Today, there are 1.8 billion young people between the ages of 10 and 24 in the world. It is the largest cohort in human history. Meeting their needs will be a big challenge. But it's also a big opportunity.
Sekarang ini, ada 1,8 miliar generasi muda berusia 10 hingga 24 tahun di dunia. Jumlah terbesar dalam sejarah manusia. Memenuhi kebutuhan mereka akan menjadi tantangan besar. Tetapi, suatu kesempatan yang besar pula.
They hold our shared future in their hands. Every day, we read about young people lending their ideas and passions to fighting for change, social change, political change, change in their communities. Imagine what they'll create: breakthroughs, inventions. Maybe new medicines, new modes of transportation, new ways to communicate, sustainable economies and maybe even a world at peace. But this opportunity, this youth dividend, is not a given.
Mereka menggenggam masa depan kita semua. Setiap hari, kita baca tentang anak muda menuangkan ide dan semangat mereka untuk berjuang demi perubahan, perubahan sosial, politik, dan dalam komunitas mereka. Bayangkan apa yang akan mereka ciptakan: terobosan, penemuan. Mungkin obat-obatan baru, moda transportasi baru, cara baru untuk berkomunikasi, ekonomi yang berkelanjutan, dan bahkan mungkin perdamaian dunia. Namun kesempatan ini, tidak didapat begitu saja.
One point eight billion young women and young men are standing at the door of adulthood. Are they ready? Right now, too few of them are. My favorite part of my job at UNICEF is a chance to talk to, meet with and hear from young people all around the world. And they tell me about their hopes and dreams. And they have amazing hopes and dreams for what they'll accomplish in their lives. But what they're also telling me is that they have fears.
1,8 miliar perempuan dan lelaki muda sedang berdiri di ambang kedewasaan. Apakah mereka siap? Saat ini, hanya sedikit dari mereka yang siap. Yang saya suka dari pekerjaan saya di UNICEF ialah kesempatan untuk berinteraksi dengan para anak muda dari seluruh penjuru dunia. Mereka bercerita akan mimpi dan harapan mereka. Dan mereka mempunyai mimpi dan harapan yang luar biasa tentang apa yang akan dicapai dalam hidup mereka. Tetapi mereka juga memberitahu, mereka memiliki ketakutan.
They feel that they're facing a series of urgent crises. A crisis of demographics, a crisis of education, a crisis of employment, a crisis of violence and a crisis for girls. If you look at these crises, you realize that they're urgent and they need to be addressed now. Because they tell us that they're worried. They're worried that they might not get the education that they need. And you know what? They're right.
Mereka merasa sedang dihadapkan dengan serangkaian krisis yang mendesak. Krisis demografi, krisis pendidikan, krisis pekerjaan, krisis kekerasan, dan krisis bagi para perempuan. Jika Anda perhatikan krisis-krisis ini, Anda sadar bahwa ini darurat dan perlu diatasi sekarang juga. Karena mereka memberitahu bahwa mereka khawatir. Mereka khawatir tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Dan tahukah Anda? Mereka benar.
Two hundred million adolescents are out of school worldwide, about the population of Brazil. And those that are in school feel that they may not be getting the right skills. Globally, six in 10 children and young people do not meet the minimum proficiency level for reading and mathematics. No country can be successful if nearly half of its population of young people are unable to read or write. And what about the lucky few who are in secondary school? Many of them are dropping out because they're worried that they're not getting skills that they can use to make a livelihood. And sometimes, their parents can no longer afford the fees. It's a tragedy.
Dua ratus juta remaja di seluruh dunia putus sekolah, hampir sejumlah populasi di Brazil. Dan mereka yang bersekolah, merasa bahwa mereka mungkin tidak memperoleh keahlian yang cocok. Di seluruh dunia, 6 dari 10 anak muda tidak memenuhi tingkat kemampuan minimal dalam membaca dan berhitung. Tidak ada negara yang bisa maju jika hampir setengah populasi anak mudanya tidak bisa membaca atau menulis. Lalu bagaimana dengan sedikit anak yang beruntung yang duduk di sekolah menengah? Banyak dari mereka berhenti sekolah karena mereka khawatir kalau mereka tidak mendapat keahlian yang bisa digunakan untuk mencari nafkah. Dan terkadang, orang tua mereka tidak mampu lagi membiayai. Ini adalah tragedi.
