This is called Hooked on a Feeling: The Pursuit of Happiness and Human Design. I put up a somewhat dour Darwin, but a very happy chimp up there. My first point is that the pursuit of happiness is obligatory. Man wishes to be happy, only wishes to be happy, and cannot wish not to be so. We are wired to pursue happiness, not only to enjoy it, but to want more and more of it.
Ini yang dinamakan kecanduan suatu perasaan pencarian kebahagian dan sifat manusia Saya memajang Darwin yang sedih, tapi simpanse sangat senang di sana. Poin pertama saya adalah mencari kebahagiaan merupakan kewajiban Manusia ingin menjadi bahagia, hanya ingin bahagia, dan tidak berharap sebaliknya. Kita bersikeras untuk mengejar kebahagiaan, tidak hanya untuk menikmatinya, tetapi ingin lebih dan lebih dari itu.
So given that that's true, how good are we at increasing our happiness? Well, we certainly try. If you look on the Amazon site, there are over 2,000 titles with advice on the seven habits, the nine choices, the 10 secrets, the 14,000 thoughts that are supposed to bring happiness. Now another way we try to increase our happiness is we medicate ourselves. And so there's over 120 million prescriptions out there for antidepressants. Prozac was really the first absolute blockbuster drug. It was clean, efficient, there was no high, there was really no danger, it had no street value. In 1995, illegal drugs were a $400 billion business, representing eight percent of world trade, roughly the same as gas and oil.
menerima hal itu sebagai kebenaran, seberapa bagus kita untuk meningkatkan kebahagiaan kita? Nah, kita pasti mencoba. Jika Anda melihat di situs Amazon, ada lebih dari 2.000 judul dengan nasihat tentang tujuh kebiasaan, sembilan pilihan, 10 rahasia, 14.000 pikiran yang seharusnya membawa kebahagiaan. Sekarang, cara lain yang kita coba untuk meningkatkan kebahagiaan kita adalah kita mengobati diri kita sendiri. Jadi ada lebih dari 120 juta resep di luar sana untuk antidepresan. Prozac adalah benar-benar obat blockbuster pertama. Itu bersih, efisien, tidak menyebabkan kehilangan kesadaran, benar-benar tidak berbahaya, tidak dijual secara ilegal. Pada tahun 1995, obat terlarang adalah bisnis 36 trilyun rupiah mewakili delapan persen dari perdagangan dunia, kira-kira sama dengan bisnis gas dan minyak.
These routes to happiness haven't really increased happiness very much. One problem that's happening now is, although the rates of happiness are about as flat as the surface of the moon, depression and anxiety are rising. Some people say this is because we have better diagnosis, and more people are being found out. It isn't just that. We're seeing it all over the world. In the United States right now there are more suicides than homicides. There is a rash of suicide in China. And the World Health Organization predicts by the year 2020 that depression will be the second largest cause of disability.
Cara mencari kebahagiaan seperti ini tidak banyak yang benar-benar meningkat kebahagiaan. Satu masalah yang terjadi sekarang adalah, meskipun tingkat kebahagiaan sedatar muka bulan, depresi dan kecemasan meningkat. Beberapa orang mengatakan hal ini karena kita memiliki diagnosis yang lebih baik, dan banyak orang divonis depresi. Bukan hanya itu. Kami melihat ke seluruh dunia. Di Amerika Serikat sekarang ada kasus bunuh diri lebih dari pembunuhan. Ada wabah bunuh diri di Cina. Dan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memperkirakan pada tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab kecacatan terbesar kedua.
Now the good news here is that if you take surveys from around the world, we see that about three quarters of people will say they are at least pretty happy. But this does not follow any of the usual trends. For example, these two show great growth in income, absolutely flat happiness curves.
Sekarang kabar baik di sini adalah bahwa jika Anda mengambil survei dari seluruh dunia, kita melihat bahwa sekitar tiga perempat orang akan mengatakan setidaknya mereka cukup senang. Tapi ini tidak mengikuti tren biasa yang ada. Sebagai contoh, dua hal ini menunjukkan pertumbuhan yang besar dalam pendapatan, kurva kebahagiaan yang benar-benar datar.
