I'm going to talk about your mindset. Does your mindset correspond to my dataset? (Laughter) If not, one or the other needs upgrading, isn't it?
Saya akan bicara mengenai pola pikir anda. Apakah pola pikir anda sesuai dengan kumpulan data saya? (Tawa) Jika tidak, satu diantaranya perlu dimuktahirkan, bukan?
When I talk to my students about global issues, and I listen to them in the coffee break, they always talk about "we" and "them." And when they come back into the lecture room I ask them, "What do you mean with "we" and "them"? "Oh, it's very easy. It's the western world and it's the developing world," they say. "We learned it in college." And what is the definition then? "The definition? Everyone knows," they say.
Ketika saya berbicara kepada murid-murid saya tentang isu-isu global, dan ketika saya mendengarkan mereka waktu istirahat, mereka selalu berbicara tentang "kita" dan "mereka." Dan ketika mereka kembali ke kelas saya tanya mereka, "Apa yang kalian maksud dengan "kita" dan "mereka"? "Oh, gampang. Itu adalah negara-negara barat (maju) dan negara-negara berkembang," kata mereka. "Kami belajar itu di kuliah." Kalau begitu apa definisinya? "Definisinya? Semua orang tahu," kata mereka.
But then you know, I press them like this. So one girl said, very cleverly, "It's very easy. Western world is a long life in a small family. Developing world is a short life in a large family." And I like that definition, because it enabled me to transfer their mindset into the dataset. And here you have the dataset. So, you can see that what we have on this axis here is size of family. One, two, three, four, five children per woman on this axis. And here, length of life, life expectancy, 30, 40, 50. Exactly what the students said was their concept about the world.
Dan kemudian, saya kejar mereka terus seperti tadi. Lalu satu pemudi berkata, dengan pintarnya, "Gampang. Dunia barat itu umurnya panjang dan keluarganya kecil. Dunia berkembang itu umurnya pendek dan keluarganya besar. Dan saya suka definisi tersebut karena itu memampukan saya untuk mentransfer pola pikir mereka ke dalam bentuk kumpulan data. Dan di sini kita punya kumpulan datanya. Jadi anda dapat lihat yang kita punya di sumbu ini adalah ukuran keluarga. Satu, dua, tiga, empat, lima anak per wanita di sumbu ini. Dan di sini, usia, tingkat harapan hidup, 30, 40, 50. Tepat seperti apa yang murid-murid katakan tentang konsep mereka tentang dunia.
And really this is about the bedroom. Whether the man and woman decide to have small family, and take care of their kids, and how long they will live. It's about the bathroom and the kitchen. If you have soap, water and food, you know, you can live long. And the students were right. It wasn't that the world consisted -- the world consisted here, of one set of countries over here, which had large families and short life. Developing world. And we had one set of countries up there which was the western world. They had small families and long life.
Dan sungguh ini adalah tentang kamar tidur. Apakah pria dan wanita memutuskan untuk mempunyai keluarga kecil, dan merawat anak-anak mereka, dan berapa lama mereka akan hidup. Benar-benar tentang kamar mandi dan dapur. Jika anda punya sabun, air, dan makanan, anda dapat hidup lama. Dan murid-murid memang benar. Bukannya dunia terdiri dari -- dunia terdiri dari, satu kumpulan negara di sebelah sini, yang memiliki keluarga besar dan umur pendek. Negara-negara berkembang. Dan kita punya satu kumpulan negara di atas sana yang merupakan negara-negara barat. Mereka mempunyai keluarga kecil dan umur yang panjang.
And you are going to see here the amazing thing that has happened in the world during my lifetime. Then the developing countries applied soap and water, vaccination. And all the developing world started to apply family planning. And partly to USA who help to provide technical advice and investment. And you see all the world moves over to a two child family, and a life with 60 to 70 years.
Dan anda akan melihat di sini hal menakjubkan yang telah terjadi di dunia selama masa hidup saya. Lalu negara berkembang menggunakan sabun dan air, vaksinasi, Dan negara-negara berkembang mulai mencanangkan keluarga berencana. Dan sebagian berkat AS yang menolong menyediakan saran teknis dan investasi. Dan anda melihat bahwa dunia bergerak menuju keluarga dengan dua anak, dan hidup dengan usia 60 sampai 70 tahun.
