So I want to talk today about money and happiness, which are two things a lot of us spend a lot of our time thinking about, either trying to earn them or trying to increase them. And a lot of us resonate with this phrase, we see it in religions and self-help books: money can't buy happiness. And I want to suggest today that, in fact, that's wrong.
Jadi hari ini saya akan berbicara tentang uang dan kebahagiaan, dua hal yang banyak diantara kita menghabiskan banyak waktu kita memikirkan tentangnya, baik itu untuk meraihnya atau menambahkannya. Banyak dari kita tertarik oleh prasa ini. Kita dapat menemukan prasa tersebut dalam buku keagamaan dan kepribadian, bahwa uang tidak mampu membeli kebahagiaan. Dan hari ini, saya tegaskan bahwa faktanya hal tersebut adalah keliru,
(Laughter)
(Tawa)
I'm at a business school, so that's what we do. So that's wrong, and in fact, if you think that, you're just not spending it right. So instead of spending it the way you usually spend it, maybe if you spent it differently, that might work a little bit better. Before I tell you the ways you can spend it that will make you happier, let's think about the ways we usually spend it that don't, in fact, make us happier. We had a little natural experiment. So CNN, a little while ago, wrote this interesting article on what happens to people when they win the lottery. It turns out people think when they win the lottery their lives will be amazing. This article's about how their lives get ruined. What happens when people win the lottery is, one, they spend all the money and go into debt; and two, all of their friends and everyone they've ever met find them and bug them for money. It ruins their social relationships, in fact. So they have more debt and worse friendships than they had before they won the lottery.
Saya belajar di sekolah bisnis, dan itulah yang kami lakukan. Ya, faktanya, jika anda berpikir demikian, maka anda keliru, sebenarnya, anda hanya tidak mampu menggunakan uang dengan benar. Jadi, bukannya menggunakan uang sebagaimana biasa anda menggunakannya, anda mungkin menggunakan uang dengan cara berbeda, yang mungkin hasilnya sedikit lebih baik. Dan sebelum saya mengatakan pada anda cara-cara bagaimana menggunakan uang yang akan membuat anda lebih bahagia, mari kita renungkan sejenak bagaimana cara kita biasanya menggunakan uang yang pada kenyataannya, tidak mampu membuat kita bahagia. Kami melakukan sebuah eksperimen alami kecil-kecilan. beberapa waktu lalu, CNN menulis artikel yang menarik ini tentang apa yang terjadi pada orang ketika mereka memenangi lotre. Dan orang beranggapan bahwa jika memenangi lotre, maka hidup mereka akan luar biasa. Artikel ini justru membahas bagaimana kehidupan orang berantakan. Jadi, apa yang terjadi ketika orang memenangi lotre? yang pertama adalah, mereka menggunakan semua uang tersebut hingga berhutang, dan yang kedua, semua teman mereka dan setiap orang yang pernah ketemu dengannya menemui mereka dan menganggu mereka karena uang. Faktanya, hal itu justru malah merusak hubungan sosial mereka. Jadi, mereka memiliki lebih banyak hutang dan merusak persahabatan. dibanding sebelum mereka memenangi lotre. Yang menarik dari artikel tersebut adalah
What was interesting about the article was, people started commenting on the article, readers of the thing. And instead of talking about how it made them realize that money doesn't lead to happiness, everyone started saying, "You know what I'd do if I won the lottery ...?" and fantasizing about what they'd do. Here's just two of the ones we saw that are interesting to think about. One person wrote, "When I win, I'm going to buy my own little mountain and have a little house on top."
orang banyak mengomentarinya, membacanya. Bukannya membahas bagaimana artikel tersebut berhasil menyadarkan mereka bahwa uang tak mampu memberikan kebahagiaan, orang malah banyak berkomentar, "Tahu gak, jika saya menang lotre ...?" dan berfantasi akan apa yang akan mereka lakukan. Dan ini adalah dua dari sekian banyak orang yang kami temui justru berpikir seperti itu. Seseorang menulis, "Jika menang lotre, saya akan membeli gunung dan membangun rumah kecil di puncaknya."
