Let me talk about India through the evolution of ideas. Now I believe this is an interesting way of looking at it because in every society, especially an open democratic society, it's only when ideas take root that things change. Slowly ideas lead to ideology, lead to policies that lead to actions.
Saya akan berbicara mengenai India dengan membahas evolusi dari beberapa pemikiran. Saya percaya kita akan menggunakan suatu cara pandang yang menarik karena di setiap masyarakat, terutama di masyarakat demokrasi yang terbuka keadaan bisa berubah hanya ketika ide dicetuskan. Perlahan-lahan ide berubah menjadi prinsip kemudian menjadi peraturan, kemudian berubah menjadi tindakan.
In 1930 this country went through a Great Depression, which led to all the ideas of the state and social security, and all the other things that happened in Roosevelt's time. In the 1980s we had the Reagan revolution, which lead to deregulation. And today, after the global economic crisis, there was a whole new set of rules about how the state should intervene. So ideas change states.
Pada tahun 1930 negara ini mengalami Depresi Besar, yang kemudian melahirkan ide-ide mengenai negara dan jaminan sosial, dan kejadian lain yang terjadi di era Roosevelt. Sekitar 1980 kita mengalami revolusi Reagan, yang berujung pada berbagai deregulasi. Dan sekarang, setelah krisis ekonomi global, terciptalah aturan-aturan baru soal sejauh mana negara harus campur tangan. Jadi, pemikiran mengubah negara.
And I looked at India and said, really there are four kinds of ideas which really make an impact on India. The first, to my mind, is what I call as "the ideas that have arrived." These ideas have brought together something which has made India happen the way it is today. The second set of ideas I call "ideas in progress." Those are ideas which have been accepted but not implemented yet. The third set of ideas are what I call as "ideas that we argue about" -- those are ideas where we have a fight, an ideological battle about how to do things. And the fourth thing, which I believe is most important, is "the ideas that we need to anticipate." Because when you are a developing country in the world where you can see the problems that other countries are having, you can actually anticipate what that did and do things very differently.
Kemudian saya melihat India dan berpikir, sesungguhnya ada empat jenis ide yang berdampak luar biasa terhadap India. Yang pertama, menurut saya, adalah apa yang saya sebut "ide yang sudah ada." Ini adalah ide yang menyatukan sesuatu yang membuat India menjadi seperti sekarang ini. Jenis yang kedua saya sebut "ide yang sedang berjalan." Inilah pemikiran yang telah diterima orang-orang tetapi belum diimplementasikan. Jenis ide yang ketiga adalah yang saya sebut sebagai "ide yang kita perdebatkan" -- pemikiran yang membuat kita berseteru peperangan prinsip tentang bagaimana melakukan sesuatu. Dan jenis ide yang keempat, yang saya pikir paling penting, "ide yang harus kita antisipasi." Karena bila Anda adalah negara yang sedang berkembang sementara Anda bisa melihat berbagai masalah yang terjadi di negara lain, Anda akan bisa mengantisipasi tindakan apa akan menghasilkan hasil seperti apa.
Now in India's case I believe there are six ideas which are responsible for where it has come today. The first is really the notion of people. In the '60s and '70s we thought of people as a burden. We thought of people as a liability. Today we talk of people as an asset. We talk of people as human capital. And I believe this change in the mindset, of looking at people as something of a burden to human capital, has been one of the fundamental changes in the Indian mindset. And this change in thinking of human capital is linked to the fact that India is going through a demographic dividend. As healthcare improves, as infant mortality goes down, fertility rates start dropping. And India is experiencing that. India is going to have a lot of young people with a demographic dividend for the next 30 years. What is unique about this demographic dividend is that India will be the only country in the world to have this demographic dividend. In other words, it will be the only young country in an aging world. And this is very important. At the same time if you peel away the demographic dividend in India, there are actually two demographic curves. One is in the south and in the west of India, which is already going to be fully expensed by 2015, because in that part of the country, the fertility rate is almost equal to that of a West European country. Then there is the whole northern India, which is going to be the bulk of the future demographic dividend. But a demographic dividend is only as good as the investment in your human capital. Only if the people have education, they have good health, they have infrastructure, they have roads to go to work, they have lights to study at night -- only in those cases can you really get the benefit of a demographic dividend. In other words, if you don't really invest in the human capital, the same demographic dividend can be a demographic disaster. Therefore India is at a critical point where either it can leverage its demographic dividend or it can lead to a demographic disaster.