But some countries remain back in this area here. And you can see we still have Afghanistan down here. We have Liberia. We have Congo. So we have countries living there. So the problem I had is that the worldview that my students had corresponds to reality in the world the year their teachers were born. (Laughter) (Applause)
Tapi beberapa negara tetaplah tertinggal di daerah ini. Dan anda dapat lihat kita masih punya Afghanistan di bawah sini. Kita punya Liberia. Kita punya Kongo. Jadi kita punya negara-negara yang masih hidup di sana. Jadi masalah yang saya punya adalah bahwa pandangan tentang dunia yang murid-murid saya miliki sesuai dengan realita di dunia pada jaman guru mereka dilahirkan. (Tawa) (Tepuk tangan)
And we, in fact, when we have played this over the world. I was at the Global Health Conference here in Washington last week, and I could see the wrong concept even active people in United States had, that they didn't realize the improvement of Mexico there, and China, in relation to United States. Look here when I move them forward. Here we go. They catch up. There's Mexico. It's on par with United States in these two social dimensions. There was less than five percent of the specialists in Global Health that was aware of this. This great nation, Mexico, has the problem that arms are coming from North, across the borders, so they had to stop that, because they have this strange relationship to the United States, you know.
Dan orang kebanyakan, ketika kita menunjukkan ini di seluruh dunia. Saya berada di Konferensi Kesehatan Global di sini di Washington, minggu lalu, dan saya dapat melihat konsep yang salah ini dimiliki bahkan oleh orang-orang yang aktif di Amerika Serikat. Mereka tidak menyadari perkembangan dari Mexico di sana, dan Cina, relatif terhadap Amerika Serikat. Lihat di sini seiring waktu berjalan. Mari kita mulai. Mereka mulai mengejar. Di sana Mexico. Sama dengan Amerika Serikat di dua dimensi sosial ini. Kurang dari lima persen spesialis kesehatan global yang sadar akan hal ini. Negara hebat ini, Mexico, mempunyai masalah dengan senjata yang datang dari utara, melewati perbatasan. Jadi mereka harus menghentikan itu. Karena mereka memiliki hubungan yang aneh dengan Amerika Serikat, tahu.
But if I would change this axis here, I would instead put income per person. Income per person. I can put that here. And we will then see a completely different picture. By the way, I'm teaching you how to use our website, Gapminder World, while I'm correcting this, because this is a free utility on the net. And when I now finally got it right, I can go back 200 years in history. And I can find United States up there. And I can let the other countries be shown. And now I have income per person on this axis. And United States only had some, one, two thousand dollars at that time. And the life expectancy was 35 to 40 years, on par with Afghanistan today.
Tapi jika saya ganti sumbunya di sini, lihat, dan saya akan, di sini, saya akan menggantinya dengan pendapatan per kapita. Pendapatan per orang. Saya bisa taruh itu di sini. Dan kita akan melihat sebuah gambaran yang benar-benar berbeda. Omong-omong, saya mengajarkan anda cara menggunakan situs kami, Gapminder World. Kenapa saya mengoreksi ini? Karena ini adalah alat gratis di internet. Dan ketika saya sekarang sudah memperbaikinya, Saya dapat kembali 200 tahun yang lalu di sejarah. Dan saya dapat mencari Amerika Serikat di sana. Dan saya dapat menunjukkan negara-negara lain. Dan sekarang saya punya pendapatan per kapita di sumbu ini. Dan Amerika Serikat hanya memiliki 2.000 dolar, pada saat itu. Dan tingkat harapan hidup hanyalah 35 sampai 40 tahun, sama dengan Afghanistan sekarang.
And what has happened in the world, I will show now. This is instead of studying history for one year at university. You can watch me for one minute now and you'll see the whole thing. (Laughter) You can see how the brown bubbles, which is west Europe, and the yellow one, which is the United States, they get richer and richer and also start to get healthier and healthier. And this is now 100 years ago, where the rest of the world remains behind. Here we come. And that was the influenza. That's why we are so scared about flu, isn't it? It's still remembered. The fall of life expectancy. And then we come up. Not until independence started.
Dan apa yang telah terjadi di dunia, saya akan tunjukkan sekarang. Ini lebih bagus dibanding belajar sejarah selama setahun di universitas. Anda dapat memperhatikan saya semenit dan anda akan dapat melihat seluruhnya. (Tawa) Anda dapat lihat bagaimana bulatan coklat, yaitu Eropa Barat, dan yang kuning, yaitu Amerika Serikat, mereka menjadi kaya dan makin kaya dan juga menjadi sehat dan makin sehat. Dan ini sekarang adalah 100 tahun yang lalu di mana bagian dunia yang lain tetaplah tertinggal di belakang. Mari kita lihat. Dan di sini adalah influenza. Makanya kita sangat takut dengan flu, kan? Masih diingat. Jatuhnya tingkat harapan hidup. Dan lalu kita naik. Dan tidaklah sampai kemerdekaan dimulai.
Look here You have China over there, you have India over there, and this is what has happened. Did you note there, that we have Mexico up there? Mexico is not at all on par with the United States, but they are quite close. And especially, it's interesting to see China and the United States during 200 years, because I have my oldest son now working for Google, after Google acquired this software. Because in fact, this is child labor. My son and his wife sat in a closet for many years and developed this. And my youngest son, who studied Chinese in Beijing. So they come in with the two perspectives I have, you know? And my son, youngest son who studied in Beijing, in China, he got a long-term perspective. Whereas when my oldest son, who works for Google, he should develop by quarter, or by half-year. Or Google is quite generous, so he can have one or two years to go.
