I'm a meteorologist by degree, I have a bachelor's, master's and PhD in physical meteorology, so I'm a meteorologist, card carrying. And so with that comes four questions, always. This is one prediction I will always get right.
Saya adalah lulusan meteorologi, gelar sarjana, master dan PhD saya di bidang meteorologi fisika, jadi saya seorang ahli meteorologi, tulen. Dengannya selalu muncul empat pertanyaan. Saya selalu benar mengenai prediksi ini.
(Laughter)
(Tawa)
And those questions are, "Marshall, what channel are you on?"
Dan pertanyaan itu adalah, "Marshall, Anda siaran di saluran yang mana?"
(Laughter)
(Tawa)
"Dr. Shepherd, what's the weather going to be tomorrow?"
"Dr. Shepherd, bagaimana ramalan cuaca besok?"
(Laughter)
(Tawa)
And oh, I love this one: "My daughter is getting married next September, it's an outdoor wedding. Is it going to rain?"
Dan, ini yang paling saya suka: "Anak saya akan menikah September depan, acaranya di luar ruangan. Apakah akan turun hujan?"
(Laughter)
(Tawa)
Not kidding, I get those, and I don't know the answer to that, the science isn't there. But the one I get a lot these days is, "Dr. Shepherd, do you believe in climate change?" "Do you believe in global warming?" Now, I have to gather myself every time I get that question. Because it's an ill-posed question -- science isn't a belief system. My son, he's 10 -- he believes in the tooth fairy. And he needs to get over that, because I'm losing dollars, fast.
Saya sungguh ditanyai seperti itu dan tidak tahu jawabannya, mereka bukanlah pertanyaan ilmiah. Tetapi satu pertanyaan yang sering saya dapati akhir ini "Dr. Shepherd, apakah Anda percaya pada perubahan iklim?" "Apakah Anda percaya pada pemanasan global?" Sekarang, saya harus menyiapkan diri tiap kali ditanyai hal itu. Ini adalah pertanyaan yang keliru -- sains bukanlah sistem kepercayaan. Anak lelaki saya, dia 10 tahun -- dia percaya adanya peri gigi. Dan dia perlu berhenti percaya, saya akan cepat kehabisan uang.
(Laughter)
(Tawa)
But he believes in the tooth fairy. But consider this. Bank of America building, there, in Atlanta. You never hear anyone say, "Do you believe, if you go to the top of that building and throw a ball off, it's going to fall?" You never hear that, because gravity is a thing. So why don't we hear the question, "Do you believe in gravity?" But of course, we hear the question, "Do you believe in global warming?"
Tapi dia percaya ada peri gigi. Tapi pikirkan ini. Gedung Bank America, di sana, di Atlanta. Anda tidak pernah mendengar seseorang berkata, "Apakah kau percaya jika kau naik ke atap gedung itu dan melempar sebuah bola, ia akan jatuh?" Anda tidak pernah mendengarnya, karena gaya gravitasi itu nyata. Jadi mengapa kita tidak mendengar pertanyaan, "Apakah kau percaya gravitasi?" Tapi pernah mendengar pertanyaan, "Apakah kau percaya pemanasan global?"
Well, consider these facts. The American Association for the Advancement of Science, AAAS, one of the leading organizations in science, queried scientists and the public on different science topics. Here are some of them: genetically modified food, animal research, human evolution. And look at what the scientists say about those, the people that actually study those topics, in red, versus the gray, what the public thinks. How did we get there? How did we get there? That scientists and the public are so far apart on these science issues.
Pikirkan fakta-fakta ini. Asosiasi Pengembangan Sains Amerika, AAAS, salah satu pelopor organisasi ilmu pengetahuan, ilmuwan kritis dan publik dalam berbagai bidang sains. Beberapa di antaranya: pangan yang dimodifikasi secara genetis, penelitian hewan, evolusi manusia. Dan lihat apa yang ilmuwan katakan tentang hal itu, orang yang benar-benar mengkaji topik itu, dalam merah, versus abu-abu, apa yang dipikirkan oleh publik. Bagaimana bisa begitu? Bagaimana bisa seperti itu? Ilmuwan dan publik sangat jauh berbeda dalam isu-isu sains seperti ini.