My field, the field of psychology, hasn't done a whole lot to help us move forward in understanding human happiness. In part, we have the legacy of Freud, who was a pessimist, who said that pursuit of happiness is a doomed quest, is propelled by infantile aspects of the individual that can never be met in reality. He said, "One feels inclined to say that the intention that man should be happy is not included in the plan of creation." So the ultimate goal of psychoanalytic psychotherapy was really what Freud called ordinary misery.
Dunia saya, bidang psikologi, belum banyak melakukan hal-hal yang membantu kita maju dalam memahami kebahagiaan manusia. sebagian dari kita, memiliki warisan Freud, seseorang yang pesimis, yang mengatakan bahwa mencari kebahagiaan adalah pencarian yang sia-sia, yang didorong oleh aspek kekanak-kanakan seorang individu yang tidak pernah menjadi kenyataan. Dia berkata, "Seseorang cenderung merasakan untuk berkata bahwa maksud manusia harus bahagia tidak termasuk dalam rencana penciptaan. " Jadi tujuan akhir dari psikoterapi psikoanalitik adalah seperti apa yang disebut Freud sebagai penderitaan biasa.
(Laughter)
(Tertawa)
And Freud in part reflects the anatomy of the human emotion system -- which is that we have both a positive and a negative system, and our negative system is extremely sensitive. So for example, we're born loving the taste of something sweet and reacting aversively to the taste of something bitter. We also find that people are more averse to losing than they are happy to gain. The formula for a happy marriage is five positive remarks, or interactions, for every one negative. And that's how powerful the one negative is. Especially expressions of contempt or disgust, well you really need a lot of positives to upset that.
Dan Freud sebagian mencerminkan anatomi sistem emosi manusia -- yaitu bahwa kita memiliki keduanya, sistem positif dan negatif, dan sistem negatif kita sangat sensitif. Jadi misalnya, kita lahir mencintai rasa sesuatu yang manis dan sangat tidak suka dengan sesuatu yang pahit. Kami juga menemukan bahwa orang lebih enggan untuk kehilangan dari pada mereka senang ketika mendapatkan sesuatu. Rumus untuk pernikahan yang bahagia adalah lima komentar atau interaksi positif, untuk setiap satu negatif. Dan betapa dahsyatnya yang satu negatif itu. Terutama ekspresi penghinaan atau jijik, Jadi Anda benar-benar membutuhkan banyak hal positif untuk merusak itu.
I also put in here the stress response. We're wired for dangers that are immediate, that are physical, that are imminent, and so our body goes into an incredible reaction where endogenous opioids come in. We have a system that is really ancient, and really there for physical danger. And so over time, this becomes a stress response, which has enormous effects on the body. Cortisol floods the brain; it destroys hippocampal cells and memory, and can lead to all kinds of health problems.
Saya juga memasukkan respon stres disini. Kita terikat bahaya yang tiba-tiba, yang fisik, yang dekat, dan tubuh kita memberikan sebuah reaksi yang luar biasa yang mana opiat endogen masuk kita memiliki sistem yang benar-benar kuno, dan benar-benar ada untuk bahaya fisik. Maka dari waktu ke waktu, ini menjadi respon stres, yang memiliki efek besar pada tubuh. Cortisol membanjiri otak; ia menghancurkan sel-sel hippocampal dan memori, dan dapat memicu semua jenis penyakit.
But unfortunately, we need this system in part. If we were only governed by pleasure we would not survive. We really have two command posts. Emotions are short-lived intense responses to challenge and to opportunity. And each one of them allows us to click into alternate selves that tune in, turn on, drop out thoughts, perceptions, feelings and memories. We tend to think of emotions as just feelings. But in fact, emotions are an all-systems alert that change what we remember, what kind of decisions we make, and how we perceive things.
Tapi sayangnya, kita perlu sebagian sistem ini. Jika kita hanya diatur oleh kesenangan kita tidak akan bertahan. kita benar-benar memiliki dua pos komando. Emosi adalah tanggapan intens yang singkat untuk tantangan dan peluang. Dan masing-masing dari mereka memungkinkan kita untuk pindah ke diri kita yang lain yang mendengarkan, menghidupkan, memutuskan pikiran, persepsi, perasaan dan kenangan. Kita cenderung berpikir emosi hanya sebagai perasaan saja. Namun pada kenyataannya, emosi peringatan semua-sistem yang merubah apa yang kita ingat, apa keputusan yang kita buat, dan bagaimana kita memandang sesuatu.
