Okay, now I don't want to alarm anybody in this room, but it's just come to my attention that the person to your right is a liar.
Baiklah, saya tidak ingin memperingatkan Anda di ruangan ini namun ini menarik perhatian saya
(Laughter)
bahwa orang di sebelah kanan Anda adalah pembohong.
Also, the person to your left is a liar. Also the person sitting in your very seats is a liar. We're all liars. What I'm going to do today is I'm going to show you what the research says about why we're all liars, how you can become a liespotter and why you might want to go the extra mile and go from liespotting to truth seeking, and ultimately to trust building.
(Tawa) Orang di sebelah kiri Anda juga pembohong. Juga Anda sendiri adalah pembohong. Kita semua pembohong. Yang akan saya lakukan hari ini adalah menunjukkan apa yang dikatakan penelitian tentang mengapa kita semua adalah pembohong, bagaimana Anda bisa mengenali pembohong, dan mengapa Anda mungkin ingin berusaha beralih dari mengenali kebohongan menjadi mencari kebenaran, dan akhirnya membangun kepercayaan.
Now, speaking of trust, ever since I wrote this book, "Liespotting," no one wants to meet me in person anymore, no, no, no, no, no. They say, "It's okay, we'll email you."
Berbicara tentang kepercayaan, sejak saya menulis buku ini, "Liespotting," tidak ada lagi yang mau bertemu saya secara langsung. Mereka berkata, "Tidak apa-apa, kami akan mengirim surat elektronik."
(Laughter)
(Tawa)
I can't even get a coffee date at Starbucks. My husband's like, "Honey, deception? Maybe you could have focused on cooking. How about French cooking?"
Saya bahkan tidak bisa berkencan sambil minum di Starbucks. Suami saya berkata, "Sayang, penipuan? Mungkin kau bisa berfokus pada memasak. Bagaimana dengan masakan Perancis?"
So before I get started, what I'm going to do is I'm going to clarify my goal for you, which is not to teach a game of Gotcha. Liespotters aren't those nitpicky kids, those kids in the back of the room that are shouting, "Gotcha! Gotcha! Your eyebrow twitched. You flared your nostril. I watch that TV show 'Lie To Me.' I know you're lying." No, liespotters are armed with scientific knowledge of how to spot deception. They use it to get to the truth, and they do what mature leaders do everyday; they have difficult conversations with difficult people, sometimes during very difficult times. And they start up that path by accepting a core proposition, and that proposition is the following: Lying is a cooperative act. Think about it, a lie has no power whatsoever by its mere utterance. Its power emerges when someone else agrees to believe the lie.
Jadi sebelum saya mulai, yang ingin saya lakukan adalah menjelaskan tujuan saya, bukan mengajarkan permainan "Kena kau!" Mengenali kebohongan bukanlah anak-anak itu, anak-anak rewel di belakang yang berteriak, "Kena! Kena!" Alis Anda berkedut, lubang hidung Anda bertambah besar. Saya menonton acara TV "Berbohong padaku," "Aku tahu kau berbohong." Tidak, pengenal kebohongan dipersenjatai dengan pengetahuan ilmiah tentang cara mengenali kebohongan. Mereka menggunakannya untuk mencari kebenaran dan melakukan apa yang dilakukan pemimpin yang dewasa setiap hari; mereka melakukan perbincangan yang sulit dengan orang-orang yang sulit, terkadang dalam masa yang sulit. Dan mereka memulai perjalanan itu dengan menerima sebuah preposisi utama, dan preposisi itu adalah Berbohong adalah suatu kerja sama. Pikirkanlah, kebohongan tidak memiliki kekuatan jika hanya dari ucapan saja. Kekuatannya tumbuh saat orang lain setuju untuk mempercayai kebohongan itu.
So I know it may sound like tough love, but look, if at some point you got lied to, it's because you agreed to get lied to. Truth number one about lying: Lying's a cooperative act. Now not all lies are harmful. Sometimes we're willing participants in deception for the sake of social dignity, maybe to keep a secret that should be kept secret, secret. We say, "Nice song." "Honey, you don't look fat in that, no." Or we say, favorite of the digiratti, "You know, I just fished that email out of my Spam folder. So sorry."
Saya tahu ini terdengar seperti ketangguhan cinta, namun, jika pada suatu titik Anda dibohongi, itu karena Anda setuju untuk dibohongi. Fakta nomor satu tentang berbohong: Berbohong adalah suatu kerja sama. Tidak semua kebohongan itu buruk. Terkadang kita ambil bagian dalam kebohongan dengan sukarela demi martabat sosial, mungkin untuk menjaga rahasia yang sebaiknya tetap menjadi rahasia. Kita berkata, "Lagu yang indah." "Sayang, kau tidak terlihat gemuk saat memakainya." Atau, favorit bagi para pecinta teknologi, "Oh, saya baru mengambil email itu dari folder spam saya. Maaf."
