Once upon a time, at the age of 24, I was a student at St. John's Medical College in Bangalore. I was a guest student during one month of a public health course. And that changed my mindset forever. The course was good, but it was not the course content in itself that changed the mindset. It was the brutal realization, the first morning, that the Indian students were better than me.
Alkisah, pada usia 24 tahun, saya adalah seorang siswa di St. John's Medical College (Fakultas Kedokteran Santo Yohanes) di Bangalore. Saya adalah seorang siswa tamu selama satu bulan untuk sebuah kuliah tentang kesehatan publik. Dan ini mengubah cara pikir saya selamanya. Kuliahnya bagus, tapi bukanlah isi dari kuliah itu sendiri yang mengubah cara pikir saya. [Yang menyadarkan saya] adalah realisasi brutal, di pagi pertama, bahwa murid-murid India jauh lebih baik dari saya.
(Laughter)
(Tawa)
You see, I was a study nerd. I loved statistics from a young age. And I studied very much in Sweden. I used to be in the upper quarter of all courses I attended. But in St. John's, I was in the lower quarter. And the fact was that Indian students studied harder than we did in Sweden. They read the textbook twice, or three times or four times. In Sweden we read it once and then we went partying.
Soalnya, saya adalah seorang yang "gila" belajar (kutu buku). Saya suka statistik dari usia muda. Dan saya belajar sungguh giat di Swedia. Saya selalu berada di ranking seperempat teratas di tiap mata kuliah yang saya ambil. Tapi di St. John's, saya berada di ranking seperempat terbawah. Dan faktanya adalah murid-murid India belajar lebih giat daripada kami di Swedia. Mereka membaca buku teks dua kali, atau tiga atau bahkan empat kali. Di Swedia kita baca buku itu sekali lalu pergi pesta.
(Laugher)
(Tawa)
And that, to me, that personal experience was the first time in my life that the mindset I grew up with was changed. And I realized that perhaps the Western world will not continue to dominate the world forever. And I think many of you have the same sort of personal experience. It's that realization of someone you meet that really made you change your ideas about the world. It's not the statistics, although I tried to make it funny.
Dan itu, bagi saya, pengalaman pribadi itu adalah pertama kalinya di hidup saya dimana cara pikir yang saya miliki ketika dibesarkan menjadi berubah. Dan saya menyadari bahwa mungkin dunia Barat tidak akan terus mendominasi dunia selamanya. Dan saya rasa banyak dari kalian yang mempunyai pengalaman pribadi yang mirip. Adalah pencerahan dari seseorang yang kalian jumpai yang benar-benar membuat anda mengubah ide-ide anda tentang dunia. Bukannya statistik-statistik, walaupun saya berusaha untuk membuatnya lucu.
And I will now, here, onstage, try to predict when that will happen -- that Asia will regain its dominant position as the leading part of the world, as it used to be, over thousands of years. And I will do that by trying to predict precisely at what year the average income per person in India, in China, will reach that of the West. And I don't mean the whole economy, because to grow an economy of India to the size of U.K. -- that's a piece of cake, with one billion people. But I want to see when will the average pay, the money for each person, per month, in India and China, when will that have reached that of U.K. and the United States?
Dan saya sekarang, di sini, di atas panggung, akan mencoba memprediksi kapan itu akan terjadi -- Ketika Asia akan mengambil alih posisi dominannya sebagai kawasan yang memimpin dunia, seperti dulunya, selama lebih dari ribuan tahun. Dan saya akan lakukan itu dengan mencoba memprediksi dengan tepat pada tahun berapa rata-rata pendapatan per kapita di India, di Cina, akan mencapai tingkat yang sama dengan di Barat. Dan maksud saya bukan seluruh ekonomi, karena untuk menumbuhkan sebuah ekonomi dari India untuk menjadi sebesar Inggris -- itu sangatlah gampang [untuk diraih], dengan satu milyar orang. Tapi saya ingin melihat kapan gaji rata-rata, uang yang didapatkan oleh tiap orang, per bulan, di India dan Cina, akan mencapai tingkat yang sama dengan Inggris dan Amerika Serikat?
