How would you like to be better than you are? Suppose I said that, with just a few changes in your genes, you could get a better memory -- more precise, more accurate and quicker. Or maybe you'd like to be more fit, stronger, with more stamina. Would you like to be more attractive and self-confident? How about living longer with good health? Or perhaps you're one of those who's always yearned for more creativity. Which one would you like the most? Which would you like, if you could have just one? (Audience Member: Creativity.) Creativity. How many people would choose creativity? Raise your hands. Let me see. A few. Probably about as many as there are creative people here. (Laughter) That's very good. How many would opt for memory? Quite a few more. How about fitness? A few less. What about longevity? Ah, the majority. That makes me feel very good as a doctor. If you could have any one of these, it would be a very different world. Is it just imaginary? Or, is it, perhaps, possible?
Bagaimana Anda ingin menjadi lebih baik dari diri Anda saat ini? Sekiranya saya berkata bahwa, hanya dengan sedikit perubahan dalam gen Anda, Anda bisa mendapatkan ingatan yang lebih baik -- lebih tepat, lebih akurat dan cepat. Atau mungkin Anda ingin lebih bugar, lebih kuat, dengan stamina lebih. Apakah Anda ingin menjadi lebih menarik dan percaya diri? Bagaimana dengan hidup lebih lama dengan kesehatan yang baik? Atau mungkin Anda salah satu dari mereka yang selalu menginginkan lebih banyak kreativitas. Mana yang akan paling Anda sukai? Mana yang Anda suka, jika Anda hanya bisa memilih satu? (Penonton: Kreativitas.) Kreativitas. Berapa banyak orang yang memilih kreativitas. Angkat tangan Anda. Biarkan saya melihatnya. Beberapa. Mungkin sekitar sebanyak orang-orang kreatif di sini. Itu sangat bagus. Berapa banyak yang akan memilih ingatan? Lebih banyak. Bagaimana dengan kebugaran? Lebih sedikit. Bagaimana dengan umur panjang? Ah, mayoritas. Itu membuat saya merasa sangat baik sebagai dokter. Jika Anda bisa memiliki salah satu darinya, itu akan menjadi dunia yang sangat berbeda. Apakah hal ini hanya khayalan? Atau, apakah ini mungkin?
Evolution has been a perennial topic here at the TED Conference, but I want to give you today one doctor's take on the subject. The great 20th-century geneticist, T.G. Dobzhansky, who was also a communicant in the Russian Orthodox Church, once wrote an essay that he titled "Nothing in Biology Makes Sense Except in the Light of Evolution." Now if you are one of those who does not accept the evidence for biological evolution, this would be a very good time to turn off your hearing aid, take out your personal communications device -- I give you permission -- and perhaps take another look at Kathryn Schultz's book on being wrong, because nothing in the rest of this talk is going to make any sense whatsoever to you. (Laughter) But if you do accept biological evolution, consider this: is it just about the past, or is it about the future? Does it apply to others, or does it apply to us?
Evolusi telah menjadi topik abadi di sini, di konferensi TED, namun hari ini saya ingin memberi Anda salah satu materi yang diambil oleh seorang dokter. Ahli genetika besar abad ke-20, T.G. Dobzhansky, yang juga seorang komunikan di Gereja Ortodoks Rusia, pernah menulis sebuah esai yang berjudul "Tidak Ada Hal di Biologi yang Masuk Akal Kecuali dalam Terang Evolusi." Sekarang jika Anda adalah salah satu dari mereka yang tidak menerima bukti evolusi biologi, ini akan menjadi waktu yang sangat baik untuk mematikan alat pendengar Anda, ambil perangkat komunikasi pribadi Anda -- saya beri Anda izin -- dan mungkin membaca lagi buku Kathryn Schultz tentang kesalahan, karena tidak ada di seluruh ceramah ini akan masuk akal kepada Anda. (Tertawa) Tetapi jika Anda menerima evolusi biologi, pertimbangkan ini: ini hanyalah tentang masa lalu, atau ini tentang masa depan? Apakah hal ini berlaku untuk orang lain, atau berlaku bagi kita?