Lihatlah di sini kita punya Cina di sana, India di sebelah sana, dan inilah yang telah terjadi. Anda dapat lihat, bahwa kita punya Mexico di atas sana. Mexico tidaklah setara dengan Amerika Serikat. Tapi mereka lumayan dekat. Dan khususnya sangat menarik untuk melihat Cina dan Amerika Serikat, selama 200 tahun. Karena anak tertua saya bekerja untuk Google, setelah Google memperoleh peranti lunak ini. Karena ini pada kenyataannya adalah "pekerja anak". Anak saya dan istrinya bekerja bertahun-tahun untuk mengembangkan ini. Dan anak bungsu saya, yang belajar bahasa Cina di Beijing. Dan mereka sampai kepada dua perspektif yang saya punya. Anda tahu? Dan anak saya, si bungsu yang belajar di Beijing, di Cina, dia mempunyai pandangan jangka panjang. Di lain pihak, anak tertua saya, yang bekerja di Google, dia harus mengembangkan tiap kuartal (seperempat tahun), atau tiap setengah tahun. Atau, jika Google cukup murah hati, dia bisa mendapat satu atau dua tahun lagi.
But in China they look generation after generation because they remember the very embarrassing period, for 100 years, when they went backwards. And then they would remember the first part of last century, which was really bad, and we could go by this so-called Great Leap Forward. But this was 1963. Mao Tse-Tung eventually brought health to China, and then he died, and then Deng Xiaoping started this amazing move forward.
Tapi di Cina mereka melihat dari generasi ke generasi karena mereka ingat masa yang sangat memalukan, selama 100 tahun, saat mereka mengalami kemunduran. Dan lalu mereka akan mengingat paruh pertama dari abad yang lalu, yang sangatlah buruk. Dan kita dapat mulai dari "lompatan jauh ke depan". Tapi ini tahun 1963. Mao Zedong akhirnya mendatangkan kesehatan ke Cina. Lalu dia meninggal. Dan Deng Xiaoping memulai pergerakan maju yang luar biasa ini.
Isn't it strange to see that the United States first grew the economy, and then gradually got rich? Whereas China could get healthy much earlier, because they applied the knowledge of education, nutrition, and then also benefits of penicillin and vaccines and family planning. And Asia could have social development before they got the economic development. So to me, as a public health professor, it's not strange that all these countries grow so fast now.
Tidakkah aneh bahwa Amerika Serikat mulai dengan mengembangkan ekonominya, lalu perlahan menjadi lebih kaya. Namun Cina dapat menjadi lebih sehat jauh lebih awal. Karena mereka menerapkan pengetahuan tentang pendidikan, gizi, dan juga manfaat penisilin dan vaksin, dan program KB. Dan Asia dapat memiliki perkembangan sosial sebelum mereka memperoleh perkembangan ekonomi. Jadi bagi saya, sebagai seorang profesor kesehatan publik, tidaklah heran kalau negara-negara ini sekarang berkembang sangat pesat.
Because what you see here, what you see here is the flat world of Thomas Friedman, isn't it. It's not really, really flat. But the middle income countries -- and this is where I suggest to my students, stop using the concept "developing world." Because after all, talking about the developing world is like having two chapters in the history of the United States.
Karena apa yang anda lihat disini, apa yang anda lihat adalah dunia datarnya Thomas Friedman. Iya kan? Memang tidak benar-benar datar. Tapi negara-negara dengan pendapatan menengah, dan ini adalah di mana saya mengusulkan kepada murid-murid saya, untuk berhenti menggunakan konsep "negara berkembang." Karena bagaimanapun, berbicara tentang negara berkembang seperti mempunyai dua bab di sejarah Amerika Serikat.
The last chapter is about present, and president Obama, and the other is about the past, where you cover everything from Washington to Eisenhower. Because Washington to Eisenhower, that is what we find in the developing world. We could actually go to Mayflower to Eisenhower, and that would be put together into a developing world, which is rightly growing its cities in a very amazing way, which have great entrepreneurs, but also have the collapsing countries.