(Laughter)
(Tawa)
And another person wrote, "I would fill a big bathtub with money and get in the tub while smoking a big fat cigar and sipping a glass of champagne." This is even worse: "... then I'd have a picture taken and dozens of glossies made. Anyone begging for money or trying to extort from me would receive a copy of the picture and nothing else."
Dan ada juga yang menulis, "Saya akan mengisi penuh bak mandi saya dengan uang lalu menceburkan diri kedalamnya sambil menghisap serutu dan menikmati segelas sampanye." Dan lebih parah lagi, dia menambahkan, "Lalu aku akan berphoto dan mencetaknya dengan sangat banyak. Siapapun yang meminta uang atau memerasku aku hanya akan memberinya selembar photo itu saja."
(Laughter)
(Tawa)
And so many of the comments were exactly of this type, where people got money and, in fact, it made them antisocial. So I told you it ruins people's lives and their friends bug them. Also, money often makes us feel very selfish and we do things only for ourselves. We thought maybe the reason money doesn't make us happy is that we're spending it on the wrong things; in particular, we're always spending it on ourselves. And we wondered what would happen if we made people spend more of their money on others. So instead of being antisocial with your money, what if you were more pro-social with it?
Banyak komentar seperti ini ketika orang memiliki banyak uang faktanya, mereka cenderung menjadi anti-sosial. Saya katakan sebelumnya bahwa ketika memiliki banyak uang, kehidupan orang jadi berantakan, ditinggalkan kawan. Uang juga sering membuat kita jadi egois apapun yang kita lakukan hanya untuk kita sendiri. Mungkin, alasan kenapa uang tidak membuat kita bahagia adalah kita selalu menggunakannya dengan cara yang salah, utamanya, kita hanya menggunakan uang untuk kita sendiri. Kami bertanya-tanya apa yang akan terjadi ketika kita bisa mendorong orang menggunakan uang mereka demi orang lain. Jadi, tidak menjadi anti-sosial karena memiliki uang. Bagaimana jika anda menjadi orang yang lebih pro-sosial dengan uang anda?
We thought, let's make people do it and see what happens. Let's have some people do what they usually do, spend money on themselves, and let's make some people give money away, and measure their happiness and see if, in fact, they get happier. The first way we did this was, one Vancouver morning, we went out on the campus at University of British Columbia, approached people and said, "Do you want to be in an experiment?" They said, "Yes." We asked them how happy they were, and then gave them an envelope. One of the envelopes had things in it that said, "By 5pm today, spend this money on yourself." We gave some examples of what you could spend it on. Other people got a slip of paper that said, "By 5pm today, spend this money on somebody else." Also inside the envelope was money.
Kami berpikir, ayo, kita dorong orang melakukan itu dan lihat apa yang akan terjadi. Biarkan orang menggunakan uang seperti biasa mereka lakukan, dan membelanjakan uang untuk diri sendiri, dan dorong orang memberikan uangnya, dan ukurlah tingkat kebahagiaan mereka, dan fakta menunjukan bahwa mereka lebih bahagia. Yang pertama kami lakukan adalah ini. Suatu pagi di Vancouver, kami berjalan sekeliling kampus di University of British Columbia dan kami mendekati orang-orang, kami tanya, "Apakah anda ingin menjadi bagian sebuah eksperimen?" Jawab mereka, "Ya, mau." Kami tanya seberapa bahagia mereka, lalu kami beri mereka sebuah amplop. Salah satu amplop berisi tulisan, "Jam 5 sore hari ini, belanjakan uang ini untuk diri anda sendiri." Lalu kami berikan mereka beberapa contoh bagaimana mereka membelanjakan uang itu. Kami juga memberikan amplop pada beberapa orang lain dan berisi tulisan, "Jam 5 sore hari ini, belanjakan uang ini untuk orang lain." Dan didalam amplop itu juga ada uangnya.
