama 2,400 tahun. Lalu dari bawah tanah ke bawah air.
This is a Brain Coral living in Tobago that's around 2,000 years old. And I had to overcome my fear of deep water to find this one. This is at about 60 feet or 18 meters, depth. And you'll see, there's some damage to the surface of the coral. That was actually caused by a school of parrot fish that had started eating it, though luckily, they lost interest before killing it. Luckily still, it seems to be out of harm's way of the recent oil spill. But that being said, we just as easily could have lost one of the oldest living things on the planet, and the full impact of that disaster is still yet to be seen.
Ini adalah karang otak yang hidup di Tobago berusia sekitar 2.000 tahun. Saya harus mengatasi rasa takut pada air dalam untuk menemukannya. Ini pada kedalaman sekitar 60 kaki♪ atau 18 meter. Kalian akan melihat, ada beberapa kerusakan pada permukaan karang ini. yang sebenarnya disebabkan kumpulan ikan kakak tua yang masih belajar dan mulai memakannya. Untungnya, mereka kehilangan minat sebelum membunuhnya. Untungnya juga, mereka belum terancam oleh tumpahan minyak baru-baru ini. Namun sebenarnya, kita dapat dengan mudah kehilangan salah satu makhluk hidup tertua di planet ini seluruh dampak dari bencana ini belum terlihat seutuhnya.
Now this is something that I think is one of the most quietly resilient things on the planet. This is clonal colony of Quaking Aspen trees, living in Utah, that is literally 80,000 years old. What looks like a forest is actually only one tree. Imagine that it's one giant root system and each tree is a stem coming up from that system. So what you have is one giant, interconnected, genetically identical individual that's been living for 80,000 years. It also happens to be male and, in theory immortal.
Ini adalah sesuatu yang menurut saya makhluk yang diam-diam paling tahan uji di planet ini. sebuah kumpulan dari pohon Quaking Aspen, hidup di Utah. berusia sekitar 80.000 tahun. Apa yang terlihat seperti hutan sebenarnya hanya satu pohon saja. Bayangkan satu sistem akar raksasa dan setiap pohon adalah dahan yang muncul dari jaringan itu. Jadi ada satu makhluk hidup raksasa, saling terhubung dan identik secara genetik yang telah hidup 80,000 tahun. Pohon ini adalah pria dan, menurut teori, tidak dapat mati.
(Laughter)
(tawa)
This is a clonal tree as well. This is the spruce Gran Picea, which at 9,550 years is a mere babe in the woods. The location of this tree is actually kept secret for its own protection. I spoke to the biologist who discovered this tree, and he told me that that spindly growth you see there in the center is most likely a product of climate change. As it's gotten warmer on the top of the mountain, the vegetation zone is actually changing. So we don't even necessarily have to have direct contact with these organisms to have a very real impact on them.
Ini juga merupakan kumpulan pohon pohon cemara Gran Picea yang berusia 9,550 tahun. masi hanya seorang bayi di hutan ini. Lokasi pohon ini dirahasiakan untuk perlindungan mereka. Saya berbicara kepada ahli biologi yang menemukan pohon ini. dan dia berkata jika bagian tengah yang tumbuh dengan lemah kemungkinan besar adalah hasil perubahan iklim. Karena puncak gunung menjadi lebih panas daerah vegetasi berubah. Jadi kita bahkan tidak perlu berhubungan langsung dengan makhluk makhluk ini♫ untuk menghasilkan dampak serius bagi mereka.
This is the Fortingall Yew -- no, I'm just kidding -- this is the Fortingall Yew. (Laughter) But I put that slide in there because I'm often asked if there are any animals in the project. And aside from coral, the answer is no. Does anybody know how old the oldest tortoise is -- any guesses? (Audience: 300.) Rachel Sussman: 300? No, 175 is the oldest living tortoise, so nowhere near 2,000. And then, you might have heard of this giant clam that was discovered off the coast of northern Iceland that reached 405 years old. However, it died in the lab as they were determining its age. The most interesting discovery of late, I think is the so-called immortal jellyfish, which has actually been observed in the lab to be able to be able to revert back to the polyp state after reaching full maturity. So that being said, it's highly unlikely that any jellyfish would survive that long in the wild. And back to the yew here. So as you can see, it's in a churchyard; it's in Scotland. It's behind a protective wall. And there are actually a number or ancient yews in churchyards around the U.K., but if you do the math, you'll remember it's actually the yew trees that were there first, then the churches.
