This is poo, and what I want to do today is share my passion for poo with you, which might be quite difficult, but I think what you might find more fascinating is the way these small animals deal with poo.
Ini adalah kotoran, dan yang ingin saya lakukan saat ini adalah berbagi gairah mengenai kotoran bersama Anda, yang barangkali cukup sulit, namun mungkin yang paling menarik adalah bagaimana hewan ini berurusan dengan kotoran.
So this animal here has got a brain about the size of a grain of rice, and yet it can do things that you and I couldn't possibly entertain the idea of doing. And basically it's all evolved to handle its food source, which is dung.
Jadi hewan ini memiliki otak sebesar bulir padi, kecil namun bisa melakukan banyak hal yang mungkin menurut kita tidak akan mampu dilakukannya. Pada dasarnya semua hewan ini berevolusi untuk menguasai sumber makanannya yakni kotoran.
So the question is, where do we start this story? And it seems appropriate to start at the end, because this is a waste product that comes out of other animals, but it still contains nutrients and there are sufficient nutrients in there for dung beetles basically to make a living, and so dung beetles eat dung, and their larvae are also dung-feeders. They are grown completely in a ball of dung. Within South Africa, we've got about 800 species of dung beetles, in Africa we've got 2,000 species of dung beetles, and in the world we have about 6,000 species of dung beetles. So, according to dung beetles, dung is pretty good.
Jadi pertanyaannya adalah, dari mana kita akan mulai cerita ini? Dan sepertinya lebih baik dimulai dari akhirnya, karena ini adalah sampah yang dikeluarkan oleh hewan lain, namun masih mengandung nutrisi yang cukup di dalamnya untuk menopang kebutuhan dasar kumbang kotoran, jadi kumbang kotoran memakan kotoran, dan ulatnya juga pemakan kotoran. Mereka semua benar-benar hidup dalam lingkaran kotoran. Di Afrika Selatan, kami menemukan 800 spesies kumbang kotoran, di Afrika kami menemukan 2000 spesies kumbang kotoran, dan di dunia ada sekitar 6.000 spesies kumbang kotoran. Jadi menurut kumbang kotoran, kotoran cukup lezat.
Unless you're prepared to get dung under your fingernails and root through the dung itself, you'll never see 90 percent of the dung beetle species, because they go directly into the dung, straight down below it, and then they shuttle back and forth between the dung at the soil surface and a nest they make underground.
Kecuali Anda siap untuk mengambil kotoran dengan tangan Anda dan menyibak ke dalamnya, Anda tidak akan pernah melihat 90 persen dari seluruh spesies kumbang kotoran, karena mereka langsung terjun ke dalam kotoran, menembus hingga ke bawahnya, lalu mereka bergerak maju mundur di dalam kotoran di permukaan tanah dengan sarang yang mereka buat di dalam tanah.
So the question is, how do they deal with this material? And most dung beetles actually wrap it into a package of some sort. Ten percent of the species actually make a ball, and this ball they roll away from the dung source, usually bury it at a remote place away from the dung source, and they have a very particular behavior by which they are able to roll their balls. So this is a very proud owner of a beautiful dung ball. You can see it's a male because he's got a little hair on the back of his legs there, and he's clearly very pleased about what he's sitting on there. And then he's about to become a victim of a vicious smash-and-grab. (Laughter) And this is a clear indication that this is a valuable resource. And so valuable resources have to be looked after and guarded in a particular way, and we think the reason they roll the balls away is because of this, because of the competition that is involved in getting hold of that dung. So this dung pat was actually -- well, it was a dung pat 15 minutes before this photograph was taken, and we think it's the intense competition that makes the beetles so well-adapted to rolling balls of dung.
Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana mereka menangani kotoran tersebut? Sebagian besar kumbang kotoran biasanya menggulung kotoran menjadi sebuah gumpalan. Sepuluh persen dari spesies kumbang yang ada membentuk kotoran menjadi bulatan lalu bola ini didorong menjauhi sumber kotoran, dan dikubur di tempat tersembunyi, jauh dari sumber kotoran, dan mereka memiliki tingkah laku unik dalam menggulirkan bola-bola kotorannya. Jadi ini adalah si pemilik bola kotoran yang bangga. Perhatikan bahwa dia seekor kumbang jantan karena ada rambut pendek pada bagian belakang kakinya, dan dia terlihat sangat senang dengan apa yang didudukinya di sana. padahal dia akan menjadi korban perampokan yang ganas. (Tawa) ini adalah indikasi yang jelas bahwa ini adalah sumber daya yang berharga. Sangat berharga untuk dipelihara dan dijaga secara khusus, dan kami berpikir alasan mengapa kumbang ini menjauhkan bola kotoran adalah karena hal ini, karena ada persaingan dalam menguasai kotoran. Jadi lapangan kotoran ini sesungguhnya adalah -- 15 menit sebelum foto ini diambil, dan menurut kami persaingan ini sangat sengit yang membuat kumbang menjadi sangat terbiasa untuk menggulirkan bola-bola kotorannya.
So what you've got to imagine here is this animal here moving across the African veld. Its head is down. It's walking backwards. It's the most bizarre way to actually transport your food in any particular direction, and at the same time it's got to deal with the heat. This is Africa. It's hot.
Jadi Anda harus membayangkan bahwa hewan ini bergerak melintasi padang rumput Afrika. Kepalanya menunduk. Dia berjalan mundur. Ini adalah cara teraneh untuk memindahkan makanan ke arah manapun, dan pada saat yang sama dia juga harus mengatasi panasnya cuaca. Ini di Afrika yang panas.
So what I want to share with you now are some of the experiments that myself and my colleagues have used to investigate how dung beetles deal with these problems.
Jadi yang ingin saya bagi dengan anda sekarang adalah beberapa percobaan yang saya biasa lakukan dengan kolega saya tentang bagaimana kumbang kotoran mengatasi masalah ini.
So watch this beetle, and there's two things that I would like you to be aware of. The first is how it deals with this obstacle that we've put in its way. See, look, it does a little dance, and then it carries on in exactly the same direction that it took in the first place. A little dance, and then heads off in a particular direction. So clearly this animal knows where it's going and it knows where it wants to go, and that's a very, very important thing, because if you think about it, you're at the dung pile, you've got this great big pie that you want to get away from everybody else, and the quickest way to do it is in a straight line. So we gave them some more tasks to deal with, and what we did here is we turned the world under their feet. And watch its response. So this animal has actually had the whole world turned under its feet. It's turned by 90 degrees. But it doesn't flinch. It knows exactly where it wants to go, and it heads off in that particular direction.
Jadi, lihatlah kumbang ini, ada dua hal yang perlu Anda pahami Pertama, bagaimana dia mengatasi penghalang yang kami letakkan di tengah jalan. Lihat, dia melakukan tarian kecil, lalu dia mendorongnya kearah yang sama seperti semula. Tarian kecil, dan kemudian menuju arah tertentu. Sangat jelas hewan ini tahu arahnya dan tahu kemana tujuannya, dan ini adalah hal yang sangat penting, bayangkan saja jika Anda berada dalam tumpukan kotoran, Anda punya kue besar yang ingin Anda sembunyikan dari orang lain, dan cara tercepat untuk itu adalah bergerak lurus. Jadi kami memberi tugas lagi pada si kumbang, dan apa yang kami lakukan adalah memutar dunia dibawah kakinya. Lihatlah bagaimana reaksinya. Jadi hewan ini sesungguhnya memiliki seluruh dunia ada di bawah kakinya. Dunia itu berputar 90 derajat. Namun dia tidak berubah arah. Dia tahu benar ke mana tujuannya, dan dia menuju ke sana.
So our next question then was, how are they doing this? What are they doing? And there was a cue that was available to us. It was that every now and then they'd climb on top of the ball and they'd take a look at the world around them. And what do you think they could be looking at as they climb on top of the ball? What are the obvious cues that this animal could use to direct its movement? And the most obvious one is to look at the sky, and so we thought, now what could they be looking at in the sky? And the obvious thing to look at is the sun. So a classic experiment here, in that what we did was we moved the sun. What we're going to do now is shade the sun with a board and then move the sun with a mirror to a completely different position. And look at what the beetle does. It does a little double dance, and then it heads back in exactly the same direction it went in the first place. What happens now? So clearly they're looking at the sun. The sun is a very important cue in the sky for them.