This is another look at the tree of life. In this picture, I've put a bush with a center branching out in all directions, because if you look at the edges of the tree of life, every existing species at the tips of those branches has succeeded in evolutionary terms: it has survived; it has demonstrated a fitness to its environment. The human part of this branch, way out on one end, is, of course, the one that we are most interested in. We branch off of a common ancestor to modern chimpanzees about six or eight million years ago. In the interval, there have been perhaps 20 or 25 different species of hominids. Some have come and gone. We have been here for about 130,000 years. It may seem like we're quite remote from other parts of this tree of life, but actually, for the most part, the basic machinery of our cells is pretty much the same.
Ini adalah salah satu pohon kehidupan. Dalam gambar ini, saya telah menaruh semak dengan pusat percabangan ke segala arah, karena jika Anda melihat sisi-sisinya dari pohon kehidupan, setiap spesies yang ada di ujung cabang-cabang ini sudah berhasil dalam hal evolusi: sudah bertahan; sudah menunjukkan kebugaran terhadap lingkungannya. Bagian manusia dari cabang ini, jalan keluar pada salah satu ujungnya, tentu saja, salah satu yang paling menarik bagi kita. Kita memisahkan diri dari nenek moyang yang umum dari simpanse modern sekitar 6 atau 8 juta tahun yang lalu. Dalam intervalnya, mungkin ada 20 atau 25 spesies hominid yang berbeda. Beberapa telah datang dan pergi. Kita sudah di sini sekitar 130.000 tahun. Ini tampak seperti kita cukup jauh dari bagian lain dari pohon kehidupan ini, namun sebenarnya, untuk sebagian besar, mesin dasar sel kita kurang lebih sama.
Do you realize that we can take advantage and commandeer the machinery of a common bacterium to produce the protein of human insulin used to treat diabetics? This is not like human insulin; this is the same protein that is chemically indistinguishable from what comes out of your pancreas. And speaking of bacteria, do you realize that each of us carries in our gut more bacteria than there are cells in the rest of our body? Maybe 10 times more. I mean think of it, when Antonio Damasio asks about your self-image, do you think about the bacteria? Our gut is a wonderfully hospitable environment for those bacteria. It's warm, it's dark, it's moist, it's very cozy. And you're going to provide all the nutrition that they could possibly want with no effort on their part. It's really like an Easy Street for bacteria, with the occasional interruption of the unintended forced rush to the exit. But otherwise, you are a wonderful environment for those bacteria, just as they are essential to your life. They help in the digestion of essential nutrients, and they protect you against certain diseases.
Apakah Anda menyadari bahwa kita bisa mengambil keuntungan dan menyita mesin dari bakteri umum untuk memprodkusi protein insulin manusia digunakan untuk mengobati penderita diabetes? Ini tidak seperti insulin manusia; ini adalah protein yang sama yang secara kimiawi tidak dapat dibedakan dari apa yang keluar dari pankreas Anda. Dan berbicara tentang bakteri, apakah Anda menyadari bahwa masing-masing kita membawa dalam usus kita lebih banyak bakteri daripada yang terdapat dalam sel-sel di seluruh tubuh kita? Mungkin 10 kali lebih banyak. Maksud saya pikirkan, ketika Antonio Damasio menanyakan tentang citra diri Anda, apakah Anda berpikir tentang bakteri? Usus kita adalah lingkungan yang sangat ramah bagi bakteri. Hangat, gelap, lembab, sangat nyaman. Dan Anda akan menyediakan seluruh nutrisi yang mereka inginkan tanpa ada usaha dari mereka. Ini benar-benar keadaan yang nyaman bagi bakteri, dengan interupsi sesekali dari paksaan keluar yang tidak disengaja. Namun sebaliknya, Anda adalah lingkungan yang indah bagi bakteri, seperti halnya mereka penting untuk hidup Anda. Mereka membantu dalam pencernaan zat gizi penting. Dan mereka melindungi Anda dari penyakit tertentu.
