The big residual is always value for money. All the time we are trying to get value for money. What we don't look for is value for many, while we are generating value for money. Do we care about those four billion people whose income levels are less than two dollars a day, the so-called bottom of the pyramid? What are the challenges in getting value for money as well as value for many? We have described here in terms of the performance and the price. If you have money, of course, you can get the value. You can get a Mercedes for a very high price, very high performance. But if you don't have money, what happens? Well, you are to ride a bicycle, carrying your own weight and also some other weight, so that you can earn the bread for the day. Well, poor do not remain poor; they become lower-middle-class. And if they do so, then, of course, the conditions improve, and they start riding on scooters. But the challenge is, again, they don't get much value, because they can't afford anything more than the scooter. The issue is, at that price, can you give them some extra value? A super value, in terms of their ability to ride in a car, to get that dignity, to get that safety, looks practically impossible, isn't it.
Perhatian utama selalu tentang keuntungan. Selama ini kita selalu berusaha mendapatkan keuntungan. Yang tidak kita cari adalah kegunaannya bagi orang banyak, sementara kita menghasilkan keuntungan. Bagaimana dengan nasib 4 milyar orang yang tingkat pendapatannya kurang dari dua dollar sehari, yang terpuruk di dasar piramida kemakmuran ? Apa tantangan untuk mendapatkan keuntungan dan sekaligus kegunaan bagi orang banyak ? Kami tampilkan disini berdasarkan kinerja dan harga. Kalau Anda punya uang, tentu, Anda bisa dapatkan yang terbaik. Anda bisa punya Mercedes dengan harga yang sangat tinggi, kinerja yang tinggi Tapi bila Anda tidak punya uang, apa yang terjadi ? Ya, Anda bisa naik sepeda, memikul beban Anda sendiri dan yang lainnya, untuk pergi bekerja. Yang miskin tidak selamanya miskin; mereka bisa meningkat jadi menengah ke bawah. Dan kalau itu terjadi, maka, tentu saja, kehidupannya membaik, dan mereka mulai naik sepeda motor. Tapi tantangannya lagi-lagi, mereka tidak mendapatkan banyak manfaat, karena mereka tidak mampu membeli apapun yang lebih dari sepeda motor. Masalahnya adalah, dengan harga itu, bisakah mereka mendapatkan yang lebih baik ? Yang luar biasa baik, seperti bisa mengendarai mobil, mendapatkan martabat dan keamanan yg sama, kelihatannya mustahil, ya tidak.
Now, this is something that we see on Indian streets all the time. But many people see the same thing and think things differently, and one of them is here, Ratan Tata. The great thing about our leaders is that, should they not only have passion in their belly, which practically all of them have, they're also very innovative. An innovator is one who does not know it cannot be done. They believe that things can be done. But great leaders like Ratan have compassion. And what you said, Lakshmi, is absolutely true: it's not just Ratan Tata, it's the house of Tatas over time. Let me confirm what she said. Yes, I went barefoot until I was 12. I struggled to [unclear] day was a huge issue. And when I finished my SSC, the eleventh standard, I stood eleventh among 125,000 students. But I was about to leave the school, because my poor mother couldn't afford schooling. And it was [unclear] Tata Trust, which gave me six rupees per month, almost a dollar per month for six years. That's how I'm standing before you. So that is the House of Tata. (Applause) Innovation, compassion and passion. They combine all that.
Ini adalah apa yang tampak di jalan-jalan di India setiap saat. Tapi banyak yang melihat hal yang sama dan punya pikiran yang berbeda, salah satu dari mereka adalah, Ratan Tata. Hebatnya pemimpin-pemimpin kami adalah, mereka tidak saja punya gairah di perut mereka, praktis semuanya begitu, mereka juga sangat inovatif. Seorang pencipta adalah orang yang tidak kenal kata tidak bisa. Mereka percaya apapun bisa dilakukan. Tapi pemimpin hebat seperti Ratan juga seorang yang pengasih. Dan apa yang Anda bilang, Lakshmi, adalah benar sekali: Ini bukan tentang Ratan Tata saja, tapi penjelmaan Pondok Tata. Izinkan saya ulangi apa yang Lakshmi bilang Ya, saya jalan kaki sampai saya berumur 12. Saya kesusahan mendapatkan makanan dua kali sehari masalah yang sangat berat. Ketika saya menyelesaikan SSC saya, kelas sebelas (setara UAN untuk SMA) Saya ranking 11 dari 125.000 siswa. Tapi saya hampir meninggalkan sekolah karena ibu saya terlalu miskin untuk membiayai sekolah saya. dan Dana Tata lah yang memberi saya 6 rupees per bulan, hampir sedolar per bulan selama enam tahun. Begitulah cara saya sampai disini. Berkat Pondok Tata. (tepuk tangan) Inovasi, kasih dan gairah. Mereka memadukan semua itu.