But I will start with a historical background. And you can see my map if I get it up here. You know? I will start at 1858. 1858 was a year of great technological advancement in the West. That was the year when Queen Victoria was able, for the first time, to communicate with President Buchanan, through the Transatlantic Telegraphic Cable. And they were the first to "Twitter" transatlantically. (Laughter) (Applause) And I've been able, through this wonderful Google and Internet, to find the text of the telegram sent back from President Buchanan to Queen Victoria. And it ends like this: "This telegraph is a fantastic instrument to diffuse religion, civilization, liberty and law throughout the world."
Tapi saya akan mulai dengan latar belakang sejarah. Dan anda akan dapat lihat peta saya jika saya tampilkan. Bisa? Saya akan mulai dari tahun 1858. 1858 adalah tahun kemajuan teknologi yang luar biasa di dunia Barat. Itu adalah tahun dimana Ratu Victoria dapat, untuk pertama kalinya, berkomunikasi dengan Presiden Buchanan, melalui kabel telegraf trans-Atlantik. Dan mereka adalah yang pertama kali ber-"Twitter" lintas Samudra Atlantik. (Tawa) (Tepuk tangan) Dan saya berhasil, dengan bantuan Google dan Internet yang mengagumkan, untuk mendapatkan isi pesan dari telegram yang dikirim oleh Presiden Buchanan kepada Ratu Victoria. Dan pesan itu diakhiri seperti ini: "Telegraf ini adalah alat yang luar biasa untuk menyebarkan agama, peradaban, kebebasan, dan hukum ke seluruh dunia."
Those are nice words. But I got sort of curious of what he meant with liberty, and liberty for whom. And we will think about that when we look at the wider picture of the world in 1858. Because 1858 was also watershed year in the history of Asia. 1858 was the year when the courageous uprising against the foreign occupation of India was defeated by the British forces. And India was up to 89 years more of foreign domination.
Itu adalah kata-kata yang bagus. Tapi saya jadi penasaran akan apa yang dimaksudkan dengan kebebasan, dan kebebasan untuk siapa. Dan kita akan pikirkan tentang itu ketika kita melihat gambaran yang lebih besar dari dunia pada tahun 1858. Karena tahun 1858 juga adalah tahun penting di dalam sejarah Asia. Tahun 1858 adalah tahun dimana perjuangan yang berani menentang penjajahan asing di India dikalahkan oleh pasukan Britania. Dan India harus mengalami pendudukan asing 89 tahun lagi.
1858 in China was the victory in the Opium War by the British forces. And that meant that foreigners, as it said in the treaty, were allowed to trade freely in China. It meant paying with opium for Chinese goods.
1858 di Cina adalah kemenangan pasukan Britania dalam Perang Candu. Dan ini berarti bahwa orang-orang asing, seperti tertuang dalam perjanjian tersebut, diperbolehkan untuk berdagang dengan bebas di Cina. Ini juga berarti membayar dengan candu untuk barang-barang Cina.
And 1858 in Japan was the year when Japan had to sign the Harris Treaty and accept trade on favorable condition for the U.S. And they were threatened by those black ships there, that had been in Tokyo harbor over the last year. But, Japan, in contrast to India and China, maintained its national sovereignty.
Pada tahun 1858 di Jepang, adalah tahun dimana Jepang harus menandatangani Perjanjian Harris dan menerima perdagangan yang menguntungkan pihak Amerika Serikat. Dan mereka merasa terancam oleh kapal-kapal hitam disana, yang telah berada di pelabuhan Tokyo setahun belakangan. Tapi, Jepang, berbeda dengan India dan Cina, mempertahankan kedaulatan nasionalnya.
And let's see how much difference that can make. And I will do that by bringing these bubbles back to a Gapminder graph here, where you can see each bubble is a country. The size of the bubble here is the population. On this axis, as I used to have income per person in comparable dollar. And on that axis I have life expectancy, the health of people. And I also bring an innovation here. I have transformed the laser beam into an ecological, recyclable version here, in green India.
