A June full moon is glowing upon this reef in the middle of the Pacific Ocean. Beneath the surface, 17,000 camouflage groupers dart about in the cloudy water. What you’re witnessing is, in fact, an underwater orgy— turned feeding frenzy. The water is hazy because groupers are ejecting sperm and eggs in dense clouds. This spawning behavior happens during full and new moons, when strong tidal currents carry the fertilized eggs away from corals and other voracious predators on the reef. An orgy might seem like a rather flamboyant way to breed, but sex in the sea is a surprisingly inventive affair.
Purnama bulan Juni menyinari terumbu karang di tengah Samudera Pasifik. Di bawah permukaan, 17.000 Kerapu Batik berenang-renang di air yang keruh. Apa yang Anda saksikan, faktanya, adalah pesta seks bawah laut-- yang berubah menjadi pesta makan-makan. Airnya keruh karena kerapu menembakkan sperma dan telur seperti awan tebal. Perilaku ini terjadi selama bulan purnama dan bulan baru, saat ombak yang kuat membawa telur ikan yang sudah dibuahi jauh dari karang dan predator rakus lainnya di terumbu karang. Pesta seks tampak seperti cara yang flamboyan untuk berkembang biak, tetapi seks di laut ternyata adalah urusan yang inventif.
In fact, most of those voracious corals use male and female sex organs at the same time. Corals also have mass spawning episodes, but they release buoyant bundles of eggs and sperm all at once. This happens around half-moons, when weaker tides calm the water’s surface, creating the perfect conditions for their sex cells to couple up. During these events, there can be hundreds of coral eggs and more than a billion sperm floating in every liter of surface seawater, where they create a sticky slick.
Faktanya, sebagian besar karang tersebut menggunakan kelamin jantan dan betina secara bersamaan. Karang juga memiliki episode bertelur yang masif, tetapi mereka melepaskan sepasukan telur dan sperma sekaligus. Ini terjadi sekitar pertengahan bulan, saat ombak yang lebih lembut membuat permukaan laut tenang, menciptakan kondisi yang sempurna bagi sel-sel seks untuk berpasangan. Selama kejadian ini, terdapat ratusan telur karang dan lebih dari satu miliar sperma mengambang pada setiap liter air permukaan yang membuatnya menjadi lengket dan licin.
But corals are far from the only animals in the sea that can express two sexes. Nearby, a humphead wrasse is undergoing a remarkable transformation. These fish breed in groups where one male fertilizes several females. And, likely because there aren’t many dominant males around, the largest female is becoming one. Unlike corals, humphead wrasse can switch sexes, but they only exhibit one sex at a time. The wrasse changes colors, loses her eyeline, and grows dramatically. Soon, the metamorphosis is complete, and he can fertilize the females’ eggs, ensuring that procreation persists. Interestingly, this bluestreak cleaner wrasse that’s grooming the humphead was also once a female. But unlike the humphead, he can change sex again should he become single.
Namun, karang bukan satu-satunya biota laut yang memiliki dua kelamin. Tak jauh dari sana, seekor ikan napoleon mengalami transformasi luar biasa. Ikan ini berkembang biak dalam grup di mana satu jantan membuahi beberapa betina. Dan, kemungkinan besar karena tidak ada banyak pejantan dominan, betina terbesar akan menjadi pejantan. Tidak seperti karang, ikan napoleon dapat berganti kelamin, tetapi hanya satu kelamin dalam satu waktu. Ikan napolen berganti warna, kehilangan garis matanya, dan tumbuh secara dramatis. Sesaat kemudian metamorfosis selesai, dan ia dapat membuahi telur ikan betina, memastikan proses berkembang biak terjadi. Menariknya, ikan <i>bluestreak cleaner wrasse</i> yang membersihkan ikan napoleon, juga dulunya seekor betina. Berbeda dengan ikan napoleon, ia kembali berganti kelamin saat melajang.