And it was that compassion which bothered them, because when he saw -- in fact, he told me about eight or nine years ago how he was driving his own car -- he drives his own car by the way -- and he saw in the rain, a family like the one that I showed to you getting drenched with an infant. And then he said, "Well, I must give them a car that they can afford, one lakh car, $2,000 car." Of course, as soon as you say something like this people say it is impossible, and that's what was said by Suzuki. He said, oh, probably he is going to build a three-wheeler with stepney. And you can see the cartoon here. Well they didn't build that. They built a proper car. Nano. And mind you, I'm six feet half an inch, Ratan is taller than me, and we have ample space in the front and ample space in the back in this particular car. And incredible car. And of course, nothing succeeds like success; the cynics then turned around, and one after the other they also started saying, "Yes, we also want to make a car in the Nano Segment. We'll manufacture a car in the Nano Segment."
Dan sisi kasih itulah yang mengusik mereka, karena ketika dia melihat -- pernah, dia bilang pada saya delapan sembilan tahun yang lalu ketika sedang mengendarai mobil -- dia menyetir mobilnya sendiri -- dia melihat di tengah hujan, satu keluarga seperti yang baru saya tampilkan basah kuyup terguyur termasuk bayinya. Dia bilang, "Saya harus berikan mereka mobil dengan harga yang bisa mereka jangkau, mobil seharga satu lakh, seharga USD 2000." Tentu saja, mendengar hal seperti ini kebanyakan orang bilang itu mustahil, termasuk Suzuki. Dia bilang, "Oh, mungkin dia hanya mau membuat mobil roda 3 dengan satu ban cadangan" Bisa dilihat di kartun ini. Bukan itu yang mereka buat. Mereka membuat mobil sungguhan. Nano. Dan tahu tidak, saya ini tingginya enam kaki setengah inci, Ratan lebih tinggi lagi, tapi kami punya ruang lega di depan dan ruang lega di belakang. Mobil yang hebat. Tentu saja, ada gula ada semut; yang tadinya sinis berbalik 180 derajat, satu per satu mulai bilang, "Wah, kami juga mau bikin mobil di segment Nano. Kita akan produksi mobil di segmen Nano."
How did this great story unfold, the making of Nano? Let me tell you a bit about it. For example, how we started: Ratan just began with a five-engineer team, young people in their mid-twenties. And he said, "Well, I won't define the vehicle for you, but I will define the cost for you. It is one lakh, 100,000 rupees, and you are to make it within that." And he told them, "Question the unquestionable. Stretch the envelope." And at a point in time, he got so engrossed in the whole challenge, that he himself became a member of the team. Can you believe it? I still am told about this story of that single wiper design in which he participated. Until midnight, he'd be thinking. Early morning he'll be coming back with sort of solutions. But who was the team leader? The team leader was Girish Wagh, a 34 year-old boy in [unclear]. And the Nano team average age was just 27 years.
Bagaimana cerita hebat ini terjadi, terciptanya Nano ? Saya akan ceritakan. Misalnya, bagaimana kami memulainya: Ratan memulai dengan tim yg terdiri dari 5 insinyur anak muda umur 20-an. Dia bilang, "Saya tidak akan jelaskan seperti apa mobilnya, tapi saya tentukan harganya Harganya 1 lakh, 100.000 rupees, buat mobil seharga itu." Dia menambahkan, "Pertanyakan yang tidak mungkin. Hemat apa yang bisa dihemat." Saat itu begitu terlibatnya dia dengan tantangan ini, dia terjun sendiri menjadi anggota timnya. Dapatkah Anda mempercayainya? Saya belum ceritakan tentang wiper tunggal yang dia ikut ciptakan. Dia memeras otak hingga tengah malam. Dan datang dengan berbagai solusi esok paginya Tapi siapa pemimpin timnya ? Pemimpin timnya adalah Girish Wagh, Pria berumur 34 tahunan dari Pura. Dan umur rata-rata anggota tim Nano hanya 27 tahun.