But there are times when we are unwilling participants in deception. And that can have dramatic costs for us. Last year saw 997 billion dollars in corporate fraud alone in the United States. That's an eyelash under a trillion dollars. That's seven percent of revenues. Deception can cost billions. Think Enron, Madoff, the mortgage crisis. Or in the case of double agents and traitors, like Robert Hanssen or Aldrich Ames, lies can betray our country, they can compromise our security, they can undermine democracy, they can cause the deaths of those that defend us.
Namun ada kalanya kita menjadi peserta kebohongan dengan terpaksa. Dan hal itu dapat menyebabkan kerugian besar. Tahun lalu kerugian karena penipuan perusahaan di Amerika Serikat saja mencapai 997 miliar dolar. Hanya sedikit di bawah 1 triliun dolar. 7 persen dari pendapatan. Kerugian akibat penipuan dapat mencapai jutaan dolar. Bayangkan Enron, Madoff, krisis kredit perumahan. Atau dalam kasus agen ganda dan penipu seperti Robert Hanssen atau Aldrich Ames, kebohongan dapat mengkhianati negara, dapat membahayakan keamanan kita, dapat merusak demokrasi, dapat menyebabkan kematian mereka yang melindungi kita.
Deception is actually serious business. This con man, Henry Oberlander, he was such an effective con man, British authorities say he could have undermined the entire banking system of the Western world. And you can't find this guy on Google; you can't find him anywhere. He was interviewed once, and he said the following. He said, "Look, I've got one rule." And this was Henry's rule, he said, "Look, everyone is willing to give you something. They're ready to give you something for whatever it is they're hungry for." And that's the crux of it. If you don't want to be deceived, you have to know, what is it that you're hungry for?
Penipuan adalah bisnis serius. Si penipu ini, Henry Oberlander, benar-benar penipu yang sangat efektif. Pemerintah Inggris mengatakan dia dapat merusak seluruh sistem perbankan di dunia Barat. Anda tidak bisa mencari orang ini di Google dan di manapun. Dia pernah diwawancarai sekali dan dia mengatakan, "Lihatlah. Saya punya satu hukum." Dia mengatakan itu adalah Hukum Henry. "Semua orang mau memberimu sesuatu. Mereka siap memberi sesuatu untuk apapun yang mereka inginkan." Dan itulah intinya. Jika Anda tidak ingin tertipu, Anda harus tahu apa yang Anda inginkan?
And we all kind of hate to admit it. We wish we were better husbands, better wives, smarter, more powerful, taller, richer -- the list goes on. Lying is an attempt to bridge that gap, to connect our wishes and our fantasies about who we wish we were, how we wish we could be, with what we're really like. And boy are we willing to fill in those gaps in our lives with lies.
Kita semua tidak suka mengakuinya. Kita berharap kita menjadi suami atau istri yang lebih baik, lebih cerdas, lebih kuat, lebih tinggi, lebih kaya -- dan seterusnya. Berbohong adalah usaha untuk menjembatani celah itu untuk menghubungkan harapan dan khayalan kita tentang siapa dan bagaimana orang yang kita inginkan dengan kita yang sebenarnya. Dan kita mau mengisi celah itu di dalam hidup kita dengan kebohongan.
On a given day, studies show that you may be lied to anywhere from 10 to 200 times. Now granted, many of those are white lies. But in another study, it showed that strangers lied three times within the first 10 minutes of meeting each other.
Setiap harinya, penelitian menunjukkan bahwa Anda mungkin berbohong sebanyak 10 hingga 200 kali. Kini, kebanyakan kebohongan itu untuk kebaikan. Namun penelitian lain menunjukkan bahwa orang asing berbohong 3 kali dalam 10 menit pertama pertemuannya dengan orang baru.
(Laughter)
(Tawa)
Now when we first hear this data, we recoil. We can't believe how prevalent lying is. We're essentially against lying. But if you look more closely, the plot actually thickens. We lie more to strangers than we lie to coworkers. Extroverts lie more than introverts. Men lie eight times more about themselves than they do other people. Women lie more to protect other people. If you're an average married couple, you're going to lie to your spouse in one out of every 10 interactions. Now, you may think that's bad. If you're unmarried, that number drops to three.