And we manipulated how much money we gave them; some people got this slip of paper and five dollars, some got this slip of paper and 20 dollars. We let them go about their day and do whatever they wanted. We found out they did spend it in the way we asked them to. We called them up and asked them, "What did you spend it on? How happy do you feel now?" What did they spend it on? These are college undergrads; a lot of what they spent it on for themselves were things like earrings and makeup. One woman said she bought a stuffed animal for her niece. People gave money to homeless people. Huge effect here of Starbucks.
Kami membedakan berapa banyak uang yang kami berikan pada mereka. Ada yang menerima amplop dan uang 5 dollar. Ada juga beberapa yang menerima amplop dengan uang 20 dollar. Kami biarkan mereka menjalani hari itu. Mereka melakukan apapun yang ingin mereka lakukan. Dan kami menemukan bahwa mereka melakukan apa yang kami perintahkan. Dan pada malamnya, kami panggil mereka, "Anda belanjakan untuk apa uang itu, dan seberapa bahagia perasaan anda?" Dibelanjakan untuk apa uang itu? Mereka adalah mahasiswa S-1, dan kebanyakan dari mereka membelanjakan uang itu untuk dirinya sendiri seperti membeli anting dan make-up. Salah seorang perempuan berkata bahwa dia membelikan keponakannya mainan. Ada yang memberikan uang itu ke gelandangan. Dampak terbesar disini adalah Starbucks. (Tawa)
(Laughter)
Jadi, jika anda memberikan uang 5 dollar ke mahasiswa S-1, maka itu seperti memberi mereka candu
So if you give undergraduates five dollars, it looks like coffee to them, and they run over to Starbucks and spend it as fast as they can. Some people bought coffee for themselves, the way they usually would, but others bought coffee for somebody else. So the very same purchase, just targeted toward yourself or targeted toward somebody else. What did we find when we called at the end of the day? People who spent money on others got happier; people who spent it on themselves, nothing happened. It didn't make them less happy, it just didn't do much for them.
dan mereka pergi ke Starbucks dan membelanjakan uang itu secepat kilat. Tapi, ada beberapa orang yang membeli kopi untuk dirinya sendiri, seperti biasa mereka lakukan, ada juga yang membelikan kopi untuk orang lain. Pembelanjaan uang yang sama, bedanya hanya, apakah untuk diri sendiri atau untuk orang lain. Apa yang kami temukan ketika kami memanggil mereka kembali malam harinya? Orang yang membelanjakan uang untuk orang lain nampak lebih bahagia. Sementara bagi yang membelanjakan uang itu untuk diri sendiri, sepertinya tidak terjadi apa-apa. Bukan berarti membuat mereka kurang bahagia, hanya kurang memiliki arti.
The other thing we saw is the amount of money doesn't matter much. People thought 20 dollars would be way better than five. In fact, it doesn't matter how much money you spent. What really matters is that you spent it on somebody else rather than on yourself. We see this again and again when we give people money to spend on others instead of on themselves. Of course, these are undergraduates in Canada -- not the world's most representative population. They're also fairly wealthy and affluent and other sorts of things.
Dan hal lain yang kami temukan adalah banyaknya jumlah uang itu tidak terlalu berarti. Orang bernaggapan bahwa 20 dollar jelas lebih baik dibanding 5 dollar. Namun, bukan seberapa banyak uang yang anda miliki yang memiliki arti itu. Melainkan, apakah anda membelanjakan uang itu untuk orang lain darpada untuk diri sendiri. Kami menemukan hal ini berulang-ulang ketika kami memberikan uang pada orang dan meminta mereka membelanjakannya untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Tentu saja, mahasiswa S-1 tersebut adalah mereka yang tinggal di Kanada -- bukan dari wilayah yang paling mewakili populasi dunia. Mereka juga rata-rata cukup makmur dan cukup memiliki banyak hal.