About 7,000 kilometers away, in the shallows of eastern Australia, this male mourning cuttlefish boasts a much sneakier mating strategy. A female cuttlefish has garnered his attention, but she’s also attracted another male. Competing directly with this rival would be a demanding ordeal, so the cuttlefish opts for trickery instead. Positioning himself between the female and his rival, on one side, he displays a mottled skin pattern resembling that of a female to appease the competitor. On the other, he flashes a shimmering courtship display at the female and covertly passes her parcels of sperm. This duplicitous strategy allows the male to reproduce without putting up a fight.
Sekitar 7.000 kilometer jauhnya, di laut dangkal Australia timur, <i>mourning cuttlefish </i>jantan melancarkan strategi berkembang biak yang lebih licik. Seekor sotong betina telah menarik perhatiannya, tetapi ia juga menarik pejantan lain. Bersaing secara langsung akan jadi hal berat, jadi sotong ini memilih melakukan tipu daya. Memposisikan dirinya di antara sang betina dan saingannya, pada satu sisi, ia menunjukkan motif kulit berbintik menirukan seekor betina untuk membuai saingannya. Di sisi lainnya, ia menebar pesona pada sang betina dan diam-diam mengeluarkan spermanya. Strategi bermuka dua ini membuatnya bereproduksi tanpa bertarung.
These sexual escapades are just a sampling of what goes on beneath the waves. The striking diversity of sex in the sea is partially enabled by water’s unique physical properties. Its stable temperature and high density help preserve and disperse reproductive cells. Unless land organisms return to the water to reproduce or have specially adapted sex cells, their options are limited. For many terrestrial animals, reproduction is usually only possible internally, with organs that resemble the moist ocean environment.
Petualangan seksual ini hanyalah secuil dari apa yang terjadi di balik ombak. Keberagaman seks di laut yang luar biasa sebagian disebabkan oleh kandungan air laut yang unik. Suhu stabil dan kepadatannya yang tinggi membantu menjaga dan menyebarkan sel-sel reproduksi. Kecuali makhluk darat kembali ke air untuk bereproduksi atau memiliki sel-sel seks yang sudah beradaptasi, pilihannya terbatas. Bagi banyak hewan darat, reproduksi biasanya hanya mungkin terjadi di dalam tubuh, dengan organ yang serupa dengan lembapnya lingkungan samudra.
This restriction may cause us to see only one facet of sex, but a brief tour of marine life shows us just how diverse sex really is. It does not always involve strictly female and male individuals with differently sized sex cells that fuse internally. Many algae, for example, have sex cells that are indistinguishable in size. Some animals are both male and female, while others change sex. A large proportion of organisms don’t need to touch each other to reproduce. And thousands of animals, from bluestreak cleaner wrasse to Humboldt squid, participate in same-sex sexual behavior. So, peeking beneath the ocean’s covers doesn’t just provide a spectacle. It also gives us a more complete appreciation of sex in all its fascinating forms.
Keterbatasan ini menyebabkan kita melihat hanya satu aspek dari seks, tetapi satu tur singkat kehidupan laut menunjukkan betapa beragamnya seks. Seks tak selalu terbatas antara perempuan dan lelaki dengan sel seks berukuran berbeda yang menyatu dalam tubuh. Ganggang contohnya, memiliki sel seks yang tak bisa dibedakan secara ukuran. Beberapa hewan sekaligus jantan dan betina sementara yang lain bisa berganti kelamin. Banyak organisme tidak perlu saling menyentuh untuk berkembang biak. Dan ribuan hewan, dari <i>bluestreak cleaner</i> <i>wrasse </i>hingga cumi-cumi Humboldt, terlibat dalam perilaku seks sesama jenis. Jadi, mengintip di balik permukaan lautan tidak hanya menyediakan tontonan. Hal itu juga membuat kita memiliki penghargaan yang lebih utuh akan seks dalam segala bentuknya yang memukau.