I'm here to share my photography. Or is it photography? Because, of course, this is a photograph that you can't take with your camera.
Saya di sini untuk berbagi tentang fotografi yang saya lakukan Atau apakah ini fotografi? Karena tentu, ini adalah foto yang tak bisa Anda tangkap dengan kamera Anda.
Yet, my interest in photography started as I got my first digital camera at the age of 15. It mixed with my earlier passion for drawing, but it was a bit different, because using the camera, the process was in the planning instead. And when you take a photograph with a camera, the process ends when you press the trigger. So to me it felt like photography was more about being at the right place and the right time. I felt like anyone could do that.
Ketertarikan saya dalam fotografi bermulai saat saya mendapat kamera digital pertama kali pada umur 15. Bercampur dengan kegemaran saya dalam menggambar tetapi fotografi agak berbeda karena menggunakan kamera, prosesnya terletak pada perencanaan. Dan ketika Anda mengambil foto dengan kamera proses itu selesai ketika Anda menekan tombolnya. Bagi saya fotografi adalah tentang berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Saya rasa siapa pun bisa melakukannya.
So I wanted to create something different, something where the process starts when you press the trigger. Photos like this: construction going on along a busy road. But it has an unexpected twist. And despite that, it retains a level of realism. Or photos like these -- both dark and colorful, but all with a common goal of retaining the level of realism. When I say realism, I mean photo-realism. Because, of course, it's not something you can capture really, but I always want it to look like it could have been captured somehow as a photograph. Photos where you will need a brief moment to think to figure out the trick. So it's more about capturing an idea than about capturing a moment really.
Jadi saya ingin membuat sesuatu yang berbeda, sesuatu yang prosesnya dimulai ketika Anda menekan tombolnya. Foto-foto seperti ini: Pekerjaan konstruksi sepanjang jalan yang sibuk. Tetapi terdapat hal yang tidak terduga. Dan walaupun begitu, tetap terdapat tingkat yang nyata. Atau foto-foto seperti ini -- penuh warna dan gelap, tapi dengan tujuan yang sama dalam mempertahankan tingkat kenyataan. Ketika saya menyebut realisme, maksudnya realisme foto. Karena, tentunya, ini bukan sesuatu yang dapat Anda tangkap, sungguh, tapi saya selalu ingin membuatnya terlihat dapat ditangkap entah bagaimana, sebagai sebuah foto. Foto-foto yang Anda akan perlu waktu singkat untuk berpikir untuk menyingkap triknya. Jadi, ini adalah lebih tentang menangkap sebuah ide dari pada tentang menangkap sebuah momen.
But what's the trick that makes it look realistic? Is it something about the details or the colors? Is it something about the light? What creates the illusion? Sometimes the perspective is the illusion. But in the end, it comes down to how we interpret the world and how it can be realized on a two-dimensional surface. It's not really what is realistic, it's what we think looks realistic really.
Tapi apa trik yang membuatnya terlihat nyata? Apakah sesuatu tentang detilnya? Atau warnanya? Apakah itu pencahayaannya? Apa yang menciptakan ilusi itu? Terkadang, sudut pandang adalah ilusinya. Tapi pada akhirnya, jatuh pada bagaimana kita mengartikan dunia dan bagaimana dunia dipahami dalam permukaan dua dimensi. Ini bukan tentang apa yang nyata, Ini adalah sesuatu yang kita anggap terlihat nyata.
So I think the basics are quite simple. I just see it as a puzzle of reality where you can take different pieces of reality and put it together to create alternate reality. And let me show you a simple example. Here we have three perfectly imaginable physical objects, something we all can relate to living in a three-dimensional world. But combined in a certain way, they can create something that still looks three-dimensional, like it could exist. But at the same time, we know it can't. So we trick our brains, because our brain simply doesn't accept the fact that it doesn't really make sense. And I see the same process with combining photographs. It's just really about combining different realities.
Jadi saya pikir dasarnya cukup sederhana. Saya melihatnya sebagai sebuah puzzle realitas yang anda dapat ambil kepingan-kepingan berbeda darinya dan satukan untuk menciptakan kenyataan yang berbeda. Biar saya tunjukkan contoh sederhana pada Anda. Di sini kita punya tiga benda yang benar-benar dapat dibayangkan, benda yang kita semua bisa hubungkan dengan hidup dalam dunia tiga dimensi. Tapi digabungkan dalam cara tertentu, mereka dapat membentuk sesuatu yang tetap terlihat tiga dimensi, seperti itu dapat terjadi. Tapi pada saat yang sama, kita tahu itu tidak mungkin. Jadi kita menipu otak kita, karena otak kita sama sekali tak dapat menerimanya bahwa ini tak masuk akal. Saya melihat proses yang sama dalam menggabungkan foto-foto. Ini benar-benar hanya tentang menggabungkan realitas yang berbeda.