But what will come in the future? Are we at some kind of evolutionary equipoise as a species? Or, are we destined to become something different -- something, perhaps, even better adapted to the environment? Now let's take a step back in time to the Big Bang, 14 billion years ago -- the Earth, the solar system, about four and a half billion years -- the first signs of proto-life, maybe three to four billion years ago on Earth -- the first multi-celled organisms, perhaps as much as 800 or a billion years ago -- and then the human species, finally emerging in the last 130,000 years. In this vast unfinished symphony of the universe, life on Earth is like a brief measure; the animal kingdom, like a single measure; and human life, a small grace note. That was us. That also constitutes the entertainment portion of this talk, so I hope you enjoyed it.
Tapi apa yang akan datang di masa depan? Apakah kita ada di semacam keseimbangan evolusioner sebagai suatu spesies? Atau, apakah kita ditakdirkan untuk menjadi sesuatu yang berbeda -- sesuatu yang mungkin beradaptasi lebih baik terhadap lingkungan? Sekarang mari kita melangkah mundur dalam waktu ke Big Bang, 14 miliar tahun yang lalu -- bumi, tata surya, sekitar 4½ miliar tahun -- tanda-tanda pertama dari kehidupan proto, mungkin 3-4 miliar tahun yang lalu di bumi -- organisme ber-sel banyak pertama, mungkin sekitar 800 atau 1 miliar tahun yang lalu -- lalu spesies manusia, akhirnya muncul dalam 130.000 tahun terakhir. Dalam simfoni semesta alam yang luas dan belum selesai ini, kehidupan di bumi seperti birama yang singkat; kerajaan hewan, seperti sebuah birama tunggal; dan kehidupan manusia, sebuah not lemah yang kecil. Itulah kita. Itu juga bagian hiburan dari ceramah ini, jadi saya harap Anda menikmatinya.
(Laughter)
(Tertawa)
Now when I was a freshman in college, I took my first biology class. I was fascinated by the elegance and beauty of biology. I became enamored of the power of evolution, and I realized something very fundamental: in most of the existence of life in single-celled organisms, each cell simply divides, and all of the genetic energy of that cell is carried on in both daughter cells. But at the time multi-celled organisms come online, things start to change. Sexual reproduction enters the picture. And very importantly, with the introduction of sexual reproduction that passes on the genome, the rest of the body becomes expendable. In fact, you could say that the inevitability of the death of our bodies enters in evolutionary time at the same moment as sexual reproduction.
Sekarang ketika saya masih jadi anak baru di perguruan tinggi, saya mengambil kelas biologi pertama saya. Saya terpesona dengan keanggunan dan keindahan biologi. Saya terpesona dengan kekuatan evolusi, dan saya menyadari sesuatu yang sangat mendasar: di sebagian besar keberadaan kehidupan di makhluk hidup dengan sel tunggal, setiap sel hanya membagi, dan semua energi genetika sel tersebut diturunkan ke kedua sel anaknya. Namun pada organisme bersel banyak hal-hal mulai berubah. Reproduksi seksual memasuki gambar. Dan yang sangat penting, melalui pengenalan reproduksi seksual yang melewati gen, seluruh tubuh menjadi bisa dihabiskan. Faktanya, Anda bisa berkata bahwa keniscayaan akan kematian tubuh kita masuk dalam waktu evolusi pada saat yang sama dengan reproduksi seksual.