Saat pertama mengetahui data ini, kita mundur. Kita tidak dapat percaya begitu lazimnya kebohongan itu Pada dasarnya kita menentang kebohongan. Namun jika Anda melihat lebih dekat, alurnya menjadi semakin kental. Kita lebih banyak berbohong kepada orang asing dibandingkan rekan kerja. Orang ekstrovert lebih banyak berbohong dibandingkan introvert. Pria berbohong delapan kali lebih banyak tentang diri sendiri daripada tentang orang lain. Wanita lebih banyak berbohong untuk melindungi orang lain. Pasangan suami istri biasa berbohong kepada pasangannya pada satu dari 10 interaksi. Anda mungkin berpikir hal itu buruk. Jika Anda belum menikah, angka itu menurun menjadi 3.
Lying's complex. It's woven into the fabric of our daily and our business lives. We're deeply ambivalent about the truth. We parse it out on an as-needed basis, sometimes for very good reasons, other times just because we don't understand the gaps in our lives. That's truth number two about lying. We're against lying, but we're covertly for it in ways that our society has sanctioned for centuries and centuries and centuries. It's as old as breathing. It's part of our culture, it's part of our history. Think Dante, Shakespeare, the Bible, News of the World.
Kerumitan berbohong. Semua itu tertenun di dalam kehidupan sehari-hari dan bisnis kita. Kita benar-benar mempertentangkan kenyataan. Kita menguraikannya saat diperlukan, terkadang untuk alasan yang bagus, terkadang hanya karena kita tidak mengerti celah dalam hidup kita. Itulah kenyataan kedua tentang berbohong. Kita menentang kebohongan namun kita diam-diam mendukungnya dengan cara di mana masyarakat kita telah menyetujuinya selama berabad-abad. Berbohong sama tuanya dengan bernafas. Itu bagian dari budaya dan sejarah kita. Bayangkan Dante, Shakespeare,
(Laughter)
Alkitab, Berita Dunia.
Lying has evolutionary value to us as a species.
(Tawa)
Researchers have long known that the more intelligent the species, the larger the neocortex, the more likely it is to be deceptive. Now you might remember Koko. Does anybody remember Koko the gorilla who was taught sign language? Koko was taught to communicate via sign language. Here's Koko with her kitten. It's her cute little, fluffy pet kitten. Koko once blamed her pet kitten for ripping a sink out of the wall.
Berbohong memiliki nilai evolusi bagi kita sebagai spesies. Para peneliti sudah lama tahu bahwa semakin cerdas sebuah spesies, semakin besar neokorteks, semakin besar kemungkinan menjadi pembohong. Anda mungkin ingat pada Koko. Apa ada yang ingat Koko si gorila yang diajarkan bahasa tubuh? Koko diajarkan berkomunikasi dengan bahasa tubuh. Inilah Koko dengan anak kucingnya. Anak kucing kecil dan imut peliharaannya. Koko pernah menyalahkan kucing peliharaannya
(Laughter)
telah mencabut wastafel dari dinding.
We're hardwired to become leaders of the pack. It's starts really, really early. How early? Well babies will fake a cry, pause, wait to see who's coming and then go right back to crying. One-year-olds learn concealment.
(Tawa) Kita telah terprogram untuk menjadi pemimpin kelompok ini. Semuanya dimulai sejak sangat awal. Seberapa awal? Bayi akan berpura-pura menangis, berhenti, melihat siapa yang datang dan mulai menangis kembali. Anak satu tahun belajar menyembunyikan sesuatu.
(Laughter)
(Tawa)
Two-year-olds bluff. Five-year-olds lie outright. They manipulate via flattery. Nine-year-olds, masters of the cover-up. By the time you enter college, you're going to lie to your mom in one out of every five interactions. By the time we enter this work world and we're breadwinners, we enter a world that is just cluttered with Spam, fake digital friends, partisan media, ingenious identity thieves, world-class Ponzi schemers, a deception epidemic -- in short, what one author calls a post-truth society. It's been very confusing for a long time now.
Anak dua tahun mencoba mengelabui. Anak lima tahun berbohong. Mereka menipu dengan sanjungan. Anak sembilan tahun, unggul dalam menutupi sesuatu. Saat Anda masuk universitas, Anda berbohong kepada ibu Anda dalam 1 dari 5 interaksi. Saat Anda masuk dunia kerja dan menjadi pencari nafkah, kita memasuki dunia yang kacau karena sampah, sahabat digital palsu, media partisan, pencuri identitas yang terampil. skema Ponzi kelas dunia, wabah penipuan -- singkatnya, apa yang disebut seorang pengarang masyarakat pasca-kebenaran. Ini telah sangat membingungkan untuk waktu yang lama.
What do you do? Well, there are steps we can take to navigate our way through the morass. Trained liespotters get to the truth 90 percent of the time. The rest of us, we're only 54 percent accurate. Why is it so easy to learn? There are good liars and bad liars. There are no real original liars. We all make the same mistakes. We all use the same techniques. So what I'm going to do is I'm going to show you two patterns of deception. And then we're going to look at the hot spots and see if we can find them ourselves. We're going to start with speech.