Bab terakhirnya tentang saat ini, dan presiden Obama. Dan yang lain adalah tentang masa lalu. Di mana kita mencakup semua dari Washington sampai dengan Eisenhower. Karena Washington sampai Eisenhower, adalah yang kita temukan di negara berkembang. Kita bahkan bisa memulai ini dari Mayflower sampai Eisenhower, dan itu semua akan mencakup negara berkembang. Yang mengembangkan kota-kotanya dengan cara yang luar biasa. Yang memiliki wirausahawan-wirausahawan yang hebat, namun juga ada negara-negara yang runtuh,
So, how could we make better sense about this? Well, one way of trying is to see whether we could look at income distribution. This is the income distribution of peoples in the world, from $1. This is where you have food to eat. These people go to bed hungry. And this is the number of people. This is $10, whether you have a public or a private health service system. This is where you can provide health service for your family and school for your children, and this is OECD countries: Green, Latin America, East Europe. This is East Asia, and the light blue there is South Asia.
Jadi bagaimana kita bisa mengerti ini semua dengan lebih baik? Salah satu caranya adalah mencoba untuk melihat apakah kita dapat melihat distribusi pendapatannya. Ini adalah distribusi pendapatan orang-orang di dunia, dari satu dolar. Ini adalah di mana anda bisa makan. Orang-orang ini tidur dengan perut kosong. Dan ini adalah banyaknya orang. Ini adalah 10 dolar, tidak tergantung apakah anda mempunyai sistem pelayanan kesehatan publik atau swasta. Di sini anda dapat menyediakan pelayanan kesehatan untuk keluarga anda dan sekolah untuk anak anda. Dan ini adalah negara-negara OECD. Hijau, Amerika Latin, Eropa Timur. Ini adalah Asia Timur. Dan biru muda di sana adalah Asia Selatan.
And this is how the world changed. It changed like this. Can you see how it's growing? And how hundreds of millions and billions is coming out of poverty in Asia? And it goes over here? And I come now, into projections, but I have to stop at the door of Lehman Brothers there, you know, because -- (Laughter) that's where the projections are not valid any longer. Probably the world will do this. and then it will continue forward like this. But more or less, this is what will happen, and we have a world which cannot be looked upon as divided.
Dan seperti inilah dunia telah berubah. Seperti inilah perubahan yang terjadi. Dapatkah anda lihat bagaimana mereka telah berkembang? Dan bagaimana ratusan juta bahkan milyaran orang keluar dari kemiskinan di Asia? Dan menuju ke sini. Dan sekarang, saya masuk ke proyeksi. Tapi saya harus berhenti di pintu Lehman Brothers di sini. Anda tahu. Karena ... (Tawa) Karena di situ proyeksinya tidak berlaku lagi. Mungkin dunia akan melakukan ini. Dan lalu akan bergerak maju seperti ini. Tapi sedikit banyak ini yang bakal terjadi. Dan kita akan memiliki dunia yang tidak dapat lagi dilihat sebagai terbagi dua.
We have the high income countries here, with the United States as a leading power; we have the emerging economies in the middle, which provide a lot of the funding for the bailout; and we have the low income countries here. Yeah, this is a fact that from where the money comes, they have been saving, you know, over the last decade. And here we have the low income countries where entrepreneurs are. And here we have the countries in collapse and war, like Afghanistan, Somalia, parts of Congo, Darfur. We have all this at the same time.
Kita punya negara-negara dengan pendapatan tinggi di sini, dengan Amerika Serikat sebagai pemimpinnya. Kita punya negara-negara yang berkembang pesat di tengah, yang menyediakan banyak dana untuk bailout. Dan kita juga punya negara-negara dengan pendapatan rendah di sini, Yah ini adalah fakta dari mana uangnya datang. Mereka telah menabung, anda tahu, selama satu dekade terakhir. Dan di sini kita punya negara-negara berpendapatan rendah di mana para wirausahawan berada. Dan di sini kita juga punya negara-negara yang runtuh dan berperang, seperti Afghanistan, Somalia, sebagian Kongo, Darfur. Kita punya ini semua pada saat yang bersamaan.
That's why it's so problematic to describe what has happened in the developing world. Because it's so different, what has happened there. And that's why I suggest a slightly different approach of what you would call it. And you have huge differences within countries also. I heard that your departments here were by regions. Here you have Sub-Saharan Africa, South Asia, East Asia, Arab states, East Europe, Latin America, and OECD. And on this axis, GDP. And on this, heath, child survival, and it doesn't come as a surprise that Africa south of Sahara is at the bottom.
Itulah mengapa menjelaskan apa yang telah terjadi di negara-negara berkembang sangat penuh masalah. Karena sangatlah berbeda, apa yang terjadi di sana. Dan itulah mengapa saya mengusulkan pendekatan yang sedikit berbeda untuk menyebut negara-negara tersebut. Dan kita juga punya perbedaan yang besar di antara negara-negara. Saya dengar bahwa deparetemen-departemen di sini dibagi secara regional. Di sini kita punya Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan, Asia Timur, negara-negara Arab, Eropa Timur, Amerika Latin, dan OECD. Dan di sumbu ini PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Dan di sumbu ini, kesehatan, tingkat kelangsungan hidup anak. Dan tidaklah mengagetkan bahwa Afrika, selatan dari Sahara, adalah yang paling bawah.
