The world is getting closer to achieving one of the most important public health goals of our time: eradicating HIV. And to do this, we won’t even have to cure the disease. We simply have to stop HIV from being transmitted until eventually it fizzles out.
Dunia semakin dekat ke pencapaian kesehatan umum yang terbesar pada waktu kita: memusnahkan HIV. Dan untuk melakukan ini, kita tidak usah menyembuhkan penyakitnya. Kita hanya harus menghentikan penyebaran HIV sehingga HIV musnah sendiri.
Once, this goal would have seemed impossible. HIV has caused millions of deaths and is one of the most devastating diseases that humanity has ever known. But we’re now at a point where new advances such as one-pill, once-a-day medications are helping us tackle HIV in effective ways.
Dulu, sasaran ini terlihat mustahil. HIV telah menyebabkan jutaan kematian, dan merupakan salah satu penyakit paling buruk yang pernah dihadapi umat manusia. Namun kita sekarang berada di titik di mana kemajuan baru seperti pil, pengobatan sehari sekali membantu kita mengalahkan HIV dalam cara efektif.
HIV is a retrovirus– meaning it integrates copies of itself into an infected cell’s DNA, allowing it to replicate and infect other cells. HIV has evolved numerous ways to evade the human immune system, which makes it difficult to cure.
HIV merupakan retrovirus- yang berarti HIV menggabungkan tiruan dari virusnya ke DNA sel terinfeksi, agar bisa membuat replika dan menginfeksi sel-sel lain. HIV telah berevolusi dengan berbagai cara untuk melawan sistem imun manusia, yang membuatnya susah untuk disembuhkan.
But by developing ways to block HIV replication, we can stop the spread of HIV itself. That’s where antiretrovirals– a.k.a. ARVs– come in. ARVs are a group of drugs which work in different ways to combat HIV. Some block HIV’s access into immune cells, and others work by stopping the virus itself from replicating.
Tetapi dengan mengembangkan cara untuk menghalangi replikasi HIV, kita bisa mengentikan penyebaran HIV. Itu perannya obat antiretrovirus- atau ARV. ARV merupakan sekelompok obat yang bekerja dalam cara berbeda untuk melawan HIV. Ada yang menghalangi akses HIV ke sel imun, dan ada yang bekerja dengan menghentikan virusnya dari mereplikasi.
ARVs also work preventatively in people who don’t have HIV. This type of approach is called pre-exposure prophylaxis, or PrEP. PrEP works by accumulating in a person’s body and preventing HIV from establishing itself. That means an HIV-negative person who may be at risk of contracting the disease can take certain ARVs to protect themselves, before they become exposed.
ARV juga bekerja secara preventatif dalam orang yang tidak mempunyai HIV. Pendekatan macam ini bernama profilaksis prapajanan, atau PrEP PrEP bertumpuk sedikit demi sedikit dalam tubuh seseorang, dan menghentikan HIV sebelum HIV menetapkan diri di tubuh. Itu berarti seseorang yang tidak memiliki HIV yang rawan terhadap HIV bisa menggunakan ARV tertentu untuk melindungi dir sendiri sebelum terkena HIV.
Here’s where it gets especially interesting: In people with HIV, ARVs can also dramatically reduce HIV transmission. This is called “Treatment as Prevention.”
Di sini mulainya hal-hal menarik: ARV bisa menurunkan transmisi HIV dalam penderita HIV. Ini bernama "Pengobatan sebagai Pencegahan."
On a global scale, this has the potential to end the HIV epidemic. It’s based on the idea that someone with HIV who takes ARV’s can lower the virus level in their bodies until it becomes undetectable. That doesn’t mean the virus is gone; it could still be lurking within cells, ready to reactivate if treatment stops. But so long as it’s kept dormant with drugs, HIV remains undetectable. And when HIV is undetectable, it’s untransmittable, too.