We wanted to see if this holds true everywhere in the world or just among wealthy countries. So we went to Uganda and ran a very similar experiment. Imagine, instead of just people in Canada, we say, "Name the last time you spent money on yourself or others. Describe it. How happy did it make you?" Or in Uganda, "Name the last time you spent money on yourself or others and describe that." Then we asked them how happy they are, again. And what we see is sort of amazing, because there's human universals on what you do with your money, and real cultural differences on what you do as well. So for example, one guy from Uganda says this: "I called a girl I wished to love." They basically went out on a date, and he says at the end that he didn't "achieve" her up till now.
Kami ingin melihat apakah hal yang sama juga terjadi di tempat lain di dunia ini atau di antara negara-negara kaya. Lalu, kami pergi ke Uganda, dan menjalankan eksperimen yang sama. Bayangkan, jadi bukan hanya di Kanada, dimana kami bertanya, "Sebutkan kapan terakhir kali anda membelanjakan uang baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. Jabarkan. Seberapa bahagia anda saat itu?" Atau, di Uganda, kami bertanya, "Kapan terakhir kali anda membelanjakan uang untuk diri sendiri dan orang lain. Jabarkan bagaimana rasanya? " Lalu, kami tanya lagi seberapa bahagia mereka. Dan kami menemukan sesuatu yang luar biasa sebab ada kesamaan manusiawi yang universal tentang bagaimana anda membelanjakan uang dan perbedaan budaya yang nyata tentang apa yang anda lakukan. Misalnya, seorang pria di Uganda berkata, Dia berkata, "Saya menelfon gadis yang saya sukai." Pada dasarnya mereka ingin pergi berkencan, dan dia berkata bahwa pada kenyataannya dia tidak pernah "mengencani" perempuan itu hingga sekarang.
(Laughter)
Dan ini adalah seorang pria di Kanada.
Here's a guy from Canada. Very similar thing. "I took my girlfriend out for dinner. We went to a movie, we left early, and then went back to her room for ... cake," just cake.
Sangat mirip. "Saya mengajak pacar saya makan malam. Pergi nonton bioskop, kami pulang lebih awal, lalu kembali ke kamar pacarnya untuk ......" menikmati kue, hanya sebuah kue. Human universal -- belanjalan uang untuk orang lain,
(Laughter)
Human universal: you spend money on others, you're being nice. Maybe you have something in mind, maybe not. But then we see extraordinary differences. So look at these two. This is a woman from Canada. We say, "Name a time you spent money on somebody else." She says, "I bought a present for my mom. I drove to the mall, bought a present, gave it to my mom." Perfectly nice thing to do. It's good to get gifts for people you know. Compare that to this woman from Uganda: "I was walking and met a longtime friend whose son was sick with malaria. They had no money, they went to a clinic and I gave her this money." This isn't $10,000, it's the local currency. So it's a very small amount of money, in fact. But enormously different motivations here. This is a real medical need, literally a lifesaving donation. Above, it's just kind of, I bought a gift for my mother.
berbuat baik pada mereka. Mungkin anda memiliki pikiran lain, atau mungkin juga tidak. Kami menemukan perbedaan yang luar biasa. Perhatikan dua orang ini. Dia seorang perempuan dari Kanada. Kami tanya, "coba sebutkan saat ketika anda menggunakan uang anda untuk orang lain." Dia berkata, "Saya membeli hadiah untuk ibu saya. Saya pergi ke mall, membeli hadiah, dan memberikannya pada ibu saya." Hal yang sangat baik. Memberikan hadiah pada orang lain merupakan hal yang sangat baik. Bandingkan dengan perempuan yang dari Uganda ini. "Saya sedang berjalan dan bertemu kawan lama yang anaknya sakit malaria. Mereka tak memiliki uang, mereka pergi ke klinik dan saya berikan uang ini." Ini bukan 10 ribu dollar, melainkan 10 ribu uang lokal. Jadi itu jumlah yang sangat sedikit, pada kenyataannya. Tapi motivasi yang sangat berbeda muncul disini. Ini adalah sebuah kebutuahan obat, sumbangan yang sangat berarti untuk menyelamatkan hidup seseorang. Sementara yang sebelumnya tadi, membelikan ibunya hadiah.