Dalam perihal India, saya menyaksikan ada enam pemikiran yang membentuk keadaan seperti sekarang ini. Yang pertama adalah sudut pandang mengenai penduduk. Di sekitar tahun 60 dan 70 kami berpikir penduduk adalah beban. Kami dulu berpikir bahwa penduduk adalah kewajiban. Hari ini kita membicarakan penduduk sebagai modal berharga. Kita membicarakan penduduk sebagai sumber daya manusia. Dan saya percaya perubahan pola pikir ini dari melihat penduduk sebagai suatu beban kemudian menjadi sumber daya manusia, adalah satu perubahan penting dalam pola pikir orang-orang India. Dan perubahan ke pola pikir sumber daya manusia ini terkait dengan fakta bahwa India sedang mengalami keuntungan dari bonus demografi. Dengan membaiknya layanan kesehatan dan menurunnya tingkat kematian bayi, tingkat kelahiran mulai menurun. Dan India sedang mengalaminya. India akan memiliki banyak sekali pemuda yang mengalami bonus demografi selama 30 tahun ke depan. Yang menarik dari bonus demografi ini adalah India akan menjadi satu-satunya negara di dunia ini yang mengalami bonus demografi seperti ini. Bisa dikatakan India akan menjadi satu-satunya negara muda di dunia yang tua ini. Dan hal ini sangat penting. Pada saat bersamaan bila Anda mengupas secara mendalam bonus demografi di India terdapat dua kurva demografi. Satu di sisi selatan dan barat India, yang akan habis sepenuhnya pada tahun 2015 karena di bagian tersebut, tingkat kelahiran sudah hampir menyamai negara-negara Eropa Barat. Kemudian yang kedua adalah seluruh sisi utara India, yang akan menjadi bagian besar dari bonus demografi di masa depan. Namun bonus demografi hanya akan berbuah sebaik investasi Anda di sumber daya manusia Anda. Hanya bila orang mendapat pendidikan, bila mereka memiliki kesehatan yang baik, mereka memiliki infrastruktur, mereka memiliki jalan untuk pergi bekerja, lampu untuk belajar di malam hari -- hanya pada keadaan seperti itulah Anda akan mendapat keuntungan dari bonus demografi. Dengan kata lain, bila Anda tidak berinvestasi di sumber daya manusia, bonus demografi yang sama justru akan menjadi bencana demografi. Maka dari itu India sedang berada di titik terpenting di mana India bisa mengangkat bonus demografi-nya atau justru akan mengalami bencana demografi.
The second thing in India has been the change in the role of entrepreneurs. When India got independence entrepreneurs were seen as a bad lot, as people who would exploit. But today, after 60 years, because of the rise of entrepreneurship, entrepreneurs have become role models, and they are contributing hugely to the society. This change has contributed to the vitality and the whole economy.
Hal kedua di India adalah perubahan peranan para pebisnis. Ketika India merdeka, pebisnis dilihat sebagai penjahat, orang-orang yang akan mengeksploitasi. Namun sekarang, setelah 60 tahun, berkat kebangkitan dunia usaha, pebisnis dilihat sebagai contoh teladan. Dan mereka banyak berkontribusi pada masyarakat. Pertukaran ini berkontribusi pada kekuatan ekonomi negara.
The third big thing I believe that has changed India is our attitude towards the English language. English language was seen as a language of the imperialists. But today, with globalization, with outsourcing, English has become a language of aspiration. This has made it something that everybody wants to learn. And the fact that we have English is now becoming a huge strategic asset.
Hal besar ketiga yang saya percaya telah mengubah India adalah sikap kami terhadap Bahasa Inggris. Dulu Bahasa Inggris dilihat sebagai bahasa penjajah. Namun sekarang dengan globalisasi, dengan tumbuhnya pengalihan bisnis, Bahasa Inggris menjadi bahasa impian. Bahasa ini menjadi sesuatu yang semua orang ingin pelajari. Dan fakta bahwa kami sudah berbahasa Ingris menjadi modal besar yang strategis.