Now I have to confess, when I was a college undergraduate, I thought, okay, sex/death, sex/death, death for sex -- it seemed pretty reasonable at the time, but with each passing year, I've come to have increasing doubts. I've come to understand the sentiments of George Burns, who was performing still in Las Vegas well into his 90s. And one night, there's a knock at his hotel room door. He answers the door. Standing before him is a gorgeous, scantily clad showgirl. She looks at him and says, "I'm here for super sex." "That's fine," says George, "I'll take the soup."
Sekarang saya harus mengaku, saat saya masih mahasiswa, saya pikir, oke, seks/kematian, seks/kematian, kematian untuk seks -- tampaknya cukup masuk akal pada waktu itu, tapi seiring berjalannya tahun, saya menjadi semakin ragu. Saya memahami sentimen George Burns, yang masih beraksi di Las Vegas di usianya 90an tahun. Dan suatu malam, ada ketukan di pintu kamar hotelnya. Dia menjawab ketukan itu. Di depannya berdiri seorang gadis panggung yang berbusana tipis yang cantik. Gadis itu menatapnya dan berkata, "Saya di sini untuk seks yang super." "Baiklah," kata George, "Saya akan mengambil sup."
(Laughter)
(Tertawa)
I came to realize, as a physician, that I was working toward a goal which was different from the goal of evolution -- not necessarily contradictory, just different. I was trying to preserve the body. I wanted to keep us healthy. I wanted to restore health from disease. I wanted us to live long and healthy lives. Evolution is all about passing on the genome to the next generation, adapting and surviving through generation after generation. From an evolutionary point of view, you and I are like the booster rockets designed to send the genetic payload into the next level of orbit and then drop off into the sea. I think we would all understand the sentiment that Woody Allen expressed when he said, "I don't want to achieve immortality through my work. I want to achieve it through not dying."
Saya menyadari sebagai dokter bahwa saya bekerja dengan suatu tujuan yang berbeda dengan tujuan evolusi -- belum tentu bertentangan, hanya berbeda. Saya mencoba untuk melestarikan tubuh. Saya ingin kita tetap sehat. Saya ingin memulihkan kesehatan dari penyakit. Saya ingin kita panjang umur dan hidup sehat. Evolusi adalah semua tentang perpindahan dalam gen ke generasi berikutnya, beradaptasi dan bertahan hidup dari generasi ke generasi. Dari sudut pandang evolusi, Anda dan saya adalah seperti roket booster yang dirancang untuk mengirim muatan genetika ke tingkat orbit berikutnya lalu menjatuhkan muatan tersebut ke laut. Saya pikir kita semua memahami sentimen yang diekspresikan Woody Allen ketika ia berkata, "Saya tidak ingin mencapai keabadian melalui pekerjaan saya. Saya ingin mencapainya tidak dengan sekarat."
(Laughter)
(Tertawa)
Evolution does not necessarily favor the longest-lived. It doesn't necessarily favor the biggest or the strongest or the fastest, and not even the smartest. Evolution favors those creatures best adapted to their environment. That is the sole test of survival and success. At the bottom of the ocean, bacteria that are thermophilic and can survive at the steam vent heat that would otherwise produce, if fish were there, sous-vide cooked fish, nevertheless, have managed to make that a hospitable environment for them.
Evolusi tidak selalu mendukung umur panjang. Evolusi tidak selalu mendukung yang paling besar, atau paling kuat atau paling cepat, dan bahkan bukan yang paling pintar. Evolusi mendukung makhluk yang paling baik beradaptasi dengan lingkungan mereka. Itulah satu-satunya ujian kelangsungan hidup dan keberhasilan. Di dasar laut, bakteri yang termofilik dan dapat bertahan hidup di lubang uap panas akan bertahan, jika ada ikan di sana, ikan yang dimasak secara 'sous-vide', bagaimanapun, telah berhasil membuat lingkungan yang ramah bagi mereka.