And young people are also telling me that they're worried about employment, that they won't be able to find a job. And again, they're right. Every month, 10 million young people reach working age. It's a staggering number. Some will go on for further education, but many will enter the workforce. And our world is not creating 10 million new jobs each month. The competition is fierce for the jobs that are available. So, imagine being a young person today, needing a job, seeking a livelihood, ready to build a future, and opportunities are hard to find.
Dan anak-anak muda ini juga memberitahu kekhawatirannya tentang pekerjaan, khawatir mereka akan menjadi pengangguran. Dan lagi-lagi, mereka benar. Setiap bulan, 10 juta anak muda mencapai usia kerja. Ini angka yang mengejutkan. Beberapa akan melanjutkan studinya, tetapi banyak yang akan memasuki dunia kerja. Dan dunia kita tidak menyediakan 10 juta lapangan kerja tiap bulannya. Persaingannya sangat ketat dalam mengejar lapangan kerja yang ada. Jadi, coba bayangkan menjadi anak muda di zaman sekarang, membutuhkan pekerjaan, mencari sumber nafkah, siap membangun masa depan, tapi kesempatannya sangat sulit ditemukan.
Young people are also telling me that they're worried that they're not getting the skills that they need. And again, they're right. We are finding ourselves at a time in the world when the world is changing so fast for work. We're in the fourth industrial revolution. Young people do not want to be on the farms and in rural communities. They want to go to the cities. They want to learn future skills for future work. They want to learn digital technology and green technologies. They want to have a chance to learn modern agriculture. They want to learn business and entrepreneurship, so that they can create a business of their own. They want to be nurses and radiologists and pharmacists and doctors. And they want to have all of the skills that they'll need for the future. They also want to learn the trades, like construction and electricians. These are all the professions that a country needs, as well as the professions that have not been invented yet.
Anak-anak muda ini juga memberitahu saya bahwa mereka khawatir tidak memperoleh keahlian yang dibutuhkan. Dan lagi, mereka memang benar. Kita mendapati diri kita berada di masa di mana dunia berubah begitu cepat dalam pekerjaan. Kita berada di revolusi industri keempat. Generasi muda tidak lagi ingin bertani dan tinggal di pedesaan. Mereka ingin ke kota-kota. Mereka ingin mempelajari keahlian masa depan untuk pekerjaan masa depan. Mereka ingin belajar teknologi digital dan ramah lingkungan. Mereka ingin memiliki kesempatan untuk belajar agrikultur modern. Mereka ingin mempelajari bisnis dan kewiraswastaan, agar mereka bisa menciptakan bisnis mereka sendiri. Mereka ingin jadi perawat, radiolog, apoteker, dan dokter. Dan mereka menginginkan semua keahlian yang akan dibutuhkan di masa depan. Mereka juga ingin belajar ketrampilan baru seperti konstruksi dan tukang listrik. Ini semua adalah profesi yang dibutuhkan sebuah negara, juga profesi-profesi lain yang masih belum ditemukan.
And young people are also telling me that they're worried about violence. At home, online, in school, in their communities. And again, they're right. A young person can have hundreds of friends on social media, but when they need to find a friendly face, someone who can be there as their friend, to talk to, they do not find one. They face bullying, harassment and more. And hundreds of millions are facing exploitation and abuse, and violence. Every seven minutes, an adolescent boy or girl somewhere in the world is killed by an act of violence.
Anak-anak muda ini juga memberitahu, mereka khawatir akan kekerasan. Di rumah, di internet, di sekolah, di lingkungan mereka. Lagi dan lagi, mereka benar. Seorang remaja bisa memiliki ratusan teman di media sosial, tetapi saat mereka mencari wajah yang bersahabat, seorang teman yang selalu ada untuk diajak bicara, mereka tidak menemukannya. Mereka menghadapi penindasan, pelecehan, dan banyak lagi. Dan ratusan dari jutaan anak dieksploitasi, menghadapi siksaan dan kekerasan. Setiap tujuh menit, seorang remaja laki-laki atau perempuan di suatu tempat di dunia ini, terbunuh oleh tindakan kekerasan.