Apa yang Anda lakukan? Ada langkah-langkah yang dapat kita ambil untuk mencari jalan melalui kekacauan ini. Pengenal kebohongan terlatih dapat tepat hingga 90 persen. Sisanya hanya tepat dalam 54 persen. Mengapa begitu mudah untuk belajar? Ada pembohong yang baik dan buruk. Tidak ada pembohong yang asli. Kita semua berbuat kesalahan. Kita memakai teknik yang sama. Jadi yang ingin saya lakukan adalah menunjukkan dua pola penipuan. Lalu kita akan melihat intinya dan menguji apakah kita dapat menemukannya sendiri. Kita akan mulai dengan pidato. (Video) Bill Clinton: Saya ingin Anda semua mendengar.
(Video) Bill Clinton: I want you to listen to me. I'm going to say this again. I did not have sexual relations with that woman, Miss Lewinsky. I never told anybody to lie, not a single time, never. And these allegations are false. And I need to go back to work for the American people. Thank you.
Saya akan mengatakannya lagi. Saya tidak memiliki hubungan seksual dengan wanita itu, Nona Lewinsky. Saya tidak pernah menyuruh siapapun berbohong, tidak sekalipun, tidak pernah. Dan semua tuduhan itu palsu. Dan saya harus kembali bekerja untuk rakyat Amerika. Terima kasih.
(Applause)
Pamela Meyer: Okay, what were the telltale signs? Well first we heard what's known as a non-contracted denial. Studies show that people who are overdetermined in their denial will resort to formal rather than informal language. We also heard distancing language: "that woman." We know that liars will unconsciously distance themselves from their subject, using language as their tool. Now if Bill Clinton had said, "Well, to tell you the truth ..." or Richard Nixon's favorite, "In all candor ..." he would have been a dead giveaway for any liespotter that knows that qualifying language, as it's called, qualifying language like that, further discredits the subject. Now if he had repeated the question in its entirety, or if he had peppered his account with a little too much detail -- and we're all really glad he didn't do that -- he would have further discredited himself.
Pamela Meyer: Baiklah, apa tanda-tandanya? Pertama kita mendengar apa yang disebut pengingkaran non-kontraksi. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang terlalu gigih mengingkari sesuatu akan menggunakan bahasa formal, bukan informal. Kita juga mendengar bahasa yang menjauhkan "wanita itu." Kita tahu bahwa pembohong dengan tidak sadar menjauhkan dirinya dari subjeknya menggunakan bahasa sebagai alat. Jika Bill Clinton berkata, "Sebenarnya ... " atau favorit Richard Nixon, "Dengan segala kejujuran ... " itu adalah pemberitahuan yang benar-benar jelas bagi pengenal kebohongan manapun bahwa bahasa penyisihan, sebagaimana disebut, bahasa penyisihan seperti itu akan lebih menyudutkan subjeknya. Kini jika dia mengulangi seluruh pertanyaan itu tentang apa dia membumbuinya dengan terlalu rinci -- dan kita sangat senang dia tidak melakukannya -- dia akan lebih menyudutkan dirinya sendiri.
Freud had it right. Freud said, look, there's much more to it than speech: "No mortal can keep a secret. If his lips are silent, he chatters with his fingertips." And we all do it no matter how powerful you are. We all chatter with our fingertips. I'm going to show you Dominique Strauss-Kahn with Obama who's chattering with his fingertips.
Freud benar. Freud berkata, ada lebih banyak hal daripada sekedar pidato: "Tidak ada makhluk fana yang dapat menjaga rahasia. Jika bibirnya diam, ujung jarinya berbicara." Dan kita melakukannya tidak peduli seberapa kuat kita. Kita semua berbicara dengan ujung jari kita. Saya akan menunjukkan Dominique Strauss-Kahn dan Obama yang mengobrol dengan ujung jari mereka.
(Laughter)
(Tawa)
Now this brings us to our next pattern, which is body language. With body language, here's what you've got to do. You've really got to just throw your assumptions out the door. Let the science temper your knowledge a little bit. Because we think liars fidget all the time. Well guess what, they're known to freeze their upper bodies when they're lying. We think liars won't look you in the eyes. Well guess what, they look you in the eyes a little too much just to compensate for that myth. We think warmth and smiles convey honesty, sincerity. But a trained liespotter can spot a fake smile a mile away. Can you all spot the fake smile here? You can consciously contract the muscles in your cheeks. But the real smile's in the eyes, the crow's feet of the eyes. They cannot be consciously contracted, especially if you overdid the Botox. Don't overdo the Botox; nobody will think you're honest.
