I've moved about 20 times in my life. And each time that I move to a new neighborhood, a new city, a new country, it seems to get harder and harder to sustain the friendships I left behind. But right now, sustaining those friendships seems especially important and especially difficult. So I'm wondering what is manageable? How can I keep those friendships afloat without getting overwhelmed?
Aku pindah rumah sebanyak 20 kali dalam seumur hidupku. Dan tiap kali aku pindah ke tempat lain, kota lain, atau negara lain, terasa makin berat untuk mempertahankan pertemanan yang kutinggalkan. Tapi sekarang, mempertahankan pertemanan terlihat sangat penting dan sangat sulit. Jadi kupikir, apa yang bisa dilakukan? Bagaimana cara menjaga pertemanan tetap baik, tanpa merasa terbebani?
[Am I Normal? with Mona Chalabi]
[Apakah Saya Normal? dengan Mona Chalabi]
To find out, I turned to my two most trusted sources: data and my mum. Now, since she hates being on camera, this puppet is going to be as good as it gets. But before she weighs in, I wanted to look at the studies on how friendships fall apart in the hopes that I might be able to avoid some of those pitfalls.
Untuk menemukannya, aku berpaling kepada dua sumber terpercayaku: data dan ibuku. Karena dia benci tampil depan kamera, boneka ini akan menjadi penggantinya. Namun sebelum ia menjawab, aku ingin melihat artikel tentang alasan pertemanan menjadi retak dengan harapan, aku bisa menghindari kesalahan itu.
According to one study, friendships often dissolve because of a lack of opportunity to meet, hang out and connect. Which may explain why, after a year of isolation, some of my friendships feel like they're hanging on by a thread. The same researcher made headlines with the finding that we lose half of our friendships every seven years.
Menurut salah satu studi, pertemanan menjadi lenyap karena kurangnya kesempatan bertemu, bermain, dan berkoneksi. Yang juga bisa menjawab, setelah setahun isolasi, beberapa pertemananku terasa seperti menggantung pada benang tipis. Peneliti yang sama masuk tajuk utama dengan penemuan bahwa kita kehilangan separuh pertemanan setiap tujuh tahun.
Now, before you start doomscrolling through your contact list, you should know that's not quite as severe as it sounds. Over those seven years, the size of our friendship group actually stays pretty stable. So if you have 20 or 30 good friends now, seven years later, you still probably have 20 or 30 good friends. The catch, though, is that 52 percent of those faces will be different. Over seven years, we will replace many of the people in our network with new ones.
Sebelum kamu terus menerus melihat daftar kontakmu, kamu harus tahu bahwa itu tidak seburuk kedengarannya. Selama tujuh tahun itu, ukuran grup pertemanan kita sebenarnya cukup stabil. Jadi jika kamu punya 20-30 teman baik sekarang, tujuh tahun kemudian, mungkin kamu masih punya 20-30 teman baik juga. Namun, 52 persen dari mereka akan menjadi berbeda. Dalam tujuh tahun, kita akan mengganti orang di lingkaran kita dengan orang baru.
As someone who has had to work more and more from home, the opportunity to go out and make new friends is pretty limited. It's a luxury I don't often have. And the research on the formation of new friends suggest that this takes time. A lot of time.
Sebagai seseorang yang harus banyak bekerja dari rumah, kesempatan untuk keluar dan bertemu teman baru sangat sedikit. Itu kemewahan yang tak kupunya. Penelitian tentang pembentukan pertemanan baru menemukan bahwa hal ini perlu waktu. Waktu yang panjang.
A recent study found that you have to spend between 40 and 60 hours with someone before they can go from an acquaintance to a casual friend. They get upgraded to a fully fledged friend around 80 to 100 hours, and get elevated to a best friend after you spend at least 200 hours of quality time together.
Studi baru menemukan bahwa kamu harus menghabiskan antara 40-60 jam dengan seseorang sebelum mereka berubah dari hanya sebagai kenalan ke teman. Mereka berkembang menjadi teman baik setelah sekitar 80-100 jam, dan meningkat jadi sahabat setelah menghabiskan 200 jam waktu berkualitas bersama.
And the emphasis here is on quality time. You might say "hi" to a barista every morning or be polite to a coworker, but you wouldn't necessarily invite either one over for dinner.
Dan penekanannya pada waktu berkualitas. Mungkin kamu menyapa seorang barista setiap pagi atau sopan kepada rekan kerja, tapi kamu takkan mengundang mereka pergi makan malam.
I was feeling a little bit daunted by all of these numbers until I spoke to my mum, who has a more optimistic take on all of this. "A friendship is essential in your life. How does friendship start? The first thing is to know that person. If you don't want to know these people, if you don't open a window of communication, you will never become friends of them. You have to start. If you want to be isolated, you just shut your windows and look at them, and they don't look at you."
Aku merasa agak terbebani dengan angka-angka itu sampai aku bicara ke ibuku, yang melihat ini dengan lebih optimis. “Pertemanan memang penting dalam hidupmu. Bagaimana pertemanan dimulai? Pertama, kamu harus mengenal orang itu. Jika kamu tidak mau mengenal mereka, jika kamu tidak membuka pintu komunikasi, kamu tidak akan jadi teman mereka. Kamu harus memulai. Jika kamu ingin terisolasi, tutup saja kesempatan itu dan lihat mereka, mereka tidak akan melihatmu balik.”
OK, so yes, if I really, really want to make a new friendship, I could go out and make the effort to make a new friend by, say, knocking on my neighbor's door, who plays really good music a bit too loudly. But what about my current group of friends? Are we all doomed just because we don't get the chance to hang out like we used to?
Jadi, ya, jika aku sungguh-sungguh ingin punya teman baru, aku bisa keluar rumah dan berusaha membuat teman baru dengan mengetuk pintu rumah tetangga, yang memutar musik dengan sedikit kencang. Bagaimana dengan kelompok pertemananku saat ini? Apakah ini nasib buruk kita karena kita tidak ada waktu untuk jalan-jalan seperti dulu?
"I think yes, with the friends, the distance gets further and further if you are not meeting them. But it also shows you the ones that don't disappear because of the time or the distance. They will be there for you if you need them. So the special friends. And this difficult time shows you who cares and who is a good person or a good friend."
“Kupikir iya, dengan teman, jarak semakin jauh dan jauh jika tidak menemui mereka. Tapi itu juga menunjukkanmu orang yang tidak menghilang karena waktu atau jarak. Mereka akan selalu ada jika kamu butuh. Jadi teman yang spesial. Dan pada waktu sulit ini kamu tahu siapa yang peduli dan siapa orang baik atau teman yang baik.”
I think she's right. I don't think there's a magical formula or a mythical number of hours to chase. This just takes time and effort. So if you'll excuse me, I have a good friend that I need to call.
Kupikir ia benar. Aku pikir tidak ada formula rahasianya atau durasi waktu yang harus dikejar. Hanya perlu waktu dan usaha. Jadi, aku permisi dulu, ada seorang teman yang harus saya hubungi.