Well, I'll come a little bit closer to home for me, climate change. Eighty-seven percent of scientists believe that humans are contributing to climate change. But only 50 percent of the public? How did we get there? So it begs the question, what shapes perceptions about science? It's an interesting question and one that I've been thinking about quite a bit. I think that one thing that shapes perceptions in the public, about science, is belief systems and biases. Belief systems and biases. Go with me for a moment. Because I want to talk about three elements of that: confirmation bias, Dunning-Kruger effect and cognitive dissonance. Now, these sound like big, fancy, academic terms, and they are. But when I describe them, you're going to be like, "Oh! I recognize that; I even know somebody that does that."
Saya akan bahas hal yang lebih dekat dengan saya, perubahan iklim. Delapan puluh tujuh persen ilmuwan percaya bahwa manusia berkontribusi terhadap perubahan iklim. Tapi hanya 50 persen dari total publik? Bagaimana bisa begitu? Lalu kita mesti bertanya, apa yang membentuk persepsi terhadap sains? Itu adalah pertanyaan menarik dan saya sudah cukup lama memikirkan hal ini. Saya rasa hal yang membentuk persepsi publik, tentang sains, adalah sistem kepercayaan dan bias. Sistem kepercayaan dan bias. Mari bersama saya sejenak. Karena saya ingin berbicara soal tiga elemen darinya: bias konfirmasi, efek Dunning-Kruger dan disonansi kognitif. Mereka terdengar seperti istilah ilmiah yang besar, bergaya, dan memang iya. Tapi ketika saya mendeskripsikan mereka, Anda akan bilang, "Oh! Saya tahu; saya bahkan sadar seseorang melakukannya."
Confirmation bias. Finding evidence that supports what we already believe. Now, we're probably all a little bit guilty of that at times. Take a look at this. I'm on Twitter. And often, when it snows, I'll get this tweet back to me.
Bias konfirmasi. Mencari bukti untuk mendukung apa yang sudah kita percayai. Kadang kita semua mungkin sedikit bersalah dalam hal itu. Silakan lihat ini. Saya bermain Twitter. Seringkali, saat turun salju, saya sering mendapati twit ini.
(Laughter)
(Tawa)
"Hey, Dr. Shepherd, I have 20 inches of global warming in my yard, what are you guys talking about, climate change?" I get that tweet a lot, actually. It's a cute tweet, it makes me chuckle as well. But it's oh, so fundamentally scientifically flawed. Because it illustrates that the person tweeting doesn't understand the difference between weather and climate. I often say, weather is your mood and climate is your personality. Think about that. Weather is your mood, climate is your personality. Your mood today doesn't necessarily tell me anything about your personality, nor does a cold day tell me anything about climate change, or a hot day, for that matter.
"Hei, Dr. Shepherd, saya punya 20 inci pemanasan global di halaman saya, apa yang Anda bicarakan, perubahan iklim?" Saya sering dapat twit semacam itu. Itu adalah twit yang lucu, membuat saya berdecak juga. Tapi itu sangat keliru secara fundamental sains. Karena itu menggambarkan bahwa orang yang mengetwit itu tidak paham perbedaan antara cuaca dan iklim. Saya sering berkata, cuaca adalah suasana hati Anda dan iklim adalah kepribadian Anda. Coba pikirkan. Cuaca adalah suasana hati, iklim adalah kepribadian. Suasana hati Anda hari ini tidak sepenuhnya menunjukkan kepribadian Anda, begitu pula hari yang dingin tidak menunjukkan perubahan iklim, atau hari yang panas, untuk hal itu.
Dunning-Kruger. Two scholars from Cornell came up with the Dunning-Kruger effect. If you go look up the peer-reviewed paper for this, you will see all kinds of fancy terminology: it's an illusory superiority complex, thinking we know things. In other words, people think they know more than they do. Or they underestimate what they don't know.
Dunning-Kruger. Dua orang pelajar dari Cornell mengenalkan efek Dunning-Kruger. Jika menilik esai yang sudah diulas tentang hal ini, Anda akan melihat banyak sekali istilah yang mewah: ini adalah kompleks superioritas semu, berpikir kita tahu banyak hal. Artinya, orang mengira tahu lebih banyak dari yang sebenarnya. Atau mereka meremehkan apa yang mereka tidak ketahui.
