More than 10 billion people. Over 7,000 languages spoken. 90 million songs, 42 billion fruit trees, 900 zettabytes of data, 90 million beehives, six million dentists, 142 million square kilometers of protected park and one city.
Lebih dari 10 miliar orang. Lebih dari 7.000 bahasa digunakan. 90 juta lagu, 42 miliar pohon buah, 900 zetabit data, 90 juta sarang lebah, enam juta dokter gigi, 142 juta kilometer persegi taman lindung, dan sebuah kota.
(Ambient music)
(Musik instrumental)
A Planet City. What I've just described is my thought experiment for this world called Planet City, an imaginary city for 10 billion people. The projected global population of the world in 2050.
Planet City. Itu tadi adalah eksperimen pemikiran saya untuk sebuah dunia yang disebut Planet City. Sebuah kota imajiner bagi 10 miliar orang, yang merupakan proyeksi jumlah populasi global pada tahun 2050.
I design environments for the film and television industry, and I believe that by creating imaginary worlds, we can connect emotionally to the ideas and challenges of our future. So we've been creating Planet City in response to the rising red line on the graph of climate change because world building and storytelling can do so much more than just visualize this data. They can help us to dramatize data. So in speculative cities, we can immerse ourselves in the various consequences of the decisions we face today. They can be both cautionary tales or road maps to an aspirational future. So I invite you all to join me as we journey along the canals of Planet City.
Saya merancang suasana lingkungan untuk industri film dan televisi, dan saya percaya dengan menciptakan dunia imajiner, kita dapat terhubung secara emosional dengan ide dan tantangan masa depan kita. Kami membuat Planet City sebagai tanggapan atas naiknya garis merah pada grafik perubahan iklim karena membangun dunia dan bercerita lebih berdampak daripada hanya menayangkan data ini. Mereka dapat membantu kita mendramatisasi data. Di kota-kota spekulatif, kita dapat merasakan sendiri berbagai konsekuensi dari keputusan yang kita ambil saat ini, yang dapat menjadi pelajaran atau pun peta menuju masa depan yang aspiratif. Saya mengundang Anda untuk ikut menikmati perjalanan di sepanjang kanal Planet City.
If we listen, we can hear the hum and crackle of flickering blue and red LEDs as they illuminate the lower reaches of the city's farm fields. It smells of soil and hard drives and sweet fruit. A purple sunrise over a new kind of wild.
Jika kita dengarkan, kita dapat mendengar dengungan dan derak LED biru dan merah yang berkedip-kedip saat mereka menerangi bagian bawah ladang pertanian kota, yang beraroma tanah, perangkat keras, dan buah manis. Matahari ungu terbit di atas alam liar jenis baru.
So five years ago, seminal biologist Edward O. Wilson proposed a new world he called Half-Earth, a plan to stave off mass extinction by devoting half the surface of the earth completely to nature and then consolidating human development to the other half that would remain. And this is where the speculation of Planet City began. And as we started to visualize and design this radical reversal of our planetary sprawl, we soon realized we could actually go much further. In its most provocative form, at the intensity of the densest city that already exists, Planet City could occupy as little as 0.02 percent earth. Could we imagine coming to such a global consensus, radically reversing all of our existing assumptions? What would it take? What would it look like?
Lima tahun yang lalu, ahli biologi mani Edward O. Wilson mengusulkan dunia baru yang disebutnya Half-Earth, rencana untuk mencegah kepunahan massal dengan mengabdikan separuh permukaan bumi sepenuhnya untuk alam. Lalu memperkuat pembangunan manusia pada separuh lainnya yang tersisa. Dan di sinilah spekulasi Planet City dimulai. Saat kami mulai memvisualisasikan dan merancang pembalikan radikal dari penyebaran di planet kita ini, kami menyadari bahwa kita sebenarnya bisa melangkah lebih jauh. Dalam bentuk terbaiknya, dengan intensitas kota terpadat yang sudah ada saat ini, Planet City hanya menempati 0,02 persen bumi. Bisakah kita membayangkan mencapai konsensus global semacam itu, secara radikal membalikkan semua asumsi yang ada? Apa yang dibutuhkan? Akan terlihat seperti apa?