And they did innovation in design and beyond. Broke many norms of the standard conventions for the first time. For example, that a two-cylinder gas engine was used in a car with a single balancer shaft. Adhesives were replacing the rivets. There was a co-creation, a huge co-creation, with vendors and suppliers. All ideas on board were welcome. 100 vendors were co-located adjacent to the plant, and innovative business models for automobile dealerships were developed. Imagine that a fellow who sells cloth, for example, will be selling Nano. I mean, it was incredible innovation. Seeking solutions for non-auto sectors. It was an open innovation, ideas from all over were welcome. The mechanism of helicopters seats and windows was used, by the way, as well as a dashboard that was inspired by two-wheelers. The fuel lines and lamps were as in two-wheelers.
Dan mereka berinovasi dalam rancangan dan segalanya. Melanggar semua aturan baku untuk pertama kalinya. Misalnya ketika motor bakar dua silinder dipakai di mobil dengan poros pengimbang tunggal. Lem menggantikan paku. Ada kerja sama, ada banyak kerja sama dengan pemasok dan penjual. Semua ide diterima. 100 pemasok dibangun dekat pabrik dan lahirlah model bisnis untuk distributor otomotif. Bayangkan orang ini yang biasanya menjual kain, misalnya, jadi jualan Nano. Sungguh inovasi yang hebat Menemukan solusi bagi sektor non-auto. Sebuah inovasi terbuka, ide dari mana saja diterima. Rancangan tempat duduk dan jendela helikopter dipakai, tahu tidak, termasuk dasboardnya itu diilhami kendaraan roda dua. Jalur bahan bakar dan lampunya juga diilhami kendaraan roda dua.
And the crux of the matter was, however, getting more from less. All the time, you have been given an envelope. You can't cross that envelope, which is 100,000 rupees, 2,000 dollars. And therefore, each component had to have a dual functionality. And the seat riser, for example, serving as a mounting for the seat as well as a structural part of the functional rigidity. Half the number of parts are contained in Nano in comparison to a typical passenger car. The length is smaller by eight percent by the way. But the current entry-level cars in comparison to that is eight percent less, but 21 percent more inside space.
Inti dari semuanya adalah mendapatkan lebih banyak menggunakan lebih sedikit. Karena dibatasi pengeluarannya. Yang tidak boleh dilanggar yaitu sebesar 100.000 rupees, 2000 dollar. Maka, setiap komponen harus dwi fungsi. Penopang bangkunya misalnya selain dudukan bangku berfungsi sebagai chassis juga untuk menjaga kegetasan. Hanya diperlukan separo komponen pada Nano dibandingkan mobil yang biasa. Panjangnya lebih pendek 8 persen. Tapi dibandingkan mobil kelas bawah panjang yang 8 persen lebih pendek itu memberikan 21 persen ruang lebih.
And what happened was that -- more from less -- you can see how much more for how much less. When the Model T was launched -- and this is, by the way, all the figures that are adjusted to 2007 dollar prices -- Model T was 19,700 by Ford. Volkswagon was 11,333. And British Motor was around 11,000. And Nano was, bang, 2,000 dollars. This is why you started actually a new paradigm shift, where the same people who could not dream of sitting in a car, who were carrying their entire family in a scooter, started dreaming of being in a car. And those dreams are getting fulfilled. This is a photograph of a house and a driver and a car near my own home. The driver's name is Naran. He has bought his own Nano. And you can see, there is a physical space that has been created for him, parking that car, along with the owner's car, but more importantly, they've created a space in their mind that "Yes, my chauffeur is going to come in his own car and park it." And that's why I call it a transformational innovation. It is not just technological, it is social innovation that we talk about.
Yang terjadi adalah lebih banyak dengan mengurangi Anda bisa lihat berapa lebihnya dari berapa kurangya. Ketika model T diluncurkan -- dan ini, ngomong-ngomong, angka-angkanya semua disesuaikan dengan nilai dollar tahun 2007 -- Model T -nya Ford harganya 19.000 Volkswagon 11.333 British Motor sekitar 11.000 dan Nano, dor, 2000. Ini sebabnya kita memulai perubahan paradigma ketika orang yang sama yang tadinya tidak dapat bermimpi punya mobil, yang mengangkut semua keluarganya dengan sepeda motor, mulai bermimpi bisa punya mobil. Dan mimpi itu terpenuhi. Ini foto sebuah rumah, supir dan mobil dekat rumah saya sendiri. Supirnya bernama Naran. Dia baru beli Nano-nya sendiri. Dan bisa dilihat, ada ruang ekstra yang dibuat untuknya untuk memarkir mobilnya disamping mobil tuannya, tapi yang lebih penting, ada ruang ekstra dalam pikiran tuannya "Wah, supirku datang dengan mobilnya sendiri dan bisa memarkirnya." Inilah yang saya sebut inovasi transformasional. Tidak melulu teknologi, tapi inovasi sosial yg sering kita bicarakan.
