I would like to invite you to come along on a visit to a dark continent. It is the continent hidden under the surface of the earth. It is largely unexplored, poorly understood, and the stuff of legends. But it is made also of dramatic landscapes like this huge underground chamber, and it is rich with surprising biological and mineralogical worlds.
Saya ingin mengajak Anda untuk ikut mengunjungi suatu benua yang gelap. Adalah benua yang tersembunyi di bawah permukaan Bumi. Yang luas dan belum terjamah tak diketahui dan merupakan sumber inspirasi legenda. Tapi lanskapnya dramatis seperti ruang bawah tanah yang sangat besar ini, dan kaya akan kehidupan biologis dan mineral yang mengejutkan.
Thanks to the efforts of intrepid voyagers in the last three centuries -- actually, we know also thanks to satellite technology, of course -- we know almost every single square meter of our planet's surface. However, we know still very little about what is hidden inside the earth. Because a cave landscape, like this deep shaft in Italy, is hidden, the potential of cave exploration -- the geographical dimension -- is poorly understood and unappreciated. Because we are creatures living on the surface, our perception of the inner side of the planet is in some ways skewed, as is that of the depth of the oceans or of the upper atmosphere.
Terima kasih atas upaya para penjelajah yang pemberani di tiga abad terakhir -- sebetulnya, terima kasih juga untuk teknologi satelit, tentunya -- karenanya kita jadi tahu hampir tiap meter persegi permukaan planet kita. Tapi pengetahuan kita masih sangat sedikit tentang yang ada di balik permukaan bumi. Karena lanskap gua seperti lorong vertikal yang dalam di Italia ini, tersembunyi, potensi eksplorasi gua -- dimensi geografisnya -- tak begitu diketahui maupun dihargai. Karena kita adalah makhluk yang hidup di permukaan, pandangan kita terhadap bagian dalam Bumi sedikit bias, seperti kedalaman laut atau tingginya langit.
However, since systematic cave exploration started about one century ago, we know actually that caves exist in every continent of the world. A single cave system, like Mammoth Cave, which is in Kentucky, can be as long as more than 600 kilometers. And an abyss like Krubera Voronya, which is in the Caucasus region, actually the deepest cave explored in the world, can go as far as more than 2,000 meters below the surface. That means a journey of weeks for a cave explorer.
Tapi karena eksplorasi gua yang sistematis dimulai sejak satu abad lalu, kita sebetulnya tahu, ada gua di setiap benua di dunia. Suatu sistem gua tunggal, seperti Gua Mamut, di Kentucky, bisa mencapai 600 km jauhnya. Dan jurang seperti Krubera Voronya, di daerah Caucasus, sebenarnya adalah gua terdalam di dunia yang pernah dijelajahi, yang dalamnya bisa lebih dari 2.000 meter di bawah permukaan. Itu artinya berminggu-minggu perjalanan bagi penjelajah gua.
Caves form in karstic regions. So karstic regions are areas of the world where the infiltrating water along cracks, fractures, can easily dissolve soluble lithologies, forming a drainage system of tunnels, conduits -- a three-dimensional network, actually. Karstic regions cover almost 20 percent of the continents' surface, and we know actually that speleologists in the last 50 years have explored roughly 30,000 kilometers of cave passages around the world, which is a big number. But geologists have estimated that what is still missing, to be discovered and mapped, is something around 10 million kilometers.
Gua terbentuk di daerah karstik. Daerah karstik adalah suatu daerah di Bumi di mana air yang meresap di sepanjang retakan dan patahan, dapat mengikis bebatuan yang mudah larut, membentuk sistem drainase yang membentuk terowongan, kanal -- suatu jaringan tiga dimensi. Daerah karstik ada pada hampir 20 persen permukaan benua, dan kita sebenarnya tahu bahwa penjelajah gua selama 50 tahun terakhir telah menelusuri sekitar 30.000 km lintasan gua di seluruh dunia, itu sangat jauh. Tapi ahli geologi memperkirakan bahwa yang masih belum ditemukan dan dipetakan, adalah sekitar 10 juta kilometer.