Dan marilah kita lihat seberapa besar perbedaannya. Dan saya akan melakukan itu dengan membawa bulatan-bulatan ini kembali ke grafik Gapminder ini, dimana anda dapat melihat tiap bulatan adalah sebuah negara. Ukuran dari bulatan di sini adalah populasi. Di sumbu ini, seperti biasanya pendapatan per kapita dalam dollar. Dan di sumbu ini saya punya tingkat harapan hidup, kesehatan dari masyarakat. Dan saya juga membawa inovasi kemari. Saya telah merubah sinar laser ke dalam bentuk yang ramah lingkungan dan dapat di daur ulang, di India yang hijau.
(Applause)
(Tepuk tangan)
And we will see, you know. Look here, 1858, India was here, China was here, Japan was there, United States and United Kingdom was richer over there. And I will start the world like this. India was not always like this level. Actually if we go back into the historical record, there was a time hundreds of years ago when the income per person in India and China was even above that of Europe. But 1850 had already been many, many years of foreign domination, and India had been de-industrialized. And you can see that the countries who were growing their economy was United States and United Kingdom. And they were also, by the end of the century, getting healthy, and Japan was starting to catch up. India was trying down here. Can you see how it starts to move there? But really, really natural sovereignty was good for Japan. And Japan is trying to move up there.
Dan di sini kita dapat lihat, anda tahu. Lihat di sini, 1858, India di sini, Cina di sini, Jepang di sana, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris lebih kaya di sebelah sana. Dan kita akan mulai dunia seperti ini. India tidak selalu berada di tingkat ini. Sebenarnya jika kita kembali ke catatan historis, ada suatu masa ratusan tahun yang lalu dimana pendapatan per kapita di India dan Cina bahkan di atas daerah Eropa. Tapi pada tahun 1850, setelah bertahun-tahun lamanya dominasi asing, dan India telah mengalami deindustrialisasi. Dan anda dapat melihat bahwa negara-negara yang tumbuh ekonominya adalah Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris. Dan mereka juga, pada akhir abad [ke 19], menjadi lebih sehat, dan Jepang mulai untuk mengejar. India masih berusaha di bawah sini. Dapatkah anda lihat pergerakannya di sana? Tapi sungguh, sungguhlah kedaulatan baik adanya untuk Jepang. Dan Jepang mencoba untuk naik di atas sana.
And it's the new century now. Health is getting better, United Kingdom, United States. But careful now -- we are approaching the First World War. And the First World War, you know, we'll see a lot of deaths and economical problems here. United Kingdom is going down. And now comes the Spanish flu also. And then after the First World War, they continue up. Still under foreign domination, and without sovereignty, India and China are down in the corner. Not much has happened. They have grown their population but not much more. In the 1930's now, you can see that Japan is going to a period of war, with lower life expectancy. And the Second World War was really a terrible event, also economically for Japan. But they did recover quite fast afterwards. And we are moving into the new world. In 1947 India finally gained its independence. And they could raise the Indian flag and become a sovereign nation, but in very big difficulties down there.
Dan sekarang masuk ke abad baru. Kesehatan menjadi lebih baik, Kerajaan Inggris, Amerika Serikat. Tapi hati-hati sekarang -- kita mendekati Perang Dunia I Dan Perang Dunia I, seperti yang kita tahu, kita akan melihat banyak kematian dan masalah-masalah ekonomi disini. Kerajaan Inggris merosot. Dan sekarang masuk pula flu Spanyol (pandemik 1918). Dan setelah Perang Dunia I, mereka menanjak. masih di bawah dominasi asing, dan tanpa kedaulatan, India dan Cina berada di pojok bawah. Tidak banyak yang terjadi. Mereka bertumbuh dalam populasinya tapi tidak terlalu banyak untuk yang lainnya. Di tahun 1930an, anda dapat lihat bahwa Jepang sedang melalui masa perang, dengan tingkat harapan hidup yang lebih rendah. Dan Perang Dunia II adalah kejadian yang sungguh mengerikan, juga secara ekonomi untuk Jepang. Tapi setelahnya mereka pulih dengan cukup cepat. Dan kita bergerak ke dunia baru. Pada tahun 1947, India akhirnya memperoleh kemerdekaannya. Dan mereka dapat menaikkan bendera India dan menjadi negara berdaulat, tapi dengan kesulitan yang sangat besar di bawah sana.
