Please close your eyes, and open your hands. Now imagine what you could place in your hands: an apple, maybe your wallet. Now open your eyes. What about a life?
Tolong pejamkan mata Anda, dan buka kedua tangan Anda. Sekarang bayangkan jika Anda bisa meletakkan di tangan Anda: sebuah apel, atau mungkin dompet Anda. Sekarang buka mata Anda Bagaimana dengan sebuah nyawa?
What you see here is a premature baby. He looks like he's resting peacefully, but in fact he's struggling to stay alive because he can't regulate his own body temperature. This baby is so tiny he doesn't have enough fat on his body to stay warm. Sadly, 20 million babies like this are born every year around the world. Four million of these babies die annually.
Yang Anda saksikan disini adalah seorang bayi prematur. Tampaknya dia beristirahat dengan tenang, padahal dia sedang berjuang untuk hidup karena dia tidak bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Bayi ini sangatlah mungil, dia tidak memiliki banyak lapisan lemak untuk menghangatkan tubuhnya. Yang menyedihkan adalah ada 20 juta bayi seperti dia terlahir setiap tahunnya di seluruh dunia. 4 juta dari bayi tersebut meninggal setiap tahunnya
But the bigger problem is that the ones who do survive grow up with severe, long-term health problems. The reason is because in the first month of a baby's life, its only job is to grow. If it's battling hypothermia, its organs can't develop normally, resulting in a range of health problems from diabetes, to heart disease, to low I.Q. Imagine: Many of these problems could be prevented if these babies were just kept warm.
Namun masalah yang lebih besar ada pada bayi yang selamat yang akan memiliki masalah kesehatan yang parah di kemudian hari. Alasannya adalah karena pada bulan pertama kehidupan bayi, tugas seorang bayi hanyalah tumbuh Jika bayi itu berjuang melawan suhu tubuh yang rendah, organnya tidak dapat berkembang sempurna, yang akan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan mulai dari diabetes, hingga penyakit jantung, juga IQ rendah. Bayangkan, banyak masalah ini dapat dicegah jika bayi ini dapat mendapatkan kehangatan yang cukup.
That is the primary function of an incubator. But traditional incubators require electricity and cost up to 20 thousand dollars. So, you're not going to find them in rural areas of developing countries. As a result, parents resort to local solutions like tying hot water bottles around their babies' bodies, or placing them under light bulbs like the ones you see here -- methods that are both ineffective and unsafe. I've seen this firsthand over and over again.
Itulah fungsi utama dari sebuah inkubator. Namun inkubator tradisional membutuhkan listrik dan berharga lebih dari 20 ribu dollar. Jadi Anda tidak akan menemukan inkubator di daerah pedesaan di negara berkembang. Sebagai gantinya, orang tua mencari solusi lokal seperti meletakkan botol berisi air panas disekitar tubuh bayi mereka, atau meletakkan mereka dibawah bohlam seperti yang anda lihat disini -- cara yang tidak efektif dan membahayakan. Saya sudah melihat langsung hal ini berkali-kali.
On one of my first trips to India, I met this young woman, Sevitha, who had just given birth to a tiny premature baby, Rani. She took her baby to the nearest village clinic, and the doctor advised her to take Rani to a city hospital so she could be placed in an incubator. But that hospital was over four hours away, and Sevitha didn't have the means to get there, so her baby died.
Pada salah satu kunjungan pertama saya ke India, saya bertemu seorang wanita muda, Sevitha, yang baru saja melahirkan seorang prematur bayi mungil, Rani. Sevitha membawa bayinya ke klinik terdekat, dan dokter menyarankannya untuk membawa Rani ke rumah sakit di kota agar Rani bisa diletakkan pada inkubator. Tapi rumah sakit itu berjarak 4 jam perjalanan. Dan Sevitha tidak punya cara untuk ke sana, dan lalu bayinya meninggal.
Inspired by this story, and dozens of other similar stories like this, my team and I realized what was needed was a local solution, something that could work without electricity, that was simple enough for a mother or a midwife to use, given that the majority of births still take place in the home. We needed something that was portable, something that could be sterilized and reused across multiple babies and something ultra-low-cost, compared to the 20,000 dollars that an incubator in the U.S. costs.
Terinspirasi oleh kisah ini dan banyak kisah sejenis lainnya, Saya dan tim saya menyadari bahwa yang dibutuhkan adalah solusi lokal sesuatu yang bisa bekerja tanpa listrik, yang cukup sederhana untuk digunakan oleh ibu dan bidan, karena sebagian besar proses kelahiran terjadi di rumah. Kita membutuhkan sesuatu yang praktis, sesuatu yang bisa disterilkan dan digunakan kembali untuk banyak bayi, dan yang berbiaya sangat rendah, dibandingkan inkubator seharga 20 ribu dollar yang ada di Amerika Serikat.