Jadi pertanyaan kami selanjutnya adalah, bagaimana dia melakukannya? Apa yang mereka lakukan? Ada satu petunjuk yang kita miliki. Pada saat-saat tertentu mereka memanjat ke puncak bola dan mengamati keadaan di sekitarnya. Dan menurut Anda, apa yang mereka lihat dari puncak bola? Tanda nyata apa yang dapat digunakan oleh hewan ini untuk menentukan arah gerakannya? Dan tanda yang paling nyata adalah dengan melihat ke langit, jadi kami berpikir, apa yang dilihatnya di langit? Dan yang paling nyata adalah melihat ke arah matahari. Jadi sebuah percobaan klasik kami lakukan, untuk memindahkan matahari. Matahari kami tutupi dengan sebuah papan lalu kami gerakkan dengan sebuah cermin ke arah yang sama sekali berbeda. Dan lihatlah apa yang dilakukan si kumbang. Dia melakukan sebuah tarian kecil, dan dia lalu berbalik ke arah yang sama dengan arah semula. Apa yang terjadi sekarang? Jelas sekali mereka melihat matahari. Matahari adalah penanda di langit yang sangat penting bagi mereka.
The thing is the sun is not always available to you, because at sunset it disappears below the horizon. What is happening in the sky here is that there's a great big pattern of polarized light in the sky that you and I can't see. It's the way our eyes are built. But the sun is at the horizon over here and we know that when the sun is at the horizon, say it's over on this side, there is a north-south, a huge pathway across the sky of polarized light that we can't see that the beetles can see. So how do we test that? Well, that's easy. What we do is we get a great big polarization filter, pop the beetle underneath it, and the filter is at right angles to the polarization pattern of the sky. The beetle comes out from underneath the filter and it does a right-hand turn, because it comes back under the sky that it was originally orientated to and then reorientates itself back to the direction it was originally going in. So obviously beetles can see polarized light.
Masalahnya matahari tidak selalu bersinar, karena senja hari matahari tenggelam di cakrawala. Apa yang terjadi di langit saat ini adalah adanya pola raksasa polarisasi cahaya yang tidak dapat terlihat oleh kita. karena mata kita memang tidak dirancang untuk itu. Namun matahari berada di garis cakrawala di sini dan kita tahu saat matahari ada di cakrawala, kira-kira di sini, ada sebuah jalur cahaya terpolarisasi utara-selatan raksasa melintasi langit yang tidak terlihat oleh kita namun bisa terlihat oleh kumbang. Lalu bagaimana membuktikannya? Itu mudah. Apa yang kami lakukan adalah mengambil sebuah saringan polarisasi, menaruh kumbang di bawahnya, sedangkan saringannya berada pada sisi kanan pola polarisasi langit. Si kumbang keluar dari bawah saringan dan berbelok ke kanan, karena dia baru saja bergerak di bawah langit arah yang akan dia tuju pada awalnya lalu kembali memutar arahnya ke arah awal yang ditujunya. Jadi kumbang dapat melihat polarisasi cahaya.
Okay, so what we've got so far is, what are beetles doing? They're rolling balls. How are they doing it? Well, they're rolling them in a straight line. How are they maintaining it in a particular straight line? Well, they're looking at celestial cues in the sky, some of which you and I can't see.