So the things that make a photograph look realistic, I think it's the things that we don't even think about, the things all around us in our daily lives. But when combining photographs, this is really important to consider, because otherwise it just looks wrong somehow. So I would like to say that there are three simple rules to follow to achieve a realistic result. As you can see, these images aren't really special. But combined, they can create something like this.
Hal-hal yang membuat sebuah foto terlihat nyata, Saya pikir, adalah hal-hal yang bahkan tak kita pikirkan, hal-hal di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari. Tapi dalam menggabungkan foto-foto, sangat penting untuk mempertimbangkannya, karena jika tidak, entah bagaimana akan terlihat salah. Jadi saya ingin menyampaikan bahwa ada 3 aturan sederhana untuk mencapai hasil yang realistis. Seperti yang Anda lihat, tidak ada yang khusus dari gambar-gambar ini. Tetapi digabungkan, tercipta sesuatu seperti ini.
So the first rule is that photos combined should have the same perspective. Secondly, photos combined should have the same type of light. And these two images both fulfill these two requirements -- shot at the same height and in the same type of light. The third one is about making it impossible to distinguish where the different images begin and end by making it seamless. Make it impossible to say how the image actually was composed. So by matching color, contrast and brightness in the borders between the different images, adding photographic defects like depth of field, desaturated colors and noise, we erase the borders between the different images and make it look like one single image, despite the fact that one image can contain hundreds of layers basically.
Aturan pertama adalah foto-foto yang digabungkan seharusnya memiliki sudut pandang yang sama. Kedua, foto-foto tersebut memiliki pencahayaan yang sama. Dan kedua gambar ini memenuhi kedua persyaratan -- dipotret pada ketinggian dan pencahayaan yang sama. Yang ketiga adalah tentang membuatnya mustahil untuk dibedakan kapan gambar yang berbeda mulai dan berakhir dengan membuatnya mulus. Membuat mustahil untuk mengira bagaimana sebenarnya gambar ini disusun. Dengan mencocokan warna, kontras dan tingkat kecerahan pada batas antara gambar yang berbeda, menambahkan cacat fotografis seperti depth of field, desaturasi warna dan noise, kita menghilangkan batas antara kedua gambar dan membuatnya terlihat seperti satu. Walaupun satu gambar pada dasarnya, dapat memuat ratusan layer.
So here's another example. (Laughter) One might think that this is just an image of a landscape and the lower part is what's manipulated. But this image is actually entirely composed of photographs from different locations. I personally think that it's easier to actually create a place than to find a place, because then you don't need to compromise with the ideas in your head. But it does require a lot of planning. And getting this idea during winter, I knew that I had several months to plan it, to find the different locations for the pieces of the puzzle basically. So for example, the fish was captured on a fishing trip. The shores are from a different location. The underwater part was captured in a stone pit. And yeah, I even turned the house on top of the island red to make it look more Swedish.
Inilah contoh lainnya. (Tawa) Orang mungkin berpikir bahwa ini hanyalah gambar pemandangan dan bagian bawahnya adalah yang dimanipulasi. Tetapi gambar ini sebenarnya, seluruhnya tersusun atas foto-foto dari lokasi yang berbeda-beda. Saya pribadi merasa bahwa membuat sebuah ruang lebih mudah dari pada mencarinya. Karena dengan begitu, Anda tidak perlu membahayakan gagasan-gagasan di kepala Anda. Tetapi dibutuhkan banyak perencanaan. Mendapatkan ide ini selama musim dingin, Saya tahu saya punya beberapa bulan untuk merencanakan, untuk mencari lokasi-lokasi yang berbeda untuk bagian-bagian dari puzzlenya. Jadi sebagai contoh, ikan ini ditangkap dalam sebuah perjalanan memancing. Tepiannya berasal dari lokasi yang berbeda. Bagian bawah airnya diambil dalam sebuah lubang batu. Dan ya, saya mengubah rumah di atasnya menjadi merah supaya terlihat seperti rumah swedia.
So to achieve a realistic result, I think it comes down to planning. It always starts with a sketch, an idea. Then it's about combining the different photographs. And here every piece is very well planned. And if you do a good job capturing the photos, the result can be quite beautiful and also quite realistic. So all the tools are out there, and the only thing that limits us is our imagination.
Jadi, untuk mencapai hasil yang realistis, hal terpenting adalah perencanaan. Dimulai dengan sebuah sketsa, sebuah gagasan. Lalu menggabungkan foto-foto yang berbeda. Dan di sini, setiap bagiannya direncanakan dengan sangat baik. Dan jika anda menangkap foto-fotonya dengan baik, hasilnya bisa jadi cukup indah dan juga terlihat nyata. Jadi perangkat-perangkatnya sudah ada, dan satu-satunya hal yang membatasi adalah imajinasi kita.
Thank you.
Terimakasih.
(Applause)
(Aplaus)