And then, there's cognitive dissonance. Cognitive dissonance is interesting. We just recently had Groundhog Day, right? Now, there's no better definition of cognitive dissonance than intelligent people asking me if a rodent's forecast is accurate.
Lalu, ada disonansi kognitif. Disonansi kognitif ini menarik. Kita baru saja merayakan Hari Groundhog, betul? Tidak ada definisi yang lebih baik dari disonansi kognitif daripada orang cerdas yang menanyai saya jika ramalan cuacanya tikus itu akurat.
(Laughter)
(Tawa)
But I get that, all of the time.
Tapi saya mendapati hal itu, sepanjang waktu.
(Laughter)
(Tawa)
But I also hear about the Farmer's Almanac. We grew up on the Farmer's Almanac, people are familiar with it. The problem is, it's only about 37 percent accurate, according to studies at Penn State University. But we're in an era of science where we actually can forecast the weather. And believe it or not, and I know some of you are like, "Yeah, right," we're about 90 percent accurate, or more, with weather forecast. You just tend to remember the occasional miss, you do.
Tapi saya juga dengar tentang Almanak Petani. Kita tumbuh dengan Almanak Petani, orang-orang familiar dengannya. Masalahnya, hanya sekitar 37 persen yang akurat, berdasarkan kajian di Penn State University. Tapi kita ada di era sains di mana kita sungguh bisa memprediksi cuaca. Dan percaya atau tidak, saya tahu di antara Anda ada yang, "Yah, benar," kita akurat sekitar 90 persen, atau lebih, dalam memprediksi cuaca. Orang cenderung mengingat luput yang sesekali terjadi.
(Laughter)
(Tawa)
So confirmation bias, Dunning-Kruger and cognitive dissonance. I think those shape biases and perceptions that people have about science. But then, there's literacy and misinformation that keep us boxed in, as well. During the hurricane season of 2017, media outlets had to actually assign reporters to dismiss fake information about the weather forecast. That's the era that we're in. I deal with this all the time in social media. Someone will tweet a forecast -- that's a forecast for Hurricane Irma, but here's the problem: it didn't come from the Hurricane Center. But people were tweeting and sharing this; it went viral. It didn't come from the National Hurricane Center at all.
Jadi bias konfirmasi, Dunning-Kruger, dan disonansi kognitif. Saya rasa itulah yang membentuk bias dan persepsi yang orang miliki tentang sains. Tapi, ada juga literasi dan misinformasi yang memerangkap kita dalam tempurung. Selama musim badai tahun 2017, outlet media bahkan harus menugaskan wartawan untuk menepis informasi palsu tentang prediksi cuaca. Itu adalah era saat ini kita hidup. Saya selalu berurusan dengan ini di media sosial. Seseorang akan mengetwit sebuah prediksi itu adalah prediksi Badai Irma, tapi inilah masalahnya: informasi itu tidak datang dari Pusat Bencana, Tapi orang mengetwit dan menyebarluaskannya; menjadi viral. Informasi itu tidaklah datang dari Pusat Badai Nasional.
So I spent 12 years of my career at NASA before coming to the University of Georgia, and I chair their Earth Science Advisory Committee, I was just up there last week in DC. And I saw some really interesting things. Here's a NASA model and science data from satellite showing the 2017 hurricane season. You see Hurricane Harvey there? Look at all the dust coming off of Africa. Look at the wildfires up in northwest US and in western Canada. There comes Hurricane Irma. This is fascinating to me. But admittedly, I'm a weather geek. But more importantly, it illustrates that we have the technology to not only observe the weather and climate system, but predict it. There's scientific understanding, so there's no need for some of those perceptions and biases that we've been talking about. We have knowledge.
Jadi saya menghabiskan 12 tahun karir saya di NASA sebelum datang ke University fo Georgia, dan menjabat Komite Penasihat Ilmu Bumi, Saya baru di sana minggu lalu di DC. Saya melihat beberapa hal yang sangat menarik. Ini adalah model NASA dan data sains dari satelit yang menunjukkan musim badai 2017. Anda lihat Badai Harvey di sana? Lihat seluruh debu yang datang dari Afrika. Lihat kebakaran di barat laut Amerika Serikat dan Kanada bagian barat. Ini dia Badai Irma. Ini sangat menakjubkan bagi saya. Tapi saya akui, saya adalah pecandu cuaca. Tapi lebih penting, ini menggambarkan bahwa kita memiliki teknologi yang tidak hanya mengamati cuaca dan sistem iklim, tapi juga memprediksinya. Ada pemahaman saintifik, jadi tidak perlu ada persepsi dan bias semacam itu seperti yang kita bicarakan. Kita punya ilmunya.
