One simple vitamin can reduce your risk of heart disease.
Vitamin ini dapat Mengurangi Risiko Penyakit Jantung.
Eating chocolate reduces stress in students.
Konsumsi Cokelat dapat Mengurangi Stres pada Pelajar.
New drug prolongs lives of patients with rare disease.
Obat Baru ini Perpanjang Usia Pasien Berpenyakit Langka.
Health headlines like these are published every day, sometimes making opposite claims from each other. There can be a disconnect between broad, attention-grabbing headlines and the often specific, incremental results of the medical research they cover. So how can you avoid being misled by grabby headlines?
Tajuk berita kesehatan seperti ini ditulis setiap hari. Terkadang mereka bertentangan satu sama lain. Ada ketidakcocokan antara judul yang umum dan menarik perhatian dengan hasil penelitian yang dibahas, yang sering kali lebih spesifik. Lalu, bagaimana agar tak terkecoh oleh judul yang berlebihan ini? Cara terbaik untuk mengetahui kredibilitas tulisan tersebut
The best way to assess a headline’s credibility is to look at the original research it reports on. We’ve come up with a hypothetical research scenario for each of these three headlines.
adalah dengan membaca penelitian asli yang digunakan oleh artikel itu. Kami mencoba membuat skenario penelitian rekaan untuk ketiga judul tersebut. Perhatikan penjelasan pada contoh pertama.
Keep watching for the explanation of the first example; then pause at the headline to answer the question. These are simplified scenarios. A real study would detail many more factors and how it accounted for them, but for the purposes of this exercise, assume all the information you need is included.
Lalu, periksa kembali judul berita tadi dan cari kesalahannya. Berikut ini adalah skenario sederhananya. Laporan penelitian yang sebenarnya menjelaskan detail faktor dan caranya. Namun, untuk latihan kali ini, anggaplah semua informasi yang diperlukan telah tersedia.
Let’s start by considering the cardiovascular effects of a certain vitamin, Healthium. The study finds that participants taking Healthium had a higher level of healthy cholesterol than those taking a placebo. Their levels became similar to those of people with naturally high levels of this kind of cholesterol. Previous research has shown that people with naturally high levels of healthy cholesterol have lower rates of heart disease.
Kita mulai dari pengaruh efek kardiovaskular dari vitamin tertentu, yaitu Healthium. Sebuah riset menemukan bahwa peserta yang meminum Healthium memiliki kolesterol baik yang lebih tinggi dibandingkan peminum obat plasebo. Kadar kolesterol baik pada keduanya setara dengan orang yang secara alami memang memiliki kadar kolesterol baik yang tinggi. Riset sebelumnya menunjukkan bahwa orang dengan kolestrol baik yang tinggi memiliki risiko penyakit jantung lebih rendah.
So what makes this headline misleading: "Healthium reduces risk of heart disease."
Lalu, mengapa judul ini jadi menyimpang: "Healthium Menurunkan Risiko Penyakit Jantung".
The problem with this headline is that the research didn’t actually investigate whether Healthium reduces heart disease. It only measured Healthium’s impact on levels of a particular kind of cholesterol. The fact that people with naturally high levels of that cholesterol have lower risk of heart attacks doesn’t mean that the same will be true of people who elevate their cholesterol levels using Healthium.
Kesalahan judul ini adalah riset tersebut tidaklah meneliti apakah Healthium dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Riset itu hanya membahas pengaruh Healthium terhadap kadar jenis kolestrol tertentu. Fakta bahwa orang yang secara alami punya kadar kolesterol baik yang tinggi berisiko rendah terkena serangan jantung, tidak serta merta berlaku pada pasien yang menaikkan kadar kolestrolnya dengan Healthium.
Now that you’ve cracked the case of Healthium, try your hand at a particularly alluring mystery: the relationship between eating chocolate and stress. This hypothetical study recruits ten students. Half begin consuming a daily dose of chocolate, while half abstain. As classmates, they all follow the same schedule. By the end of the study, the chocolate eaters are less stressed than their chocolate-free counterparts.
Kini, kamu sudah paham tentang Healthium. Coba pecahkan misteri menarik ini: Hubungan antara konsumsi cokelat dengan stres. Penelitian rekaan ini melibatkan sepuluh siswa. Lima siswa memakan cokelat setiap hari, sedangkan sisanya, tidak. Karena mereka teman sekelas, jadwal kegiatan kedua kelompok itu sama. Di akhir penelitian, siswa yang mengonsumsi cokelat tidak begitu stres dibandingkan kelompok yang tidak mengonsumsi cokelat.
What’s wrong with this headline: "Eating chocolate reduces stress in students"
Lalu, apa yang salah pada judul ini: "Konsumsi Cokelat Mengurangi Stres pada Pelajar."