But when I split it, when I split it into country bubbles, the size of the bubbles here is the population. Then you see Sierra Leone and Mauritius, completely different. There is such a difference within Sub-Saharan Africa. And I can split the others. Here is the South Asian, Arab world. Now all your different departments. East Europe, Latin America, and OECD countries. And here were are. We have a continuum in the world. We cannot put it into two parts.
Tapi jika saya pisahkan, saya pisahkan menjadi bulatan-bulatan negara, ukuran bulatannya di sini adalah jumlah penduduk. Anda dapat lihat Sierra Leone dan Mauritius benar-benar berbeda. Terdapat perbedaan yang sedemikian di dalam Afrika Sub-Sahara. Dan saya dapat membagi yang lainnya. Di sini Asia Selatan, Dunia Arab. Sekarang anda melihat departemen-departemen yang berbeda. Eropa Timur, Amerika Latin, dan negara-negara OECD. Dan disinilah kita berada. Kita punya ketersinambungan di dunia. Kita tidak dapat menaruh ini ke dalam dua bagian.
It is Mayflower down here. It is Washington here, building, building countries. It's Lincoln here, advancing them. It's Eisenhower bringing modernity into the countries. And then it's United States today, up here. And we have countries all this way. Now, this is the important thing of understanding how the world has changed. At this point I decided to make a pause. (Laughter)
Di bawah sini Mayflower. Di sini Washington, membangun, membangun negara. Lincoln disini, memajukannya. Di sini Eisenhower membawa modernitas ke dalam negara. Dan ini Amerika Serikat sekarang, di atas sana. Dan kita punya negara-negara di sepanjang jalan. Nah, inilah hal yang penting dalam memahami bagaimana dunia telah berubah. Dan di sini saya memutuskan untuk membuat pengumuman. (Tawa)
And it is my task, on behalf of the rest of the world, to convey a thanks to the U.S. taxpayers, for Demographic Health Survey. Many are not aware of -- no, this is not a joke. This is very serious. It is due to USA's continuous sponsoring during 25 years of the very good methodology for measuring child mortality that we have a grasp of what's happening in the world. (Applause) And it is U.S. government at its best, without advocacy, providing facts, that it's useful for the society. And providing data free of charge on the internet, for the world to use. Thank you very much.
Dan ini adalah tugas saya, atas nama seluruh dunia, untuk mengucapkan terima kasih kepada pembayar pajak di AS, untuk Survey Kesehatan Penduduk. Banyak yang tidak tahu -- benar, ini bukan lelucon. Ini sangatlah serius. Ini berkat dari pendanaan terus menerus dari AS selama 25 tahun dengan metodologi yang sangat bagus untuk mengukur tingkat kematian anak maka kita dapat memahami apa yang terjadi di dunia. (Tepuk tangan) Dan pemerintah AS yang dengan semampunyalah, yang tanpa advokasi menyediakan fakta-fakta, yang berguna bagi masyarakat. Dan menyediakan data secara gratis, di internet, untuk digunakan siapa saja. Terima kasih banyak.
Quite the opposite of the World Bank, who compiled data with government money, tax money, and then they sell it to add a little profit, in a very inefficient, Gutenberg way. (Applause) But the people doing that at the World Bank are among the best in the world. And they are highly skilled professionals. It's just that we would like to upgrade our international agencies to deal with the world in the modern way, as we do. And when it comes to free data and transparency, United States of America is one of the best. And that doesn't come easy from the mouth of a Swedish public health professor. (Laughter) And I'm not paid to come here, no.
Kebalikan dari Bank Dunia, yang mengumpulkan data dengan uang pemerintah, uang pajak, dan lalu mereka menjualnya untuk menambah sedikit untung, dengan cara Guttenberg, yang sangat tidak efisien. (Tepuk tangan) Tapi orang-orang yang melakukan hal tersebut di bank dunia adalah termasuk yang terbaik di dunia. Dan mereka adalah profesional-profesional yang sangat terlatih. Hanya saja kita ingin untuk mengupgrade badan-badan internasional kita untuk menghadapi dunia dengan cara yang lebih modern, seperti yang kita lakukan. Dan ketika kita membahas kebebasan data dan transparansi, Amerika Serikat adalah salah satu yang terbaik. Dan perkataan ini tidak begitu saja keluar dari mulut seorang profesor kesehatan publik dari Swedia. (Tawa) Dan saya tidak dibayar untuk datang ke sini, tidak.
I would like to show you what happens with the data, what we can show with this data. Look here. This is the world. With income down there and child mortality. And what has happened in the world? Since 1950, during the last 50 years we have had a fall in child mortality. And it is the DHS that makes it possible to know this. And we had an increase in income. And the blue former developing countries are mixing up with the former industrialized western world. We have a continuum. But we still have, of course, Congo, up there. We still have as poor countries as we have had, always, in history. And that's the bottom billion, where we've heard today about a completely new approach to do it.