So what does this mean, as we look back at what has happened in evolution, and as we think about the place again of humans in evolution, and particularly as we look ahead to the next phase, I would say that there are a number of possibilities. The first is that we will not evolve. We have reached a kind of equipoise. And the reasoning behind that would be, first, we have, through medicine, managed to preserve a lot of genes that would otherwise be selected out and be removed from the population. And secondly, we as a species have so configured our environment that we have managed to make it adapt to us as well as we adapt to it. And by the way, we immigrate and circulate and intermix so much that you can't any longer have the isolation that is necessary for evolution to take place.
Jadi apa artinya ini, seperti yang kita lihat pada apa yang terjadi pada evolusi, dan seperti yang kita pikirkan tentang tempatnya manusia di dalam evolusi, dan khususnya saat kita melihat ke depan ke tahap berikutnya, saya akan berkata ada beberapa kemungkinan. Pertama, kita tidak akan berevolusi. Kita telah mencapai semacam kesetimbangan. Dan alasan dibaliknya, pertama, melalui obat-obatan, kita berhasil mempertahankan banyak gen yang akan dipilih dan dibuang dari populasi. Dan kedua, kita sebagai spesies telah mengatur lingkungan kita sehingga sesuai dengan diri kita sebagaimana kita beradaptasi dengan lingkungan. Dan omong-omong, kita berpindah dan beredar dan bercampur dengan begitu banyak sehingga Anda tidak bisa lagi memiliki isolasi yang diperlukan untuk terjadi evolusi.
A second possibility is that there will be evolution of the traditional kind, natural, imposed by the forces of nature. And the argument here would be that the wheels of evolution grind slowly, but they are inexorable. And as far as isolation goes, when we as a species do colonize distant planets, there will be the isolation and the environmental changes that could produce evolution in the natural way.
Kemungkinan yang kedua, akan ada evolusi yang tradisional, alami, diberlakukan oleh kekuatan alam. Dan argumen di sini adalah roda evolusi berputar perlahan, tetapi mereka tidak bisa dihentikan. Dan sejauh isolasi pergi, saat kita sebagai spesies menjelajah planet-planet yang jauh, akan ada isolasi dan perubahan lingkungan yang akan menghasilkan evolusi dengan cara yang alami.
But there's a third possibility, an enticing, intriguing and frightening possibility. I call it neo-evolution -- the new evolution that is not simply natural, but guided and chosen by us as individuals in the choices that we will make. Now how could this come about? How could it be possible that we would do this? Consider, first, the reality that people today, in some cultures, are making choices about their offspring. They're, in some cultures, choosing to have more males than females. It's not necessarily good for the society, but it's what the individual and the family are choosing.
Namun ada kemungkinan ketiga, kemungkinan yang menarik dan menakutkan. Saya menyebutnya neo-evolusi -- evolusi yang baru. yang tidak hanya alami, tapi dibimbing dan dipilih oleh kita sebagai individu dalam pilihan yang akan kita buat. Sekarang bagaimana mungkin ini terjadi? Bagaimana mungkin kita melakukannya? Pertimbangkan kenyataan pertama bahwa orang-orang saat ini, di beberapa kebudayaan, membuat pilihan tentang keturunan mereka. Mereka, dalam beberapa kebudayaan, memilih untuk punya lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan. Hal ini tidak selalu baik bagi masyarakat, tapi inilah yang individu dan keluarga pilih.
Think also, if it were possible ever for you to choose, not simply to choose the sex of your child, but for you in your body to make the genetic adjustments that would cure or prevent diseases. What if you could make the genetic changes to eliminate diabetes or Alzheimer's or reduce the risk of cancer or eliminate stroke? Wouldn't you want to make those changes in your genes? If we look ahead, these kind of changes are going to be increasingly possible.
Pikirkan juga, jika mungkin bagi Anda untuk memilih, tidak hanya memilih jenis kelamin anak Anda, tetapi juga tubuh Anda untuk membuat penyesuaian genetika yang akan menyembuhkan atau mencegah penyakit. Bagaimana jika Anda bisa membuat perubahan genetika untuk menghilangkan diabetes atau Alzheimer atau mengurangi risiko kanker atau menghilangkan stroke? Tidakkah Anda ingin melakukan perubahan tersebut pada gen Anda? Jika kita melihat ke depan, perubahan-perubahan semacam ini akan menjadi semakin mungkin.