Pada skala global, ini berpotensi mengakhiri wabah HIV. Pada dasarnya, penderia HIV yang menggunakan ARV bisa menurunkan tingkat virus dalam tubuhnya hingga tak terdeteksi lagi. Itu bukan berarti virusnya hilang; bisa saja masih ada dalam sel-sel, siap hidup kembali saat pengobatan berhenti. Namun, asal virusnya tetap terpendam menggunakan obat, HIV tidak bisa dideteksikan. Dan saat HIV tidak bisa dideteksi, HIV tidak bisa disebar juga.
In theory this means that by testing everyone who’s at risk of HIV and treating those who test positive, we could stop transmission and eventually eradicate HIV.
Pada dasarnya, ini berarti bahwa menguji setiap orang yang rawan terkena HIV dan mengobati mereka yang mempuyai HIV, kita bisa mengentikan penyebaran dan akhirnya membasmi HIV.
In the real world, however, things are more complex. Many at-risk HIV negative people across the world do not have access to PrEP or ARVs, and those who are HIV positive may experience challenges to taking ARVs. These problems are often greatest in countries where the burden of HIV is highest. Getting these medications depends on access to a functioning healthcare system– and this isn’t something everyone has. That’s part of the reason why stopping the spread of HIV for good will require a significant investment of resources to improve those systems. One study carried out by the UNAIDS estimated that between 20-30 billion dollars per year would be needed to achieve a nearly 90% reduction in new HIV infections by 2030. This investment would ensure more people would get tested in the first place, and more would be able to access and maintain treatment. Achieving this goal and improving healthcare in general is in everyone’s best interest, from individual people to society as a whole.
Dalam kehidupan yata, sayangnya, masalahnya jauh lebih rumit. Banyak orang yang rawan terkena HIV di seluruh dunia tidak mempunyai akses ke PrEP atau ARV, dan mereka yang memiliki HIV cenderung menghadapi kesulitan saat menggunakan ARV. Masalah ini sering ditemui dalam negara-negara di mana banyak orang terkena HIV. Mendapatkan pengobatan tergantung pada adanya sistem kesehatan yang berjalan– yang tidak dimiliki semua orang. Itu salah satu alasan mengapa membasmi HIV akan membutuhkan investasi sumber daya besar untuk memperbaiki sistem tersebut. Satu penelitian yang dilakukan oleh UNAIDS memperkirakan bahwa sekitar 20-30 miliar dolar per tahun akan diperlukan untuk menurunkan infeksi HIV pada tahun 2030 sebesar 90%. Investasi ini akan memastikan bahwa lebih banyak orang akan diuji, dan lebih banyak orang bisa mengakses dan mendapat pengobatan. Mencapai tujuan ini dan memperbaiki kesehatan umum menjadi keinginan semua orang, dari orang individu hingga masyarakat sebagai keseluruhan.
We have roadmaps that could allow us to bring the HIV epidemic to an end in the near future, with the possibility of eradicating the disease altogether several generations in the future. In the period from 1996 to 2017 we almost halved the number of new HIV infections, and for the millions of people who still live with the virus, ARV treatments enable most to lead long and healthy lives. With continued and increased investments, we can get transmission rates low enough to end HIV once and for all. A world without HIV is no longer inconceivable: it’s closer than ever.
Kita sudah mempunyai gambaran untuk bagaimana menghentikan wabah HIV dalam waktu dekat, dengan kemungkinan menghilangkan HIV untuk selama-lamanya beberapa generasi di masa depan. Dalam periode antara 1996 hingga 2017, kita hampir memotong jumlah infeksi baru HIV menjadi setengah, dan untuk jutaan orang yang masih hidup dengan virusnya, pengobatan ARV membantu memanjangkan dan menyehatkan kehidupan. Dengan investasi yang terus menerus, kita bisa menurunkan tingkat transmisi agar bisa mengakhiri HIV unutk selamanya. Dunia tanpa HIV sekarang sudah tidak mustahil lagi: justru malah semakin dekat.