Saya ingin menunjukkan kepada anda apa yang terjadi dengan data, apa yang kita dapat tunjukkan dengan data ini. Lihatlah ini. Ini adalah dunia. Dengan pendapatan di sana, dan tingkat kematian anak. Dan apa yang telah terjadi di dunia? Sejak 1950, selama 50 tahun terakhir kita telah mengalami penurunan tingkat kematian anak. Dan ini berkat Survey Kesehatan Penduduk yang memungkinkan kita mengetahui hal ini. Dan kita punya peningkatan tingkat pemasukan. Dan biru adalah mantan negara-negara berkembang yang bercampur dengan mantan negara-negara barat yang maju. Dan kita punya sebuah kesinambungan. Tapi masih ada, tentu saja, Kongo, di atas sana. Masih terdapat negara-negara miskin seperti yang selalu ada, dalam sejarah. Dan inilah semilyar terbawah, yang kita selalu dengar, hari-hari ini, tentang sebuah cara yang benar-benar baru untuk melakukannya.
And how fast has this happened? Well, MDG 4. The United States has not been so eager to use MDG 4. But you have been the main sponsor that has enabled us to measure it, because it's the only child mortality that we can measure. And we used to say that it should fall four percent per year. Let's see what Sweden has done. We used to boast about fast social progress. That's where we were, 1900. 1900, Sweden was there. Same child mortality as Bangladesh had, 1990, though they had lower income. They started very well. They used the aid well. They vaccinated the kids. They get better water. And they reduced child mortality, with an amazing 4.7 percent per year. They beat Sweden. I run Sweden the same 16 year period.
Dan seberapa cepatkah ini terjadi? Ya MDG 4. (Tujuan Pembangunan Milenium 4) Amerika Serikat tidaklah begitu bersemangat untuk menggunakan MDG 4. Tapi AS adalah sponsor utama yang memampukan kita untuk mengukur hal ini. Karena hanya tingkat kematian anak yang dapat kita ukur. Dan kita selalu mengatakan bahwa itu harus jatuh di bawah 4% per tahun. Mari kita lihat apa yang Swedia telah lakukan. Kita selalu menyombongkan diri tentang cepatnya kemajuan sosial. Di situlah kita pada 1900. 1900, Swedia di sana. Sama dengan tingkat kematian anak seperti Bangladesh, 1990. Walaupun mereka punya pendapatan yang lebih rendah. Mereka mulai dengan sangat baik. Mereka menggunakan bantuan dengan baik. Mereka memvaksinasikan anak-anaknya. Mereka memperoleh air bersih. Dan mereka menurunkan tingkat kematian anak, dengan tingkat yang mengagumkan 4.7 % per tahun. Mereka mengalahkan Swedia. Saya menjalankan Swedia untuk periode 16 tahun yang sama.
Second round, it's Sweden, 1916, against Egypt, 1990. Here we go. Once again the USA is part of the reason here. They get safe water, they get food for the poor, and they get malaria eradicated. 5.5 percent. They are faster than the millennium development goal.
Ronde dua, Sweden 1916, melawan Mesir 1990. Mari kita lihat. Lagi-lagi Amerika Serikat adalah salah satu penyebabnya di sini. Mereka menyediakan air bersih. Mereka menyediakan makanan untuk orang miskin. Dan malaria mereka basmi. 5.5 persen. Mereka bahkan lebih cepat dari tujuan pembangunan milenium.
And third chance for Sweden, against Brazil here. Brazil here has amazing social improvement over the last 16 years, and they go faster than Sweden. This means that the world is converging. The middle income countries, the emerging economy, they are catching up. They are moving to cities, where they also get better assistance for that.
Dan kesempatan ketiga untuk Swedia, melawan Brazil di sini. Dan Brazil di sini mengalami peningkatan (kualitas) sosial yang menakjubkan selama 16 tahun terakhir. Dan mereka bergerak jauh lebih cepat daripada Swedia. Ini berarti dunia sekarang menjadi konvergen. Negara-negara dengan pendapatan menengah, ekonomi berkembang, mereka semua sedang mengejar. Mereka bergerak ke kota-kota, di mana mereka juga akan mendapat bantuan yang lebih baik.