Hal ini membawa kita kepada pola berikutnya yaitu bahasa tubuh. Dengan bahasa tubuh, inilah yang harus Anda lakukan. Anda benar-benar harus membuang semua anggapan Anda itu. Biarkan pengetahuan sedikit melunakkan pengetahuan Anda. Karena kita berpikir pembohong terus menerus gelisah. Sebenarnya para pembohong telah dikenal tidak akan menggerakkan bagian tubuh atasnya saat berbohong. Kita berpikir pembohong tidak akan melihat mata Anda. Sebenarnya para pembohong melihat mata Anda sedikit terlalu banyak untuk mengimbangi mitos itu. kita berpikir kehangatan dan senyuman menyatakan kejujuran, ketulusan. Namun pengenal kebohongan terlatih dapat melihat senyuman palsu dari jarak 1 mil. Dapatkah Anda mengenali senyuman palsu di sini? Anda dapat dengan sadar mengerutkan otot-otot di pipi Anda. Namun senyuman sebenarnya ada di mata. Mata tidak dapat dikerutkan dengan sadar, terutama jika Anda berlebihan memakai Botox.
Now we're going to look at the hot spots. Can you tell what's happening in a conversation? Can you start to find the hot spots to see the discrepancies between someone's words and someone's actions? Now, I know it seems really obvious, but when you're having a conversation with someone you suspect of deception, attitude is by far the most overlooked but telling of indicators.
Jangan berlebihan memakai Botox, tidak ada yang akan menganggap Anda jujur. Kini kita akan melihat pada titik utamanya. Tahukah Anda apa yang terjadi dalam percakapan? Dapatkah Anda mulai menemukan titik untuk melihat perbedaan di antara kata-kata dan tindakan seseorang? Saya tahu ini tampak sudah jelas namun saat Anda bercakap-cakap dengan seseorang yang Anda curigai berbohong, perilaku sejauh ini masih menjadi tanda yang paling banyak dilewatkan.
An honest person is going to be cooperative. They're going to show they're on your side. They're going to be enthusiastic. They're going to be willing and helpful to getting you to the truth. They're going to be willing to brainstorm, name suspects, provide details. They're going to say, "Hey, maybe it was those guys in payroll that forged those checks." They're going to be infuriated if they sense they're wrongly accused throughout the entire course of the interview, not just in flashes; they'll be infuriated throughout the entire course of the interview. And if you ask someone honest what should happen to whomever did forge those checks, an honest person is much more likely to recommend strict rather than lenient punishment.
Orang yang jujur akan mau bekerja sama. Mereka akan menunjukkan mereka ada di pihak Anda. Mereka akan antusias. mereka akan mau membantu Anda mendapatkan kebenaran. Mereka akan mau berpikir, menyebut tersangka, menyediakan rincian. Mereka akan berkata, "Hei, mungkin orang di bagian gaji itu yang memalsukan cek ini." Mereka akan merasa marah jika mereka merasa dituduh selama proses wawancara ini, bukan hanya sesaat, mereka akan merasa marah selama wawancara ini. Dan jika Anda bertanya pada orang yang jujur apa yang harus dilakukan pada siapapun pemalsu cek itu orang yang jujur akan lebih mungkin mengusulkan hukuman yang lebih berat.
Now let's say you're having that exact same conversation with someone deceptive. That person may be withdrawn, look down, lower their voice, pause, be kind of herky-jerky. Ask a deceptive person to tell their story, they're going to pepper it with way too much detail in all kinds of irrelevant places. And then they're going to tell their story in strict chronological order. And what a trained interrogator does is they come in and in very subtle ways over the course of several hours, they will ask that person to tell that story backwards, and then they'll watch them squirm, and track which questions produce the highest volume of deceptive tells.
Kini katakanlah Anda mengatakan hal yang sama persis dengan seorang pembohong. Orang itu mungkin akan mundur, melihat ke bawah, merendahkan suara, berhenti, bagai tertegun. Suruhlah seorang pembohong menceritakan kisahnya. mereka akan membumbuinya dengan terlalu rinci dengan hal-hal yang tidak berhubungan. Lalu mereka akan menceritakan kisahnya dengan urutan yang benar-benar kronologis. Dan itulah yang dilakukan interogator terlatih dengan datang dan dengan cerdik selama beberapa jam mereka akan meminta orang itu untuk bercerita mundur mereka akan melihatnya gelisah dan melacak pertanyaan mana yang menghasilkan volume penipuan tertinggi.
Why do they do that? Well, we all do the same thing. We rehearse our words, but we rarely rehearse our gestures. We say "yes," we shake our heads "no." We tell very convincing stories, we slightly shrug our shoulders. We commit terrible crimes, and we smile at the delight in getting away with it. Now, that smile is known in the trade as "duping delight."