And that is where, ladies and gentlemen, this famous theme of getting more from less for more becomes important. I remember talking about this for the first time in Australia, about one and a half years ago, when their academy honored me with a fellowship. And unbelievably, in 40 years, I was the first Indian to be honored. And the title of my talk was therefore "Indian innovation from Gandhi to Gandhian engineering." And I titled this more from less for more and more people as Gandhian engineering. And Gandhian engineering, in my judgment, is the one which is going to take the world forward, is going to make a difference, not just for a few, but for everyone. Let me move from mobility in a car to individual mobility for those unfortunates who have lost their legs. Here is an American citizen and his son having an artificial foot. What is its price? 20,000 dollars. And of course, these feet are so designed that they can walk only on such perfect pavement or roads.
Dan disinilah, bapak ibu sekalian, slogan terkenal ini mendapatkan lebih dengan mengurangi jadi penting. Saya ingat membicarakan ini pertama kali di Australia sekitar satu setengah tahun yg lalu ketika perguruan tinggi mereka menganugrahi saya gelar kesarjanaan. Dan cukup menakjubkan, dalam 40 tahun, saya orang India pertama yg mendapat kehormatan ini. Judul presentasi saya waktu itu karenanya adalah "Inovasi India dari Gandhi ke rekayasa Gandhi." Dan saya perkenalkan konsep lebih banyak dengan lebih sedikit untuk lebih banyak orang ini sebagai rekayasa Gandhi. Rekayasa Gandhi, menurut saya akan memajukan dunia, akan membuat perubahan, tidak hanya bagi beberapa, tapi buat semua orang. Dari mobilitas kendaraan izinkan saya membicarakan mobilitas individu bagi yang kurang beruntung yang kehilangan kakinya. Ini adalah warga Amerika dan putranya menggunakan kaki buatan Berapa harganya ? USD 20.000 Dan kaki buatan ini dirancang hanya untuk berjalan di jalan yang sempurna
Unfortunately, that's not the case in India. You can see him walk barefoot on an awkward land, sometimes in a marshy land, and so on and so forth. More importantly, they not only walk far to work, and not only do they cycle to work, but they cycle for work, as you can see here. And they climb up for their work. You have to design an artificial foot for such conditions. A challenge, of course. Four billion people, their incomes are less then two dollars a day. And if you talk about a 20,000-dollar shoe, you're talking about 10,000 days of income. You just don't have it. And therefore, you ought to look at alternatives.
Sayangnya, di India tidak begitu Anda bisa lihat dia berjalan bertelanjang kaki di tanah yang jelek dan becek dan lain-lain Parahnya lagi, mereka tidak hanya harus berjalan jauh ke tempat bekerja dan bukan hanya mengayuh ke tempat bekerja, tapi kadang mengayuh untuk bekerja, seperti ini. Mereka juga memanjat untuk bekerja. Anda harus merancang kaki buatan untuk kondisi itu. Sebuah tantangan, tentu saja. Empat milyar orang, punya pendapatan kurang dari 2 dollar sehari. Sepatu seharga 20.000 dollar itu setara pendapatan 10.000 hari Tidak mungkin tercapai. Karenanya, harus ada alternatifnya.
And that is how Jaipur Foot was created in India. It had a revolutionary prosthetic fitment and delivery system, a quick molding and modular components, enabling custom-made, on-the-spot limb fitments. You could feel it actually in an hour, by the way, whereas the equivalent other feet took something like a day, as so on. Outer socket made by using heated high-density polyethylene pipes, rather than using heated sheets. And unique high-ankle design and human-like looks, [unclear] and functions. And I like to show how it looks and how it works. (Music) See, he jumps. You can see what stress it must have.
Dan inilah awal berdirinya Jaipur Foot di India. Yang menghasilkan sistem pengepasan dan pengiriman prostetik yang revolusioner, komponen standar dan pengecoran kilat, memungkinkan perangkaian tungkai buatan langsung di tempat. Anda bisa langsung mencobanya dalam hitungan jam dibanding kaki buatan satunya yang membutuhkan waktu sehari. Soket luar dibuat dari pipa HDPE, menggantikan lembaran logam. Dan rancangan tumit tinggi dan tampilan yg mirip asli, tekstur dan fungsinya. Dan saya akan tunjukkan seperti apa dan bagaimana cara kerjanya. (musik) Lihat, dia melompat. Bisa disaksikan tekanan yang terjadi.