Well the Swedish students protest at this point. They say, "This is not fair, because these countries had vaccines and antibiotics that were not available for Sweden. We have to do real-time competition." Okay. I give you Singapore, the year I was born. Singapore had twice the child mortality of Sweden. It's the most tropical country in the world, a marshland on the equator. And here we go. It took a little time for them to get independent. But then they started to grow their economy. And they made the social investment. They got away malaria. They got a magnificent health system that beat both the U.S. and Sweden. We never thought it would happen that they would win over Sweden! (Applause)
Tapi murid-murid dari Swedia sekarang protes. Mereka bilang, "Ini tidak adil. karena negara-negara ini punya vaksin dan antibiotik yang tidak tersedia di Swedia (waktu itu). Kita harus memperlombakannya pada masa yang sama." Oke. Saya berikan Singapura, pada tahun di mana saya dilahirkan. Singapura mempunyai tingkat kematian dua kalinya Swedia. Juga merupakan negara paling tropis di dunia. Sebuah rawa paya di khatulistiwa. Dan mari kita mulai. Butuh sedikit waktu buat mereka untuk merdeka. Tapi lalu mereka mulai mengembangkan ekonomi mereka. Dan mereka membuat investasi sosial. Mereka menuntaskan malaria. Mereka membuat sistem kesehatan yang sangat bagus yang mengalahkan AS dan Swedia. Kita tak pernah menyangka bahwa mereka akan menang dari Swedia! (Tepuk tangan)
All these green countries are achieving millennium development goals. These yellow are just about to be doing this. These red are the countries that doesn't do it, and the policy has to be improved. Not simplistic extrapolation. We have to really find a way of supporting those countries in a better way. We have to respect the middle income countries on what they are doing. And we have to fact-base the whole way we look at the world.
Semua negara-negara hijau ini mencapai MDG (tujuan pembangunan milenium). Yang kuning baru hampir mencapainya. Yang merah tidak melakukannya, dan kebijakannya harus diperbaiki. Bukanlah merupakan ekstrapolasi yang sederhana. Kita harus benar-benar mencari cara untuk mendukung negara-negara ini dengan cara yang lebih baik. Kita harus menghormati yang dilakukan negara-negara berpendapatan menengah. Dan kita harus mendasari dengan fakta, segala cara kita memandang dunia.
This is dollar per person. This is HIV in the countries. The blue is Africa. The size of the bubbles is how many are HIV affected. You see the tragedy in South Africa there. About 20 percent of the adult population are infected. And in spite of them having quite a high income, they have a huge number of HIV infected. But you also see that there are African countries down here. There is no such thing as an HIV epidemic in Africa. There's a number, five to 10 countries in Africa that has the same level as Sweden and United States. And there are others who are extremely high.
Ini adalah dolar per orang. Ini adalah HIV di negara-negara tesebut. Yang biru adalah Afrika. Besarnya bulatan adalah banyaknya orang yang terjangkit HIV. Di sana Anda melihat tragedi di Afrika Selatan. Sekitar 20 persen dari penduduk dewasanya terinfeksi. Dan walaupun mereka mempunyai pendapatan yang cukup besar namun jumlah orang yang terjangkit HIV juga sangat banyak. Tapi anda dapat juga melihat negara-negara Afrika di bawah sana. Tidak ada itu yang namanya epidemik HIV di Afrika. Ada sejumlah, 5 sampai 10 negara-negara di Afrika yang mempunyai tingkat yang sama seperti Swedia dan Amerika Serikat. Dan ada yang lain yang sangat tinggi.
And I will show you that what has happened in one of the best countries, with the most vibrant economy in Africa and a good governance, Botswana. They have a very high level. It's coming down. But now it's not falling, because there, with help from PEPFAR, it's working with treatment. And people are not dying. And you can see it's not that easy, that it is war which caused this. Because here, in Congo, there is war. And here, in Zambia, there is peace.
Dan saya akan tunjukkan kepada anda apa yang telah terjadi di salah satu negara terbaik, dengan ekonomi yang maju di Afrika, dan tata pemerintahan yang baik, yaitu Botswana. Mereka punya tingkat yang tinggi. Lalu turun. Tapi sekarang ini tidak turun. Karena di sana, dengan bantuan dari PEPFAR perawatannya berhasil. Dan orang-orang tidaklah meninggal. Dan tidak mudah untuk melihat, bahwa peperangan yang menyebabkan ini. Karena di sini, di Kongo, ada peperangan. Dan di sini, di Zambia, ada kedamaian.
And it's not the economy. Richer country has a little higher. If I split Tanzania in its income, the richer 20 percent in Tanzania has more HIV than the poorest one. And it's really different within each country. Look at the provinces of Kenya. They are very different. And this is the situation you see. It's not deep poverty. It's the special situation, probably of concurrent sexual partnership among part of the heterosexual population in some countries, or some parts of countries, in south and eastern Africa.