The next thing is technology. Forty years back, computers were seen as something which was forbidding, something which was intimidating, something that reduced jobs. Today we live in a country which sells eight million mobile phones a month, of which 90 percent of those mobile phones are prepaid phones because people don't have credit history. Forty percent of those prepaid phones are recharged at less than 20 cents at each recharge. That is the scale at which technology has liberated and made it accessible. And therefore technology has gone from being seen as something forbidding and intimidating to something that is empowering. Twenty years back, when there was a report on bank computerization, they didn't name the report as a report on computers, they call them as "ledger posting machines." They didn't want the unions to believe that they were actually computers. And when they wanted to have more advanced, more powerful computers they called them "advanced ledger posting machines." So we have come a long way from those days where the telephone has become an instrument of empowerment, and really has changed the way Indians think of technology.
Hal berikutnya adalah teknologi. 40 tahun yang lalu, komputer dilihat sebagai sesuatu yang mengancam, sesuatu yang mengintimidasi, sesuatu yang mengurangi lapangan pekerjaan. Hari ini kami hidup di negara yang menjual delapan juta telepon selular setiap bulannya, di mana 90 persen dari telepon selular itu adalah telepon prabayar karena orang-orang tidak punya catatan kredit sebelumnya. 40 persen dari telepon selular itu diisi pulsa senilai 20 sen setiap kali isi ulang. Itulah tingkatan di mana teknologi telah bebas tersebar dan mudah diakses. Maka kemudian teknologi telah berubah dari sesuatu yang dilihat sebagai sesuatu yang mengancam dan mengintimidasi menjadi sesuatu yang membantu. 20 tahun silam, ketika ada laporan yang dihasilkan dari komputerisasi bank, mereka tidak menamakan laporan tersebut sebagai laporan komputer. Mereka menyebutnya sebagai mesin pencatatan buku besar. Mereka tidak ingin orang tahu bahwa itu sebenarnya adalah komputer. Dan ketika mereka menginginkan komputer yang lebih terbaru, lebih canggih mereka menyebutnya sebagai mesin pencatatan buku besar versi terbaru. Jadi kami telah jauh melewati hari-hari tersebut di mana sekarang telepon menjadi alat yang sangat membantu dan telah mengubah cara pandang orang-orang India terhadap teknologi.
And then I think the other point is that Indians today are far more comfortable with globalization. Again, after having lived for more than 200 years under the East India Company and under imperial rule, Indians had a very natural reaction towards globalization believing it was a form of imperialism. But today, as Indian companies go abroad, as Indians come and work all over the world, Indians have gained a lot more confidence and have realized that globalization is something they can participate in. And the fact that the demographics are in our favor, because we are the only young country in an aging world, makes globalization all the more attractive to Indians.
Dan kemudian saya pikir poin lainnya adalah orang-orang India sekarang sudah lebih terbiasa dengan globalisasi. Sama seperti sebelumnya, setelah hidup lebih dari 200 tahun di bawah kekuasaan Perusahaan Hindia Timur Britania dan di bawah penjajahan masyarakat India memiliki reaksi yang alami terhadap globalisasi percaya bahwa globalisasi adalah satu bentuk dari penjajahan. Namun sekarang ketika perusahaan-perusahaan India berbisnis keliling dunia ketika orang-orang India pergi dan bekerja di seluruh dunia, orang-orang India telah cukup mengumpulkan kepercayaan diri dan menyadari bahwa globalisasi adalah sesuatu yang mereka bisa turut serta. Dan fakta bahwa populasi berpihak kepada kami, karena kami adalah satu-satunya negara muda di dunia yang tua, menjadikan globalisasi jauh lebih menarik di mata orang-orang India.
And finally, India has had the deepening of its democracy. When democracy came to India 60 years back it was an elite concept. It was a bunch of people who wanted to bring in democracy because they wanted to bring in the idea of universal voting and parliament and constitution and so forth. But today democracy has become a bottom-up process where everybody has realized the benefits of having a voice, the benefits of being in an open society. And therefore democracy has become embedded.
Dan kemudian, India telah menguatkan demokrasinya. Ketika demokrasi datang ke India 60 tahun silam demokrasi adalah konsep para kaum elit. Tersebutlah sekumpulan orang yang ingin menbawa demokrasi karena mereka ingin membawa ide pemilihan umum dan parlemen dan hukum konstitusi dan sejenisnya. Namun sekarang demokrasi telah menjadi proses dari bawah ke atas di mana semua orang telah menyadari keuntungan dari memiliki kebebasan bersuara, keuntungan hidup di masyarakat yang bebas dan terbuka. Dan kemudian demokrasi menjadi hal yang tertanam.