Ini adalah Fortingall Yew. Tidak, saya hanya bercanda. Inilah Fortingall Yew. (tawa) Namun saya menunjukkan slide ini karena saya sering ditanyai adakah hewan hewan yang masuk ke dalam proyek ini. Dan selain terumbu karang, jawabannya adalah tidak. Apakah ada yang tahu usia dari kura-kura tertua? Ada tebakan? (penonton: 300.) Rachel Sussman: 300? Bukan. 175 kura-kura tertua yang hidup, sama sekali jauh dari angka 2.000. Lalu, kalian mungkin pernah mendengar kerang raksasa yang ditemukan di lepas pantraai Islandia Utara yang mencapai usia 405 tahun. Namun, dia meninggal di laboratorium saat mereka sedang menentukan usianya. Penemuan terakhir yang paling menarik, saya rasa, adalah apa yang disebut ubur-ubur abadi yang sebenarnya telah teramati di dalam lab dapat kembali menjadi bentuk polip/tunas setelah mencapai usia dewasa. Jika ingin dikatakan, benar-benar kecil kemungkinan ada ubur-ubur yang dapat hidup selama itu di alam liar. Kembali kepada tanaman ini. Seperti yang dapat kalian lihat, ini adalah halaman gereja di Skotlandia. Di belakang tembok pelindung. Sebenarnya ada beberapa tanaman tua di halaman gereja di seluruh Inggris, namun jika kalian menghitung, kalian akan ingat sebenarnya tanaman itu ada di sana terlebih dahulu, sebelum gerejanya.
And now down to another part of the world. I had the opportunity to travel around the Limpopo Province in South Africa with an expert in Baobab trees. And we saw a number of them, and this is most likely the oldest. It's around 2,000, and it's called the Sagole Baobab. And you know, I think of all of these organisms as palimpsests. They contain thousands of years of their own histories within themselves, and they also contain records of natural and human events. And the Baobabs in particular are a great example of this. You can see that this one has names carved into its trunk, but it also records some natural events. So the Baobabs, as they get older, tend to get pulpy in their centers and hollow out. And this can create great natural shelters for animals, but they've also been appropriated for some rather dubious human uses, including a bar, a prison and even a toilet inside of a tree.
Dan sekarang, kita ke belahan dunia lain. Saya berkesempatan mengunjungi Provinsi Limpopo di Afrika Selatan dengan seorang ahli pohon Baobab. Dan kami melihat beberapa di antaranya. Kemungkinan besar inilah yang tertua. berusia sekitar 2.000 tahun. dan disebut Sagole Baobab. Dan kau tahu, saya rasa semua makhluk ini seperti gambaran sejarah. Mereka menulis ribuan tahun sejarah mereka pada diri mereka sendiri dan mereka juga mencatat peristiwa alam dan buatan manusia. Baobob khususnya adalah contoh bagus dari kasus ini. Kalian dapat melihat di sini ada nama terpahat di dahannya, namun pohon ini juga mencatat peristiwa alam Pohon Baobab, saat mereka bertambah tua cenderung padat di bagian tengah dan semakin kosong di luar. sehingga menciptakan pelindung alami yang hebat bagi hewan namun pohon ini juga cocok untuk kegiatan manusia yang tidak begitu berhubungan, seperti bar, penjara bahkan kamar kecil di dalam pohon ini.
And this brings me to another favorite of mine -- I think, because it is just so unusual. This plant is called the Welwitschia, and it lives only in parts of coastal Namibia and Angola, where it's uniquely adapted to collect moisture from mist coming off the sea. And what's more, it's actually a tree. It's a primitive conifer. You'll notice that it's bearing cones down the center. And what looks like two big heaps of leaves, is actually two single leaves that get shredded up by the harsh desert conditions over time. And it actually never sheds those leaves, so it also bears the distinction of having the longest leaves in the plant kingdom. I spoke to a biologist at the Kirstenbosch Botanical Garden in Capetown to ask him where he thought this remarkable plant came from, and his thought was that if you travel around Namibia, you see that there are a number of petrified forests, and the logs are all -- the logs are all giant coniferous trees, and yet there's no sign of where they might have come from. So his thought was that flooding in the north of Africa actually brought those coniferous trees down tens of thousands of years ago, and what resulted was this remarkable adaptation to this unique desert environment.