(Text: ... any person with a below the knee limb could do this. ... above the limb, yes, it would be difficult ... "Did it hurt?" "No ... not at all." ... he can run a kilometer in four minutes and 30 seconds ...)
(teks... setiap orang dengan kaki utuh dapat melakukan ini. tapi kalau tidak punya tungkai bawah, ini menjadi sulit... "Sakitkah ?" "Tidak... sama sekali tidak." ...dia bisa tempuh satu kilometer dalam empat setengah menit...)
One kilometer in four minutes and 30 seconds. (Applause) So that's what it is all about. And therefore Time took notice of this 28-dollar foot, basically. (Applause) An incredible story.
Satu kilometer dalam empat setengah menit. (tepuk tangan) Itulah maksud saya. Majalah Time mempublikasikan kaki buatan seharga 28 dollar ini. (tepuk tangan) Cerita yang luar biasa.
Let's move on to something else. I've been talking about getting more from less for more. Let's move to health. We've talked about mobility and the rest of it, let's talk about health. What's happening in the area of health? You know, you have new diseases that require new drugs. And if you look at the drug development 10 years ago and now, what has happened? 10 years ago, it used to cost about a quarter billion. Today it costs 1.5 billion dollars. Time taken for moving a molecule to marketplace, after all the human and animal testing, was 10 years, now it is 15 years. Are you getting more drugs because you are spending more time and more money? No, I'm sorry. We used to have 40, now they have come down to 30. So actually we are getting less from more for less and less people. Why less and less people? Because it is so expensive, so very few will be able to basically afford that.
Mari kita bicarakan hal lain. Saya telah banyak membicarakan tentang mendapatkan lebih banyak dari lebih sedikit untuk lebih banyak orang. Mari kita bicara tentang kesehatan. Kita sudah berbicara tentang mobilitas, mari kita berbicara tentang kesehatan. Apa yang terjadi di bidang kesehatan ? Setiap penyakit baru membutuhkan obat baru. Dan kalau dilihat dari perkembangan obat-obatan 10 tahun terakhir apa yang terjadi ? 10 tahun yang lalu, biayanya seperempat milyar. Sekarang 1.5 milyar dolar. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pasar setelah diujikan pada manusia dan hewan adalah 10 tahun, sekarang 15 tahun. Apakah Anda dapat lebih banyak obat karena punya lebih banyak waktu dan uang ? Tidak, maaf. Dulu kita punya 40 sekarang 30. Jadi kita mendapatkan lebihs sedikit dari lebih banyak untuk makin sedikit orang. Kenapa bisa makin sedikit orang ? Karena sangkin mahalnya sehingga sangat sedikit yang mampu membelinya.
Let us just take an example. Psoriasis is very dreadful disease of the skin. The cost of treatment, 20,000 dollars. 1,000-dollar antibody injections under the skin, by the way, and 20 of them. Time for development -- it took around 10 years and 700 million dollars. Let's start in the spirit of more from less and more for more and start putting some targets. For example, we don't want 20,000 dollars; we don't have it. Can we do it [for] 100 dollars? Time for development, not 10 years. We are in a hurry. Five years. Cost of development -- 300 million dollars. Sorry. I can't spend more than 10 million dollars. Looks absolutely audacious. Looks absolutely ridiculous.
Mari kita ambil satu contoh Psoriasis adalah penyakit kulit yang sangat mematikan. Biaya perawatannya USD 20.000. USD 1000 untuk suntikan antibodi dibawah kulit sebanyak 20 kali. Waktu pengembangan -- kurang lebih 10 tahun dan 700 milyar dollar. Mari memulai dengan semangat mendapatkan lebih banyak dari lebih sedikit untuk lebih banyak orang. dan mencanangkan target. Misalnya, kita tidak mau USD 20.000, kami tidak punya. Bisakah didapatkan dengan USD 100 ? Waktu pengembangan, bukan 10 tahun Kita terburu-buru. Lima tahun. Biaya pengembangan -- 300 juta dolar. Maaf, tidak bisa bayar lebih dari 10 juta dollar. Kelihatannya betul-betul nekad. Betul-betul konyol.