And girls are telling me that they're especially worried about their futures. And sadly, they're right, too. Girls face prejudice and discrimination. They face early childhood marriage and they face life-threatening early pregnancy. Imagine a population of the United States. Now double it. That's the number of women who were married before their 18th birthday. Six hundred and fifty million. And many were mothers while they were still children themselves. One out of every three women will face physical abuse or sexual abuse in her lifetime. So, no wonder girls are worried about their futures.
Dan anak-anak perempuan memberitahu bahwa mereka khususnya khawatir akan masa depan mereka. Dan sedihnya lagi, mereka juga benar. Perempuan menghadapi prasangka dan diskriminasi. Mereka menghadapi pernikahan anak usia dini dan kehamilan usia dini yang mengancam jiwa. Bayangkan jumlah populasi Amerika Serikat. Sekarang kalikan dua. Sebanyak itulah jumlah wanita yang menikah sebelum ulangtahunnya yang ke-18. Enam ratus lima puluh juta. Dan banyak yang sudah menjadi ibu, bahkan saat mereka sendiri masih anak-anak. Satu dari tiga wanita akan menghadapi penganiayaan fisik atau seksual dalam hidupnya. Jadi, tidak heran jika anak-anak perempuan khawatir akan masa depannya.
These urgent crises may not be a reality in your life or in your neighborhood. And perhaps you've had opportunities for a good education and for marketable skills, and for getting a job. And maybe you've never faced violence, or prejudice, or discrimination. But there are tens of millions of young people who are not so lucky. And they are sounding the alarm for their futures.
Krisis-krisis darurat ini mungkin tidak terjadi di sekitar atau di hidup Anda. Mungkin Anda berkesempatan mendapat pendidikan yang layak, ketrampilan yang bisa dijual, dan juga mendapatkan pekerjaan. Dan mungkin Anda tidak pernah mengalami kekerasan, prasangka, dan diskriminasi. Tetapi ada puluhan juta anak muda yang tidak terlalu beruntung. Dan mereka membunyikan alarm demi masa depan mereka.
And that is why UNICEF and our many public and private partners are launching a new global initiative. Young people themselves have named it. And it's called Generation Unlimited or Gen-U or Gen you. So, what they're saying is, it's our time, it's our turn, it's our future.
Dan itulah alasan UNICEF dan para mitranya, negeri maupun swasta meluncurkan inisiatif global yang baru. Generasi muda itu sendiri yang menamainya. Sebutannya adalah Generation Unlimited atau Gen-U, atau Gen kamu. Jadi, apa yang mereka sampaikan adalah, inilah masa kita, inilah giliran kita, inilah masa depan kita.
Our goal is very straightforward. We want every young person in school, learning, training, or age-appropriate employment by the year 2030. This goal is urgent, it's necessary, it's ambitious. But we think it's also achievable. So we're calling out for cutting-edge solutions and new ideas. Ideas that will give young people a fighting chance for their futures. We don't know all the answers, so we're reaching out to businesses and governments, and nonprofits, and academia, and communities, and innovators for help.
Cita-cita kami sangat sederhana. Kami ingin setiap anak muda bisa bersekolah, belajar, mendapat pelatihan, atau bekerja sesuai usia pada tahun 2030. Cita-cita ini sangat darurat, penting, dan ambisius. Tetapi kami pikir juga mungkin untuk dicapai. Jadi kami mencari solusi mutakhir dan ide-ide baru. Ide yang akan memberi anak muda kesempatan untuk memperjuangkan masa depan mereka. Kami tidak tahu semua jawabannya, jadi kami merangkul perusahaan, pemerintah, dan organisasi nirlaba, juga akademisi, komunitas, dan para inovator untuk membantu.
Gen-U is to be an open platform, where people can come and share their ideas and solutions about what works, what does not work, and importantly, what might work. So if we can take these ideas and add a little bit of seed money, and add some good partners, and add good political will, we think they can scale up to reach thousands and millions of people around the world. And with this project, we're also going to do something new. We're going to co-design and co-create with young people. So with Gen-U, they're going to be in the driver's seat, steering us all along the way.
