Baking apple pie? Discount orange warehouse has you covered! A fruit’s a fruit, right?
Memanggang pai apel? Diskon gudang jeruk akan menolongmu! Buah adalah buah, bukan?
It’s 1988, and scientist James Hansen has just testified to the United States Congress that global warming trends are caused by human activity, and will pose an increasing threat to humanity in the future.
Ini tahun 1988, dan ilmuwan James Hansen baru saja bersaksi kepada Kongres Amerika Serikat bahwa tren pemanasan global disebabkan oleh aktivitas manusia, dan akan memberikan ancaman yang meningkat kepada umat manusia di masa depan.
Well, well. That’s unusually prescient for a human.
Itu sangat luar biasa untuk seorang manusia.
Looking for a wedding dress? Try a new take on a timeless classic. It’s sleek, flattering and modest— just like the traditional dress.
Mencari gaun pengantin? Cobalah yang tak lekang oleh waktu. Halus, bagus, dan sederhana— seperti gaun tradisional.
Commercials. Could anything be more insufferable?
Iklan. Adakah yang lebih tak tertahankan?
It’s 1997, and the United States Senate has called a hearing about global warming. Some expert witnesses point out that past periods in Earth’s history were warmer than the 20th century. Because such variations existed long before humans, the witnesses claim the current warming trend is also the result of natural variation.
Tahun 1997, dan Senat Amerika Serikat mengadakan sidang pemanasan global. Beberapa saksi ahli menunjukkan bahwa periode terdahulu dalam sejarah Bumi lebih hangat daripada abad ke-20. Karena variasi seperti itu ada jauh sebelum manusia, para saksi mengklaim tren pemanasan saat ini adalah hasil dari variasi alami juga.
Ah, there is something more insufferable than a commercial. Luckily for the humans, there’s one more expert witness.
Ah, ada sesuatu yang lebih tak tertahankan daripada iklan. Untungnya untuk manusia, ada satu lagi saksi ahli.
What are you looking at? We’re all dressed. At least we are by the logic you just used. It’s as if you were to say apples and oranges are both fruits, therefore they taste the same. Or that underwear, wedding dresses, and suits are all clothes, therefore, they’re all equally appropriate attire for a Senate hearing.
Apa yang kamu lihat? Kita semua berpakaian. Setidaknya dengan logika yang baru saja kamu gunakan. Ini seperti jika kamu ingin mengatakan apel dan jeruk keduanya adalah buah, oleh karena itu rasanya sama. Atau pakaian dalam, baju pengantin, dan setelan adalah pakaian semua, oleh karena itu, mereka adalah pakaian yang sama pantasnya untuk sidang Senat.
The European wars of the 19th century and World War I were all wars, right?
Perang Eropa di abad ke-19 dan Perang Dunia I semuanya perang, bukan?
So World War I couldn’t be any more devastating than those other wars, could it?
Jadi Perang Dunia I tidak bisa lebih menghancurkan dari perang lainnya bukan?
Let’s say two people have a fever. They must have the same disease that’s causing that fever, right?
Katakan ada dua orang demam. Mereka pasti memiliki penyakit yang sama yang menyebabkan demam, bukan?
Of course not. One fever could be caused by chicken pox, the other by influenza, or any number of other infections. Like your claim about rising global temperatures, these claims make a false analogy. You're assuming that because two phenomena share a characteristic, in this case warming, they are analogous in other ways, like the cause of that warming.
Tentu saja tidak. Salah satu demam bisa disebabkan oleh cacar air, dan yang lainnya disebabkan oleh influensa atau infeksi lainnya. Seperti klaimmu terhadap naiknya suhu global, klaim-klaim ini membuat analogi keliru. Kamu menduga bahwa dua fenomena memiliki karakteristik yang sama, dalam kasus ini pemanasan, mereka analog dengan cara lain, seperti penyebab pemanasan.
But there’s no evidence that that’s the case. Yes, there have been other warm periods in Earth’s history— no one’s disputing that the climate fluctuates. But let's take a closer look at some of those older examples of global warming, shall we?