You know something? This has been achieved in India. These targets have been achieved in India. And how they have been achieved ... Sir Francis Bacon once said, "When you wish to achieve results that have not been achieved before, it is an unwise fancy to think that they can be achieved by using methods that have been used before." And therefore, the standard process, where you develop a molecule, put it into mice, into men, are not yielding those results -- the billions of dollars that have been spent. The Indian cleverness was using its traditional knowledge, however, scientifically validating it and making that journey from men to mice to men, not molecule to mice to men, you know. And that is how this difference has come. And you can see this blending of traditional medicine, modern medicine, modern science. I launched a big program [unclear] CSIR about nine years ago. He is giving us not just for Psoriasis, for cancer and a whole range of things, changing the whole paradigm. And you can see this Indian Psoriasis breakthrough obtained by this reverse form of [unclear] by doing things differently. You can see before treatment and after treatment. This is really getting more from less for more and more people, because these are all affordable treatments now.
Tahukah Anda? Ini sudah tercapai di India. Target ini sudah tercapai di India. Dan bagaimana cara mencapainya ... Sir Francis Bacon pernah bilang "Ketika Anda mengharapkan hasil yang belum pernah dicapai sebelumnya, adalah tidak bijaksana untuk berpikir semuanya bisa dicapai dengan metode yang telah dipakai sebelumnya." Jadi prosedur baku dimana Anda mengembangkan obat, diuji pada tikus, pada manusia tidak berhasil -- miliaran dollar telah dihabiskan. Kecerdikan orang India adalah menggunakan pengetahuan tradisional, tapi dengan pembuktian ilmiah dan mengujinya dengan manusia, tikus dan ke manusia lagi bukan obat, tikus dan manusia. Itulah yang membuat perbedaan Anda bisa menyaksikan perpaduan obat tradisional, obat modern dan ilmu modern. Saya meluncurkan program besar [tidak jelas] CSIR sekitar 9 tahun yg lalu. Yang memberi jalan tidak hanya bagi Psoriasis, tapi bagi kanker dan lainnya, merubah semua paradigma. Dan terobosan psoriasis India ini didapat dengan bentuk terbalik dari farmakologi dengan melakukannya dengan cara yg berbeda Anda bisa lihat perbandingan sebelum dan sesudah perawatan. Yang didapat makin banyak dengan mengurangi bagi makin banyak orang, karena sekarang perawatan ini terjangkau.
Let me just remind you of what Mahatma Gandhi had said. He had said, "Earth provides enough to satisfy every man's need, but not every man's greed." So the message he was giving us was you must get more from less and less and less so that you can share it for more and more people, not only the current generation, but the future generations. And he also said, "I would prize every invention of science made for the benefit for all." So he was giving you the message that you must have it for more and more people, not just a few people. And therefore, ladies and gentlemen, this is the theme, getting more from less for more. And mind you, it is not getting just a little more for just a little less. It's not about low cost. It's about ultra-low cost. You cannot say it's a mere treatment 10,000 dollars, but because you are poor I'll give it for 9,000. Sorry, it doesn't work. You have to give it for 100 dollars, 200 dollars. Is it possible? It has been made possible, by the way, for certain other different reasons. So you are not talking about low cost, you are talking about ultra-low cost. You are not talking about affordability, you are talking about extreme affordability. Because of the four billion people whose income is under two dollars a day. You're not talking exclusive innovation. You're talking about inclusive innovation. And therefore, you're not talking about incremental innovation, you're talking about disruptive innovation. The ideas have to be such that you think in completely different terms. And I would also add, it is not only getting more from less for more by more and more people, the whole world working for it.
