Okay, I'm going to show you again something about our diets. And I would like to know what the audience is, and so who of you ever ate insects? That's quite a lot. (Laughter) But still, you're not representing the overall population of the Earth. (Laughter) Because there's 80 percent out there that really eats insects. But this is quite good.
Baiklah, saya akan menunjukkan lagi sesuatu mengenai pola makan kita. Saya ingin tahu dulu seperti apa penonton di sini. Siapa di antara Anda yang pernah makan serangga? Ternyata cukup banyak. (Tawa) Tapi tetap saja, Anda belum mewakili rata-rata penduduk di Bumi. (Tawa) Sebab ada 80% orang di luar sana yang benar-benar makan serangga. Tapi ini cukup bagus.
Why not eat insects? Well first, what are insects? Insects are animals that walk around on six legs. And here you see just a selection. There's six million species of insects on this planet, six million species. There's a few hundreds of mammals -- six million species of insects. In fact, if we count all the individual organisms, we would come at much larger numbers. In fact, of all animals on Earth, of all animal species, 80 percent walks on six legs. But if we would count all the individuals, and we take an average weight of them, it would amount to something like 200 to 2,000 kilograms for each of you and me on Earth. That means that in terms of biomass, insects are more abundant than we are, and we're not on a planet of men, but we're on a planet of insects. Insects are not only there in nature, but they also are involved in our economy, usually without us knowing.
Mengapa tidak makan serangga? Pertama-tama, apa itu serangga? Serangga adalah hewan yang berjalan dengan enam kaki. Di sini Anda hanya melihat beberapa contoh. Ada enam juta spesies serangga di planet ini, enam juta spesies. Hanya ada beberapa ratus jenis mamalia -- ada enam juta spesies serangga. Faktanya, bila kita hitung banyaknya makhluk hidup yang ada, kita akan mendapatkan angka yang jauh lebih besar. Faktanya, dari semua hewan di Bumi, dari semua spesies hewan, 80 persen berjalan dengan enam kaki. Tapi bila kita menghitung semua makhluk hidup, dan menghitung berat rata-ratanya, berat serangga adalah sekitar 200 sampai 2.000 kg untuk setiap kg dari kita yang ada di Bumi. Artinya, dalam perbandingan biomassa serangga jauh lebih banyak dari kita. Jadi kita tidak berada di planet manusia, tapi kita ada di planet serangga. Serangga tidak hanya ada di alam saja, tapi juga terlibat dalam ekonomi kita, biasanya tanpa kita tahu.
There was an estimation, a conservative estimation, a couple of years ago that the U.S. economy benefited by 57 billion dollars per year. It's a number -- very large -- a contribution to the economy of the United States for free. And so I looked up what the economy was paying for the war in Iraq in the same year. It was 80 billion U.S. dollars. Well we know that that was not a cheap war. So insects, just for free, contribute to the economy of the United States with about the same order of magnitude, just for free, without everyone knowing. And not only in the States, but in any country, in any economy.
Ada perkiraan, perkiraan kasar, beberapa tahun yang lalu bahwa ekonomi Amerika Serikat diuntungkan sebesar 57 miliar dolar per tahun. Itu adalah angka -- yang sangat besar -- sumbangan gratis terhadap ekonomi Amerika Serikat. Saat saya melihat berapa besarnya biaya untuk perang di Irak pada tahun yang sama. 80 milyar dolar AS. Kita tahu bahwa itu adalah perang yang tidak murah. Jadi serangga, secara gratis, berkontribusi terhadap perekonomian Amerika Serikat dengan skala yang hampir sama dengan gratis, tanpa siapapun tahu. Itu tidak hanya di Amerika Serikat, tapi di negara manapun, ekonomi manapun.