It’s a stretch to draw a conclusion about students in general from a sample of ten. That’s because the fewer participants are in a random sample, the less likely it is that the sample will closely represent the target population as a whole. For example, if the broader population of students is half male and half female, the chance of drawing a sample of 10 that’s skewed 70% male and 30% is about 12%. In a sample of 100 that would be less than a .0025% chance, and for a sample of 1000, the odds are less than 6 x 10^-36.
Kesimpulan yang didasarkan pada sampel sejumlah 10 siswa itu terlalu dipaksakan. Sebab, semakin sedikit jumlah peserta yang terlibat dalam sampel acak, semakin kecil juga kemungkinan sampel dapat mewakili keseluruhan populasi target secara akurat. Contohnya, jika seluruh populasi pelajar terdiri atas pria dan wanita 1:1, kesempatan untuk memperoleh 10 sampel yang 70%-nya terdiri atas pria dan 30%-nya wanita adalah sekitar 12%. Pada sampel 100 orang, kesempatannya akan kurang dari 0,0025%. Dan pada sampel 1.000 orang, kemungkinannya kurang dari 6 x 10^-36.
Similarly, with fewer participants, each individual’s outcome has a larger impact on the overall results— and can therefore skew big-picture trends. Still, there are a lot of good reasons for scientists to run small studies. By starting with a small sample, they can evaluate whether the results are promising enough to run a more comprehensive, expensive study. And some research requires very specific participants that may be impossible to recruit in large numbers. The key is reproducibility— if an article draws a conclusion from one small study, that conclusion may be suspect— but if it’s based on many studies that have found similar results, it’s more credible.
Demikian pula, sedikitnya jumlah peserta membuat data individual jadi berpengaruh besar terhadap hasil keseluruhan dan dapat mengubah tren pada hasil penelitian. Ada juga alasan mengapa para ilmuwan melakukan riset dengan skala kecil. Dengan jumlah sampel yang kecil, dapat dinilai apakah hasil suatu penelitian layak untuk dikaji lebih mendalam serta lebih luas. Beberapa riset membutuhkan partisipan bersifat spesifik, yang memang tak bisa didapatkan dalam jumlah besar. Kuncinya adalah reproduksibilitas. Jika menarik kesimpulan hanya dari satu penelitian skala kecil, kesimpulan itu bisa jadi meragukan. Namun, jika diambil dari bermacam penelitian dengan hasil serupa, jelas lebih kredibel.
We’ve still got one more puzzle. In this scenario, a study tests a new drug for a rare, fatal disease. In a sample of 2,000 patients, the ones who start taking the drug upon diagnosis live longer than those who take the placebo.
Tersisa satu teka-teki lagi. Kali ini, skenario pengujian obat baru untuk penyakit langka mematikan. Dengan sampel sebanyak 2.000 pasien, pasien yang mengonsumsi obat tersebut berumur lebih panjang dibandingkan yang hanya meminum obat plasebo.
This time, the question is slightly different. What’s one more thing you’d like to know before deciding if the headline, "New drug prolongs lives of patients with rare disease", is justified?
Kali ini, permasalahannya sedikit berbeda. Apa yang harus diketahui sebelum menentukan kelayakan judul: "Obat Baru Perpanjang Usia Pasien Berpenyakit Langka"?
Before making this call, you’d want to know how much the drug prolonged the patients’ lives. Sometimes, a study can have results that, while scientifically valid, don’t have much bearing on real world outcomes. For example, one real-life clinical trial of a pancreatic cancer drug found an increase in life expectancy— of ten days.
Sebelum menjawab, kamu harus tahu berapa lama obat itu dapat memperpanjang usia pasien. Kadang, sebuah penelitian sudah memilliki hasil yang meski terbukti secara ilmiah tetap saja tidak berdampak secara nyata. Contohnya, suatu obat kanker pankreas yang diuji coba secara klinis diketahui dapat menambah usia pasien selama sepuluh hari.
The next time you see a surprising medical headline, take a look at the science it’s reporting on. Even when full papers aren’t available without a fee, you can often find summaries of experimental design and results in freely available abstracts, or even within the text of a news article. It’s exciting to see scientific research covered in the news, and important to understand the studies’ findings.
Lain kali kamu membaca judul artikel kesehatan yang menarik, periksa laporan ilmiah yang dipakai. Meski laporan penelitian yang lengkap tidaklah gratis, ringkasan rancangan penelitian masih bisa didapatkan dan hasil penelitian pun tersedia secara gratis dalam bentuk abstrak bahkan juga ditulis pada batang tubuh berita. Sungguh menarik dapat membaca penelitian ilmiah dalam berita, tetapi penting juga untuk memahami penemuan dalam penelitian itu.