The Human Genome Project started in 1990, and it took 13 years. It cost 2.7 billion dollars. The year after it was finished in 2004, you could do the same job for 20 million dollars in three to four months. Today, you can have a complete sequence of the three billion base pairs in the human genome at a cost of about 20,000 dollars and in the space of about a week. It won't be very long before the reality will be the 1,000-dollar human genome, and it will be increasingly available for everyone. Just a week ago, the National Academy of Engineering awarded its Draper Prize to Francis Arnold and Willem Stemmer, two scientists who independently developed techniques to encourage the natural process of evolution to work faster and to lead to desirable proteins in a more efficient way -- what Frances Arnold calls "directed evolution." A couple of years ago, the Lasker Prize was awarded to the scientist Shinya Yamanaka for his research in which he took an adult skin cell, a fibroblast, and by manipulating just four genes, he induced that cell to revert to a pluripotential stem cell -- a cell potentially capable of becoming any cell in your body.
Proyek Genom Manusia dimulai pada tahun 1990, dan menghabiskan waktu 13 tahun. Menghabiskan biaya 2,7 miliar dolar. Saat proyek tersebut selesai, pada tahun 2004, Anda bisa melakukan hal yang sama dengan biaya 20 juta dolar dalam waktu 3-4 bulan. Hari ini, Anda dapat memiliki urutan lengkap dari tiga miliar pasangan dasar dalam gen manusia dengan biaya sekitar $20.000 dan dalam waktu sekitar satu minggu. Tidak akan sangat lama sebelum kenyataannya menjadi $1.000 untuk gen manusia, dan akan semakin tersedia bagi semua orang. Seminggu yang lalu, National Academy of Engineering memberikan Penghargaan Draper kepada Francis Arnold dan Willem Stemmer, dua ilmuwan yang secara independen mengembangkan teknik untuk mendorong proses alami evolusi supaya bekerja lebih cepat dan menghasilkan protein yang diinginkan dengan cara yang lebih efisien -- yang disebut Frances Arnold sebagai "evolusi terarah." Beberapa tahun yang lalu, Penghargaan Lasker diberikan kepada ilmuwan Shinya Yamanaka untuk penelitiaannya di mana ia mengambil sel kulit orang dewasa, sebuah fibroblast, dan dengan memanipulasi hanya empat gen, dia menginduksi sel untuk kembali menjadi sebuah sel batang pluripotential -- sel yang berpotensi mampu menjadi sel apapun di dalam tubuh Anda.
These changes are coming. The same technology that has produced the human insulin in bacteria can make viruses that will not only protect you against themselves, but induce immunity against other viruses. Believe it or not, there's an experimental trial going on with vaccine against influenza that has been grown in the cells of a tobacco plant. Can you imagine something good coming out of tobacco?
Perubahan ini datang. Teknologi yang sama yang telah menghasilkan insulin manusia pada bakteri dapat membuat virus yang tidak hanya akan melindungi Anda terhadap diri mereka sendiri, tetapi juga menginduksi kekebalan terhadap virus lainnya. Percaya atau tidak, ada percobaan eksperimental terjadi dengan vaksin yang melawan influenza yang telah tumbuh di dalam sel-sel tanaman tembakau. Dapatkah Anda membayangkan sesuatu yang baik datang dari tembakau?