(Ambient music)
(Musik instrumental)
So our Planet City would allow us to surrender almost the entirety of the globe to nature, to return stolen lands and rewild in our wake. A new national park of the world to be visited and tended, not engineered for extraction. The invisible lines that once divided us would fade beneath this planet of trees. In the streets of Planet City we can prototype some of the necessary lifestyle changes that might be required in order for us to sustain human life. We can explore how such a new world could evolve, not in a singular forced move, but perhaps in a slow, multigenerational retreat from the world we once knew.
Planet City kami memungkinkan kita menyerahkan hampir seluruh dunia kepada alam, mengembalikan tanah curian dan lingkungan alami secara sadar. Sebuah taman nasional dunia baru untuk dikunjungi dan dirawat, bukan direkayasa untuk ekstraksi. Garis khayal yang pernah memisahkan kita akan pudar di bawah planet pepohonan ini. Di tengah Planet City kita dapat membuat prototipe beberapa perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan agar kita dapat mempertahankan peradaban. Kita dapat menjelajahi bagaimana dunia baru dapat berevolusi bukan dengan satu gerakan paksa, tetapi mungkin dalam kemunduran multigenerasi yang lambat dari dunia yang pernah kita kenal.
To build Planet City, we could remine our old cities rather than virgin ground.
Untuk membangun Planet City,
No new resources would need to be consumed or extracted to build this city. The world's shipping fleet that currently scatters matter ripped from the earth into our malls and storefronts could be reversed and repurposed to bring all this material back together again into the geological strata of our new city.
kita bisa merenovasi kota-kota lama alih-alih mencari tanah baru. Tidak ada sumber daya baru yang dikonsumsi atau diekstraksi untuk membangun kota ini. Armada pengiriman dunia yang saat ini menyebarkan materi yang dirampas dari bumi ke mal-mal dan toko-toko dapat dibalikkan dan digunakan kembali untuk menyatukan semua materi ini kembali ke dalam strata geologis dari kota baru kita.
The ghosts of nation states would give way to new neighborhoods that could be formed around shared cultural practices as we perform new myths of care, belonging and recreation.
Gagasan negara-bangsa akan mengalah pada lingkungan baru yang dapat dibentuk di sekitar praktik budaya bersama sembari menjalankan mitos baru tentang kepedulian, rasa memiliki, dan rekreasi.
(Ambient music)
(Musik instrumental)
If we were to map all the world's celebrations onto a calendar, then we'd realize that running through Planet City would be this continuous festival procession dancing across a 365 day loop, each day amongst the flickering confetti. It would intersect with the new carnival culture, endlessly cycling through new colors, costumes and cacophonies. And to design the systems of Planet City, we travelled to and filmed all of the megascaled renewable energy and agriculture sites that currently exist around the world today: the world's largest solar farm in the Mojave Desert, the illuminated indoor farms protecting crops from harsh Siberian winters, the most productive wind energy network in Gansu, China, the world's largest algae farm in Western Australia. These monumental infrastructures are evidence that much of the technologies required to support the generation of our climate are actually already here. And in Planet City, we just remove the political roadblocks or the lack of cultural investment that's currently holding them back and we visualize them operating at these global scales, but not forgotten out on an industrial periphery, but woven through the very fabric and life of the city itself.
Jika kita memetakan semua perayaan di dunia ke dalam kalender, maka kita menyadari bahwa melintasi Planet City akan menjadi prosesi festival yang berkelanjutan menari tanpa henti selama 365 hari, setiap hari di antara kelap-kelip konfeti. Hal ini akan bersinggungan dengan budaya karnival baru, bergulir tanpa akhir melalui warna-warna, kostum, dan hiruk-pikuk baru. Dan untuk mendesain sistem Planet City, kita berpergian dan merekam semua situs energi terbarukan dan kawasan pertanian berskala besar yang saat ini ada di bumi: Ladang tenaga surya terbesar di dunia di Gurun Mojave, pertanian dalam ruang yang melindungi tanaman dari musim dingin keras Siberia, jaringan energi angin paling produktif di Gansu, China, peternakan ganggang terbesar di dunia di belahan barat Australia. Berbagai infrastruktur monumental ini adalah bukti bahwa teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung kebangkitan iklim kita sebenarnya sudah disini. Dan di Planet City, kita telah menghilangkan hambatan politik atau kurangnya investasi budaya yang saat ini menahannya, dan kita memvisualisasikan hal tersebut beroperasi dalam skala global ini, tanpa melupakan lingkup industri, yang dijalin ke dalam fondasi dan jiwa dari kota itu sendiri.