So let me go forward to the new science of happiness. We've come away from the Freudian gloom, and people are now actively studying this. And one of the key points in the science of happiness is that happiness and unhappiness are not endpoints of a single continuum. The Freudian model is really one continuum that, as you get less miserable, you get happier. And that isn't true -- when you get less miserable, you get less miserable. And that happiness is a whole other end of the equation. And it's been missing. It's been missing from psychotherapy. So when people's symptoms go away, they tend to recur, because there isn't a sense of the other half -- of what pleasure, happiness, compassion, gratitude, what are the positive emotions. And of course we know this intuitively, that happiness is not just the absence of misery. But somehow it was not put forward until very recently, seeing these as two parallel systems. So that the body can both look for opportunity and also protect itself from danger, at the same time. And they're sort of two reciprocal and dynamically interacting systems.
Jadi, izinkan saya melanjutkan ke ilmu baru tentang kebahagiaan. Kami telah mulai dari kesuraman Freudian, dan sekarang banyak orang yang belajar ini. Dan salah satu poin penting dalam ilmu kebahagiaan adalah kebahagiaan dan ketidakbahagiaan bukan titik akhir dari sebuah kontinum tunggal. Model Freudian adalah benar-benar satu kontinum bahwa ,jika Anda mengalami sedikit kesulitan, Anda merasakan lebih bahagia. Dan itu tidak benar - ketika Anda mengalami sedikit kesulitan, Anda mengalami sedikit kesulitan, Dan kebahagiaan itu adalah akhir lain dari seluruh persamaan. Dan itu sudah hilang. Sudah hilang dari psikoterapi. Jadi jika gejala orang pergi, mereka cenderung berulang, karena tidak ada rasa setengah lainnya -- yaitu kesenangan, kebahagiaan, kasih sayang, rasa syukur, apa saja emosi yang positif. Dan tentu saja kita tahu ini secara intuitif, bahwa kebahagiaan bukan hanya tidak adanya penderitaan. Tapi entah kenapa itu tidak diajukan hingga saat ini, melihat ini sebagai dua sistem paralel. Sehingga tubuh dapat mencari kedua kesempatan tersebut dan juga melindungi diri dari bahaya, pada waktu yang sama. Dan mereka semacam dua hal timbal balik dan sistem berinteraksi yang dinamis.
People have also wanted to deconstruct. We use this word "happy," and it's this very large umbrella of a term. And then three emotions for which there are no English words: fiero, which is the pride in accomplishment of a challenge; schadenfreude, which is happiness in another's misfortune, a malicious pleasure; and naches, which is a pride and joy in one's children. Absent from this list, and absent from any discussions of happiness, are happiness in another's happiness. We don't seem to have a word for that. We are very sensitive to the negative, but it is in part offset by the fact that we have a positivity.
Orang juga ingin menganalisis. Kami menggunakan kata "bahagia," dan itu adalah istilah umum. Lalu ada tiga emosi yang tidak ada dalam kata bahasa Inggris: Fiero, yang merupakan kebanggaan karena pemenuhan tantangan; schadenfreude, yang merupakan kebahagiaan karena kemalangan orang lain, kesenangan berbahaya; dan Naches, yang merupakan kebanggaan dan sukacita pada anak-anak seseorang. Absen dari daftar ini, dan absen dari setiap diskusi tentang kebahagiaan, adalah kebahagiaan karena kebahagiaan orang lain. Kita tampaknya tidak memiliki kata untuk itu. Kita sangat sensitif terhadap hal negatif, tetapi ini sebagian diimbangi oleh fakta bahwa kita memiliki sebuah kepositifan.
We're also born pleasure-seekers. Babies love the taste of sweet and hate the taste of bitter. They love to touch smooth surfaces rather than rough ones. They like to look at beautiful faces rather than plain faces. They like to listen to consonant melodies instead of dissonant melodies. Babies really are born with a lot of innate pleasures. There was once a statement made by a psychologist that said that 80 percent of the pursuit of happiness is really just about the genes, and it's as difficult to become happier as it is to become taller. That's nonsense. There is a decent contribution to happiness from the genes -- about 50 percent -- but there is still that 50 percent that is unaccounted for.