What do they do? They remove dung, they pollinate our crops. A third of all the fruits that we eat are all a result of insects taking care of the reproduction of plants. They control pests, and they're food for animals. They're at the start of food chains. Small animals eat insects. Even larger animals eat insects. But the small animals that eat insects are being eaten by larger animals, still larger animals. And at the end of the food chain, we are eating them as well. There's quite a lot of people that are eating insects. And here you see me in a small, provincial town in China, Lijiang -- about two million inhabitants. If you go out for dinner, like in a fish restaurant, where you can select which fish you want to eat, you can select which insects you would like to eat. And they prepare it in a wonderful way. And here you see me enjoying a meal with caterpillars, locusts, bee pupae -- delicacies. And you can eat something new everyday. There's more than 1,000 species of insects that are being eaten all around the globe. That's quite a bit more than just a few mammals that we're eating, like a cow or a pig or a sheep. More than 1,000 species -- an enormous variety. And now you may think, okay, in this provincial town in China they're doing that, but not us.
Apa yang mereka lakukan? Mereka membersihkan kotoran, menyerbuki tanaman pertanian kita. Sepertiga dari semua buah yang kita makan semuanya adalah hasil dari bantuan serangga terhadap reproduksi tanaman. Mereka mengendalikan hama. Serangga juga merupakan makanan hewan lain. Serangga ada di bagian awal dari rantai makanan. Hewan kecil makan serangga. Bahkan hewan besar juga makan serangga. Hewan kecil yang makan serangga ini dimakan oleh hewan yang lebih besar, dimakan oleh yang lebih besar lagi. Di akhir rantai makanan, kita juga memakan mereka. Cukup banyak orang yang makan serangga. Di sini Anda bisa lihat saya di sebuah kota kecil di Cina, Lijiang -- yang berpenduduk sekitar dua juta orang. Bila Anda pergi makan malam, seperti di restoran ikan, Anda bisa memilih ikan mana yang mau Anda makan, di sini Anda bisa memilih serangga yang mana yang mau Anda makan. Mereka mengolahnya dengan menakjubkan. Di sini Anda melihat saya sedang menikmati makanan dengan ulat, belalang, lebah, makanan yang lezat. Anda bisa makan sesuatu yang baru setiap hari. Ada lebih dari 1.000 spesies serangga yang dimakan di seluruh dunia. Itu lebih banyak dari beberapa jenis mamalia yang kita makan, seperti sapi atau babi atau domba. Lebih dari 1.000 spesies -- keragaman yang sangat besar. Sekarang Anda mungkin berpikir, di kota kecil di Cina mereka makan serangga, tapi kita tidak.
Well we've seen already that quite some of you already ate insects maybe occasionally, but I can tell you that every one of you is eating insects, without any exception. You're eating at least 500 grams per year. What are you eating? Tomato soup, peanut butter, chocolate, noodles -- any processed food that you're eating contains insects, because insects are here all around us, and when they're out there in nature they're also in our crops. Some fruits get some insect damage. Those are the fruits, if they're tomato, that go to the tomato soup. If they don't have any damage, they go to the grocery. And that's your view of a tomato. But there's tomatoes that end up in a soup, and as long as they meet the requirements of the food agency, there can be all kinds of things in there, no problem. In fact, why would we put these balls in the soup, there's meat in there anyway? (Laughter) In fact, all our processed foods contain more proteins than we would be aware of. So anything is a good protein source already.
Kita sudah melihat bahwa beberapa dari Anda pernah makan serangga, mungkin kadang-kadang saja. Tapi saya dapat mengatakan bahwa Anda semua memakan serangga, tanpa kecuali. Setidaknya Anda makan 500 gram per tahun. Apa yang Anda makan? Sup tomat, selai kacang, coklat, bakmi -- semua makanan olahan yang Anda makan mengandung serangga, sebab serangga ada di mana-mana di sekitar kita, dan ketika mereka ada di luar sana mereka juga ada dalam tanaman kita. Sebagian buah-buahan rusak diserang serangga. Buah-buahan itu, contohnya tomat, yang diolah menjadi sup tomat. Bila buah-buahan itu tidak rusak, buah itu akan dijual di toko makanan. Itulah cara pandang Anda terhadap tomat. Tapi tetap ada tomat yang dibuat menjadi sup tomat. Selama makanan itu memenuhi persyaratan dari badan pengawas makanan, benda apapun bisa ada di dalamnya, bukan masalah. Mengapa kita menaruh bakso daging ini di dalam sup, bila di sana sudah ada dagingnya (serangga)? (Tawa) Faktanya, semua makanan olahan kita mengandung lebih banyak protein dari yang kita sadari. Jadi semua makanan olahan sudah merupakan sumber protein.