What we see again, though, is that the specific way you spend on other people isn't nearly as important as the fact that you spend on other people in order to make yourself happy, which is really quite important. So you don't have to do amazing things with your money to make yourself happy. You can do small, trivial things and still get the benefits from doing this. These are only two countries. We wanted to look at every country in the world if we could, to see what the relationship is between money and happiness.
Yang kami temukan lagi adalah cara bagaimana anda menggunakan uang untuk orang lain tidaklah sepenting fakta bahwa anda sudah membelanjakan uang untuk orang lain supaya anda bahagia, sesuatu yang cukup penting. Jadi, anda tidak perlu melakukan hal yang luar biasa dengan uang anda supaya anda bahagia. Lakukan hal kecil, hal yang mungkin biasa namun mampu memberikan manfaat. Ini hanya contoh dari dua negara. Kami juga ingin melihat apa yang terjadi di negara-negara lain dan ingin melihat apa hubungan antara uang dan kebahagiaan. Kami memiliki data dari the Gallup Organization,
We got data from the Gallup Organization, which you know from all the political polls happening lately. They asked people, "Did you donate money to charity recently?" and, "How happy are you with life in general?" We can see what the relationship is between those two things. Are they positively correlated, giving money makes you happy? Or are they negatively correlated? On this map, green will mean they're positively correlated, red means they're negatively correlated. And you can see, the world is crazily green. So in almost every country in the world where we have this data, people who give money to charity are happier people than people who don't give money to charity. I know you're looking at the red country in the middle. I would be a jerk and not tell you what it is, but it's Central African Republic. You can make up stories. Maybe it's different there for some reason. Just below that to the right is Rwanda, though, which is amazingly green.
yang anda tahu dari berbagai jajak pendapat yang sedang tren saat ini. Mereka bertanya pada orang, "Apakah anda mendonasikan uang anda untuk amal?" lalu mereka bertanya lagi, "Seberapa bahagia anda dengan hidup anda secara umum?" Dan kami menemukan ada hubungan antara kedua hal tersebut. Apakah keduanya terhubung secara positif? Berbagi uang membuat anda bahagia. Atau terhubung secara negatif? Pada peta ini, warna hijau berarti ada hubungan positif dan merah menunjukan adanya hubungan negatif. Dan anda lihat, dunia ini berwarna hijau ... luar biasa. Jadi, pada hampir semua negara di dunia dimana kami memiliki data ini, orang yang menyumbangkan uangnya untuk amal ternyata lebih bahagia dibanding orang yang tidak menyumbang uang untuk amal. Saya tahu anda mengarahkan pandangan pada negara dengan warna merah di tengah ini. Saya tidak akan menyembunyikan negara mana ini, ini adalah negara Republik Afrika Tengah Anda bisa mengarang cerita. Mungkin di negara tersebut, karena satu dan lain hal, muncul perbedaan. Sedikit ke bawah adalah Rwanda, yang sangat hijau. Hampir dimana-mana, kami menemukan
So almost everywhere we look, we see that giving money away makes you happier than keeping it for yourself. What about work, which is where we spend the rest of our time, when we're not with the people we know. We decided to infiltrate some companies and do a very similar thing. These are sales teams in Belgium. They work in teams, go out and sell to doctors and try to get them to buy drugs. We can look and see how well they sell things as a function of being a member of a team. We give people on some teams some money "Spend it however you want on yourself," just like we did with the undergrads in Canada. To other teams we say, "Here's 15 euro. Spend it on one of your teammates. Buy them something as a gift and give it to them. Then we can see, we've got teams that spend on themselves and these pro-social teams who we give money to make the team better. The reason I have a ridiculous pinata there is one team pooled their money and bought a pinata, they smashed the pinata, the candy fell out and things like that. A silly, trivial thing to do, but think of the difference on a team that didn't do that at all, that got 15 euro, put it in their pocket, maybe bought themselves a coffee, or teams that had this pro-social experience where they bonded together to buy something and do a group activity. What we see is that the teams that are pro-social sell more stuff than the teams that only got money for themselves.