Baiklah, apa yang kita temukan sejauh ini adalah, apa yang dilakukan si kumbang? Mereka menggulirkan bola. Bagaimana mereka melakukannya? Mereka menggulirkan bola pada garis lurus. Bagaimana mereka menjaga agar tetap pada garis lurus tersebut? Mereka berpedoman pada tanda-tanda di langit yang beberapa di antaranya tidak dapat kita lihat
But how do they pick up those celestial cues? That was what was of interest to us next. And it was this particular little behavior, the dance, that we thought was important, because look, it takes a pause every now and then, and then heads off in the direction that it wants to go in. So what are they doing when they do this dance? How far can we push them before they will reorientate themselves? And in this experiment here, what we did was we forced them into a channel, and you can see he wasn't particularly forced into this particular channel, and we gradually displaced the beetle by 180 degrees until this individual ends up going in exactly the opposite direction that it wanted to go in, in the first place. And let's see what his reaction is as he's headed through 90 degrees here, and now he's going to -- when he ends up down here, he's going to be 180 degrees in the wrong direction. And see what his response is. He does a little dance, he turns around, and heads back in this. He knows exactly where he's going. He knows exactly what the problem is, and he knows exactly how to deal with it, and the dance is this transition behavior that allows them to reorientate themselves.
namun bagaimana mereka memilih tanda-tanda tersebut? Nah, ini adalah hal menarik berikutnya Yakni perilaku khusus ini, tarian, yang kami kira penting, karena coba perhatikan, tariannya terkadang berhenti pada saat-saat tertentu lalu kepalanya menoleh ke arah mana dia ingin pergi Jadi sebenarnya apa yang mereka lakukan dengan tarian ini? Sejauh mana kita bisa memaksa mereka sebelum mereka berubah arah? Pada percobaan ini, yang kami lakukan adalah memaksa mereka masuk ke dalam sebuah saluran, dan Anda bisa lihat dia tidak dipaksa menuju saluran ini dan kami mengubah posisi kumbang hingga 180 derajat hingga dia berada pada posisi yang berlawanan dengan posisi awal yang yang ingin dia tuju. Dan lihatlah reaksinya pada saat ini dia mengarah 90 derajat dan sekarang dia berjalan ke -- namun dia akhirnya berada di bawah sini dia berada 180 derajat pada posisi yang salah Dan lihatlah reaksinya. Dia menari kecil, dia berbalik, dan kepalanya menoleh kesini. Dia tahu benar ke mana tujuannya. Dia juga tahu apa masalahnya, serta bagaimana menyelesaikannya, tarian ini merupakan perilaku transisi yang memungkinkannya untuk mengembalikan arahnya
So that's the dance, but after spending many years sitting in the African bush watching dung beetles on nice hot days, we noticed that there was another behavior associated with the dance behavior. Every now and then, when they climb on top of the ball, they wipe their face. And you see him do it again. Now we thought, now what could be going on here? Clearly the ground is very hot, and when the ground is hot, they dance more often, and when they do this particular dance, they wipe the bottom of their face. And we thought that it could be a thermoregulatory behavior. We thought that maybe what they're doing is trying to get off the hot soil and also spitting onto their face to cool their head down.
Jadi inilah tarian, yang setelah sekian tahun kami amati sambil duduk di semak-semak Afrika memperhatikan kumbang kotoran pada hari yang panas, kami akhirnya menemukan ada perilaku lain yang berkaitan dengan tarian. Kadang-kadang, saat mereka memanjat ke puncak bola mereka mengusap wajahnya Anda lihat dia mengulanginya lagi. Coba pikir, apa yang sebenarnya terjadi? Jelas bahwa tanah itu sangat panas, dan jika tanah panas, mereka lebih sering menari, dan saat menari, mereka mengusap bagian bawah wajahnya Kami pikir ini mungkin saja perilaku yang berhubungan dengan pengaturan suhu. Kami kira yang mereka lakukan sesungguhnya adalah menjauh dari tanah sekaligus meludahi wajahnya untuk mendinginkan kepalanya.