I believe these six factors -- the rise of the notion of population as human capital, the rise of Indian entrepreneurs, the rise of English as a language of aspiration, technology as something empowering, globalization as a positive factor, and the deepening of democracy -- has contributed to why India is today growing at rates it has never seen before.
Saya percaya bahwa enam faktor ini -- berkembangnya pola pikir bahwa penduduk adalah sumber daya manusia, bangkitnya para pebisnis India, tumbuhnya Bahasa Inggris sebagai bahasa impian, teknologi sebagai sesuatu yang membantu, globalisasi sebagai hal yang positif, dan menguatnya demokrasi -- telah berkontribusi terhadap India yang hari ini berkembang pesat pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
But having said that, then we come to what I call as ideas in progress. Those are the ideas where there is no argument in a society, but you are not able to implement those things. And really there are four things here. One is the question of education. For some reason, whatever reason -- lack of money, lack of priorities, because of religion having an older culture -- primary education was never given the focus it required. But now I believe it's reached a point where it has become very important. Unfortunately the government schools don't function, so children are going to private schools today. Even in the slums of India more than 50 percent of urban kids are going into private schools. So there is a big challenge in getting the schools to work. But having said that, there is an enormous desire among everybody, including the poor, to educate their children. So I believe primary education is an idea which is arrived but not yet implemented.
Setelah membahas semua itu, sekarang kita tiba pada apa yang saya sebut sebagai ide yang sedang berjalan. Inilah ide-ide yang tidak dipermasalahkan di masyarakat, tapi Anda juga tidak bisa mengimplementasikan ide-ide tersebut. Dan ada empat ide di sini. Yang pertama adalah isu soal pendidikan. Untuk alasan tertentu, apapun alasannya, kekurangan uang, kurangnya prioritas, karena agama memegang kultur yang lebih kuno pendidikan dasar tidak pernah diberikan fokus yang seharusnya. Namun saya percaya bahwa sekarang kita sudah sampai pada titik di mana pendidikan telah menjadi sangat penting. Namun sayang sekali sekolah-sekolah negeri tidak berfungsi, maka sekarang ini anak-anak pergi ke sekolah swasta. Bahkan di daerah kumuh India lebih dari 50 persen anak-anak daerah urban bersekolah di sekolah swasta. Jadi ada tantangan besar dalam membuat sekolah berfungsi. Namun dari semua itu, ada keinginan yang besar dari semua orang, termasuk kaum miskin, untuk menyekolahkan anak-anaknya. Jadi saya percaya bahwa pendidikan dasar adalah ide yang sudah ada tapi belum diimplementasikan.
Similarly, infrastructure -- for a long time, infrastructure was not a priority. Those of you who have been to India have seen that. It's certainly not like China. But today I believe finally infrastructure is something which is agreed upon and which people want to implement. It is reflected in the political statements. 20 years back the political slogan was, "Roti, kapada, makaan," which meant, "Food, clothing and shelter." And today's political slogan is, "Bijli, sadak, pani," which means "Electricity, water and roads." And that is a change in the mindset where infrastructure is now accepted. So I do believe this is an idea which has arrived, but simply not implemented.
Mirip dengan sebelumnya, infrastruktur. Untuk jangka waktu yang lama, infrastruktur bukanlah prioritas. Anda yang pernah ke India pasti sudah menyaksikannya. Yang pasti India bukanlah seperti Cina. Namun sekarang ini saya percaya akhirnya infrastruktur adalah sesuatu yang telah disetujui bersama dan orang ingin membangunnya. Hal ini tercermin dalam pernyataan-pernyataan politik. 20 tahun lalu slogan politik berbunyi, "Roti, kapra, makan," yang artinya, "Makanan, pakaian, dan rumah." Dan slogan politik saat ini berbunyi, "Bijli, sarak, paani," yang artinya, "Listrik, air, dan jalan." Dan itulah perubahan di dalam pola pikir di mana sekarang infrastruktur telah diterima. Jadi saya percaya bahwa ini adalah pemikiran yang sudah ada namun belum diimplementasikan.
The third thing is again cities. It's because Gandhi believed in villages and because the British ruled from the cities, therefore Nehru thought of New Delhi as an un-Indian city. For a long time we have neglected our cities. And that is reflected in the kinds of situations that you see. But today, finally, after economic reforms, and economic growth, I think the notion that cities are engines of economic growth, cities are engines of creativity, cities are engines of innovation, have finally been accepted. And I think now you're seeing the move towards improving our cities. Again, an idea which is arrived, but not yet implemented.