(Applause)
(Tepuk tangan)
In 1949 we saw the emergence of the modern China in a way which surprised the world. And what happened? What happens in the after independence? You can see that the health started to improve. Children started to go to school. Health services were provided. This is the Great Leap Forward, when China fell down. It was central planning by Mao Tse Tung. China recovered. Then they said, "Nevermore, stupid central planning." But they went up here, and India was trying to follow. And they were catching up indeed. And both countries had the better health, but still a very low economy.
Tahun 1949 kita melihat kemunculan dari Cina modern dengan cara yang mengejutkan dunia. Dan apa yang terjadi? Apa yang terjadi setelah kemerdekaannya? Anda dapat lihat bahwa kesehatan mulai membaik. Anak-anak mulai pergi ke sekolah. Pelayanan kesehatan tersedia. Ini adalah "Loncatan Jauh ke Depan" (Great Leap Forward), ketika Cina terperosok. Ini adalah perencanaan terpusat oleh Mao Zedong. Cina pulih kembali. Lalu mereka berkata, "Tidak akan pernah lagi ada perencanaan terpusat yang bodoh." Tapi mereka menanjak, dan India berusaha untuk menyusul. Dan mereka menyusul memang. Dan kedua negara memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik, tapi tetap saja ekonomi yang sangat rendah.
And we came to 1978, and Mao Tse Tung died, and a new guy turned up from the left. And it was Deng Xiaoping coming out here. And he said, "Doesn't matter if a cat is white or black, as long as it catches mice." Because catching mice is what the two cats wanted to do. And you can see the two cats being here, China and India, wanting to catch the mices over there, you know. And they decided to go not only for health and education, but also starting to grow their economy. And the market reformer was successful there. In '92 India follows with a market reform. And they go quite closely together, and you can see that the similarity with India and China, in many ways, are greater than the differences with them.
Dan kita sampai di 1978, dan Mao Zedong meninggal, dan seorang baru muncul dari kiri. Dan adalah Deng Xiaoping yang muncul disini. Dan dia berkata, "Tidak menjadi masalah apakah seekor kucing itu hitam atau putih bulunya, selama dia menangkap tikus." Karena menangkap tikus adalah apa yang dua ekor kucing itu ingin lakukan. Dan anda dapat lihat kedua kucing disini, Cina dan India, ingin menangkap tikus-tikus disana, anda tahu. Dan mereka memutuskan untuk mengejar bukan saja di bidang kesehatan dan pendidikan, tapi juga mulai untuk menumbuhkan perekonomian mereka. Dan para pembaharu pasar berhasil disana. Pada tahun '92, India mengikuti dengan pembaharuan pasar. Dan mereka bergerak dengan cukup dekatnya, dan anda dapat lihat kesamaan antara India dan Cina, dalam berbagai hal, lebih banyak dibanding perbedaannya.
And here they march on. And will they catch up?
Dan disini mereka terus bergerak maju. Dan mampukah mereka menyusul?
This is the big question today. There they are today.
Ini adalah pertanyaan besar hari ini. Di sanalah mereka berada sekarang.
Now what does it mean that the -- (Applause) the averages there -- this is the average of China. If I would split China, look here, Shanghai has already catched up. Shanghai is already there. And it's healthier than the United States. But on the other hand, Guizhou, one of the poorest inland provinces of China, is there. And if I split Guizhou into urban and rural, the rural part of Guizhou goes down there. You see this enormous inequity in China, in the midst of fast economic growth.