That means that for each meter of a cave that we already know, that we have explored, there are still some tens of kilometers of undiscovered passages. That means that this is really an endless continent, and we will never be able to explore it completely. And this estimation is made without considering other types of caves, like, for example, inside glaciers or even volcanic caves, which are not karstic, but are formed by lava flows. And if we have a look at other planets like, for example, Mars, you will see that this characteristic is not so specific of our home planet. However, I will show to you now that we do not need to go to Mars to explore alien worlds.
Itu artinya bahwa setiap meter gua yang telah diungkap, yang telah dijelajahi, masih ada sekitar puluhan kilometer lintasan yang belum ditemukan. Itu artinya, gua adalah suatu benua tak berujung, dan kita takkan pernah mampu menjelajahi seluruhnya. Dan perkiraan ini dibuat tanpa mempertimbangkan gua jenis lainnya, seperti contohnya, bagian dalam gletser atau bahkan gua vulkanis, yang bukan karstik, melainkan terbentuk oleh aliran lahar. Dan jika kita menilik planet lain, misalnya Mars, Anda akan lihat bahwa karakteristiknya tidak sespesifik Bumi. Tapi, saya akan tunjukkan bahwa kita tak perlu pergi ke Mars untuk menjelajahi dunia yang asing.
I'm a speleologist, that means a cave explorer. And I started with this passion when I was really young in the mountains not far from my hometown in North Italy, in the karstic regions of the Alps and the Dolomites. But soon, the quest for exploration brought me to the farthest corner of the planet, searching for new potential entrances of this undiscovered continent. And in 2009, I had the opportunity to visit the tepui table mountains, which are in the Orinoco and Amazon basins. These massifs enchanted me from the first time I saw them. They are surrounded by vertical, vertiginous rock walls with silvery waterfalls that are lost in the forest. They really inspired in me a sense of wilderness, with a soul older than millions and millions of years. And this dramatic landscape inspired among other things also Conan Doyle's "The Lost World" novel in 1912. And they are, really, a lost world. Scientists consider those mountains as islands in time, being separated from the surrounding lowlands since tens of millions of years ago. They are surrounded by up to 1,000-meter-high walls, resembling a fortress, impregnable by humans. And, in fact, only a few of these mountains have been climbed and explored on their top.
Saya seorang speleologist, yang artinya penjelajah gua. Dan saya mulai menjalani kesukaan ini sejak kecil di pegunungan tak jauh dari kampung halaman saya di Italia Utara, di daerah karstik pegunungan Alpen dan Dolomit. Tapi tak lama, penjelajahan tersebut membawa saya ke ujung Bumi, mencari pintu masuk yang baru pada benua yang belum ditemukan ini. Di tahun 2009, saya berkesempatan datang ke pegunungan tepui yang seperti meja, yang ada di Orinoco dan cekungan Amazon. Pegunungan ini memesona saya sejak pertama kali saya melihatnya. Mereka dikelilingi dinding bebatuan vertikal yang sangat tinggi dengan air terjun keperakan yang menghilang di dalam hutan. Mereka menginspirasi saya pada kesan keaslian alamnya, dengan jiwa yang lebih tua dari jutaan tahun. Dan lanskap yang dramatis ini juga menginspirasi di antaranya "The Lost World" (Dunia yang Hilang), novel karya Conan Doyle di tahun 1912. Dan sungguh, tempat itu adalah dunia yang hilang. Para ilmuwan menganggap pegunungan itu sebagai kepulauan abadi, yang terpisah dari dataran rendah di sekitarnya sejak puluhan juta tahun yang lalu. Mereka dikelilingi dinding yang tingginya lebih dari 1,000 meter, membentuk suatu benteng, tak tembus oleh manusia. Dan bahkan, hanya segelintir pegunungan ini yang telah dipanjat dan dijelajahi sampai puncaknya.
These mountains contain also a scientific paradox: They are made by quartz, which is a very common mineral on the earth's crust, and the rock made up by quartz is called quartzite, and quartzite is one of the hardest and least soluble minerals on earth. So we do not expect at all to find a cave there. Despite this, in the last 10 years, speleologists from Italy, Slovakia, Czech Republic, and, of course, Venezuela and Brazil, have explored several caves in this area. So how can it be possible?