Mengapa mereka melakukannya? Kita juga melakukan hal yang sama. Kita melatih perkataan kita, namun kita jarang melatih perilaku kita. Kita berkata, "iya," kita menggelengkan kepala, "tidak." Kita menceritakan kisah yang sangat meyakinkan dan sedikit mengangkat bahu kita. Kita melakukan kejahatan mengerikan dan kita tersenyum karena senang bisa lolos. Senyuman itu dikenal dalam perdagangan sebagai, "kesenangan dalam berbohong."
And we're going to see that in several videos moving forward, but we're going to start -- for those of you who don't know him, this is presidential candidate John Edwards who shocked America by fathering a child out of wedlock. We're going to see him talk about getting a paternity test. See now if you can spot him saying, "yes" while shaking his head "no," slightly shrugging his shoulders.
Dan kita nanti akan melihat dalam beberapa video namun kita akan mulai -- bagi Anda yang tidak tahu, dia adalah calon presiden John Edwards yang mengejutkan Amerika dengan memiliki anak di luar pernikahan sah. Kita akan melihatnya berbicara tentang tes. Lihatlah jika Anda dapat mengenali kebohongan berkata, "iya," saat kepalanya menggeleng "tidak," dan sedikit menaikkan bahunya.
(Video) John Edwards: I'd be happy to participate in one. I know that it's not possible that this child could be mine, because of the timing of events. So I know it's not possible. Happy to take a paternity test, and would love to see it happen.
(Video) John Edwards: Saya akan senang mengikutinya. Saya tahu tidak mungkin anak itu adalah anak saya karena waktu peristiwanya. Jadi saya tahu itu tidak mungkin. Saya senang melakukan tes
Interviewer: Are you going to do that soon? Is there somebody --
dan melihat apa yang terjadi. Pewawancara: Kau akan segera melakukannya? Apa ada seseorang --
JE: Well, I'm only one side. I'm only one side of the test. But I'm happy to participate in one.
JE: Saya hanya salah satu pihak dalam ujian ini. Namun saya akan senang terlibat di dalamnya.
PM: Okay, those head shakes are much easier to spot once you know to look for them. There are going to be times when someone makes one expression while masking another that just kind of leaks through in a flash. Murderers are known to leak sadness. Your new joint venture partner might shake your hand, celebrate, go out to dinner with you and then leak an expression of anger. And we're not all going to become facial expression experts overnight here, but there's one I can teach you that's very dangerous and it's easy to learn, and that's the expression of contempt. Now with anger, you've got two people on an even playing field. It's still somewhat of a healthy relationship. But when anger turns to contempt, you've been dismissed. It's associated with moral superiority. And for that reason, it's very, very hard to recover from. Here's what it looks like. It's marked by one lip corner pulled up and in. It's the only asymmetrical expression. And in the presence of contempt, whether or not deception follows -- and it doesn't always follow -- look the other way, go the other direction, reconsider the deal, say, "No thank you. I'm not coming up for just one more nightcap. Thank you."
PM: Baiklah, gelengan kepala itu jauh lebih mudah untuk dilihat saat Anda tahu harus melihatnya. Akan ada saat di mana seseorang membuat ekspresi sambil menutupi hal lain yang tampak langsung bocor dalam sekejap. Pembunuh dikenal akan membocorkan kesedihan. Rekan usaha patungan baru Anda akan menjabat tangan Anda, merayakannya, pergi makan malam, lalu membocorkan ekspresi kemarahan. Dan kita tidak akan menjadi ahli ekspresi wajah dalam sekejap namun ada satu hal berbahaya yang dapat saya ajarkan, dan ini mudah, itu adalah ekspresi meremehkan. Dengan kemarahan, akan ada 2 orang yang seimbang di lapangan. Ini masih hubungan yang sahat. Namun saat kemarahan berubah menjadi meremehkan, Anda akan ditolak. Semua ini berhubungan dengan merasa unggul secara moral. Dan karena itu, sangat sulit untuk dapat pulih. Itu terlihat seperti ini, ditandai dengan satu sudut bibir yang masuk dan tertarik ke atas. Ini adalah satu-satunya ekspresi tidak simetris. Dan dengan adanya ekspresi meremehkan, baik dilanjutkan dengan kebohongan ataupun tidak -- dan itu tidak selalu diikuti kebohongan -- berpalinglah, pergi ke arah lain, pertimbangkan lagi perjanjiannya, katakan, "Tidak, terima kasih. Saya tidak datang hanya untuk minum. Terima kasih."
Science has surfaced many, many more indicators. We know, for example, we know liars will shift their blink rate, point their feet towards an exit. They will take barrier objects and put them between themselves and the person that is interviewing them. They'll alter their vocal tone, often making their vocal tone much lower.