Nah, sekarang apakah ini berarti -- (Tepuk tangan) rara-rata di sini -- ini adalah rata-rata dari Cina. Jika saya membagi Cina, lihatlah di sini, Shanghai sudah berhasil mengejar. Shanghai sudah ada di sana. Dan [Shanghai] lebih sehat dibandingkan Amerika Serikat. Namun di lain pihak, Guizhou, salah satu daerah termiskin di daratan Cina, berada di sana. Dan jika kita membagi Guizhou menjadi kota dan desa, bagian desa dari Guizhou berada di bawah sini. Anda dapat melihat sebegitu besarnya kesenjangan di Cina, bahkan di dalam pertumbuhan ekonomi yang pesat.
And if I would also look at India, you have another type of inequity, actually, in India. The geographical, macro-geographical difference is not so big. Uttar Pradesh, the biggest of the states here, is poorer and has a lower health than the rest of India. Kerala is flying on top there, matching United States in health, but not in economy. And here, Maharashtra, with Mumbai, is forging forward. Now in India, the big inequities are within the state, rather than between the states. And that is not a bad thing, in itself. If you have a lot inequity, macro-geographical inequities can be more difficult in the long term to deal with, than if it is in the same area where you have a growth center relatively close to where poor people are living.
Dan jika saya juga lihat India, anda dapatkan tipe kesenjangan yang lain, sesungguhnya, di India. Secara geografis, makro-geografis, perbedaannya tidak terlalu banyak. Uttar Pradesh, negara bagian yang paling besar di sini, lebih miskin dan memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah dibandingkan bagian India yang lain. Kerala berada di atas sana, menyamai Amerika Serikat di kesehatan, tapi tidak dalam perekonomiannya. Dan disini, Maharashtra, dengan Mumbai, terus maju. Sekarang di India, kesenjangan besar yang terjadi adalah di dalam negara bagian, daripada antar negara bagian. Dan ini sendiri bukanlah sebuah hal yang buruk. Jika anda mempunyai banyak kesenjangan, perbedaan makrogeografis akan lebih susah ditangani dalam jangka panjang, jika dibandingkan dengan daerah yang sama, dimana ada pusat pertumbuhan yang lumayan dekat dengan tempat tinggal orang miskin.
No, there is one more inequity. Look there, United States. (Laughter) Oh, they broke my frame. Washington, D.C. went out here. My friends at Gapminder wanted me to show this because there is a new leader in Washington who is really concerned about the health system. And I can understand him, because Washington, D.C. is so rich over there but they are not as healthy as Kerala. It's quite interesting, isn't it? (Applause) I can see a business opportunity for Kerala, helping fix the health system in the United States.
Ada satu lagi kesenjangan. Lihat di sana, Amerika Serikat. (Tawa) Oh, mereka menjebol tabel saya. Washington, D.C. sampai keluar di sana. Teman-teman saya di Gapminder ingin saya menunjukkan ini karena ada pemimpin baru di Washington yang sangat prihatin dengan sistem kesehatan. Dan saya dapat mengerti, karena Washington, D.C. sangat kaya di sana tapi mereka tidak sesehat Kerala. Cukup menarik bukan? (Tepuk tangan) Saya dapat melihat sebuah peluang bisnis untuk Kerala, membantu pemperbaiki sistem kesehatan di Amerika Serikat.
(Laughter)
(Tawa)
(Applause)
(Tepuk tangan)
Now here we have the whole world. You have the legend down there. And when you see the two giant cats here, pushing forward, you see that in between them and ahead of them, is the whole emerging economies of the world, which Thomas Friedman so correctly called the "flat world." You can see that in health and education, a large part of the world population is putting forward, but in Africa, and other parts, as in rural Guizhou in China, there is still people with low health and very low economy. We have an enormous disparity in the world. But most of the world in the middle are pushing forwards very fast.
Nah sekarang kita di sini punya seluruh dunia. Anda punya legenda di bawah sana. Dan ketika anda melihat dua kucing besar di sini, mendorong maju, anda akan dapat melihat bahwa di antara mereka dan di depan mereka, adalah seluruh ekonomi berkembang yang bermunculan di dunia, yang Thomas Friedman katakan dengan tepatnya "dunia datar." Anda dapat lihat bahwa di sektor kesehatan dan pendidikan sebagian besar dari penduduk dunia cukup berhasil mengejar, tapi di Afrika, dan di bagian lainnya, seperti di pedesaan Guizhou di Cina, masih ada banyak orang dengan tingkat kesehatan yang buruk dan perekonomian yang rendah. Kita mempunyai kesenjangan yang luar biasa besar di dunia. Tapi sebagian besar dunia berada di tengah dan mendorong maju dengan cepatnya.