Tapi tidak ada bukti bahwa itu adalah permasalahannya. Ya, ada periode hangat lain dalam sejarah Bumi— tidak ada yang memperdebatkan bahwa iklim berfluktuasi. Tapi mari melihat lebih dekat ke beberapa contoh lama dari pemanasan global, ya?
The Cretaceous Hot Greenhouse, 92 million years ago, was so warm, forests covered Antarctica. Volcanic activity was likely responsible for boosting atmospheric carbon dioxide and creating a greenhouse effect.
Rumah Kaca Zaman Kapur, 92 juta tahun yang lalu, sangat hangat, hutan-hutan menutupi Antartika. Aktivitas vulkanik bertanggung jawab atas meningkatnya karbon dioksida atmosfer dan membuat efek rumah kaca.
The Paleocene-Eocene Thermal Maximum, 55 million years ago, was so warm, crocodiles swam the waters of the Arctic Circle. This warming may have been caused by the drying of inland seas and release of methane, a potent greenhouse gas, from ocean sediments.
Suhu Maksimum Paleosen-Eosen, 55 juta tahun yang lalu, sangat hangat, buaya-buaya berenang di perairan Lingkar Arktik. Pemanasan ini mungkin disebabkan oleh mengeringnya laut pedalaman dan mengeluarkan metana, sebuah gas rumah kaca yang kuat, dari sedimen laut.
Even among these other warm periods, you’re making a false analogy. Yes, they had natural causes. But each had a different cause, and involved a different amount and duration of warming. They’re as dissimilar as they are similar. Taking them together, all we can reasonably conclude is that the Earth’s climate seems to change in response to conditions on the planet.
Bahkan dalam periode-periode hangat ini, kamu membuat analogi yang salah. Ya, ada penyebab alami. Tapi masing-masing memiliki penyebab berbeda, dan melibatkan jumlah dan waktu pemanasan yang berbeda. Mereka berbeda sebagaimana mereka mirip. Melihat itu semua, yang bisa kita simpulkan secara wajar adalah bahwa iklim bumi terlihat berubah dalam merespon kondisi di planet.
Today, human activity is a dominant force shaping conditions on your planet, so the possibility that it’s driving global warming can’t be dismissed out of hand. I’ll grant that the more complicated something is, the easier it is to make a mistaken analogy. That’s especially true because there are many different types of false analogy: that similar symptoms must share a cause, that similar actions must lead to similar consequences, and countless others. Most false analogies you’ll come across are far less obvious than those comparing apples to oranges, and climate is notoriously complex. It requires careful, rigorous study and evidence collection— and making a false analogy like this only impedes that process.
Saat ini, aktivitas manusia adalah yang mendominasi pembentukan kondisi planetmu, jadi kemungkinan bahwa itu akan mendorong pemanasan global tidak bisa diabaikan begitu saja. Aku akan mengakui bahwa semakin rumit sesuatu, semakin mudah untuk membuat analogi yang salah. Itu benar karena ada banyak tipe analogi keliru: bahwa gejala yang sama pasti memiliki penyebab yang sama, bahwa tindakan yang mirip pasti menuju konsekuensi yang mirip, begitu seterusnya. Kebanyakan analogi keliru yang kamu hadapi lebih kurang jelas daripada membandingkan apel dan jeruk, dan iklim terkenal rumit. Itu membutuhkan studi yang ketat dan cermat dan pengumpulan bukti— dan membuat analogi keliru seperti ini hanya menghalangi proses itu.
It’s 2013, and the United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change has found, aggregating decades of research, that there is more than a 95% chance the global warming trend since the mid-20th century has been driven by human activity, namely the burning of fossil fuels.
Ini tahun 2013, dan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB telah menemukan, menggabungkan penelitian selama puluhan tahun, bahwa ada lebih dari 95% kesempatan tren pemanasan global sejak pertengahan abad ke-20 didorong oleh aktivitas manusia, yaitu pembakaran bahan bakar fosil.
You’re both pets, and he likes living in water, so you should, too.
Kamu berdua adalah hewan peliharaan, dan dia suka hidup di air, jadi kamu juga harus begitu.