Now you may say, "Okay, so we're eating 500 grams just by accident." We're even doing this on purpose. In a lot of food items that we have -- I have only two items here on the slide -- pink cookies or surimi sticks or, if you like, Campari -- a lot of our food products that are of a red color are dyed with a natural dye. The surimi sticks [of] crabmeat, or is being sold as crab meat, is white fish that's being dyed with cochineal. Cochineal is a product of an insect that lives off these cacti. It's being produced in large amounts, 150 to 180 metric tons per year in the Canary Islands in Peru, and it's big business. One gram of cochineal costs about 30 euros. One gram of gold is 30 euros. So it's a very precious thing that we're using to dye our foods.
Sekarang mungkin Anda berkata, "Oke, jadi kita makan 500 g karena tidak tahu." Kita bahkan melakukan ini dengan sengaja dengan banyak jenis makanan yang kita punya. Saya hanya punya dua jenis makanan dalam presentasi ini -- kue kering berwarna pink atau stik surimi atau, bila Anda suka, Campari. Banyak produk makanan kita yang berwarna merah diwarnai dengan pewarna alami. Stik surimi itu terbuat dari daging kepiting, atau dijual sebagai daging kepiting, namun sebenarnya adalah ikan berwarna putih yang diwarnai dengan cochineal. Cochineal adalah produk dari serangga yang hidup di kaktus. Diproduksi dalam jumlah besar, 150 sampai 180 ton per tahun, di Kepulauan Canaria di Peru, dan itu bisnis besar. Satu gram cochineal harganya sekitar 30 euro. Satu gram emas harganya 30 euro. Cochineal merupakan barang yang sangat berharga yang kita gunakan untuk mewarnai makanan kita.
Now the situation in the world is going to change for you and me, for everyone on this Earth. The human population is growing very rapidly and is growing exponentially. Where, at the moment, we have something between six and seven billion people, it will grow to about nine billion in 2050. That means that we have a lot more mouths to feed, and this is something that worries more and more people. There was an FAO conference last October that was completely devoted to this. How are we going to feed this world? And if you look at the figures up there, it says that we have a third more mouths to feed, but we need an agricultural production increase of 70 percent. And that's especially because this world population is increasing, and it's increasing, not only in numbers, but we're also getting wealthier, and anyone that gets wealthier starts to eat more and also starts to eat more meat. And meat, in fact, is something that costs a lot of our agricultural production.
Sekarang keadaan di bumi akan berubah, untuk Anda dan saya, dan untuk semua orang di Bumi. Populasi manusia tumbuh sangat cepat dan berkembang secara eksponensial. Saat ini ada antara 6 sampai 7 miliar orang, jumlah itu akan bertambah sampai sekitar 9 miliar di tahun 2050. Itu berarti ada lebih banyak orang yang harus diberi makan. Hal ini mencemaskan makin banyak orang. Ada konferensi FAO Oktober lalu yang khusus diadakan untuk hal ini. Bagaimana cara kita memberi makan dunia ini? Bila Anda melihat gambar di atas, jumlah orang yang harus diberi makan sepertiga lebih banyak dari sekarang tapi kita butuh peningkatan produksi pertanian sebesar 70 persen. Ini khususnya terjadi karena populasi dunia bertambah, dan peningkatannya tidak hanya di jumlah, tapi juga tingkat kemakmurannya, dan siapapun yang makin kaya mulai makan lebih banyak dan juga mulai makan lebih banyak daging. Daging, faktanya, adalah sesuatu yang membutuhkan ongkos mahal dalam produksi pertanian kita.