Now, back to my projections. When will it catch up? I have to go back to very conventional graph. I will show income per person on this axis instead, poor down here, rich up there. And then time here, from 1858 I start the world. And we shall see what will happen with these countries. You see, China under foreign domination actually lowered their income and came down to the Indian level here. Whereas U.K. and United States is getting richer and richer. And after Second World War, United States is richer than U.K. But independence is coming here. Growth is starting, economic reform. Growth is faster, and with projection from IMF you can see where you expect them to be in 2014.
Sekarang, kembali ke proyeksi saya. Kapankah [India dan Cina] akan menyusul? Saya harus kembali ke grafik yang tradisional. Saya akan menunjukkan pendapatan per kapita di sumbu ini, miskin di bawah sini, kaya di atas sana. Dan waktu di sini, dari tahun 1858 saya akan memulai dunia. Dan kita akan lihat apa yang akan terjadi dengan negara-negara ini. Anda dapat lihat, Cina di bawah dominasi asing sesungguhnya menurunkan pendapatan mereka dan menyamai level India di sini. Sebaliknya Kerajaan Inggris dan Amerika Serikat di sini bertambah kaya dan kaya. Dan setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat menjadi lebih kaya dibanding Kerajaan Inggris. Tapi kemerdekaan datang disini. Pertumbuhan dimulai, reformasi ekonomi. Pertumbuhan makin cepat, dan dengan proyeksi dari IMF anda dapat melihat dimana perkiraannya pada tahun 2014.
Now, the question is, "When will the catch up take place?" Look at, look at the United States. Can you see the bubble? The bubbles, not my bubbles, but the financial bubbles. That's the dot com bubble. This is the Lehman Brothers doorstep there. You see it came down there. And it seems this is another rock coming down there, you know. So they doesn't seem to go this way, these countries. They seem to go in a more humble growth way, you know. And people interested in growth are turning their eyes towards Asia.
Sekarang, pertanyaannya adalah, "Kapankah [India dan Cina] akan berhasil menyusul?" Lihat, lihatlah Amerika Serikat. Dapatkan anda lihat gelembungnya? Gelembung-gelembungnya (krisis), bukan bulatan-bulatan saya, tapi gelembung (krisis) finansial. Ini adalah gelembung (krisis) dot com. Ini adalah gerbang Lehman Brothers di sana. Anda dapat lihat ini jatuh di sana. Dan ini sepertinya batu lain jatuh di sana, anda tahu. Jadi sepertinya tidak akan bergerak seperti ini, negara-negara ini. Mereka sepertinya akan bergerak dengan pertumbuhan yang lebih rendah, anda tahu. Dan orang yang tertarik pada pertumbuhan akan melirik ke arah Asia.
I can compare to Japan. This is Japan coming up. You see, Japan did it like that. We add Japan to it. And there is no doubt that fast catch up can take place. Can you see here what Japan did? Japan did it like this, until full catch up, and then they follow with the other high-income economies. But the real projections for those ones, I would like to give it like this. Can be worse, can be better. It's always difficult to predict, especially about the future. Now, a historian tells me it's even more difficult to predict about the past.
Saya dapat bandingkan dengan Jepang. Ini Jepang naik. Anda lihat, Jepang bergerak seperti ini. Kita tambahkan Jepang ke sini. Dan tidak ada keraguan bahwa proses penyusulan yang cepat dapat terjadi. Dapatkah anda lihat apa yang Jepang lakukan? Jepang bergerak seperti ini, sampai berhasil menyusul, dan lalu mereka mengikuti pergerakan negara-negara maju. Tapi proyeksi yang nyata untuk mereka, Saya ingin berikan seperti ini. Bisa lebih baik, bisa lebih buruk. Selalu sulit untuk membuat prediksi, apalagi tentang masa depan. Tapi, seorang sejarawan memberitahukan saya bahwa lebih sulit untuk memprediksi tentang masa lampau.