These are all reality today, and [in] the future, will be evermore possible. Imagine then just two other little changes. You can change the cells in your body, but what if you could change the cells in your offspring? What if you could change the sperm and the ova, or change the newly fertilized egg, and give your offspring a better chance at a healthier life -- eliminate the diabetes, eliminate the hemophilia, reduce the risk of cancer? Who doesn't want healthier children? And then, that same analytic technology, that same engine of science that can produce the changes to prevent disease, will also enable us to adopt super-attributes, hyper-capacities -- that better memory. Why not have the quick wit of a Ken Jennings, especially if you can augment it with the next generation of the Watson machine? Why not have the quick twitch muscle that will enable you to run faster and longer? Why not live longer? These will be irresistible.
Ini semua realitas hari ini, dan di masa depan, akan menjadi semakin mungkin. Bayangkan hanya dua sedikit perubahan kecil lainnya. Anda dapat mengubah sel-sel dalam tubuh Anda, tetapi bagaimana jika Anda bisa mengubah sel-sel dalam keturunan Anda? Bagaimana jika Anda bisa mengubah sperma dan ovum, atau mengubah telur yang baru dibuahi, dan memberikan keturunan Anda kesempatan yang lebih baik pada hidup yang lebih sehat -- menghilangkan diabetes, menghilangkan hemofilia, mengurangi risiko kanker? Siapa yang tidak menginginkan anak yang lebih sehat? Dan kemudian, teknologi analitis yang sama, mesin sains yang sama yang bisa menghasilkan perubahan untuk mencegah penyakit, juga akan memungkinkan kita untuk mengadopsi sifat-sifat yang super, kapasitas yang baik -- daya ingat yang lebih baik. Mengapa tidak memiliki kecerdasan yang cepat dari Ken Jennings, terutama jika Anda bisa menambahkannya ke generasi selanjutnya dari mesin Watson? Mengapa tidak memiliki otot yang memungkinkan Anda untuk berlari lebih cepat dan lebih jauh? Mengapa tidak hidup lebih lama? Hal-hal ini tidak akan ditolak.
And when we are at a position where we can pass it on to the next generation, and we can adopt the attributes we want, we will have converted old-style evolution into neo-evolution. We'll take a process that normally might require 100,000 years, and we can compress it down to a thousand years -- and maybe even in the next 100 years. These are choices that your grandchildren, or their grandchildren, are going to have before them. Will we use these choices to make a society that is better, that is more successful, that is kinder? Or, will we selectively choose different attributes that we want for some of us and not for others of us? Will we make a society that is more boring and more uniform, or more robust and more versatile? These are the kinds of questions that we will have to face.
Dan ketika kita berada pada posisi itu di mana kita bisa menularkannya ke generasi berikutnya, dan kita bisa mengadopsi atribut yang kita inginkan, kita akan mengkonversi evolusi kuno menjadi neo-evolusi. Kita akan mengambil sebuah proses yang biasanya mungkin membutuhkan waktu 100.000 tahun, dan kita bisa kompres ke 1000 tahun -- dan bahkan mungkin ke 100 tahun ke depan. Ini adalah pilihan bahwa cucu Anda, atau cucu mereka, akan memilikinya. Akankah kita menggunakan pilihan ini untuk membuat masyarakat yang lebih baik, yang lebih sukses, yang lebih ramah? Atau, akankah kita selektif memilih atribut yang berbeda yang kita inginkan untuk sebagian dari diri kita dan bukan dari bagian diri kita yang lain? Akankah kita membuat masyarakat yang lebih membosankan dan lebih seragam, atau lebih kuat dan lebih fleksibel? Ini adalah jenis pertanyaan yang akan harus kita hadapi.
And most profoundly of all, will we ever be able to develop the wisdom, and to inherit the wisdom, that we'll need to make these choices wisely? For better or worse, and sooner than you may think, these choices will be up to us.
Dan yang paling besar, akan kita mampu mengembangkan kebijaksanaan, dan mewariskannya, bahwa kita harus membuat pilihan yang bijak? Untuk lebih baik atau lebih buruk, dan lebih cepat dari yang Anda mungkin pikirkan, pilihan-pilihan ini akan sampai kepada kita.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)