Gen-U akan menjadi platform yang terbuka, di mana masyarakat bisa datang dan berbagi ide dan solusi tentang apa yang bisa berhasil, apa yang tidak, dan yang terpenting, apa yang mungkin bisa berhasil. Jadi jika kita bisa mengambil ide-ide ini dan menambahkan sedikit uang modal, dan beberapa mitra yang baik, juga dengan niat politik yang baik, kami rasa jumlahnya akan meningkat untuk menjangkau ribuan dan jutaan orang di seluruh dunia. Dan dengan proyek ini, kami juga akan melakukan sesuatu yang baru. Kami akan merancang dan mencipta bersama generasi muda. Jadi bersama Gen-U, mereka akan duduk sebagai pengemudi, mengarahkan kita sepanjang jalan.
In Argentina, there's a program where we connect students who are in rural, remote, hard to reach mountainous communities, with something they've seldom seen: a secondary school teacher. So these students come to a classroom, they're joined by a community teacher and they're connected to urban schools online. And there is the secondary school teacher, who is teaching them about digital technology and a good secondary school education, without them ever having to leave their own communities.
Di Argentina, ada sebuah program di mana kami menghubungkan siswa di desa pegunungan yang terpencil dan sulit dijangkau, dengan sesuatu yang jarang mereka jumpai: guru sekolah menengah. Jadi para siswa ini datang ke kelas diikuti oleh guru komunitasnya, dan mereka dihubungkan dengan sekolah-sekolah kota secara online. Dan di sanalah guru sekolah menengah tadi, mengajari mereka tentang teknologi digital dan pendidikan sekolah menengah yang bagus, tanpa mereka harus meninggalkan daerahnya.
And in South Africa, there's a program called Techno Girls. And these are girls from disadvantaged neighborhoods who are studying the STEM program area: science, technology, engineering and math. And they have a chance to job shadow. This is the way that they then can see themselves in jobs that are in engineering, in science, and maybe in the space program.
Dan di Afrika Selatan, ada sebuah program bernama Techno Girls. Mereka perempuan dari lingkungan yang kurang beruntung yang sedang mempelajari bidang ilmu STEM: sains, teknologi, engineering (teknik rekayasa), dan matematika. Dan mereka punya kesempatan untuk mendapat pekerjaan. Inilah cara mereka akhirnya bisa melihat diri mereka bekerja di bidang teknik, sains, dan bahkan mungkin program luar angkasa.
In Bangladesh, we have partners who are training tens of thousands of young people in the trades, so that they can become motorcycle repair people, or mobile phone service people. But these are a chance to see their own livelihoods. And maybe even to have a business of their own.
Di Bangladesh, kami memiliki banyak mitra yang melatih puluhan ribu anak muda dalam bekerja, sehingga mereka bisa menjadi montir, atau teknisi telepon genggam. Tapi ini adalah kesempatan mereka untuk mendapat mata pencaharian. Dan bahkan mungkin untuk membangun bisnis mereka sendiri.
And in Vietnam, there's a program where we are pairing young entrepreneurs with the needs in their own local communities. So with this program, a group gathered and they decided that they would solve the problem of transportation for people with disabilities in their communities. So with a mentor and a bit of seed funding, they've now developed a new app to help the whole community.
Dan di Vietnam, ada sebuah program di mana kami mencocokkan para pengusaha muda dengan kebutuhan komunitas mereka. Jadi melalui program ini, sebuah kelompok berkumpul dan mereka memutuskan untuk menyelesaikan masalah transportasi bagi masyarakat difabel di komunitas mereka. Jadi dengan seorang mentor dan sedikit dana awal, mereka telah mengembangkan aplikasi baru untuk membantu seluruh komunitas.
And I've seen how these programs can make a difference. When I was in Lebanon, I visited a program called Girls Got IT, or Girls Got It. And in this program, girls who have been studying computer skills and the STEM program have a chance to work side by side with young professionals, so that they can learn firsthand what it's like to be an architect, a designer or a scientist. And when you see these girls, smiles on their faces, the hot lights in their eyes, they are so excited, they have hope for the future. They want to change the world. And now, with this program and these mentors, they'll be able to do it.
Dan saya sudah melihat bagaimana program- program ini dapat membuat perubahan. Saat saya berada di Lebanon, saya mengunjungi program bernama Girls Got IT, atau Girls Got It. Dan di program ini, para perempuan yang sudah belajar keahlian komputer dan bidang STEM berkesempatan untuk bekerja berdampingan dengan para profesional muda, agar mereka bisa belajar langsung bagaimana rasanya jadi arsitek, desainer, atau ilmuwan. Dan saat Anda lihat para perempuan ini, senyum di wajah mereka, cahaya hangat di mata mereka, mereka sangat gembira, mereka punya harapan untuk masa depan. Mereka ingin mengubah dunia. Dan sekarang, dengan program dan para pembimbing ini, mereka akan bisa mewujudkannya.