Pengetahuan telah mengungkapkan banyak petunjuk lainnya. Sebagai contoh kita tahu, pembohong akan mengubah laju kedipan mereka, mengarahkan kakinya menuju pintu keluar. Mereka akan mengambil benda penghalang dan menaruhnya di antara mereka dan orang yang mewawancarainya. Mereka mengubah nada bicara mereka, seringkali membuatnya lebih rendah.
Now here's the deal. These behaviors are just behaviors. They're not proof of deception. They're red flags. We're human beings. We make deceptive flailing gestures all over the place all day long. They don't mean anything in and of themselves. But when you see clusters of them, that's your signal. Look, listen, probe, ask some hard questions, get out of that very comfortable mode of knowing, walk into curiosity mode, ask more questions, have a little dignity, treat the person you're talking to with rapport. Don't try to be like those folks on "Law & Order" and those other TV shows that pummel their subjects into submission. Don't be too aggressive, it doesn't work.
Lalu inilah intinya. Perilaku ini hanyalah perilaku, bukan bukti dari kebohongan. Itu adalah bendera merah. Kita adalah manusia. Kita membuat perilaku yang menunjukkan kebohongan di mana-mana setiap saat. Itu tidak berarti semuanya bohong. Namun saat Anda melihat sekelompok perilaku ini, itu adalah tanda. Lihat, dengar, selidiki, dan tanyakan pertanyaan yang sulit, gunakan metode ingin tahu yang tidak biasa, gunakan rasa penasaran, bertanyalah lebih banyak miliki sedikit martabat, perlakukan orang itu dengan sesuai. Jangan mencoba seperti tokoh dalam "Law & Order" dan pertunjukan drama lain yang menyiksa orang sampai mengaku. Jangan terlalu agresif. Itu tidak akan berhasil.
Now, we've talked a little bit about how to talk to someone who's lying and how to spot a lie. And as I promised, we're now going to look at what the truth looks like. But I'm going to show you two videos, two mothers -- one is lying, one is telling the truth. And these were surfaced by researcher David Matsumoto in California. And I think they're an excellent example of what the truth looks like.
Kini kita akan sedikit berbicara tentang cara berbicara dengan seorang pembohong dan mengenali kebohongan. Dan saya janji, kita akan melihat bagaimana kebenaran itu. Saya akan menunjukkan dua video, dua orang ibu -- yang satu berbohong dan satu tidak. Dan hal ini dibawa ke permukaan oleh peneliti bernama David Matsumoto di California. Dan saya rasa ini adalah contoh yang bagus
This mother, Diane Downs, shot her kids at close range, drove them to the hospital while they bled all over the car, claimed a scraggy-haired stranger did it. And you'll see when you see the video, she can't even pretend to be an agonizing mother. What you want to look for here is an incredible discrepancy between horrific events that she describes and her very, very cool demeanor. And if you look closely, you'll see duping delight throughout this video.
tentang bagaimana kebenaran itu. Ibu ini, Diane Downs, menembak anaknya dari jarak dekat, membawa mereka ke rumah sakit saat anaknya berlumuran darah berkata orang asing berbulu dan kurus melakukannya. Saat Anda melihat video ini Anda akan melihat dia bahkan tidak dapat berpura-pura menjadi ibu yang menderita. Apa yang ingin Anda cari adalah perbedaan yang luar biasa antara kejadian mengerikan yang digambarkannya dan tingkahnya yang sangat-sangat tenang. Dan jika Anda melihat dari dekat, Anda melihat kesenangan dalam berbohong sepanjang video ini.
(Video) Diane Downs: At night when I close my eyes, I can see Christie reaching her hand out to me while I'm driving, and the blood just kept coming out of her mouth. And that -- maybe it'll fade too with time -- but I don't think so. That bothers me the most.
(Video) Diane Downs: Di malam hari saat saya memejamkan mata, saya dapat melihat tangan Christie meraih saya saat saya mengemudi dan darah itu terus keluar dari mulutnya. Dan itu -- mungkin akan hilang seiring waktu -- namun saya rasa tidak. Itu sangat mengganggu saya.
PM: Now I'm going to show you a video
PM: Kini saya akan menunjukkan video
of an actual grieving mother, Erin Runnion, confronting her daughter's murderer and torturer in court. Here you're going to see no false emotion, just the authentic expression of a mother's agony.
tentang ibu yang benar-benar bersedih menghadapi penyiksa dan pembunuh putrinya di pengadilan. Di sini Anda akan melihat tidak ada emosi salah, hanya ekspresi asli dari kemarahan seorang ibu.