kami menemukan bahwa menyumbangkan uang ternyata membuat kita lebih bahagia dibanding tetap menyimpannya. Bagaimana dengan kehidupan kerja anda, dimana kita menggunakan hampir semua waktu kita ketika kita tidak berada bersama orang yang kita kenal. Kami memutuskan untuk menyusup ke beberapa perusahaan dan melakukan eksperimen yang sama. Ini adalah tim penjualan di Belgia. Mereka bekerja pada sebuah tim; berjualan obat-obatan ke dokter. KIta dapat melihat seberapa baik mereka dalam menjual sebagai tugas dari anggota sebuah tim. Beberapa tim, kami memberikan orang pada tim tersebut uang untuk mereka sendiri dan berkata, "gunakan uang ini untuk apapun yang anda inginkan untuk diri anda sendiri," seperti yang kami lakukan ke mahasiswa di Kanada. Sementara pada tim-tim lain, kami berkata, "Ini uang 15 euro, gunakan uang ini bersama rekan setim anda pekan ini. Belikan mereka hadiah. Dan, kami memiliki dua tim, satu tim menggunakan uang untuk diri sendiri dan satu tim menggunakan uang untuk bersama-sama mereka diberikan uang supaya tim mereka sedikit lebih baik. Alasan saya memiliki pinata ini adalah karena salah satu tim mengumpulkan uangnya dan membeli pinata ini, mereka berkumpul dan memecahkan pinata ini hingga permen didalamnya keluar. Sangat lucu, hal yang sangat sepele. Namun, perhatikan tim lain yang melakukan hal berbeda, mereka memiliki 15 euro, memasukannya ke saku mereka, mungkin digunakan untuk membeli kopi, atau tim yang memiliki pengalaman pro-sosial dimana mereka mengumpulkan uang untuk membeli sesuatu dan melakukan aktifitas kelompok. Yang kami temukan adalah bahwa, tim yang lebih pro-sosial ternyata mampu melakukan penjualan lebih banyak dibanding tim yang hanya menggunakan uang untuk masing-masing anggota secara individual.
One way to think of it is: for every 15 euro you give people for themselves, they put it in their pocket and don't do anything different than before. You don't get money from that; you lose money, since it doesn't motivate them to perform better. But when you give them 15 euro to spend on their teammates, they do so much better on their teams that you actually get a huge win on investing this kind of money.
Satu cara untuk memahami ini adalah dari tiap 15 euro yang anda berikan ke orang lain, mereka memasukannya ke saku mereka, tak melakukan apapun selain yang biasa mereka lakukan sebelumnya. Anda tidak akan mendapatkan uang sepeserpun dari hal seperti itu. Sesunguhnya, anda kehilangan uang, sebab sikap seperti itu tidak memotivasi munculnya kinerja yang lebih baik. Namun, ketika anda membelanjakan uang 15 euro itu untuk dinikmati bersama anggota tim anda, maka anggota tim tersebut memiliki kinerja lebih baik, anda memperoleh pendapatan luar biasa dari investasi uang seperti itu.
You're probably thinking to yourselves, this is all fine, but there's a context that's incredibly important for public policy, and I can't imagine it would work there. And if he doesn't show me that it works here, I don't believe anything he said. I know what you're all thinking about are dodgeball teams.
Dan saya menyadari bahwa anda mungkin lebih memilih untuk diri anda sendiri, itu juga baik, namun ada konteks yang sangat penting bagi kebijakan publik dan saya tak dapat membayangkan akan seperti apa jadinya. Pada dasarnya, jika dia tidak menunjukan pada saya bahwa prinsip itu berlaku disini, saya tidak mempercayai apapun yang dia katakan. Saya tahu, apa yang ada dalam pikiran anda adalah tim Dodgeball,
(Laughter)
(Tawa)
This was a huge criticism that we got, that if you can't show it with dodgeball teams, this is all stupid. So we went and found these dodgeball teams and infiltrated them, and did the exact same thing as before. So we give people on some teams money to spend on themselves. Other teams, we give them money to spend on their dodgeball teammates. The teams that spend money on themselves have the same winning percentages as before. The teams we give the money to spend on each other become different teams; they dominate the league by the time they're done.