But think about this ... This is Houston, Texas, after Hurricane Harvey. Now, I write a contribution for "Forbes" magazine periodically, and I wrote an article a week before Hurricane Harvey made landfall, saying, "There's probably going to be 40 to 50 inches of rainfall." I wrote that a week before it happened. But yet, when you talk to people in Houston, people are saying, "We had no idea it was going to be this bad." I'm just...
Tapi pikirkan tentang ini. Ini adalah Houston, Texas, setelah Badai Harvey. Saya menulis kontribusi untuk majalah "Forbes" secara berkala, dan saya menulis artikel seminggu sebelum Badai Harvey menerjang, saya tulis, "Ada kemungkinan curah hujan 40 hingga 50 inci." Saya menulisnya seminggu sebelum itu terjadi. Tapi saat Anda bicara dengan orang di Houston, orang berkata, "Kita tidak menyangka akan seburuk ini." Saya hanya...
(Sigh)
(Menghela napas)
(Laughter)
(Tawa)
A week before. But -- I know, it's amusing, but the reality is, we all struggle with perceiving something outside of our experience level. People in Houston get rain all of the time, they flood all of the time. But they've never experienced that. Houston gets about 34 inches of rainfall for the entire year. They got 50 inches in three days. That's an anomaly event, that's outside of the normal.
Seminggu sebelumnya. Namun-- Saya tahu, ini lucu, tapi kenyataannya, kita kesulitan memahami sesuatu di luar tingkat pengalaman kita. Orang di Houston mendapat hujan setiap waktu, mereka selalu kebanjiran. Tapi mereka belum pernah mengalami hal itu. Houston mendapat curah hujan 34 inci sepanjang tahun. Mereka mendapat 50 inci dalam tiga hari. Itu adalah kejadian anomali, di luar hal-hal normal.
So belief systems and biases, literacy and misinformation. How do we step out of the boxes that are cornering our perceptions? Well we don't even have to go to Houston, we can come very close to home.
Jadi sistem kepercayaan dan bias, literasi dan misinformasi. Bagaimana kita bisa keluar dari tempurung persepsi kita? Nah, kita tak harus pergi ke Houston, kita bisa cari yang dekat dari rumah.
(Laughter)
(Tawa)
Remember "Snowpocalypse?"
Ingat "Snowpocalypse?"
(Laughter)
(Tawa)
Snowmageddon? Snowzilla? Whatever you want to call it. All two inches of it.
Snowmageddon? Snowzilla? Apapun yang Anda ingin sebut. Dua inci dari itu.
(Laughter)
(Tawa)
Two inches of snow shut the city of Atlanta down.
Dua inci salju menutup kota Atlanta.
(Laughter)
(Tawa)
But the reality is, we were in a winter storm watch, we went to a winter weather advisory, and a lot of people perceived that as being a downgrade, "Oh, it's not going to be as bad." When in fact, the perception was that it was not going to be as bad, but it was actually an upgrade. Things were getting worse as the models were coming in. So that's an example of how we get boxed in by our perceptions.
Tapi realitasnya, kita punya pantauan badai musim dingin, kita mendapat peringatan cuaca musim dingin, dan banyak orang mengira itu adalah kemunduran, "Oh, tidak akan separah itu." Pada faktanya, persepsinya adalah tidak akan separah itu, tapi ini sebenarnya adalah kemajuan. Semuanya semakin memburuk saat modelnya datang. Jadi itu adalah contoh bagaimana kita dikotakkan oleh persepsi kita.