Dan ini bukan tentang ekonomi. Negara kaya malah sedikit lebih banyak. Dan jika saya bagi Tanzania menurut pendapatannya. 20 persen yang terkaya di Tanzania lebih banyak terinfeksi HIV dibanding yang miskin. Dan sungguh berbeda bahkan di dalam satu negara. Lihatlah propinsi-propinsi di Kenya. Mereka sungguh berbeda. Dan ini adalah situasi yang anda lihat. Bukanlah tingkat kemiskinan yang parah. Ini adalah situasi khusus. Mungkin karena perilaku seksual di antara sebagian populasi heteroseksual di beberapa negara, atau sebagian dari negara-negara, di Afrika bagian selatan atau timur.
Don't make it Africa. Don't make it a race issue. Make it a local issue. And do prevention at each place, in the way it can be done there. So to just end up, there are things of suffering in the one billion poorest, which we don't know. Those who live beyond the cellphone, those who have yet to see a computer, those who have no electricity at home.
Jangan menyebutnya Afrika. Jangan menganggapnya masalah rasial. Anggaplah ini sebagai isu lokal. Dan lakukan pencegahan di tiap tempat, dengan cara yang bisa dilakukan di sana. Jadi untuk mengakhiri. Ada hal-hal mengenai penderitaan semilyar orang-orang termiskin, yang kita tidak tahu. Mereka yang hidup tanpa mengenal ponsel, mereka yang belum melihat komputer, mereka yang tidak mempunyai listrik di rumah.
This is the disease, Konzo, I spent 20 years elucidating in Africa. It's caused by fast processing of toxic cassava root in famine situation. It's similar to the pellagra epidemic in Mississippi in the '30s. It's similar to other nutritional diseases. It will never affect a rich person.
Ini adalah penyakit Konzo, yang selama 20 tahun saya coba untuk mengerti di Afrika. Ini disebabkan oleh akar singkong beracun yang tidak terproses sempurna, pada saat paceklik. Ini mirip dengar pellagra di Mississippi, tahun 30an. Ini mirip dengan penyakit-penyakit nutrisi lainnya. Ini tidak akan pernah menimpa orang kaya
We have seen it here in Mozambique. This is the epidemic in Mozambique. This is an epidemic in northern Tanzania. You never heard about the disease. But it's much more than Ebola that has been affected by this disease. Cause crippling throughout the world. And over the last two years, 2,000 people has been crippled in the southern tip of Bandundu region. That used to be the illegal diamond trade, from the UNITA-dominated area in Angola. That has now disappeared, and they are now in great economic problem. And one week ago, for the first time, there were four lines on the Internet.
Kita telah melihat ini di Mozambique. Ini adalah epidemik di Mozambik. Ini adalah epidemik di Tanzania utara. Anda tidak pernah mendengar penyakit ini. Tapi ini lebih banyak yang terkena penyakit ini dibanding yang terkena ebola. Menyebabkan kelumpuhan di seantero daerah. Dan selama dua tahun terakhir 2.000 orang telah lumpuh di ujung selatan dari daerah Bandunda. Yang dulunya tempat perdagangan intan ilegal. Dari UNITA mendominasi daerah di Angola. Yang sekarang telah sirna. Dan sekarang mereka berada dalam masalah ekonomi yang besar. Dan seminggu lalu, untuk pertama kalinya, ada empat baris di Internet.
Don't get confused of the progress of the emerging economies and the great capacity of people in the middle income countries and in peaceful low income countries. There is still mystery in one billion. And we have to have more concepts than just developing countries and developing world. We need a new mindset. The world is converging, but -- but -- but not the bottom billion. They are still as poor as they've ever been. It's not sustainable, and it will not happen around one superpower. But you will remain one of the most important superpowers, and the most hopeful superpower, for the time to be. And this institution will have a very crucial role, not for United States, but for the world. So you have a very bad name, State Department. This is not the State Department. It's the World Department. And we have a high hope in you. Thank you very much. (Applause)
Jangan bingung dengan kemajuan negara-negara berkembang, dan kapasitas yang besar dari orang-orang di negara-negara berpendapatan menengah, dan di negara-negara berpendapatan rendah yang damai. Masih ada misteri dalam satu milyar itu. Dan kita harus mempunyai konsep lebih dari sekedar negara-negara "maju" dan "berkembang". Kita membutuhkan pola pikir baru. Dunia sedang menuju ke satu titik. Tapi, tapi, tapi, tidak untuk satu milyar terbawah. Mereka akan tetap semiskin itu. Ini tidak bisa terus bertahan. Dan ini tidak akan terjadi di sekitar satu adidaya. Tapi kalian akan tetap menjadi salah satu negara adidaya yang paling penting. Dan mungkin adidaya yang paling berpengharapan, untuk saat ini. Dan institusi ini akan mempunyai peran yang sangat penting, bukan untuk Amerika Serikat, tapi untuk dunia. Jadi kalian punya nama yang sangat jelek, Departemen Negara, padahal bukan Departemen Negara. Tapi Departemen Dunia. Dan kami memiliki harapan yang tinggi pada kalian. Terima kasih banyak. (Tepuk tangan)