(Video) Erin Runnion: I wrote this statement on the third anniversary of the night you took my baby, and you hurt her, and you crushed her, you terrified her until her heart stopped. And she fought, and I know she fought you. But I know she looked at you with those amazing brown eyes, and you still wanted to kill her. And I don't understand it, and I never will.
(Video) Erin Runnion: Saya menulis pernyataan ini pada peringatan 3 tahun di malam kau mengambil bayi saya, melukainya, dan menghancurkannya, kau menakutinya sampai jantungnya berhenti. Dan dia melawan, saya tahu dia melawan. Tapi saya tahu dia melihatmu dengan mata coklatnya yang indah, dan kau masih ingin membunuhnya. Dan saya tidak mengerti, dan tidak akan pernah mengerti.
PM: Okay, there's no doubting the veracity of those emotions.
PM: Baiklah, tidak ada keraguan dari kejujuran emosi itu.
Now the technology around what the truth looks like is progressing on, the science of it. We know, for example, that we now have specialized eye trackers and infrared brain scans, MRI's that can decode the signals that our bodies send out when we're trying to be deceptive. And these technologies are going to be marketed to all of us as panaceas for deceit, and they will prove incredibly useful some day. But you've got to ask yourself in the meantime: Who do you want on your side of the meeting, someone who's trained in getting to the truth or some guy who's going to drag a 400-pound electroencephalogram through the door?
Kini ilmu dan teknologi mengenai bagaimana kebenaran itu terus mengalami kemajuan. Sebagai contoh kita tahu bahwa kini ada spesialis pelacak mata dan pemindai otak inframerah. MRI yang dapat menguraikan sinyal yang dikirimkan tubuh kita saat kita mencoba berbohong. Dan teknologi ini akan dipasarkan kepada kita semua sebagai obat ajaib untuk penipuan, dan obat ini akan terbukti sangat berguna suatu hari. Namun sementara itu Anda harus bertanya : Anda ingin berada di pihak yang mana seseorang yang dilatih untuk mendapat kebenaran atau orang yang akan menarik elektrosepalogram seberat 400 pon melalui pintu itu?
Liespotters rely on human tools. They know, as someone once said, "Character's who you are in the dark." And what's kind of interesting is that today, we have so little darkness. Our world is lit up 24 hours a day. It's transparent with blogs and social networks broadcasting the buzz of a whole new generation of people that have made a choice to live their lives in public. It's a much more noisy world. So one challenge we have is to remember, oversharing, that's not honesty. Our manic tweeting and texting can blind us to the fact that the subtleties of human decency -- character integrity -- that's still what matters, that's always what's going to matter. So in this much noisier world, it might make sense for us to be just a little bit more explicit about our moral code.
Pengenal kebohongan mengandalkan manusia. Mereka tahu, seperti yang dikatakan seseorang, "Kenali ciri Anda dalam kegelapan." Dan apa yang menarik adalah hari ini hanya ada sedikit kegelapan. Dunia kita hidup 24 jam sehari. Semuanya tembus pandang dengan blog dan jejaring sosial menyiarkan berita dari sekelompok generasi orang baru yang teleah memilih untuk hidup di publik. Dunia ini jauh lebih bising. Jadi satu tantangan yang kita miliki adalah untuk mengingat, terlalu banyak berbagi, itu bukan kejujuran. Keranjingan mengirim pesan dan berkicau dapat membutakan kita dari kenyataan bahwa seluk-beluk kesopanan manusia -- integritas karakter -- masih penting, itu akan selalu menjadi penting. Jadi dalam dunia yang jauh lebih bising ini akan jauh lebih masuk akal bagi kita untuk menjadi sedikit lebih tegas
When you combine the science of recognizing deception
tentang kode moral kita.
with the art of looking, listening, you exempt yourself from collaborating in a lie. You start up that path of being just a little bit more explicit, because you signal to everyone around you, you say, "Hey, my world, our world, it's going to be an honest one. My world is going to be one where truth is strengthened and falsehood is recognized and marginalized." And when you do that, the ground around you starts to shift just a little bit.
Saat Anda menggabungkan ilmu mengenali kebohongan dengan seni melihat, mendengar, Anda membebaskan diri dari bekerja sama dalam kebohongan. Anda memulai langkah untuk menjadi sedikit lebih tegas karena Anda memberi tanda kepada semua orang di sekitar Anda dengan berkata, "Hei, dunia saya, dunia kita, akan menjadi dunia yang jujur. Dunia saya akan menjadi dunia di mana kejujuran diluruskan dan kesalahan dikenali dan dipinggirkan." Dan saat Anda melakukannya tempat berpijak di sekitar Anda mulai sedikit bergeser.
And that's the truth. Thank you.
Dan itulah kenyataannya. Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)