Hal yang ketiga adalah lagi-lagi perkotaan -- ini karena Gandhi meyakini pedesaan dan karena Inggris menjajah melalui perkotaan. Maka Nehru berpikir bahwa New Delhi adalah kota yang sangat tidak India. Untuk waktu yang lama kami telah mengabaikan kota-kota kami. Dan hal ini tercermin dalam situasi yang dapat Anda lihat sendiri. Namun sekarang akhirnya setelah reformasi ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi, Saya berpikir bahwa anggapan bahwa kota adalah mesin pertumbuhan ekonomi, kota adalah mesin kreativitas, kota adalah mesin inovasi, akhirnya telah diterima. Dan saya berpikir sekarang Anda bisa lihat perkembangan di kota-kota kami. Lagi-lagi, ide yang sudah ada tapi belum diimplementasikan.
The final thing is the notion of India as a single market -- because when you didn't think of India as a market, you didn't really bother about a single market, because it didn't really matter. And therefore you had a situation where every state had its own market for products. Every province had its own market for agriculture. Increasingly now the policies of taxation and infrastructure and all that, are moving towards creating India as a single market. So there is a form of internal globalization which is happening, which is as important as external globalization. These four factors I believe -- the ones of primary education, infrastructure, urbanization, and single market -- in my view are ideas in India which have been accepted, but not implemented.
Hal yang terakhir adalah pandangan terhadap India sebagai pasar tunggal karena ketika Anda tidak melihat bahwa India adalah pasar, Anda tidak akan memikirkan pasar tunggal karena sama sekali tidak penting. Maka Anda akan mengalami situasi di mana setiap negara bagian memiliki pasarnya tersendiri. Setiap provinsi memiliki pasar hasil pertaniannya sendiri. Yang meningkat sekarang adalah kebijakan mengenai pajak dan infrastruktur dan semua itu, bergerak maju menjadikan India sebagai pasar tunggal. Jadi ada bentuk globalisasi internal yang sedang terjadi, yang sama pentingnya dengan globalisasi eksternal. Empat hal ini, saya percaya, tentang pendidikan dasar, infrastruktur, urbanisasi, dan pasar tunggal, dalam pandangan saya adalah pemikiran di India yang telah diterima namun belum diimplementasikan.
Then we have what I believe are the ideas in conflict. The ideas that we argue about. These are the arguments we have which cause gridlock. What are those ideas? One is, I think, are ideological issues. Because of the historical Indian background, in the caste system, and because of the fact that there have been many people who have been left out in the cold, a lot of the politics is about how to make sure that we'll address that. And it leads to reservations and other techniques. It's also related to the way that we subsidize our people, and all the left and right arguments that we have. A lot of the Indian problems are related to the ideology of caste and other things. This policy is causing gridlock. This is one of the factors which needs to be resolved.
Lalu kemudian kita tiba pada yang saya sebut sebagai ide yang diributkan. Ini adalah ide-ide yang kita perdebatkan. Ini adalah argumen-argumen yang menyebabkan macet total dalam perdebatan. Apa saja mereka? Salah satunya saya pikir adalah isu ideologi kita. Karena latar belakang India yang berada dalam sistem kasta, dan karena fakta bahwa ada banyak orang telah ditelantarkan dalam kedinginan, pergerakan politik banyak menekankan bagaimana kita seharusnya dapat menangani hal-hal tersebut. Kemudian dibuatlah tempat-tempat penampungan, dan cara-cara lain. Hal ini juga berhubungan dengan cara kami mensubsidi orang kami, dan berbagai argumen sana-sini yang kami perdebatkan. Banyak masalah orang India berhubungan dengan ideologi ini terhadap kasta dan hal-hal lainnya. Kebijakan ini mengakibatkan perdebatan yang tak bergerak. Ini adalah satu hal yang harus diperbaiki.
The second one is the labor policies that we have, which make it so difficult for entrepreneurs to create standardized jobs in companies, that 93 percent of Indian labor is in the unorganized sector. They have no benefits: they don't have social security; they don't have pension; they don't have healthcare; none of those things. This needs to be fixed because unless you can bring these people into the formal workforce, you will end up creating a whole lot of people who are completely disenfranchised. Therefore we need to create a new set of labor laws, which are not as onerous as they are today. At the same time give a policy for a lot more people to be in the formal sector, and create the jobs for the millions of people that we need to create jobs for.