So before dawn breaks in Planet City, thousands of autonomous cleaning blades squeak along the solar fields. Waves of mirrors will ripple to rotate to chase the changing light. A billion panels collected from all over the world. And the batteries of Planet City will be alive with fish and pink algae, as excess wind and solar power will be used to pump water through the canals to high-altitude holding lakes in the city's upper floors. Power will be stored here as potential energy rather than resource-intensive lithium batteries. And tides rise and fall as the lights glow and turbines spin.
Jadi sebelum fajar menyingsing di Planet City, ribuan bilah pembersih otomatis berdecit di sepanjang ladang surya. Gelombang cermin akan beriak berputar mengejar cahaya yang berubah-ubah. Miliaran panel dikumpulkan dari seluruh dunia. Dan baterai Planet City akan hidup dengan ikan dan ganggang merah muda, sementara surplus angin dan tenaga surya akan digunakan untuk memompa air dari kanal-kanal ke danau penampung tinggi di lantai atas kota. Daya akan disimpan disini sebagai energi potensial alih-alih menggunakan baterai litium yang padat sumber daya. Dan air akan pasang dan surut saat lampu menyala dan turbin berputar.
So although wildly provocative, imaginary worlds can be grounded in the real science and technology of the present moment, meaning we can project ourselves into these futures. What would it be like to live here, to fish amongst the city battery lakes, to follow the seasons up through the towers, collecting honey with the Planet City beekeepers, to fall in love amongst the pink algae blooms before harvest? So Planet City is not a proposal. However, it's a provocation. It's a thought experiment that shows us we don't need to tread so hard across the Earth because if we can get these systems working at the scale of 10 billion, then the only things stopping us rethinking and consolidating our existing cities is ourselves, our own politics and prejudices, biases and blind spots. So in many ways, all of us have been living in a planetary-scaled city all along. We have urbanized our planet from the scale of the cell to the tectonic plate. Planet City is both entirely fictional, but also already here. Simultaneously, a challenging image of a possible tomorrow and an urgent illumination of the environmental questions that are facing us today.
Meskipun sangat provokatif, dunia khayalan dapat dikaitkan dengan teknologi dan sains nyata yang ada saat ini. Artinya, kita dapat memproyeksikan diri kita ke dalam masa depan ini. Bagaimana rasanya tinggal disini, memancing diantara danau baterai kota, mengikuti perubahan musim melalui menara-menara, mengumpulkan madu dengan peternak lebah Planet City, untuk jatuh cinta di antara ganggang merah muda yang bermekaran sebelum panen? Planet City bukanlah suatu usulan. Namun, sebuah provokasi. Ini merupakan eksperimen pemikiran yang menunjukkan bahwa kita tidak perlu melangkah terlalu keras melintasi Bumi karena jika kita bisa membuat sistem ini bekerja dengan skala 10 miliar orang, maka satu-satunya hal yang menghentikan kita dari berpikir ulang dan mengonsolidasikan kota yang ada adalah diri kita sendiri, politik dan prasangka, bias, serta titik buta kita sendiri. Jadi, dalam banyak hal, kita semua selama ini sudah tinggal di kota berskala planet. Kita sudah mengurbanisasi planet kita dari skala sel sampai lempeng tektonik. Planet City sepenuhnya fiksi, tetapi juga sudah menjadi kenyataan. Secara bersamaan, ia merupakan gambaran yang menantang tentang hari esok sekaligus pencerahan mendesak dari permasalahan lingkungan yang kita hadapi sekarang.
So at the end of our journey, as we've been wandering through this sci-fi safari through Planet City, we will return to where we first started to look back on our own cities again, but with new eyes. This journey has been a call to actively visualize our possible futures. Imaginary worlds in which we can collectively shape where we all might want to go next.
Di akhir perjalanan, saat kita menjelajahi safari fiksi ilmiah dalam Planet City, kita akan kembali ke awal kita mulai untuk melihat kembali kota-kota kita, tetapi dengan pandangan baru. Perjalanan ini adalah panggilan untuk secara aktif menggambarkan kemungkinan masa depan kita. Dunia khayalan dimana kita dapat secara kolektif membentuk ke mana kita ingin melangkah selanjutnya.
Thank you.
Terima kasih.