So, the question becomes, how do we expand our radius? The area of a circle is "pi r squared". We increase the radius, we increase the area. How do we expand our radius of understanding about science? Here are my thoughts. You take inventory of your own biases. And I'm challenging you all to do that. Take an inventory of your own biases. Where do they come from? Your upbringing, your political perspective, your faith -- what shapes your own biases? Then, evaluate your sources -- where do you get your information on science? What do you read, what do you listen to, to consume your information on science? And then, it's important to speak out. Talk about how you evaluated your biases and evaluated your sources. I want you to listen to this little 40-second clip from one of the top TV meteorologists in the US, Greg Fishel, in the Raleigh, Durham area. He's revered in that region. But he was a climate skeptic. But listen to what he says about speaking out.
Lalu, pertanyaannya menjadi, bagaimana kita memperluas radius kita? Area lingkaran adalah "pi r pangkat dua" Kita naikkan radiusnya, kita naikkan areanya. Bagaimana kita memperluas radius kita dalam memahami sains? Ini adalah pendapat saya. Anda membuat inventaris dari bias diri Anda sendiri. Saya menantang Anda untuk melakukannya. Buat inventaris bias Anda. Darimana mereka berasal? Tempat tinggal Anda, pandangan politik Anda, kepercayaan Anda -- apa yang membentuk bias Anda? Lalu, evaluasi sumbernya -- darimana Anda mendapat informasi ilmu pengetahuan? Apa yang Anda baca, apa yang Anda dengar, untuk mengonsumsi informasi sains? Kemudian, penting untuk berbicara. Bicarakan bagaimana Anda mengevaluasi bias dan sumber Anda. Saya ingin Anda mendengarkan cuplikan 40-detik dari salah satu meteorolog TV jempolan di US, Greg Fishel, di daerah Raleigh, Durham. Dia disegani di daerah itu. Tapi dia seorang skeptis iklim. Tapi dengarkan apa yang ia katakan soal berbicara.
Greg Fishel: The mistake I was making and didn't realize until very recently, was that I was only looking for information to support what I already thought, and was not interested in listening to anything contrary. And so I woke up one morning, and there was this question in my mind, "Greg, are you engaging in confirmation bias? Are you only looking for information to support what you already think?" And if I was honest with myself, and I tried to be, I admitted that was going on. And so the more I talked to scientists and read peer-reviewed literature and tried to conduct myself the way I'd been taught to conduct myself at Penn State when I was a student, it became very difficult for me to make the argument that we weren't at least having some effect. Maybe there was still a doubt as to how much, but to say "nothing" was not a responsible thing for me to do as a scientist or a person.
Greg Fishel: Kesalahan yang saya buat dan tidak sadari hingga saat ini, adalah saya hanya mencari informasi untuk mendukung apa yang sudah saya pikirkan, dan tidak tertarik untuk mendengar hal yang berlawanan. Dan saya bangun suatu pagi, lalu pertanyaan ini ada di benak saya, "Greg, apakah kamu melakukan bias konfirmasi? Apakah kamu hanya mencari informasi untuk mendukung apa yang telah kamu pikirkan?" Dan jika saya jujur pada diri sendiri, dan saya berusaha, Saya akui apa yang sedang terjadi. Dan semakin banyak saya berbicara dengan ilmuwan dan membaca literatur yang telah diulas dan mencoba menata diri sendiri sebagaimana saya telah diajari saat menjadi mahasiswa di Penn State, sulit bagi saya untuk membuat argumen bahwa kita tidak sedikitpun memiliki dampak. Mungkin masih ada keraguan berapa banyak, tapi untuk bilang "tidak ada" bukanlah hal yang pantas untuk saya lakukan sebagai ilmuwan maupun manusia.
JMS: Greg Fishel just talked about expanding his radius of understanding of science. And when we expand our radius, it's not about making a better future, but it's about preserving life as we know it.
JMS: Greg Fishel baru saja menyinggung soal memperluas radius pemahamannya akan ilmu pengetahuan. Dan ketika kita memperluas radius kita, itu bukan soal membuat masa depan yang lebih baik, tapi tentang cara melindungi kehidupan seperti yang kita tahu.
So as we think about expanding our own radius in understanding science, it's critical for Athens, Georgia, for Atlanta, Georgia, for the state of Georgia, and for the world. So expand your radius.
Jadi saat kita berpikir tentang memperluas radius pemahaman kita mengenai sains, itu sangat penting bagi Athena, Georgia, untuk Atlanta, Georgia, untuk negara bagian Georgia, dan untuk dunia. Jadi perluas radius Anda.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)