Kita juga dilahir sebagai pencari kenikmatan. Bayi menyukai rasa manis dan membenci rasa pahit. Mereka suka menyentuh permukaan yang halus daripada yang kasar. Mereka suka melihat wajah cantik daripada wajah yang tidak menarik. Mereka suka mendengarkan melodi consonant (musik yang stabil) bukan melodi dissonant. Bayi benar-benar dilahirkan dengan banyak kesenangan bawaan. Ada pernyataan yang dibuat oleh seorang psikolog yang mengatakan bahwa 80 persen dari mencari kebahagiaan benar-benar hanya tentang gen, dan untuk menjadi lebih bahagia sama sulitnya dengan untuk menjadi lebih tinggi. Itu omong kosong. Terdapat kontribusi yang layak untuk kebahagiaan dari gen-- sekitar 50 persen-- namun masih ada yang 50 persen yang belum ditentukan.
Let's just go into the brain for a moment, and see where does happiness arise from in evolution. We have basically at least two systems here, and they both are very ancient. One is the reward system, and that's fed by the chemical dopamine. And it starts in the ventral tegmental area. It goes to the nucleus accumbens, all the way up to the prefrontal cortex, orbital frontal cortex, where decisions are made, high level. This was originally seen as a system that was the pleasure system of the brain. In the 1950s, Olds and Milner put electrodes into the brain of a rat. And the rat would just keep pressing that bar thousands and thousands and thousands of times. It wouldn't eat. It wouldn't sleep. It wouldn't have sex. It wouldn't do anything but press this bar. So they assumed this must be, you know, the brain's orgasmatron.
Mari kita masuk ke otak untuk beberapa saat, dan melihat di mana kebahagiaan terbentuk timbul dari dalam evolusi. Pada dasarnya kami memiliki setidaknya dua sistem di sini, dan kedua sistem tersebut sangat kuno. Salah satunya adalah sistem penghargaan, dan itu dipicu oleh chemical dopamine. Dan itu dimulai di daerah ventral tegmental. menuju ke nucleus accumbens, Seluruhnya sampai ke prefrontal cortex, orbital frontal cortex, dimana keputusan dibuat, tingkat tinggi. Ini pada awalnya dianggap sebagai suatu sistem itu adalah sistem kesenangan otak. Pada tahun 1950, Olds dan Milner menempatkan elektroda ke dalam otak tikus. Dan tikus tersebut hanya terus menekan sebuah bar ribuan dan ribuan kali. Tidak akan makan. Tidak akan tidur. Tidak akan berhubungan seks. Tidak akan melakukan apa pun selain menekan bar tersebut. Jadi mereka menganggap ini harus, tahukah anda, orgasmatron otak.
It turned out that it wasn't, that it really is a system of motivation, a system of wanting. It gives objects what's called incentive salience. It makes something look so attractive that you just have to go after it. That's something different from the system that is the pleasure system, which simply says, "I like this." The pleasure system, as you see, which is the internal opiates, there is a hormone oxytocin, is widely spread throughout the brain. Dopamine system, the wanting system, is much more centralized.
Ternyata itu bukan, bahwa sebenarnya ini adalah sistem motivasi, sebuah sistem keinginan. Itu memberi benda yang disebut arti-penting insentif. Itu membuat sesuatu terlihat begitu menarik bahwa Anda hanya perlu pergi setelah itu. Yang berbeda dari sistem itu adalah sistem kesenangan, yang hanya berkata, "Saya suka ini." Sistem kesenangan, seperti yang Anda lihat, yaitu internal opiates, terdapat hormon oxytocin, yang secara luas tersebar di seluruh otak. Sistem Dopamine, sistem keinginan, jauh lebih terpusat.
The other thing about positive emotions is that they have a universal signal. And we see here the smile. And the universal signal is not just raising the corner of the lips to the zygomatic major. It's also crinkling the outer corner of the eye, the orbicularis oculi. So you see, even 10-month-old babies, when they see their mother, will show this particular kind of smile. Extroverts use it more than introverts. People who are relieved of depression show it more after than before. So if you want to unmask a true look of happiness, you will look for this expression.