So, this is what we came up with. What you see here looks nothing like an incubator. It looks like a small sleeping bag for a baby. You can open it up completely. It's waterproof. There's no seams inside so you can sterilize it very easily. But the magic is in this pouch of wax. This is a phase-change material. It's a wax-like substance with a melting point of human body temperature, 37 degrees Celsius. You can melt this simply using hot water and then when it melts it's able to maintain one constant temperature for four to six hours at a time, after which you simply reheat the pouch. So, you then place it into this little pocket back here, and it creates a warm micro-environment for the baby.
Jadi, inilah yang kami temukan. Apa yang anda lihat tidak tampak seperti sebuah inkubator. Benda ini tampak seperti kantung tidur untuk bayi. Anda bisa membukanya. Dan alat ini anti-air. Tidak ada jahitan didalamnya sehingga bisa disterilkan dengan mudah. Tapi keajaibannya terletk pada kantung lilinnya. Ini adalah bahan yang dapat berubah fase. Ini adalah bahan seperti lilin yang memiliki titik leleh sama dengan suhu tubuh manusia, 37 derajat Celsius. Anda bisa melelehkan benda ini dalam air panas biasa dan saat lilin ini meleleh, kantung ini bisa mempertahankan suhunya selama 4 sampai 5 jam, setelah itu Anda cukup menghangatkan kantungnya. Kemudian Anda bisa meletakkannya pada kantung disini, dan bisa tercipta sebuah kondisi mikro yang hangat untuk sang bayi.
Looks simple, but we've reiterated this dozens of times by going into the field to talk to doctors, moms and clinicians to ensure that this really meets the needs of the local communities. We plan to launch this product in India in 2010, and the target price point will be 25 dollars, less than 0.1 percent of the cost of a traditional incubator.
Tampaknya sederhana, tapi kami telah mencoba hal ini berulang-ulang dengan terjun langsung dan menyampaikannya ke dokter, para ibu, dan penyuluh kesehatan terkait, untuk meyakinkan bahwa inovasi ini dapat memenuhi kebutuhan mereka. Kami berencana untuk meluncurkan produk ini di India pada 2010. Dan harganya hanya 25 dollar, kurang dari 0,1 persen dari harga inkubator tradisional.
Over the next five years we hope to save the lives of almost a million babies. But the longer-term social impact is a reduction in population growth. This seems counterintuitive, but turns out that as infant mortality is reduced, population sizes also decrease, because parents don't need to anticipate that their babies are going to die. We hope that the Embrace infant warmer and other simple innovations like this represent a new trend for the future of technology: simple, localized, affordable solutions that have the potential to make huge social impact.
Dalam 5 tahun ke depan kami berharap dapat menyelamatkan nyawa dari hampir sejuta bayi. Namun dampak sosial jangka panjangnya adalah berkurangnya pertumbuhan populasi. Hal ini tampak tidak masuk akal, namun pada kenyataannya saat tingkat kematian bayi menurun jumlah populasi juga menurun, karena orang tua tidak perlu mengantisipasi kemungkinan meninggalnya bayi mereka. Kami berharap penghangat bayi Embrace dan inovasi sederhana seperti ini dapat mewakili tren baru pada teknologi masa depan: sederhana, bersifat lokal, dan harganya terjangkau yang pada akhirnya dapat memberikan dampak sosial yang besar.
In designing this we followed a few basic principles. We really tried to understand the end user, in this case, people like Sevitha. We tried to understand the root of the problem rather than being biased by what already exists. And then we thought of the most simple solution we could to address this problem. In doing this, I believe we can truly bring technology to the masses. And we can save millions of lives through the simple warmth of an Embrace.
Dalam mendesainnya kami mengikuti beberapa prinsip dasar berikut. Kami sangat berusaha memahami penggunanya, dalam hal ini, orang-orang seperti Sevitha. Kami mencoba memahami akar permasalahannya daripada terpaku pada apa yang sudah ada. Kemudian kami mencari solusi sederhana untuk menjawab masalah ini. Dalam melakukannya, saya percaya kita bisa membawa teknologi kepada masyarakat. Dan kita bisa menyelamatkan banyak nyawa, melalui kehangatan sederhana yang datang dari sebuah pelukan (Embrace).