Our diet consists, [in] some part, of animal proteins, and at the moment, most of us here get it from livestock, from fish, from game. And we eat quite a lot of it. In the developed world it's on average 80 kilograms per person per year, which goes up to 120 in the United States and a bit lower in some other countries, but on average 80 kilograms per person per year. In the developing world it's much lower. It's 25 kilograms per person per year. But it's increasing enormously. In China in the last 20 years, it increased from 20 to 50, and it's still increasing. So if a third of the world population is going to increase its meat consumption from 25 to 80 on average, and a third of the world population is living in China and in India, we're having an enormous demand on meat. And of course, we are not there to say that's only for us, it's not for them. They have the same share that we have.
Pola makan kita terdiri dari sebagian protein hewani, dan saat ini, sebagian besar dari kita mendapatkannya dari hewan ternak besar, dari ikan, dari hewan buruan. Kita makan cukup banyak protein hewani. Di negara maju rata-ratanya 80 kg per orang per tahun, dan dapat mencapai 120 di Amerika Serikat dan sedikit lebih rendah di negara lainnya, tapi rata-ratanya 80 kg per orang per tahun. Di negara berkembang angkanya jauh lebih rendah. 25 kg per orang per tahun. Tapi angka itu meningkat dengan cepat. Di Cina selama 20 tahun terakhir, angkanya meningkat dari 20 ke 50, dan masih terus meningkat. Jadi bila sepertiga populasi dunia menaikkan konsumsi dagingnya dari rata-rata 25 menuju 80, dan sepertiga penduduk dunia hidup di Cina dan di India, akan terjadi permintaan daging yang besar sekali. Tentu saja, kita tidak bisa berkata bahwa konsumsi daging tinggi hanya untuk kita tapi bukan untuk mereka. Mereka memiliki hak yang sama dengan kita.
Now to start with, I should say that we are eating way too much meat in the Western world. We could do with much, much less -- and I know, I've been a vegetarian for a long time, and you can easily do without anything. You'll get proteins in any kind of food anyway. But then there's a lot of problems that come with meat production, and we're being faced with that more and more often. The first problem that we're facing is human health. Pigs are quite like us. They're even models in medicine, and we can even transplant organs from a pig to a human. That means that pigs also share diseases with us. And a pig disease, a pig virus, and a human virus can both proliferate, and because of their kind of reproduction, they can combine and produce a new virus. This has happened in the Netherlands in the 1990s during the classical swine fever outbreak. You get a new disease that can be deadly. We eat insects -- they're so distantly related from us that this doesn't happen. So that's one point for insects.
Untuk mulai membahas ini, saya harus berkata bahwa kita terlalu banyak makan daging di dunia Barat. Kita bisa makan daging jauh, jauh lebih sedikit -- saya tahu, saya pernah jadi vegetarian untuk waktu yang lama. Anda bisa melakukannya dengan mudah. Bagaimanapun Anda akan mendapat protein dari semua jenis makanan. Tapi kemudian ada banyak masalah yang bersumber dari produksi daging, dan kita makin sering menghadapinya belakangan ini. Masalah pertama yang kita hadapi adalah kesehatan manusia. Babi cukup mirip dengan manusia. Bahkan mereka dijadikan hewan percobaan untuk obat. Bahkan kita bisa mencangkokkan organ dari babi ke manusia. Itu berarti babi juga berbagi penyakit yang sama dengan kita. Penyakit pada babi, virus pada babi, dan virus pada manusia dapat saling menyebar. Dan saat kedua virus ini bereproduksi, virus ini bisa bergabung dan menghasilkan virus baru. Hal ini terjadi di Belanda pada tahun 1990an selama kasus demam babi yang terkenal itu. Anda mendapatkan penyakit baru yang bisa mematikan. Kita makan serangga -- hubungan kita dan mereka sangat jauh, maka hal ini tidak terjadi. Jadi satu poin untuk serangga.