So what we did was design a couple of arenas. one was hot, one was cold. We shaded this one. We left that one hot. And then what we did was we filmed them with a thermal camera. So what you're looking at here is a heat image of the system, and what you can see here emerging from the poo is a cool dung ball. So the truth is, if you look at the temperature over here, dung is cool. (Laughter)
Jadi apa yang kami lakukan adalah merancang beberapa arena. panas dan dingin. Kami teduhkan yang satu. Kami biarkan yang lain agar panas. Lalu kami memfilmkan perilaku mereka dengan kamera pemindai panas. Jadi yang Anda lihat disini adalah gambaran panas dari sistem, dan yang Anda lihat di sini yang muncul adalah sebuah bola kotoran yang dingin. Jadi sebenarnya, jika Anda mengamati suhu di sebelah sini, kotoran ini dingin. (Tawa)
So all we're interested in here is comparing the temperature of the beetle against the background. So the background here is around about 50 degrees centigrade. The beetle itself and the ball are probably around about 30 to 35 degrees centigrade, so this is a great big ball of ice cream that this beetle is now transporting across the hot veld. It isn't climbing. It isn't dancing, because its body temperature is actually relatively low. It's about the same as yours and mine. And what's of interest here is that little brain is quite cool. But if we contrast now what happens in a hot environment, look at the temperature of the soil. It's up around 55 to 60 degrees centigrade. Watch how often the beetle dances. And look at its front legs. They're roaringly hot. So the ball leaves a little thermal shadow, and the beetle climbs on top of the ball and wipes its face, and all the time it's trying to cool itself down, we think, and avoid the hot sand that it's walking across.
Jadi kita semua di sini tertarik untuk membandingkan suhu kumbang terhadap sekelilingnya. Jadi suhu lingkungan sekitar 50 derajat celsius. Suhu kumbang sendiri dan bola kotorannya sekitar 30 sampai 35 derajat celsius. jadi ini adalah bola es krim besar yang sedang dipindahkan oleh si kumbang melalui padang rumput panas. Dia tidak memanjat, namun dia menari, karena suhu tubuhnya relatif rendah. Sama dengan suhu tubuh kita. Dan yang menarik disini adalah otak kecil itu cukup dingin. Namun jika kita bandingkan apa yang terjadi pada keadaan panas, lihatlah suhu tanahnya. Sekitar 55 hingga 60 derajat celcius. Lihat bagaimana si kumbang menari. Amati kaki depannya. Mereka meraung-raung kepanasan. Jadi bola menggelinding menjauhi naungan, dan si kumbang memanjat ke puncak bola lalu mengusap wajahnya, dan kami kira dia selalu berusaha mendinginkan badannya, dan menjauhi pasir panas yang dilaluinya.
And what we did then was put little boots on these legs, because this was a way to test if the legs were involved in sensing the temperature of the soil. And if you look over here, with boots they climb onto the ball far less often when they had no boots on. So we described these as cool boots. It was a dental compound that we used to make these boots. And we also cooled down the dung ball, so we were able to put the ball in the fridge, gave them a nice cool dung ball, and they climbed onto that ball far less often than when they had a hot ball. So this is called stilting. It's a thermal behavior that you and I do if we cross the beach, we jump onto a towel, somebody has this towel -- "Sorry, I've jumped onto your towel." -- and then you scuttle across onto somebody else's towel, and that way you don't burn your feet. And that's exactly what the beetles are doing here.
Dan kemudian kami memasangkan sepatu bot pada kaki-kakinya, karena ini adalah cara untuk menguji jika kaki-kaki tersebut adalah alat sensor suhu tanah. Jika Anda lihat disini, dengan sepatu itu mereka memanjat bola kotoran lebih jarang dari pada jika tanpa sepatu bot. Jadi menurut kami ini adalah sepatu bot yang dingin. Yang dibuat dari komponen pembuat gigi. Kami juga telah mendinginkan bola kotoran, jadi kami dapat menaruh bola ini di kulkas, dan memberi mereka bola kotoran dingin yang bagus, dan mereka akan lebih jarang memanjat ke atas bola dibandingkan jika mereka memiliki bola kotoran panas. Ini disebut stilting (jangkungan). Sebuah respons terhadap suhu yang kita lakukan pada saat melintasi pantai, kita melompat keatas lap, seseorang ternyata memiliki lap ini -- "Maaf, saya telah melompat ke lap Anda." -- lalu Anda pindah ke lap yang lain, dengan cara ini kaki Anda tidak terbakar. Inilah yang sebenarnya dilakukan si kumbang.
However, there's one more story I'd like to share with you, and that's this particular species. It's from a genus called Pachysoma. There are 13 species in the genus, and they have a particular behavior that I think you will find interesting. This is a dung beetle. Watch what he's doing. Can you spot the difference? They don't normally go this slowly. It's in slow motion. but it's walking forwards, and it's actually taking a pellet of dry dung with it. This is a different species in the same genus but exactly the same foraging behavior.