Pegunungan ini juga mengandung paradoks ilmiah: Mereka terbuat dari kuarsa, yang merupakan mineral umum pada kerak bumi, dan batu yang terbuat dari kuarsa disebut kuarsit, dan kuarsit adalah salah satu mineral di Bumi yang paling keras dan sulit larut. Jadi kami sama sekali tidak berharap untuk menemukan gua di sana. Meski demikian, dalam 10 tahun terakhir, penjelajah gua dari Italia, Slovakia, Republik Ceko, dan tentunya, Venezuela dan Brazilia, menjelajahi beberapa gua di daerah ini. Jadi, bagaimana mungkin?
To understand this contradiction, we have to consider the time factor, because the history of the tepuis is extremely long, starting about 1.6 billion years ago with the formation of the rock, and then evolving with the uplift of the region 150 million years ago, after the disruption of the Pangaea supercontinent and the opening of the Atlantic Ocean. So you can imagine that the water had tens or even hundreds of millions of years to sculpt the strangest forms on the tepuis' surfaces, but also to open the fractures and form stone cities, rock cities, fields of towers which are characterized in the famous landscape of the tepuis. But nobody could have imagined what was happening inside a mountain in so long a time frame.
Untuk memahami pertentangan ini, kami harus mempertimbangkan faktor waktu, karena sejarah tepui sangat panjang, berawal sekitar 1,6 miliar tahun yang lalu dengan formasi bebatuan, lalu berkembang dengan naiknya permukaan daerah ini 150 juta tahun lalu, setelah gangguan yang terjadi di benua awal Pangaea dan terbentuknya Samudera Atlantis. Jadi Anda bisa bayangkan, air butuh waktu puluhan bahkan ratusan juta tahun untuk memahat bentuk teraneh di atas permukaan tepui, tapi juga membuka patahan dan membentuk kota batu, kota bebatuan, lahan menara yang dicirikan dengan lanskap tepui yang terkenal. Tapi tak ada yang bisa membayangkan apa yang terjadi di bagian dalam gunung dalam waktu yang sangat lama.
And so I was focusing in 2010 on one of those massifs, the Auyán-tepui, which is very famous because it hosts Angel Falls, which is the highest waterfall in the world -- about 979 meters of vertical drop. And I was searching for hints of the existence of cave systems through satellite images, and finally we identified an area of collapses of the surface -- so, big boulders, rock piles -- and that means that there was a void below. It was a clear indication that there was something inside the mountain.
Di tahun 2010 saya memfokuskan diri pada salah satu pegunungan itu, tepui Auyán, yang sangat terkenal karena ada Air Terjun Angel di sana, yang merupakan air terjun tertinggi di dunia -- sekitar 979 meter tegak lurus ke bawah. Dan saya mencari petunjuk keberadaan sistem gua melalui gambar satelit, dan akhirnya kami mengidentifikasi suatu area yang permukaannya runtuh -- jadi, bongkahan batu besar, tumpukan bebatuan -- yang berarti ada ruang hampa di bawahnya. Itu adalah indikasi yang jelas bahwa ada sesuatu di dalam gunung tersebut.
So we did several attempts to reach this area, by land and with a helicopter, but it was really difficult because -- you have to imagine that these mountains are covered by clouds most of the year, by fog. There are strong winds, and there are almost 4,000 millimeters of rainfall per year, so it's really, really difficult to find good conditions. And only in 2013 we finally landed on the spot and we started the exploration of the cave.
Jadi kami melakukan beberapa upaya untuk mencapai area itu, dari darat dan dengan helikopter, tapi sangat sulit karena -- Anda harus membayangkan bahwa pegunungan ini tertutup awan sepanjang tahun, oleh kabut. Anginnya kencang, dan curah hujan hampir mencapai 4.000 millimeter per tahun, jadi sangatlah sulit untuk menemukan kondisi yang bagus. Baru pada tahun 2013, kami akhirnya menapakkan kaki di suatu titik dan kami mulai menjelajahi guanya.