(Laughter)
(Tawa)
And there's the conversion factor. You take 10 kilograms of feed, you can get one kilogram of beef, but you can get nine kilograms of locust meat. So if you would be an entrepreneur, what would you do? With 10 kilograms of input, you can get either one or nine kg. of output. So far we're taking the one, or up to five kilograms of output. We're not taking the bonus yet. We're not taking the nine kilograms of output yet. So that's two points for insects.
Lalu ada faktor konversi. Anda punya 10 kg pakan, Anda dapatkan 1 kg daging sapi, tapi Anda akan mendapatkan 9 kg daging belalang. Jadi bila Anda menjadi wirausahawan, mana yang akan Anda pilih? Dengan masukan 10 kg, Anda bisa mendapat 1 kg, atau 9 kg hasil. Selama ini kita memilih hasil yang 1 kg, atau sampai 5 kg. Kita belum memilih bonusnya. Kita belum memilih yang menghasilkan 9 kg. Jadi itu poin kedua untuk serangga.
(Laughter)
(Tawa)
And there's the environment. If we take 10 kilograms of food -- (Laughter) and it results in one kilogram of beef, the other nine kilograms are waste, and a lot of that is manure. If you produce insects, you have less manure per kilogram of meat that you produce. So less waste. Furthermore, per kilogram of manure, you have much, much less ammonia and fewer greenhouse gases when you have insect manure than when you have cow manure. So you have less waste, and the waste that you have is not as environmental malign as it is with cow dung. So that's three points for insects.
Lalu kemudian faktor lingkungan. Bila kita punya 10 kg pakan -- (Tawa) dan menghasilkan 1 kilogram daging sapi, maka 9 kg sisanya adalah limbah, sebagian besar adalah kotoran sapi. Bila Anda memproduksi serangga, Anda mendapat lebih sedikit kotoran per kg daging yang Anda hasilkan. Jadi limbahnya lebih sedikit. Apalagi, per kg kotoran, jumlah amonianya jauh lebih sedikit dan gas rumah kacanya juga lebih sedikit pada kotoran serangga dibandingkan kotoran sapi. Jadi lebih sedikit limbah, dan dampak lingkungan limbah itu tidak seburuk seperti yang dimiliki kotoran sapi. Itu poin ketiga untuk serangga.
(Laughter)
(Tawa)
Now there's a big "if," of course, and it is if insects produce meat that is of good quality. Well there have been all kinds of analyses and in terms of protein, or fat, or vitamins, it's very good. In fact, it's comparable to anything we eat as meat at the moment. And even in terms of calories, it is very good. One kilogram of grasshoppers has the same amount of calories as 10 hot dogs, or six Big Macs. So that's four points for insects.
Sekarang tentu saja ada pertanyaan "kalau" yang besar, kalau saja serangga menghasilkan daging yang mutunya bagus. Sudah banyak dilakukan analisis terhadap kandungan protein, atau lemak, atau vitamin, dan ternyata mutunya sangat baik. Faktanya, mutunya bisa dibandingkan dengan daging apapun yang kita makan selama ini. Bahkan dalam hal jumlah kalori, serangga sangat bagus. Satu kilogram belalang mengandung kalori yang sama dengan 10 hot dog, atau 6 Big Mac. Jadi itu poin keempat untuk serangga.