Namun ada satu cerita lagi yang ingin saya sampaikan pada Anda, bahwa spesies ini. Spesies dari genus Pachysoma. Ada 13 spesies dalam genus ini, dan mereka punya kebiasaan khusus yang mungkin menurut Anda menarik. Ini adalah kumbang kotoran. Lihat apa yang dilakukannya. Anda lihat bedanya? Biasanya mereka tidak selambat ini. Ini adalah gerakan lambat. namun dia berjalan ke belakang, dan membawa pelet kotoran kering bersamanya. Ini adalah spesies yang berbeda dari genus yang sama namun dengan kebiasaan mencari makan yang sama.
There's one more interesting aspect of this dung beetle's behavior that we found quite fascinating, and that's that it forages and provisions a nest. So watch this individual here, and what he's trying to do is set up a nest. And he doesn't like this first position, but he comes up with a second position, and about 50 minutes later, that nest is finished, and he heads off to forage and provision at a pile of dry dung pellets. And what I want you to notice is the outward path compared to the homeward path, and compare the two. And by and large, you'll see that the homeward path is far more direct than the outward path. On the outward path, he's always on the lookout for a new blob of dung. On the way home, he knows where home is, and he wants to go straight to it. The important thing here is that this is not a one-way trip, as in most dung beetles. The trip here is repeated back and forth between a provisioning site and a nest site. And watch, you're going to see another South African crime taking place right now. (Laughter) And his neighbor steals one of his dung pellets.
Ada aspek lain yang juga menarik dari perilaku kumbang kotoran ini, yang cukup mencengangkan yakni dia mencari makan dan menyimpannya di sarang. Lihatlah kumbang ini, apa yang dia lakukan adalah membuat sarang. Dia tidak menyukai posisi awalnya, jadi dia berpindah ke posisi kedua, dan sekitar 50 menit kemudian, saat sarangnya selesai, dia pergi mencari makanan dan perbekalan di tumpukan pelet kotoran. Saya ingin Anda memperhatikan jalur keluar ini dibandingkan dengan jalur masuknya, bandingkan keduanya Umumnya, jalur masuk lebih langsung daripada jalur keluar. pada jalur keluar, dia selalu dalam kondisi waspada untuk mengawasi gumpalan kotoran baru. Dalam perjalanan pulang, dia tahu di mana rumahnya, dan dia ingin langsung pulang. Perlu dicatat bahwa ini bukan perjalanan satu arah, sebagaimana umumnya kumbang kotoran. Perjalanan ini berulang bolak balik dari tempat perbekalan dan sarang. Perhatikan, Anda akan melihat satu lagi kejahatan terjadi di Afrika Selatan. (Tawa) Tetangganya mencuri satu pelet kotorannya.
So what we're looking at here is a behavior called path integration. And what's taking place is that the beetle has got a home spot, it goes out on a convoluted path looking for food, and then when it finds food, it heads straight home. It knows exactly where its home is. Now there's two ways it could be doing that, and we can test that by displacing the beetle to a new position when it's at the foraging site. If it's using landmarks, it will find its home. If it is using something called path integration, it will not find its home. It will arrive at the wrong spot, and what it's doing here if it's using path integration is it's counting its steps or measuring the distance out in this direction. It knows the bearing home, and it knows it should be in that direction. If you displace it, it ends up in the wrong place. So let's see what happens when we put this beetle to the test with a similar experiment.
Jadi apa yang kita lihat di sini adalah perilaku yang disebut integrasi jalur. Dan yang terjadi adalah si kumbang sudah memiliki tempat untuk membuat sarang, dia keluar dengan arah memutar mencari makanan, dan saat menemukan makanan, dia langsung menuju rumah. Dia tahu persis dimana rumahnya. Ada dua cara untuk pulang, kita dapat mengujinya dengan memindahkan si kumbang ke posisi baru saat dia berada di tempat mencari makan. Jika dia menggunakan penanda, dia akan menemukan rumahnya. Jika dia menggunakan integrasi jalur, dia tidak akan menemukan rumahnya. Dia akan tiba di tempat yang salah, di sini dia menggunakan integrasi jalur dia menghitung langkahnya atau mengukur jarak di arah ini. Dia tahu dimana rumahnya, dan dia tahu ini arah yang benar Jika Anda memindahkannya, dia akan menuju ke tempat yang salah. Ayo kita lihat apa yang terjadi jika kita letakkan kumbang ini untuk menguji percobaan yang sama.