Hal kedua adalah kebijakan buruh yang kami miliki, yang menjadikan sangat sulit bagi para pebisnis untuk membuat pekerjaan yang terstandardisasi di perusahaannya, bahwa ada 93 persen buruh India berada di sektor yang tidak terorganisir. Mereka tidak punya taraf hidup yang layak. Mereka tidak punya jaminan sosial. Mereka tidak dapat pensiun, layanan kesehatan, tidak semuanya. Hal ini harus diperbaiki karena bila Anda tidak bisa membawa orang-orang ini ke dalam dunia kerja sektor formal, Anda hanya akan menciptakan lebih banyak lagi orang-orang terbuang. Maka dari itu kami perlu membuat hukum perburuhan yang baru, yang tidak membebankan seperti sekarang. Pada saat bersamaan, ciptakan kebijakan yang memberi kesempatan orang-orang untuk bekerja di sektor formal, dan ciptakan pekerjaan bagi jutaan orang yang butuh pekerjaan.
The third thing is our higher education. Indian higher education is completely regulated. It's very difficult to start a private university. It's very difficult for a foreign university to come to India. As a result of that our higher education is simply not keeping pace with India's demands. That is leading to a lot of problems which we need to address.
Hal ketiga adalah pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi di India diatur sepenuhnya dalam undang-undang. Tapi sangatlah sulit untuk mendirikan universitas swasta. Sangatlah sulit bagi universitas asing untuk datang ke India. Akibatnya lulusan pendidikan tinggi kami tidak dapat mengikuti permintaan pasar di India. Hal ini mengakibatkan banyak problem yang harus diatasi.
But most important I believe are the ideas we need to anticipate. Here India can look at what is happening in the west and elsewhere, and look at what needs to be done. The first thing is, we're very fortunate that technology is at a point where it is much more advanced than when other countries had the development. So we can use technology for governance. We can use technology for direct benefits. We can use technology for transparency, and many other things.
Tapi yang paling penting menurut saya adalah ide-ide yang harus kita antisipasi. Di sini India dapat melihat pada apa yang terjadi di dunia barat dan di tempat lain, dan melihat apa yang dapat kami lakukan. Yang pertama, kami sangatlah beruntung karena teknologi sudah sampai pada satu titik di mana perkembangannya sudah jauh dibandingkan negara-negara lain yang sedang mengembangkannya. Jadi kami dapat menggunakan teknologi untuk pemerintahan. Kami dapat menggunakan teknologi dan mendapat keuntungan langsung. Kami dapat memanfaatkan teknologi untuk menjaga transparansi, dan hal lainnya.
The second thing is, the health issue. India has equally horrible health problems of the higher state of cardiac issue, the higher state of diabetes, the higher state of obesity. So there is no point in replacing a set of poor country diseases with a set of rich country diseases. Therefore we're to rethink the whole way we look at health. We really need to put in place a strategy so that we don't go to the other extreme of health.
Hal yang kedua adalah masalah kesehatan. India memiliki masalah kesehatan serius yang menyamai masalah-masalah di negara maju seperti masalah jantung, tingkat diabetes dan kegemukan yang tinggi. Jadi tidak ada gunanya membedakan antara penyakit negara miskin dengan penyakit negara kaya. Maka dari itu kami harus memikirkan ulang cara pandang kami terhadap kesehatan. Kami harus membuat suatu strategi sehingga kami tidak terjerumus pada masalah kesehatan yang lebih ekstrim.
Similarly today in the West you're seeing the problem of entitlement -- the cost of social security, the cost of Medicare, the cost of Medicaid. Therefore when you are a young country, again you have a chance to put in place a modern pension system so that you don't create entitlement problems as you grow old.
Hal yang sama terjadi di dunia barat Anda bisa lihat masalah pada biaya jaminan yang diberikan hukum -- biaya jaminan sosial, layanan kesehatan publik, biaya kesehatan bagi orang tidak mampu. Maka bila Anda adalah sebuah negara muda, Anda punya kesempatan untuk memulai sistem pensiun yang modern. Jadi Anda tidak mengalami masalah biaya penjaminan ketika Anda tua.