But these ideas and programs are just a start. They'll only reach a fraction of the young people that we need to reach. We want to take these ideas and find ways to scale them up. To reach more young people in more communities, in more places around the world. And we want to dream big. Could every school, everywhere in the world, no matter how remote or mountainous, or even if it's in a refugee camp, could they be connected to the internet? Could we have instant translation for young people, so that you could get a good education in your own language, anywhere in the world? And would it be possible that we could connect the education in your school with skills that you're going to need to get a job in your own community? So that you actually can move from school to work. And more.
Tetapi ide-ide dan program-program ini hanyalah permulaan. Mereka hanya menjangkau sebagian kecil dari total yang perlu dijangkau. Kami ingin memgambil ide-ide ini dan menemukan cara untuk memperbesar skalanya. Untuk menjangkau lebih banyak komunitas, di lebih banyak tempat di seluruh dunia. Dan kami ingin bercita-cita tinggi. Bisakah setiap sekolah, di manapun di seluruh dunia, tidak peduli seberapa terpencilnya, bahkan di pengungsian sekalipun, mendapatkan koneksi internet? Bisakah kita punya terjemahan instan untuk para anak muda, agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak dalam bahasanya sendiri, di manapun di dunia? Dan mungkinkah kita bisa menghubungkan pendidikan di sekolah dengan keahlian yang akan dibutuhkan agar bisa bekerja di daerahnya sendiri? Agar mereka siap melangkah dari sekolah menuju dunia kerja. Dan lebih lagi.
Can each one of us help? In our everyday lives and in our workplaces, are there ways that we could support young people? Young people are asking us for apprenticeships, for job shadowing, for internships. Could we do this? Young people are also asking us for work-study programs, places where they can learn and earn. Could we do this and could we reach out to a community that's nearby, that's less advantaged, and help them? Young people are also saying that they want to help other young people. They want more space and more voice, so that they can gather to help each other. In HIV centers, in refugee camps, but also to stop online bullying and early child marriage.
Bisakah kita semua membantu? Di kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja kita, adakah cara agar kita bisa mendukung generasi muda? Generasi muda meminta pelatihan kerja, bimbingan, dan kesempatan magang kepada kita. Bisakah kita membantu? Generasi muda juga meminta program kerja-sambil-belajar, tempat di mana mereka bisa belajar dan mendapat gaji. Bisakah kita melakukannya dan merangkul komunitas di sekitar yang kurang beruntung, dan membantu mereka? Generasi muda juga bilang, mereka ingin membantu generasi muda lainnya. Mereka menginginkan lebih banyak ruang dan dukungan, agar mereka bisa berkumpul untuk saling membantu. Di pusat HIV, di pengungsian, tapi juga untuk menghentikan penindasan online, dan pernikahan anak usia dini.
We need ideas, we need ideas that are big and small, ideas that are local and global. This, in the end, is our responsibility. A massive generation of young people are about to inherit our world. It is our duty to leave a legacy of hope and opportunity for them but also with them. Young people are 25 percent of our population. But they are 100 percent of our future. And they're calling out for a fighting chance to build a better world. So their call should be our calling. The calling of our time. The time is now, the need is urgent. And 1.8 billion young people are waiting.
Kita butuh banyak ide, baik besar maupun kecil, ide yang lokal maupun global. Ini, pada akhirnya, adalah tanggung jawab kita. Generasi besar anak muda akan mewarisi dunia kita. Adalah tugas kita untuk mewariskan harapan dan kesempatan untuk mereka, tapi juga bersama mereka. Anak-anak muda adalah 25 persen dari populasi kita, tapi mereka adalah 100 persen masa depan kita. Dan mereka meminta kesempatan untuk berjuang demi membangun dunia yang lebih baik. Jadi panggilan mereka seharusnya menjadi panggilan kita. Panggilan dalam masa kita. Sekaranglah saatnya, kebutuhannya mendesak. Dan 1,8 miliar generasi muda sedang menunggu.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)