Hal lain tentang emosi positif adalah bahwa mereka memiliki sinyal universal. Dan kita lihat di sini senyum. Dan sinyal universal tidak hanya meningkatkan sudut bibir ke zygomatic major. Ini juga mengerutkan sudut luar mata, orbicularis oculi. Jadi Anda lihat, bahkan bayi 10 bulan, ketika mereka melihat ibu mereka, akan menunjukkan jenis senyuman tertentu. orang yang ekstrovert menggunakan ini lebih sering dari introvert. Orang yang baru terbebas dari depresi menunjukkan ini lebih dari sebelumnya. Jadi jika Anda ingin melihat arti sebenarnya dari kebahagiaan, Anda akan mencari ungkapan ini.
Our pleasures are really ancient. And we learn, of course, many, many pleasures, but many of them are base. And one of them, of course, is biophilia -- that we have a response to the natural world that's very profound. Very interesting studies done on people recovering from surgery, who found that people who faced a brick wall versus people who looked out on trees and nature, the people who looked out on the brick wall were in the hospital longer, needed more medication, and had more medical complications. There is something very restorative about nature, and it's part of how we are tuned.
Kesenangan kami benar-benar kuno. Dan kita belajar, tentu saja, banyak kesenangan, tapi banyak dari mereka yang dasar. Seorang dari mereka, tentu saja, adalah Biophilia -- bahwa kita memiliki respon terhadap alam itu sangat mendalam. Penelitian yang sangat menarik dilakukan pada orang-orang yang sembuh dari operasi, yang menemukan bahwa orang yang menghadapi dinding bata dibandingkan orang yang melihat pohon dan alam, orang-orang yang melihat dinding bata berada di rumah sakit lebih lama, diperlukan pengobatan lebih, dan memiliki lebih banyak komplikasi medis. Ada sesuatu yang sangat restoratif tentang alam, dan itu bagian dari bagaimana kita hidup.
Humans, particularly so, we're very imitative creatures. And we imitate from almost the second we are born. Here is a three-week-old baby. And if you stick your tongue out at this baby, the baby will do the same. We are social beings from the beginning. And even studies of cooperation show that cooperation between individuals lights up reward centers of the brain. One problem that psychology has had is instead of looking at this intersubjectivity -- or the importance of the social brain to humans who come into the world helpless and need each other tremendously -- is that they focus instead on the self and self-esteem, and not self-other. It's sort of "me," not "we." And I think this has been a really tremendous problem that goes against our biology and nature, and hasn't made us any happier at all.
Manusia, khususnya, kita adalah makhluk yang sangat imitatif. Dan kita mulai meniru hampir sejak detik kita dilahirkan. Berikut ini adalah seorang bayi berusia 3 minggu. Dan jika Anda mengeluarkan lidah anda di depan bayi ini, bayi ini akan melakukan hal yang sama. Dari awal, Kita adalah makhluk sosial. Dan bahkan penelitian tentang kerjasama menunjukkan bahwa kerjasama antara individu menyala pusat penghargaan otak. Satu masalah yang psikologi miliki adalah bukan melihat intersubjektivitas ini-- atau pentingnya otak sosial bagi manusia yang datang ke dunia dengan tak berdaya dan sangat saling membutuhkan-- mereka berfokus pada diri sendiri dan harga diri, dan bukan orang lain. Ini semacam "saya," bukan "kita." Dan saya pikir ini telah menjadi masalah yang benar-benar luar biasa yang bertentangan dengan biologi dan alam kita, dan sama sekali tidak membuat kita lebih bahagia.
Because when you think about it, people are happiest when in flow, when they're absorbed in something out in the world, when they're with other people, when they're active, engaged in sports, focusing on a loved one, learning, having sex, whatever. They're not sitting in front of the mirror trying to figure themselves out, or thinking about themselves. These are not the periods when you feel happiest. The other thing is, that a piece of evidence is, is if you look at computerized text analysis of people who commit suicide, what you find there, and it's quite interesting, is use of the first person singular -- "I," "me," "my," not "we" and "us" -- and the letters are less hopeless than they are really alone. And being alone is very unnatural to the human. There is a profound need to belong.