(Laughter)
(Tawa)
I can go on, and I could make many more points for insects, but time doesn't allow this. So the question is, why not eat insects? I gave you at least four arguments in favor. We'll have to. Even if you don't like it, you'll have to get used to this because at the moment, 70 percent of all our agricultural land is being used to produce livestock. That's not only the land where the livestock is walking and feeding, but it's also other areas where the feed is being produced and being transported. We can increase it a bit at the expense of rainforests, but there's a limitation very soon. And if you remember that we need to increase agricultural production by 70 percent, we're not going to make it that way. We could much better change from meat, from beef, to insects. And then 80 percent of the world already eats insects, so we are just a minority -- in a country like the U.K., the USA, the Netherlands, anywhere. On the left-hand side, you see a market in Laos where they have abundantly present all kinds of insects that you choose for dinner for the night. On the right-hand side you see a grasshopper. So people there are eating them, not because they're hungry, but because they think it's a delicacy. It's just very good food. You can vary enormously. It has many benefits.
Saya bisa meneruskan, dan saya dapat menambah poin-poin lain untuk serangga, tapi waktu tidak mengizinkan. Jadi pertanyaannya adalah, mengapa kita tidak makan serangga? Saya sudah memberikan setidaknya empat argumen yang mendukung. Suatu hari kita harus. Bahkan bila Anda tidak menyukainya, Anda harus bisa terbiasa dengan hal ini. Sebab saat ini, 70 persen tanah pertanian kita digunakan untuk menghasilkan daging ternak besar. Tidak hanya tanahnya di mana hewan ternak besar berjalan-jalan dan makan, tapi juga di tempat lain di mana pakan ternak diproduksi dan ditransportasikan. Kita dapat meningkatkan luas tanah pertanian dengan mengorbankan hutan hujan, tapi kita akan mencapai batasnya dalam waktu dekat. Bila Anda ingat bahwa kita butuh meningkatkan produksi pertanian hingga 70 persen, kita tak akan bisa melakukannya. Jauh lebih baik kita berubah dari daging, dari daging sapi, ke serangga. Apalagi 80 persen orang di dunia sudah makan serangga, jadi kita hanyalah minoritas -- di negara seperti Inggris, Amerika, Belanda, di manapun. Di sisi kiri, Anda lihat pasar di Laos di mana mereka menampilkan sangat banyak, jenis serangga yang dapat Anda pilih untuk makan malam. Di sebelah kanan Anda melihat seekor belalang. Orang-orang di sana memakannya, tidak karena mereka lapar, tapi karena mereka menganggapnya makanan lezat. Serangga itu makanan yang sangat lezat. Anda dapat memilih sesuka hati. Serangga punya banyak manfaat.
In fact, we have delicacy that's very much like this grasshopper: shrimps, a delicacy being sold at a high price. Who wouldn't like to eat a shrimp? There are a few people who don't like shrimp, but shrimp, or crabs, or crayfish, are very closely related. They are delicacies. In fact, a locust is a "shrimp" of the land, and it would make very good into our diet. So why are we not eating insects yet? Well that's just a matter of mindset. We're not used to it, and we see insects as these organisms that are very different from us. That's why we're changing the perception of insects. And I'm working very hard with my colleague, Arnold van Huis, in telling people what insects are, what magnificent things they are, what magnificent jobs they do in nature. And in fact, without insects, we would not be here in this room, because if the insects die out, we will soon die out as well. If we die out, the insects will continue very happily.
Faktanya, kita punya makanan lezat yang sangat mirip dengan belalang: udang, makanan lezat yang dijual dengan harga mahal. Siapa yang tidak suka makan udang? Ada sedikit saja orang yang tidak suka udang, tapi udang, atau kepiting, atau lobster air tawar, memiliki kesamaan. Mereka adalah makanan yang lezat. Faktanya, belalang adalah udangnya daratan, dan akan bagus sekali untuk makanan kita. Jadi mengapa kita belum memakan serangga? Itu hanya masalah cara pikir saja. Kita tidak terbiasa dengan itu, dan kita lihat serangga sebagai makhluk hidup yang sangat berbeda dari kita. Itulah mengapa kami mengubah persepsi orang terhadap serangga. Saya bekerja sangat keras dengan kolega saya, Arnold van Huis, dalam memberi tahu orang-orang tentang apa itu serangga, betapa mengagumkannya mereka, betapa di alam mereka sangat berguna. Faktanya, tanpa serangga, kita tak akan ada di ruangan ini. Sebab bila semua serangga mati, kita semua akan segera mati juga. Bila kita semua mati, serangga akan terus hidup dengan bahagia.