Hal ini membawa saya ke kesukaan saya yang lain -- Saya merasa, karena ini benar-benar tidak biasa. Pohon ini disebut Welwitschia dan hidup hanya di sebagian pantai Namibia dan Angola, mereka menyesuaikan diri dengan unik untuk mengumpulkan uap air dari embun yang datang dari laut. Terlebih lagi, ini sebenarnya sebuah pohon. pohon jarum primitif. Kalian akan menyadari pohon ini mengerucut ke tengah yang terlihat seperti dua tumpukan daun, sebenarnya dua helai daun yang telah terparut oleh kondisi gurun pasir yang ganas dari waktu ke waktu. Pohon ini tidak pernah menggugurkan daunnya sehingga pohon ini juga dikenal karena memiliki daun terpanjang dari seluruh tumbuhan. Saya berbicara dengan seorang ahli biologi di Kebun Raya Kirstenbosch di Capetown untuk bertanya menurutnya dari mana pohon yang menakjubkan ini berasal dan menurutnya, jika anda mengunjungi Namibia, ada beberapa hutan yang telah membatu, dan gelondongan gelondongan kayunya adalah -- gelondongan kayu dari pohon berdaun jarum raksasa dan tidak ada petunjuk apapun dari mana mereka berasal. Jadi menurutnya banjir di Afrika utara menyebabkan pohon berdaun jarum ini bertumbangan puluhan ribu tahun lalu, dan akibat adaptasi yang luar biasa pada lingkungan gurun yang unik ini.
This is what I think is the most poetic of the oldest living things. This is something called an underground forest. So, I spoke to a botanist at the Pretoria Botanical Garden, who explained that certain species of trees have adapted to this region. It's bushfelt region, which is dry and prone to a lot of fires, as so what these trees have done is, if you can imagine that this is the crown of the tree, and that this is ground level, imagine that the whole thing, that whole bulk of the tree, migrated underground, and you just have those leaves peeping up above the surface. That way, when a fire roars through, it's the equivalent of getting your eyebrows singed. The tree can easily recover. These also tend to grow clonally, the oldest of which is 13,000 years old.
Inilah yang menurut saya paling puitis dari semua makhluk hidup tertua. Pohon ini terkadang disebut hutan bawah tanah Saya berbicara dengan ahli tanaman di Kebun Raya Pretoria yang menjelaskan bahwa spesies tanaman tertentu telah beradaptasi pada daerah ini. daerah yang tidak ramah bagi ranting daerah yang kering dan rawan kebakaran jadi yang dilakukan oleh pohon ini jika kalian dapat membayangkan bagian ini adalah mahkotanya, dan ini adalah bagian bawah, bayangkan seluruhnya seluruh pohon ini pindah ke bawah tanah hanya ada dedaunan ini yang keluar dari permukaan. Dengan cara ini, saat terjadi kebakaran sama seperti jika alis anda hangus. Pohon ini dapat pulih dengan cepat. Ada juga yang cenderung tumbuh secara klonal yang tertua berusia 13,000 tahun.
Back in the U.S., there's a couple plants of similar age. This is the clonal Creosote bush, which is around 12,000 years old. If you've been in the American West, you know the Creosote bush is pretty ubiquitous, but that being said, you see that this has this unique, circular form. And what's happening is it's expanding slowly outwards from that original shape. And it's one -- again, that interconnected root system, making it one genetically identical individual. It also has a friend nearby -- well, I think they're friends. This is the clonal Mojave yucca, it's about a mile away, and it's a little bit older than 12,000 years. And you see it has that similar circular form. And there's some younger clones dotting the landscape behind it. And both of these, the yucca and the Creosote bush, live on Bureau of Land Management land, and that's very different from being protected in a national park. In fact, this land is designated for recreational all-terrain vehicle use.
Kembali ke Amerika Serikat, ada beberapa tanaman dengan usia yang sama. Ini adalah klon semak Creosote yang berusia sekitar 12.000 tahun jika kalian pernah ke Amerika Barat kalian tahu kalau semak Creosote ada di mana-mana seperti telah dikatakan, pohon ini memiliki bentuk lingkaran yang unik dan yang sebenarnya terjadi adalah pohon ini membesar ke luar perlahan-lahan. dari bentuk asalnya. Ini -- juga, akar yang saling berhubungan membuat satu makhluk hidup yang sama secara genetik. Dia juga memiliki teman di dekatnya -- menurut saya mereka teman. Ini adalah Mojave yucca, berjarak satu mil dari sana. berusia sedikit lebih tua dari 12.000 tahun. Dan kalian lihat pohon ini memiliki pola lingkaran serupa. Dan ada beberapa hasil klon yang lebih muda menempati tempat tempat dibelakangnya Dan semuanya, baik yucca maupun semak Creosote, hidup di bawah naungan Biro Pengelolaan Lahan Tanah. dan itu sangat berbeda dibandingan terlindung dalam taman nasional. Sebenarnya, tanah ini ditetapkan untuki jalur bagi kendaraan segala medan.