So here's our cunning experimenter. He displaces the beetle, and now we have to see what is going to take place. What we've got is a burrow. That's where the forage was. The forage has been displaced to a new position. If he's using landmark orientation, he should be able to find the burrow, because he'll be able to recognize the landmarks around it. If he's using path integration, then it should end up in the wrong spot over here.
Jadi inilah penguji kita yang cerdik. Dia memindahkan si kumbang, nah sekarang kita tunggu apa yang akan terjadi. Ternyata ada sebuah liang. Di sanalah tempat makanan itu. Makanannya sudah berubah ke posisi baru. Jika dia menggunakan orientasi penanda, dia seharusnya bisa menemukan liangnya, karena dia akan bisa mengenali penanda di sekitarnya. jika dia menggunakan integrasi jalur, dia akan tiba di titik yang salah.
So let's watch what happens when we put the beetle through the whole test. So there he is there. He's about to head home, and look what happens. Shame. It hasn't a clue. It starts to search for its house in the right distance away from the food, but it is clearly completely lost. So we know now that this animal uses path integration to find its way around, and the callous experimenter leads it top left and leaves it. (Laughter)
Mari kita lihat apa yang terjadi jika kita lakukan seluruh percobaan pada kumbang ini. Jadi dia ada di sana. Dia menuju ke rumah, dan lihatlah apa yang terjadi. Memalukan. Dia tak punya petunjuk. Dia mulai mencari rumahnya pada jarak yang benar jauh dari makanan, namun jelas dia benar-benar tersesat. jadi sekarang kita tahu bahwa hewan ini menggunakan integrasi jalur untuk memutar mencari jalan, dan si penguji yang kejam menuntunnya ke kiri atas lalu meninggalkannya. (Tawa)
So what we're looking at here are a group of animals that use a compass, and they use the sun as a compass to find their way around, and they have some sort of system for measuring that distance, and we know that these species here actually count the steps. That's what they use as an odometer, a step-counting system, to find their way back home. We don't know yet what dung beetles use.
Jadi yang kita lihat disini adalah sekumpulan hewan pengguna kompas, yang menggunakan matahari sebagai kompas untuk menemukan jalan kembali, dan mereka memiliki sistem tertentu untuk mengukur jarak, dan kita tahu bahwa spesies ini sebenarnya menghitung langkahnya. Itulah yang digunakannya sebagai odometer sistem penghitung langkah, untuk mencari jalan pulang. Kita belum tahu apa yang digunakan kumbang kotoran.
So what have we learned from these animals with a brain that's the size of a grain of rice? Well, we know that they can roll balls in a straight line using celestial cues. We know that the dance behavior is an orientation behavior and it's also a thermoregulation behavior, and we also know that they use a path integration system for finding their way home. So for a small animal dealing with a fairly revolting substance we can actually learn an awful lot from these things doing behaviors that you and I couldn't possibly do. Thank you. (Applause)
Jadi apa yang telah kita pelajari dari hewan yang hanya memiliki otak sebesar biji beras ini? Jadi kita tahu bahwa dia dapat menggulirkan bola pada jalur yang lurus menggunakan penanda astronomi. Kita tahu bahwa perilaku tariannya adalah perilaku orientasi dan juga perilaku pengaturan suhu, dan kita juga tahu bahwa mereka menggunakan sistem integrasi jalur untuk menemukan jalan pulang. Jadi dari hewan kecil yang berurusan dengan benda yang menjijikkan ternyata kita dapat mempelajari banyak hal mereka memiliki perilaku yang tidak mampu kita lakukan Terima kasih. (Tepuk tangan)