Karena ketika Anda berpikir tentang hal ini, orang paling bahagia ketika mereka menerima situasi, ketika mereka sangat tertarik dengan sesuatu di dunia, ketika mereka dengan orang lain, ketika mereka sedang aktif, terlibat dalam olahraga, fokus pada orang yang dicintai, belajar, melakukan hubungan seks, apapun itu. Mereka tidak duduk di depan cermin mencoba untuk memecahkan masalah mereka sendiri, atau berpikir tentang diri mereka sendiri. Ini bukan periode ketika Anda merasa paling bahagia. Hal lain adalah, sepotong bukti, adalah jika Anda melihat analisis teks komputerisasi orang yang bunuh diri, apa yang Anda temukan di sana, dan itu cukup menarik, adalah penggunaan bentuk orang pertama tunggal-- "saya," "saya", " punya saya," bukan "kita" dan "kita" -- dan huruf-huruf yang menunjukan sedikit putus asa dari mereka benar-benar sendirian. Dan sendirian sangat tidak wajar untuk manusia. Ada kebutuhan yang mendalam untuk dimiliki.
But there are ways in which our evolutionary history can really trip us up. Because, for example, the genes don't care whether we're happy, they care that we replicate, that we pass our genes on. So for example we have three systems that underlie reproduction, because it's so important. There's lust, which is just wanting to have sex. And that's really mediated by the sex hormones. Romantic attraction, that gets into the desire system. And that's dopamine-fed. And that's, "I must have this one person." There's attachment, which is oxytocin, and the opiates, which says, "This is a long-term bond." See the problem is that, as humans, these three can separate. So a person can be in a long term attachment, become romantically infatuated with someone else, and want to have sex with a third person.
Tapi ada cara disejarah evolusi kita yang benar-benar dapat mendeteksi kesalahan kita . Karena, contohnya, gen tidak peduli apakah kita bahagia, mereka peduli bahwa kita meniru, bahwa kita meneruskan hidup kita. Jadi contohnya kita memiliki tiga sistem yang mendasari reproduksi, karena itu sangat penting. Ada nafsu, yang hanya ingin berhubungan seks. Dan itu benar-benar diperantarai oleh hormon seks. rasa ketertarikan terhadap orang lain, yang masuk ke sistem keinginan. Dan itu dipicu dopamine. Dan itu, "Saya harus memiliki orang ini." Ada rasa simpati apa seseorang, yaitu oksitosin, dan opiates, yang mengatakan, "Ini adalah ikatan jangka panjang." Masalahnya adalah, sebagai manusia, ketiga hal tadi dapat terpisah. Jadi seseorang dapat berada dalam ikatan jangka panjang, menjadi tergila-gila dengan orang lain, dan ingin berhubungan seks dengan orang ketiga.
The other way in which our genes can sometimes lead us astray is in social status. We are very acutely aware of our social status and always seek to further and increase it. Now in the animal world, there is only one way to increase status, and that's dominance. I seize command by physical prowess, and I keep it by beating my chest, and you make submissive gestures. Now, the human has a whole other way to rise to the top, and that is a prestige route, which is freely conferred. Someone has expertise and knowledge, and knows how to do things, and we give that person status. And that's clearly the way for us to create many more niches of status so that people don't have to be lower on the status hierarchy as they are in the animal world.
Cara lain di mana gen kita kadang-kadang dapat menyesatkan kita dalam status sosial. Kita sangat sadar akan status sosial kita dan selalu berusaha untuk memajukan dan meningkatkannya. Sekarang di dunia hewan, hanya ada satu cara untuk meningkatkan status, yaitu mendominasi. mereka menguasai dengan kecakapan fisik, dan mereka membusungkan dadanya sambil memukul-mukul dada mereka sendiri, dan yang lain membuat gerakan tunduk. Sekarang, manusia memiliki cara lain yang secara keseluruhan berbeda untuk menguasai, dan itu adalah rute prestise, yang diberikan secara bebas. Seseorang yang memiliki keahlian dan pengetahuan, dan tahu bagaimana melakukan sesuatu, dan kita memberikan orang itu status. Dan itu jelas merupakan cara bagi kita untuk menciptakan banyak status sehingga orang tidak harus lebih rendah pada hirarki statusnya seperti dalam dunia hewan.