And then again, India does not have the luxury of making its environment dirty, because it has to marry environment and development. Just to give an idea, the world has to stabilize at something like 20 gigatons per year. On a population of nine billion our average carbon emission will have to be about two tons per year. India is already at two tons per year. But if India grows at something like eight percent, income per year per person will go to 16 times by 2050. So we're saying: income growing at 16 times and no growth in carbon. Therefore we will fundamentally rethink the way we look at the environment, the way we look at energy, the way we create whole new paradigms of development.
India tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk mengotori lingkungannya karena India harus menggabungkan lingkungan dan pembangunan. Sekedar gambaran, dunia harus menstabilkan 20 gigaton setiap tahunnya. Dengan populasi sembilan miliar orang rata-rata emisi karbon kami adalah sekitar dua ton per tahun. India sudah pada posisi dua ton per tahun. Tapi bila India tumbuh delapan persen saja, pendapatan perkapita akan meningkat 16 kalinya pada tahun 2050. Dapat kita katakan, pendapatan tumbuh 16 kali dan tidak ada penambahan karbon sama sekali. Maka kami dapat memikirkan ulang cara pandang kami terhadap lingkungan, cara pandang kami terhadap energi, cara kami membangun paradigma tentang pembangunan.
Now why does this matter to you? Why does what's happening 10 thousand miles away matter to all of you? Number one, this matters because this represents more than a billion people. A billion people, 1/6th of the world population. It matters because this is a democracy. And it is important to prove that growth and democracy are not incompatible, that you can have a democracy, that you can have an open society, and you can have growth. It's important because if you solve these problems, you can solve the problems of poverty in the world. It's important because you need it to solve the world's environment problems.
Mengapa semua ini penting bagi Anda? Mengapa sesuatu yang terjadi 10 ribu mil jauhnya penting bagi Anda? Yang pertama, ini penting karena ini mewakili lebih dari satu miliar orang. Satu miliar penduduk, 1/6 dari populasi dunia. Penting karena inilah demokrasi. Dan ini penting untuk membuktikan bahwa pertumbuhan dan demokrasi bukannya tidak cocok, bahwa Anda bisa memiliki demokrasi, juga punya masyarakat yang terbuka, dan Anda juga bisa bertumbuh. Penting karena bila Anda bisa menyelesaikan semua masalah ini Anda dapat menyelesaikan masalah kemisinan di dunia. Penting karena Anda memerlukannya untuk menyelesaikan problem lingkungan dunia.
If we really want to come to a point, we really want to put a cap on our carbon emission, we want to really lower the use of energy -- it has to be solved in countries like India. You know if you look at the development in the West over 200 years, the average growth may have been about two percent. Here we are talking about countries growing at eight to nine percent. And that makes a huge difference. When India was growing at about three, 3.5 percent and the population was growing at two percent, its per capita income was doubling every 45 years. When the economic growth goes to eight percent and population growth drops to 1.5 percent, then per capita income is doubling every nine years. In other words, you're certainly fast-forwarding this whole process of a billion people going to prosperity. And you must have a clear strategy which is important for India and important for the world. That is why I think all of you should be equally concerned with it as I am. Thank you very much. (Applause)
Bila kita benar-benar ingin berarti, kita benar-benar ingin mengurangi emisi karbon kita. Kita sangat ingin mengurangi penggunaan energi. Masalah ini harus diselesaikan di negara-negara seperti India. Anda tahu, bila Anda lihat perkembangan di dunia barat selama 200 tahun, rata-rata pertumbuhan mungkin hanya sekitar dua persen. Di sini kita membicarakan negara yang tumbuh delapan sampai sembilan persen. Dan ini menghasilkan perbedaan yang besar. Ketika India tumbuh sekitar tiga, 3.5 persen dan populasinya tumbuh dua persen, pendapatan perkapitanya akan meningkat dua kali setiap 45 tahun. Bila pertumbuhan ekonomi tumbuh hingga delapan persen dan pertumbuhan populasi turun hingga 1.5 persen, maka pendapat perkapita meningkat dua kalinya setiap sembilan tahun. Dengan kata lain Anda mempercepat proses satu miliar orang dalam memperoleh kesejahteraan. Dan Anda harus memiliki strategi yang jelas, yang penting untuk India dan penting juga untuk dunia. Maka dari itu saya berpikir bahwa Anda semua harus memberikan perhatian yang sama besarnya seperti saya terhadap hal ini. Terima kasih banyak. (Tepuk tangan)