(Laughter)
(Tawa)
I think I'm in a difficult position here. Inequalities in China and India I consider really the big obstacle because to bring the entire population into growth and prosperity is what will create a domestic market, what will avoid social instability, and which will make use of the entire capacity of the population. So, social investments in health, education and infrastructure, and electricity is really what is needed in India and China.
Saya rasa saya dalam posisi yang sulit di sini. Kesenjangan di Cina dan India saya melihatnya sungguh sebagai halangan yang besar karena untuk membawa seluruh penduduk agar tumbuh dan sejahtera adalah apa yang akan menciptakan pasar dalam negeri, yang akan menghindari ketidak-stabilan sosial, dan yang akan mendayagunakan seluruh kapasitas dari masyarakat. Jadi, investasi sosial di sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, dan listrik, adalah apa yang dibutuhkan di India dan Cna.
You know the climate. We have great international experts within India telling us that the climate is changing, and actions has to be taken, otherwise China and India would be the countries most to suffer from climate change. And I consider India and China the best partners in the world in a good global climate policy. But they ain't going to pay for what others, who have more money, have largely created, and I can agree on that.
Anda tahu tentang ikim. Kita punya ahli-ahli international yang hebat di dalam India yang memberitahu kita bahwa iklim sedang berubah, dan tidakan harus diambil, jika tidak, Cina dan India akan menjadi negara-negara yang paling terkena dampaknya dari perubahan iklim. Dan saya merasa bahwa India dan Cina adalah rekan terbaik di dunia untuk mencapai kebijakan mengenai iklim global yang baik. Tapi mereka tidak akan (dan tidak seharusnya) membayar untuk apa yang lain, yang mempunyai lebih banyak uang, telah ciptakan, dan saya menyetujui hal tersebut.
But what I'm really worried about is war. Will the former rich countries really accept a completely changed world economy, and a shift of power away from where it has been the last 50 to 100 to 150 years, back to Asia? And will Asia be able to handle that new position of being in charge of being the most mighty, and the governors of the world? So, always avoid war, because that always pushes human beings backward. Now if these inequalities, climate and war can be avoided, get ready for a world in equity, because this is what seems to be happening.
Tapi yang saya lebih cemaskan adalah perang. Akankah negara-negara yang dulunya kaya dapat menerima sebuah ekonomi dunia yang berubah secara total, dan sebuah pergeseran kekuasaan dari yang telah ada sejak 50 hingga 100 sampai 150 tahun terakhir, kembali ke Asia? Dan apakah Asia mampu menangani posisi baru sebagai pemimpin, menjadi yang terkuat, dan menjadi pihak yang mengatur dunia? Jadi, selalu hindari perang, karena perang selalu mendorong umat manusia kembali ke belakang. Nah, jika semua kesenjangan, iklim, dan perang dapat dihindari, bersiap-siaplah untuk sebuah dunia dengan kesetaraan. Karena inilah yang sepertinya sedang terjadi.
And that vision that I got as a young student, 1972, that Indians can be much better than Swedes, is just about to happen. And it will happen precisely the year 2048 in the later part of the summer, in July, more precisely, the 27th of July. (Applause) The 27th of July, 2048 is my 100th birthday. (Laughter) And I expect to speak in the first session of the 39th TED India. Get your bookings in time. Thank you very much.
Dan visi itu yang saya dapatkan sebagai siswa ketika saya masih muda, 1972, bahwa orang India dapat menjadi lebih hebat dibanding orang Swedia, baru saja dimulai. Dan ini akan terjadi tepatnya di tahun 2048 di bagian akhir dari musim panas, bulan Juli, lebih tepatnya, 27 Juli. (Tepuk tangan) 27 Juli 2048 adalah ulang tahun saya yang ke 100. (Tawa) Dan saya berharap untuk berbicara di sesi pertama dari TED India yang ke 39. Pesan tiket anda dari sekarang. Terima kasih banyak.
(Applause)
(Tepuk tangan)