The data isn't terribly supportive of money buying happiness. But it's not irrelevant. So if you look at questions like this, life satisfaction, you see life satisfaction going up with each rung of income. You see mental distress going up with lower income. So clearly there is some effect. But the effect is relatively small. And one of the problems with money is materialism. What happens when people pursue money too avidly, is they forget about the real basic pleasures of life. So we have here, this couple. "Do you think the less-fortunate are having better sex?" And then this kid over here is saying, "Leave me alone with my toys." So one of the things is that it really takes over. That whole dopamine-wanting system takes over and derails from any of the pleasure system.
Data yang tidak terlalu mendukung bahwa uang membeli kebahagiaan. Tapi itu berkaitan. Jadi jika Anda melihat pertanyaan seperti ini, kepuasan hidup, Anda melihat kepuasan hidup akan naik setiap meningkatnya pendapatan. Anda melihat tekanan mental akan naik dengan pendapatan yang lebih rendah. Jadi jelas ada beberapa efek. Tapi efeknya relatif kecil. Dan salah satu masalah dengan uang adalah materialisme. Apa yang terjadi ketika orang mencari uang secara berlebihan, adalah mereka melupakan kenikmatan dasar yang nyata dari kehidupan. Jadi disini, pasangan ini. "Apakah menurut anda kurang beruntung mengalami seks yang lebih baik?" Kemudian anak ini berkata, "Tinggalkan saya sendiri dengan mainan saya." Jadi salah satu hal yang benar-benar mengambil alih. Bahwa keseluruhan dopamine- sistem keinginan mengambil alih dari salah satu sistem kesenangan.
Maslow had this idea back in the 1950s that as people rise above their biological needs, as the world becomes safer and we don't have to worry about basic needs being met -- our biological system, whatever motivates us, is being satisfied -- we can rise above them, to think beyond ourselves toward self-actualization or transcendence, and rise above the materialist.
Maslow memiliki ide ini pada tahun 1950 bahwa jika orang bisa mengontrol kebutuhan biologis mereka, dunia menjadi lebih aman dan kita tidak perlu khawatir tentang pemenuhan kebutuhan dasar -- sistem biologis kita, apa pun memotivasi kita, menjadi puas -- kita bisa mengontrol mereka, untuk berpikir di luar diri kita sendiri menuju aktualisasi diri atau transendensi, dan mengontrol materialis.
So to just quickly conclude with some brief data that suggests this might be so. One is people who underwent what is called a quantum change: they felt their life and their whole values had changed. And sure enough, if you look at the kinds of values that come in, you see wealth, adventure, achievement, pleasure, fun, be respected, before the change, and much more post-materialist values after. Women had a whole different set of value shifts. But very similarly, the only one that survived there was happiness. They went from attractiveness and happiness and wealth and self-control to generosity and forgiveness.
Jadi dapat disimpulkan dengan beberapa data tadi yang menunjukkan hal ini mungkin terjadi. Salah satunya adalah orang yang menjalani apa yang disebut perubahan kuantum: mereka merasa hidup mereka dan keseluruhan nilai-nilai mereka telah berubah. Dan tentu saja, jika Anda melihat jenis-jenis nilai yang masuk, Anda melihat kekayaan, petualangan, prestasi, kesenangan, menyenangkan, dihormati, sebelum perubahan, dan lebih banyak nilai pasca-materialis setelah perubahan. Perempuan memiliki satu set pergeseran nilai yang berbeda secara keseluruhan. Tapi sangat mirip, satu-satunya bahwa ketika kita bertahan akan ada kebahagiaan. Mereka berasal dari daya tarik dan kebahagiaan dan kekayaan dan pengendalian diri untuk kemurahan hati dan pengampunan.
I end with a few quotes. "There is only one question: How to love this world?" And Rilke, "If your daily life seems poor, do not blame it; blame yourself. Tell yourself that you are not poet enough to call forth its riches." "First, say to yourself what you would be. Then do what you have to do."
Saya akhiri dengan beberapa kutipan. "Hanya ada satu pertanyaan: Bagaimana mencintai dunia ini? " Dan Rilke, "Jika kehidupan sehari-hari Anda terlihat buruk, jangan menyalahkannya; salahkanlah diri anda sendiri. Katakan pada diri Anda bahwa Anda bukan penyair yang cukup berpuisi untuk memanggil kekayaannya. " "Pertama, katakan pada diri sendiri Anda ingin menjadi apa. Kemudian lakukan apa yang harus Anda lakukan. "
Thank you. (Applause)
Terima kasih. (Tepuk tangan)