(Laughter)
(Tawa)
So we have to get used to the idea of eating insects. And some might think, well they're not yet available. Well they are. There are entrepreneurs in the Netherlands that produce them, and one of them is here in the audience, Marian Peeters, who's in the picture. I predict that later this year, you'll get them in the supermarkets -- not visible, but as animal protein in the food. And maybe by 2020, you'll buy them just knowing that this is an insect that you're going to eat. And they're being made in the most wonderful ways. A Dutch chocolate maker. (Music) (Applause) So there's even a lot of design to it.
Jadi kita perlu terbiasa dengan ide memakan serangga. Beberapa orang berpikir, tapi serangga belum tersedia di pasar. Sudah ada. Ada wirausahawan di Belanda yang memproduksi serangga, dan salah satu dari mereka hadir di sini, Marian Peeters, yang ada dalam gambar ini. Saya memperkirakan akhir tahun ini Anda bisa mendapatkannya di supermarket -- tidak tampak seperti serangga, tapi sebagai protein hewani pada makanan. Mungkin tahun 2020, Anda akan membelinya dengan mengetahui serangga apa yang ingin Anda makan. Mereka diolah dengan sangat cantik. Seorang pembuat coklat Belanda. (Musik) (Tepuk tangan) Jadi bahkan banyak desain yang berperan di sana.
(Laughter)
(Tawa)
Well in the Netherlands, we have an innovative Minister of Agriculture, and she puts the insects on the menu in her restaurant in her ministry. And when she got all the Ministers of Agriculture of the E.U. over to the Hague recently, she went to a high-class restaurant, and they ate insects all together. It's not something that is a hobby of mine. It's really taken off the ground. So why not eat insects? You should try it yourself. A couple of years ago, we had 1,750 people all together in a square in Wageningen town, and they ate insects at the same moment, and this was still big, big news. I think soon it will not be big news anymore when we all eat insects, because it's just a normal way of doing.
Di Belanda, kami punya menteri pertanian yang inovatif, dan dia menyediakan serangga dalam menu di restoran di kantor kementeriannya. Ketika dia menjamu semua menteri pertanian dari Uni Eropa yang baru saja datang ke Den Haag, dia mengajak mereka ke restoran kelas atas, dan mereka semua makan serangga. Ini bukan cuma hobi saya saja. Makan serangga sudah mulai berkembang. Jadi mengapa tidak makan serangga? Anda harus mencobanya sendiri. Beberapa tahun lalu, kami mengumpulkan 1.750 orang di alun-alun kota Wageningen, dan mereka semua makan serangga saat itu, hal tersebut masih menjadi berita besar. Sebentar lagi itu tak jadi berita besar lagi saat semua orang sudah makan serangga, sebab hal itu sudah menjadi hal yang normal.
So you can try it yourself today, and I would say, enjoy. And I'm going to show to Bruno some first tries, and he can have the first bite.
Jadi Anda dapat mencobanya sendiri hari ini, dan saya ucapkan selamat menikmati. Saya akan menunjukkan beberapa produk percobaan pada Bruno, dan dia bisa mencicipinya.
(Applause)
(Tepuk tangan)
Bruno Giussani: Look at them first. Look at them first.
Bruno Giussani: Lihatlah. Lihatlah
Marcel Dicke: It's all protein.
Marcel Dicke: Semuanya protein.
BG: That's exactly the same [one] you saw in the video actually. And it looks delicious. They just make it [with] nuts or something.
BG: Ini sama persis dengan yang Anda lihat di video. Dan terlihat lezat. Mereka menjadikannya seperti kacang atau sejenisnya
MD: Thank you.
MD: Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)