The cave is huge. It's a huge network under the surface of the tepui plateau, and in only ten days of expedition, we explored more than 20 kilometers of cave passages. And it's a huge network of underground rivers, channels, big rooms, extremely deep shafts.
Gua tersebut sangat besar. Gua tersebut adalah jaringan di bawah permukaan dataran tinggi tepui, dan hanya dalam 10 hari ekspedisi, kami menjelajahi lebih dari 20 kilometer lintasan gua. Dan itu adalah jaringan sungai bawah tanah yang sangat besar, saluran, ceruk besar, poros yang sangat dalam.
So it's really an incredible place. And we named it Imawarì Yeuta. That means, in the Pemón indigenous language, "The House of the Gods." You have to imagine that indigenous people have never been there. It was impossible for them to reach this area. However, there were legends about the existence of a cave in the mountain. So when we started the exploration, we had to explore with a great respect, both because of the religious beliefs of the indigenous people, but also because it was really a sacred place, because no human had entered there before. So we had to use special protocols to not contaminate the environment with our presence, and we tried also to share with the community, with the indigenous community, our discoveries.
Jadi, benar-benar tempat yang menakjubkan. Dan kami menamainya Imawari Yeuta. Artinya dalam bahasa asli Pemón, "Rumah para Dewa." Anda harus bayangkan, penduduk asli saja belum pernah ke sana. Sangat tidak mungkin bagi mereka untuk mencapai area ini. Tapi, ada legenda mengenai keberadaan gua di dalam gunung ini. Jadi saat kami mulai penjelajahannya, kami harus menjelajah dengan rasa hormat yang besar, baik karena kepercayaan agama penduduk asli, dan juga karena tempat itu memang keramat, karena belum pernah ada manusia masuk ke sana sebelumnya. Kami harus menggunakan protokol khusus supaya lingkungannya tidak terkontaminasi keberadaan kami. dan kami juga mencoba berbagi dengan masyarakat, dengan masyarakat asli, penemuan kami.
And the caves represent, really, a snapshot of the past. The time needed for their formation could be as long as 50 or even 100 million years, which makes them possibly the oldest caves that we can explore on earth. What you can find there is really evidence of a lost world.
Dan gua itu benar-benar menggambarkan potret masa lampau. Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukannya bisa selama 50 atau bahkan ratusan juta tahun, karena itu mungkin ia adalah gua tertua yang dapat kita jelajahi di Bumi. Apa yang Anda bisa temukan di sana benar-benar bukti dunia yang hilang.
When you enter a quartzite cave, you have to completely forget what you know about caves -- classic limestone caves or the touristic caves that you can visit in several places in the world. Because what seems a simple stalactite here is not made by calcium carbonate, but is made by opal, and one of those stalactites can require tens of millions of years to be formed. But you can find even stranger forms, like these mushrooms of silica growing on a boulder. And you can imagine our talks when we were exploring the cave. We were the first entering and discovering those unknown things, things like those monster eggs. And we were a bit scared because it was all a discovery, and we didn't want to find a dinosaur. We didn't find a dinosaur.
Ketika Anda memasuki gua kuarsit, Anda harus benar-benar melupakan pengetahuan Anda mengenai gua -- gua batu kapur klasik atau gua wisata yang dapat Anda kunjungi di beberapa tempat di dunia. Karena yang terlihat seperti stalaktit sederhana di sini tidak mengandung kalsium karbonat, melainkan opal, dan salah satu stalaktit itu bisa butuh puluhan juta tahun untuk terbentuk. Tapi Anda bisa menemukan bentuk-bentuk yang lebih aneh, seperti jamur silika ini yang tumbuh pada bongkahan batu. Dan Anda bisa bayangkan percakapan kami ketika menjelajahi gua. Kami adalah yang pertama kali masuk dan menemukan sesuatu yang tak diketahui, sesuatu seperti telur monster. Dan kami agak takut karena ini adalah penemuan, dan kami tak mau menemukan dinosaurus. Kami tak menemukan dinosaurus.