So, now I want to show what very well might be the oldest living thing on the planet. This is Siberian Actinobacteria, which is between 400,000 and 600,000 years old. This bacteria was discovered several years ago by a team of planetary biologists hoping to find clues to life on other planets by looking at one of the harshest conditions on ours. And what they found, by doing research into the permafrost, was this bacteria. But what's unique about it is that it's doing DNA repair below freezing. And what that means is that it's not dormant -- it's actually been living and growing for half a million years. It's also probably one the most vulnerable of the oldest living things, because if the permafrost melts, it won't survive.
Sekarang, saya akan menunjukkan apa yang mungkin merupakan makhluk hidup tertua di planet ini. Inilah Siberian Actinobacteria, yang berusia antara 400.000 hingga 600.000 tahun. Bakteri ini ditemukan beberapa tahun lalu oleh kelompok ahli biologi luar angkasa yang berharap untuk menemukan petunjuk kehidupan di planet lain dengan melihat pada salah satu kondisi terkeras di planet kita. Apa yang mereka temukan, dengan meneliti tanah yang terselubungi es ini adalah bakteri ini. Hal yang unik adalah makhluk ini memperbaiki DNA di bawah titik beku sehingga sebenarnya makhluk ini tidak tidur namun hidup dan berkembang biak selama setengah juta tahun. Ini juga mungkin salah satu yang paling rentan di antara makhluk hidup tertua, karena jika es itu mencair, mereka tidak akan selamat.
This is a map that I've put together of the oldest living things, so you can get a sense of where they are; you see they're all over the world. The blue flags represent things that I've already photographed, and the reds are places that I'm still trying to get to. You'll see also, there's a flag on Antarctica. I'm trying to travel there to find 5,000 year-old moss, which lives on the Antarctic Peninsula.
Ini adalah peta gabungan dari makhluk-makhluk hidup tertua anda dapat melihat di mana mereka, kalian lihat mereka ada di seluruh dunia. Bendera biru menunjukkan makhluk yang telah berhasil saya foto dan merah adalah tempat yang masih saya coba kunjungi. Kalian juga melihat, ada bendera di Antartika. Saya akan mencoba ke sana untuk menemukan lumut berusia 5.000 tahun yang hidup di Semenanjung Antartika.
So, I probably have about two more years left on this project -- on this phase of the project, but after five years, I really feel like I know what's at the heart of this work. The oldest living things in the world are a record and celebration of our past, a call to action in the present and a barometer of our future. They've survived for millennia in desert, in the permafrost, at the tops of mountains and at the bottom of the ocean. They've withstood untold natural perils and human encroachments, but now some of them are in jeopardy, and they can't just get up and get out of the way. It's my hope that, by going to find these organisms, that I can help draw attention to their remarkable resilience and help play a part in insuring their continued longevity into the foreseeable future.
Jadi, saya mungkin memiliki sisa waktu dua tahun dalam proyek ini -- pada tahap proyek ini, namun setelah lima tahun, saya sungguh mengerti apa arti dasar dari pekerjaan ini. Makhluk hidup tertua di dunia adalah rekaman dan perayaan dari masa lalu kita panggilan untuk bertindak pada masa kini dan barometer masa depan kita. Mereka telah bertahan hidup selama ribuan tahun di padang gurun, di bawah es di puncak gunung dan di dasar laut. Mereka telah bertahan dari bahaya alam yang tidak terkatakan dan gangguan manusia, namun kini beberapa di antara mereka ada dalam bahaya dan mereka tidak dapat menyelamatkan diri dengan mudah. Harapan saya adalah, dengan menemukan makhluk hidup ini, saya dapat menarik perhatian pada ketangguhan mereka yang luar biasa dan membantu mengambil bagian untuk menjamin kelangsungan hidup mereka di masa mendatang.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(tepuk tangan)