Izinkan saya mengingatkanAnda apa yang dikatakan Mahatma Gandhi. Dia berkata bahwa "Bumi bisa memuaskan kebutuhan setiap manusia, tapi tidak setiap keserakahan manusia." Jadi pesan yg dia sampaikan adalah Anda harus mendapatkan lebih dari sumber yang sesedikit mungkin supaya bisa Anda bagikan pada makin banyak orang tidak hanya generasi sekarang, tapi juga generasi selanjutnya Gandhi juga bilang, "Saya akan hargai setiap penemuan ilmiah yang diperuntukan bagi keuntungan semua orang." Jadi pesannya adalah kita harus berikan pada makin banyak orang bukan hanya beberapa. Karena itu, bapak ibu sekalian, inilah tema kita, mendapatkan lebih banyak dengan lebih sedikit bagi banyak orang. Dan ingat, ini bukan sekedar mendapatkan lebih sedikit dengan mengurangi sedikit. Ini bukan tentang biaya rendah. Tapi biaya super rendah. Ini bukan sekedar bilang untuk perawatan seharga USD 10.000 karena Anda tidak mampu saya berikan USD 9000 Maaf, tidak begitu caranya. Anda harus berikan USD 100, USD 200. Apakah mungkin ? Dapat dimungkinkan dengan alasan yang berbeda. Jadi ini bukan biaya murah, tapi biaya super murah. Kita tidak bicara berbicara tentang keterjangkauan tapi keterjangkauan ekstrim. Karena dari empat milyar orang berpendapatan kurang dari dua dollar per hari. Tidak cukup dengan inovasi eksklusif. Harus dengan inovasi inklusif. Dan karena itu, tidak cukup dengan inovasi bertahap, tapi harus dengan inovasi radikal. Idenya harus sedemikian sehingga memaksa Anda berpikir dengan cara yang sama sekali berbeda. Dan perlu saya tambahkan ini tidak hanya tentang mendapatkan lebih banyak dari lebih sedikit bagi banyak oleh makin banyak orang, seluruh dunia bekerja untuk mewujudkannya.
I was very touched when I saw a breakthrough the other day. You know, incubators for infants, for example. They're not available in Africa. They're not available in Indian villages. And infants die. And incubator costs 2,000 dollars. And there's a 25-dollar incubator giving that performance that had been created. And by whom? By young students from Standford University on an extreme affordability project that they had, basically. Their heart is in the right place, like Ratan Tata. It's not just innovation, compassion and passion -- compassion in the heart and passion in the belly. That's the new world that we want to create. And that is why the message is that of Gandhian engineering.
Saya sangat tersentuh ketika melihat sebuah terobosan tempo hari. Anda tahu, inkubator untuk bayi, misalnya Tidak tersedia di Afrika. Di desa-desa India juga tidak tersedia Dan banyak bayi meninggal karenanya. Harganya USD 2000. Lalu muncul inkubator seharga USD 25 Dengan kualitas yang sama. Siapakah penciptanya? Mahasiswa-mahasiswa universitas Standford dengan proyek beranggaran rendah. Nurani mereka ada di tempat yang benar, seperti Ratan Tata. Ini bukan hanya tentang inovasi, kasih dan gairah -- Kasih di hati dan gairah di perut. Itu dunia baru yang ingin kita ciptakan. Yang menjadi landasan rekayasa Gandhi.
Ladies and gentlemen, I'd like to end before time. I was also afraid of those 18 minutes. I've still one and a half to go. The message, the final message, is this: India gave a great gift to the world. What was that? [In the] 20th century, we gave Gandhi to the world. The 21st century gift, which is very, very important for the whole world, whether it is global economic meltdown, whether it is climate change -- any problem that you talk about is gaining more from less for more and more -- not only the current generations, for the future generations. And that can come only from Gandhian engineering. So ladies and gentlemen, I'm very happy to announce, this gift of the 21st century to the world from India, Gandhian engineering.
Bapak ibu sekalian, saya ingin mengakhiri sebelum waktunya. Saya juga takut pada batas 18 menit itu. Saya masih punya satu setengah menit. Pesannya, pesan terakhirnya, adalah ini : India telah banyak memberkahi dunia. Apa saja itu? Di abad-20, kami berikan Gandhi pada dunia. Berkah di abad-21 yang sangat, sangat penting bagi dunia, baik untuk mengatasi runtuhnya ekonomi global untuk perubahan cuaca -- untuk masalah apa saja dapat diatasi dengan prinsip mendapat lebih dengan mengurangi bagi yang banyak tidak hanya generasi sekarang, tapi juga untuk generasi mendatang. Dan itu hanya bisa terwujud dengan rekayasa Gandhi. Jadi Bapak Ibu sekalian, dengan bahagia saya umumkan, berkah di abad ke-21 pada dunia dari India, Rekayasa Gandhi.
(Applause)
(tepuk tangan)
Lakshmi Pratury: Thank you, Dr. Mashelkar. (R.A. Mashelkar: Thank you very much.)
Lakshmi Pratury: Terima kasih Dr. Masheikar. (R.A Masheikar: Terima kasih banyak)
LP: A quick question for you. Now, when you were a young boy in this school, what were your thoughts, like what did you think you could become? What do you think that drove you? Was there a vision you had? What is it that drove you?