(Laughter)
(Tawa)
Anyway, actually, we know that this kind of formation, after several studies, we know that these kinds of formations are living organisms. They are bacterial colonies using silica to build mineral structures resembling stromatolites. Stromatolites are some of the oldest forms of life that we can find on earth. And here in the tepuis, the interesting thing is that these bacteria colonies have evolved in complete isolation from the external surface, and without being in contact with humans. They have never been in contact with humans. So the implications for science are enormous, because here you could find, for example, microbes that could be useful to resolve diseases in medicine, or you could find even a new kind of material with unknown properties. And, in fact, we discovered in the cave a new mineral structure for science, which is rossiantonite, a phosphate-sulfate.
Sebenarnya, kami tahu bahwa formasi semacam ini, setelah beberapa kali penelitian, kami tahu bahwa formasi semacam ini adalah organisme hidup. Mereka koloni bakteri yang menggunakan silika untuk membangun struktur mineral membentuk stromatolit. Stromatolit adalah beberapa bentuk kehidupan tertua yang dapat ditemukan di Bumi. Dan di sini di tepui ini, yang menarik adalah bahwa koloni bakteri ini telah berevolusi dalam isolasi total dari permukaan luar, dan tanpa kontak dengan manusia. Mereka tak pernah kontak dengan manusia. Jadi implikasinya untuk pengetahuan sangat besar, karena di sini Anda bisa menemukan, contohnya, mikroba yang dapat berguna untuk pengobatan terhadap penyakit, Anda bahkan bisa menemukan jenis material baru dengan sifat yang tak diketahui. Dan bahkan kami menemukan di dalam gua struktur mineral untuk pengetahuan, yaitu rosiantonit, suatu fosfat-sulfat.
So whatever you find in the cave, even a small cricket, has evolved in the dark in complete isolation. And, really, everything that you can feel in the cave are real connections between the biological and the mineralogical world. So as we explore this dark continent and discover its mineralogical and biological diversity and uniqueness, we will find probably clues about the origin of life on our planet and on the relationship and evolution of life in relationship with the mineral world. What seems only a dark, empty environment could be in reality a chest of wonders full of useful information.
Jadi apapun yang ditemukan di dalam gua, bahkan seekor jangkrik kecil sekalipun, telah berevolusi dalam gelap pada isolasi total. Dan sungguh, semua yang dapat dirasakan dalam gua adalah koneksi yang nyata antara dunia biologis dan mineral. Jadi saat kami menjelajahi benua gelap ini dan menemukan keberagaman dan keunikan mineral dan biologis, kami mungkin akan menemukan petunjuk tentang asal kehidupan planet kita juga relasi dan evolusi kehidupan dalam hubungannya dengan dunia mineral. Apa yang terlihat seperti tempat yang gelap dan kosong pada kenyataannya dapat menjadi kekaguman yang dipenuhi dengan informasi berguna.
With a team of Italian, Venezuelan and Brazilian speleologists, which is called La Venta Teraphosa, we will be back soon to Latin America, because we want to explore other tepuis in the farthest areas of the Amazon. There are still very unknown mountains, like Marahuaca, which is almost 3,000 meters high above sea level, or Aracà, which is in the upper region of Rio Negro in Brazil. And we suppose that we could find there even bigger cave systems, and each one with its own undiscovered world.
Dengan tim penjelajah gua dari Italia, Venezuela, dan Brazilia, yang bernama La Venta Teraphosa, kami akan segera kembali ke Amerika Latin, karena kami ingin menjelajahi tepui lain jauh di pedalaman Amazon. Masih banyak pegunungan tak diketahui, seperti Marahuaca, yang tingginya hampir 3.000 meter di atas permukaan laut, atau Aracà, yang ada di daerah atas Rio Negro di Brazilia. Dan kami rasa di sana kami dapat menemukan sistem gua yang bahkan jauh lebih besar, dan masing-masing dengan dunia yang belum ditemukan.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)
Bruno Giussani: Thank you, Francesco. Give me that to start so we don't forget. Francesco, you said we don't need to go to Mars to find alien life, and indeed, last time we spoke, you were in Sardinia and you were training European astronauts. So what do you, a speleologist, tell and teach to the astronauts?