Ini merupakan kritik pedas dimana kita berkata, jika ada tidak mampu menunjukannya dengan tim Dodgeball, maka ini semua bodoh. Kami lalu mencari tim Dodgeball tersebut menyusup ke dalam tim itu. Dan kami melakukan eksperimen yang sama dengan sebelumnya. Beberapa tim, kami berikan orang-orang pada tim tersebut uang, mereka menggunakan uang itu untuk diri sendiri. Pada tim lain, kami berikan mereka uang dan gunakan uang itu bersama-sama rekan setim. Tim yang menggunakan uang untuk diri sendiri memiliki persentase kemenangan yang sama seperti sebelumnya. Dan tim yang menggunakan uang untuk bersama, mereka menjadi tim yang berbeda, dan mereka mendominasi liga.
Across all of these different contexts -- your personal life, you work life, even things like intramural sports -- we see spending on other people has a bigger return for you than spending on yourself. So if you think money can't buy happiness, you're not spending it right. The implication isn't you should buy this product instead of that product, and that's the way to make yourself happier. It's that you should stop thinking about which product to buy for yourself, and try giving some of it to other people instead.
Pada semua konteks yang berbeda ini, kehidupan pribadi anda, pekerjaan anda, bahkan hal-hal kecil seperti tim olahraga amatir -- kami menemukan bahwa berbagi bersama itu mampu memberikan hasil yang lebih besar dibanding menggunakan uang hanya untuk diri sendiri. Dan jadi Saya hanya akan mengatakan, jika anda beranggapan uang tak mampu memberikan kebahagiaan maka artinya anda tidak menggunakan uang itu dengan benar. Implikasinya bukan berarti anda harus membeli produk ini, bukan yang itu dan itulah cara membuat anda lebih bahagia. Faktanya, anda harus berhenti berpikir produk mana yang akan anda beli untuk diri sendiri dan mulailah mencoba untuk berbagi dengan orang lain.
And we luckily have an opportunity for you. DonorsChoose.org is a nonprofit for mainly public school teachers in low-income schools. They post projects like, "I want to teach Huckleberry Finn and we don't have the books," or, "I want a microscope to teach my students science and we don't have a microscope." You and I can go on and buy it for them. The teacher and the kids write you thank-you notes, sometimes they send pictures of them using the microscope. It's an extraordinary thing.
Dan kami beruntung memiliki kesempatan bagi anda. DonorsChoose.org adalah sebuah lembaga nirlaba yang didedikasikan untuk para guru di sekolah-sekolah miskin. Mereka memiliki banyak proyek, mereka berkata, "Saya ingin mengajarkan Huckkleberry Finn ke siswa di kelas saya, tapi kami tidak memiliki bukunya," atau "Saya ingin memiliki mikroskop untuk mengajarkan sains pada siswa saya tapi kami tak memilikinya." Anda bersama saya bisa membelikan apa yang mereka butuhkan itu. Guru-guru itu mengucapkan terima kasih pada anda. Begitu juga dengan siswanya. Kadang mereka juga mengirim anda photo tentang mereka sedang menggunakan mikroskop. Sesuatu yang luar biasa.
Go to the website and start yourself on the process of thinking less about "How can I spend money on myself?" and more about "If I've got five dollars or 15 dollars, what can I do to benefit other people?" Ultimately, when you do that, you'll find you benefit yourself much more.
Kunjungilah website-nya dan mulailah untuk mengurangi berpikir, "bagaimana saya membelanjakan uang untuk saya sendiri?" dan lebih banyaklah berpikir, "JIka saya punya uang 15 Dollar, apa yang bisa saya lakukan untuk memberikan manfaat bagi orang lain?" Sebab, ketika anda melakukan itu, sesungguhnya anda sudah memberikan banyak keuntungan bagi diri anda sendiri.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)