LP: Satu pertanyaan kilat buat Anda. Semasa kecil di sekolah, apa yang Anda pikirkan, misalnya, apa cita-cita Anda ? Apa yang menggerakkan Anda ? Apakah suatu ilham ? Apa yang memotivasi Anda ?
RAM: I'll tell you a story that drove me, that transformed my life. I remember, I went to a poor school, because my mother could not gather the 21 rupees, that half a dollar that was required within the stipulated time. It was [unclear] high school. But it was a poor school with rich teachers, honestly. And one of them was [unclear] who taught us physics. One day he took us out into the sun and tried to show us how to find the focal length of a convex lens. The lens was here. The piece of paper was there. He moved it up and down. And there was a bright spot up there. And then he said, "This is the focal length." But then he held it for a little while, Lakshmi. And then the paper burned. When the paper burned, for some reason he turned to me, and he said, "Mashelkar, like this, if you do not diffuse your energies, if you focus your energies, you can achieve anything in the world." That gave me a great message: focus and you can achieve. I said, "Whoa, science is so wonderful, I have to become a scientist." But more importantly, focus and you can achieve. And that message, very frankly, is valuable for society today.
RAM: Saya ceritakan apa yang menggerakkan saya, yang mengubah hidup saya. Saya ingat, saya pergi ke sekolah yang miskin, karena ibu saya tidak bisa membayar 21 rupees, satu setengah dollar yang diperlukan dalam batas waktu yang ditentukan. Waktu itu saya sudah SMA. Sekolahnya miskin tapi guru-gurunya kaya. Salah satunya adalah yang mengajar fisika. Suatu hari dia mengajak kami ke bawah sinar matahari dan mencoba menunjukkan pada kami bagaimana cara mencari jarak fokus lensa cekung Lensanya di sini. Kertas di sana. Dia menggerakkannya naik turun. Lalu ketika muncul titik yang terang di kertas, dia berkata, "Ini jarak fokusnya." Dia memegangnya cukup lama, Laksmi Dan kertasnya terbakar. Ketika kertas itu terbakar, entah mengapa, guru itu berpaling pada saya, dan berkata, "Mashelkar, seperti kertas ini, kalau kamu tidak hamburkan energimu, kalau kamu fokuskan energimu, kamu bisa meraih apa saja di dunia ini." Itu pesan yang mendalam buat saya. Fokus dan kamu bisa meraihnya. Saya bilang,"Wah ilmu pengetahuan itu sungguh keren, saya harus menjadi ilmuwan." Tapi yang lebih penting, fokus dan Anda bisa mencapainya. Pesan itu, terus terang, sangat berharga buat masyarakat sekarang.
What does that focal length do? It has parallel lines, which are sun rays. And the property of parallel lines is that they never meet. What does that convex lens do? It makes them meet. This is convex lens leadership. You know what today's leadership is doing? Concave length. They divide them farther. So I learned the lesson of convex lens leadership from that. And when I was at National Chemical Laboratory [unclear]. When I was at Council of Scientific Industry Research -- 40 laboratories -- when two laboratories were not talking to each other, I would [unclear]. And currently I'm president of Global Research Alliance, 60,000 scientists in nine counties, right from India to the U.S. I'm trying to build a global team, which will look at the global grand challenges that the world is facing. That was the lesson. That was the inspirational moment.
Apa yang jarak fokus itu lakukan ? Sinar matahari itu merupakan garis-garis sejajar. Sifat dari garis sejajar adalah mereka tidak pernah bertemu. Apa yang lensa cekung lakukan ? Mempertemukan garis-garis sejajar itu. Seperti lensa cekung itulah mestinya sebuah kepemimpinan. Tahukah Anda apa yang dilakukan pemimpin sekarang ? Seperti lensa cembung. Membiaskan semuanya makin jauh. Jadi saya belajar kepemimpinan seperti lensa cekung dari itu. Ketika saya masih di Laboratorium Kimia Nasional [tidak jelas]. Ketika saya di Dewan Riset Ilmu Pengetahuan Industri -- 40 laboratorium -- ketika dua laboratorium tidak berkomunikasi, saya akan menjembataninya. dan saat ini saya presiden persekutuan riset global, 60.000 ilmuwan dari sembilan negara, dari India hingga AS. Saya mencoba membangun tim global yang akan mengkaji tantangan global dahsyat yang dihadapi dunia. itulah pelajarannya. itulah momen penuh ilham
LP: Thank you very much. (RAM: Thank you.)
LP: Terima kasih banyak. (RAM: Terima kasih)
(Applause)
(Tepuk tangan)