Bruno Giussani: Terima kasih, Francesco. Biar saya memulai sehingga kami tak lupa. Francesco, Anda bilang kita tak perlu ke Mars untuk menemukan kehidupan asing, dan memang, terakhir kali kita berbincang, Anda ada di Sardinia dan Anda waktu itu sedang melatih astronot Eropa. Jadi, apa yang seorang penjelajah gua katakan dan ajarkan kepada astronot?
Francesco Sauro: Yeah, we are -- it's a program of training for not only European, but also NASA, Roskosmos, JAXA astronauts, in a cave. So they stay in a cave for about one week in isolation. They have to work together in a real, real dangerous environment, and it's a real alien environment for them because it's unusual. It's always dark. They have to do science. They have a lot of tasks. And it's very similar to a journey to Mars or the International Space Station.
Francesco Sauro: Ya, kami -- itu adalah program pelatihan tak hanya Eropa, tapi juga untuk astronot NASA, Roskosmos, JAXA, di dalam gua. Jadi mereka tinggal di dalam gua selama sekitar satu minggu isolasi. Mereka harus bekerja sama di lingkungan yang sangat berbahaya, dan itu adalah lingkungan asing untuk mereka karena sangat tidak biasa. Di sana selalu gelap. Mereka harus melakukan hal ilmiah. Mereka punya banyak tugas. Dan sangat mirip dengan perjalanan ke Mars atau Stasiun Luar Angkasa Internasional.
BG: In principle. FS: Yes.
BG: Pada prinsipnya. FS: Ya.
BG: I want to go back to one of the pictures that was in your slide show, and it's just representative of the other photos --
BG: Saya mau melihat salah satu foto tadi yang ada di tampilan Anda, dan itu seperti perwakilan foto-foto lainnya --
Weren't those photos amazing? Yeah?
Foto itu menakjubkan bukan? Ya?
Audience: Yeah!
Penonton: Ya!
(Applause)
(Tepuk tangan)
FS: I have to thank the photographers from the team La Venta, because all of those photos are from the photographers.
FS: Saya harus berterima kasih kepada fotografer tim kami, La Venta, karena semua foto itu adalah dari si fotografer.
BG: You bring, actually, photographers with you in the expedition. They're professionals, they're speleologists and photographers. But when I look at these pictures, I wonder: there is zero light down there, and yet they look incredibly well-exposed. How do you take these pictures? How do your colleagues, the photographers, take these pictures?
BG: Anda benar-benar membawa fotografer dalam penjelajahan Anda. Mereka profesional, mereka penjelajah gua dan fotografer. Tapi saat saya lihat fotonya, saya heran: karena cahayanya nihil di bawah sana, tapi foto-foto itu terlihat sangat bercahaya. Bagaimana Anda memotretnya? Bagaimana kolega Anda, si fotografer, memotretnya?
FS: Yeah. They are working in a darkroom, basically, so you can open the shutter of the camera and use the lights to paint the environment.
FS: Ya. Pada dasarnya mereka bekerja di ruang gelap, jadi Anda bisa membuka katup lensa kameranya dan menggunakan cahaya untuk melukis tempat tersebut.
BG: So you're basically --
BG: Jadi pada dasarnya --
FS: Yes. You can even keep the shutter open for one minute and then paint the environment. The final result is what you want to achieve.
FS: Ya. Anda bahkan bisa buka katup lensanya selama satu menit dan melukis tempat tersebut. Hasil akhirnya sesuai dengan harapan Anda.
BG: You spray the environment with light and that's what you get. Maybe we can try this at home someday, I don't know.
BG: Anda menyinari tempat itu dengan cahaya dan begitulah hasilnya. Mungkin kapan-kapan kita bisa mencobanya di rumah.
(Laughter)
BG: Francesco, terima kasih. FS: Terima kasih.
BG: Francesco, grazie. FS: Grazie.
(Applause)
(Tepuk tangan)