There are two groups of women when it comes to screening mammography -- women in whom mammography works very well and has saved thousands of lives and women in whom it doesn't work well at all. Do you know which group you're in? If you don't, you're not alone. Because the breast has become a very political organ. The truth has become lost in all the rhetoric coming from the press, politicians, radiologists and medical imaging companies. I will do my best this morning to tell you what I think is the truth. But first, my disclosures. I am not a breast cancer survivor. I'm not a radiologist. I don't have any patents, and I've never received any money from a medical imaging company, and I am not seeking your vote.
Ada dua kelompok wanita berdasarkan pencitraan mammografinya -- wanita di mana mamografi mampu bekerja dengan baik dan telah menyelamatkan ribuan nyawa dan wanita di mana mamografi tidak dapat bekerja dengan baik Tahukah Anda termasuk di dalam kelompok yang mana? Jika Anda tidak tahu, Anda tidak sendirian. Karena payudara telah menjadi organ yang sangat politis. Kebenaran telah lenyap ditelan berbagai retorika yang datang dari pers, politisi, radiolog, dan perusahaan pencitraan medis. Pagi ini saya akan berusaha semampu saya untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi menurut saya. Namun pertama, inilah rahasia saya. Saya bukan orang yang berhasil sembuh dari kanker payudara. Saya bukan radiolog. Saya tidak punya paten apapun, dan saya tidak pernah menerima uang dari perusahaan pencitraan medis. Dan saya tidak sedang mencari dukungan.
(Laughter)
(Tawa)
What I am is a doctor of internal medicine who became passionately interested in this topic about 10 years ago when a patient asked me a question. She came to see me after discovering a breast lump. Her sister had been diagnosed with breast cancer in her 40s. She and I were both very pregnant at that time, and my heart just ached for her, imagining how afraid she must be. Fortunately, her lump proved to be benign. But she asked me a question: how confident was I that I would find a tumor early on her mammogram if she developed one? So I studied her mammogram, and I reviewed the radiology literature, and I was shocked to discover that, in her case, our chances of finding a tumor early on the mammogram were less than the toss of a coin.
Saya sebenarnya adalah seorang dokter penyakit dalam yang menjadi sangat tertarik pada topik ini sekitar 10 tahun lalu saat seorang pasien saya bertanya sesuatu. Dia datang menemui saya setelah menemukan benjolan pada payudaranya. Saudaranya telah didiagnosis menderita kanker payudara pada usia 40-an. Pada saat itu saya dan dia sedang hamil tua, dan hati saya sakit, membayangkan betapa khawatirnya dia. Untungnya, benjolan itu ternyata jinak. Namun dia bertanya sesuatu kepada saya: seberapa yakinkah saya jika saya akan menemukan tumor dini pada mamogramnya jika tumor itu berkembang? Jadi saya mempelajari mamogramnya, dan saya membaca literatur tentang radiologi, dan saya terkejut saat menemukan bahwa, dalam kasusnya, peluang untuk menemukan tumor dini pada mamogramnya kurang dari lemparan koin.
You may recall a year ago when a firestorm erupted after the United States Preventive Services Task Force reviewed the world's mammography screening literature and issued a guideline recommending against screening mammograms in women in their 40s. Now everybody rushed to criticize the Task Force, even though most of them weren't in anyway familiar with the mammography studies. It took the Senate just 17 days to ban the use of the guidelines in determining insurance coverage. Radiologists were outraged by the guidelines. The pre-eminent mammographer in the United States issued the following quote to the Washington Post. The radiologists were, in turn, criticized for protecting their own financial self-interest. But in my view, the radiologists are heroes. There's a shortage of radiologists qualified to read mammograms, and that's because mammograms are one of the most complex of all radiology studies to interpret, and because radiologists are sued more often over missed breast cancer than any other cause. But that very fact is telling.
Anda mungkin ingat setahun yang lalu saat terjadi badai setelah Gugus Tugas Pelayanan Pencegahan Amerika meninjau literatur pencitraan mamografi yang ada di dunia dan mengeluarkan pedoman yang menganjurkan untuk tidak menjalani mamogram pada wanita usia 40-an. Semua orang langsung mengkritik gugus tugas itu, walaupun kebanyakan dari mereka tidak akrab dengan kajian mamografi. Senat hanya perlu waktu 17 hari untuk melarang penggunaan pedoman itu dalam menentukan cakupan asuransi. Radiolog benar-benar gusar dengan pedoman ini. Mamografer terkemuka di Amerika mengatakan kutipan ini kepada Washington Post. Radiolog pada gilirannya dikritik karena melindungi kepentingan finansial mereka sendiri. Namun dalam pandangan saya, para radiolog adalah pahlawan. Kita mengalami kekurangan radiolog yang memenuhi syarat untuk membaca mamogram, dan itu karena mamogram adalah salah satu dari kajian radiologi yang paling sulit untuk ditafsirkan, dan karena radiolog lebih sering dituntut karena luput menafsirkan kanker payudara dari sebab lainnya. Namun kenyataannya memberi tahu kita.
Where there is this much legal smoke, there is likely to be some fire. The factor most responsible for that fire is breast density. Breast density refers to the relative amount of fat -- pictured here in yellow -- versus connective and epithelial tissues -- pictured in pink. And that proportion is primarily genetically determined. Two-thirds of women in their 40s have dense breast tissue, which is why mammography doesn't work as well in them. And although breast density generally declines with age, up to a third of women retain dense breast tissue for years after menopause.
Di mana ada asap sebanyak ini, kemungkinan besar ada apinya. Faktor yang paling bertanggung jawab pada kebakaran itu adalah kepadatan payudara. Kepadatan payudara mengacu pada jumlah lemak -- yang berwarna kuning ini -- dengan jaringan konektif dan epitel ini - yang berwarna jingga. Dan perbandingan itu terutama karena keturunan. Dua pertiga wanita pada usia 40-an memiliki jaringan payudara yang padat sehingga mamografi tidak dapat bekerja dengan baik. Dan walaupun kepadatan payudara berkurang seiring dengan usia hampir sepertiga wanita tetap memiliki jaringan payudara yang padat bertahun-tahun setelah menopause.
So how do you know if your breasts are dense? Well, you need to read the details of your mammography report. Radiologists classify breast density into four categories based on the appearance of the tissue on a mammogram. If the breast is less than 25 percent dense, that's called fatty-replaced. The next category is scattered fibroglandular densities, followed by heterogeneously dense and extremely dense. And breasts that fall into these two categories are considered dense. The problem with breast density is that it's truly the wolf in sheep's clothing. Both tumors and dense breast tissue appear white on a mammogram, and the X-ray often can't distinguish between the two. So it's easy to see this tumor in the upper part of this fatty breast. But imagine how difficult it would be to find that tumor in this dense breast. That's why mammograms find over 80 percent of tumors in fatty breasts, but as few as 40 percent in extremely dense breasts.
Jadi bagaimana Anda mengetahui kalau payudara Anda padat? Anda harus membaca rincian laporan mamografi Anda. Radiolog menggolongkan kepadatan payudara ke dalam empat kelompok berdasarkan penampakan dari jaringan pada mamogram. Jika kepadatan payudara kurang dari 25 persen, maka disebut tergeser oleh lemak. Kelompok selanjutnya adalah kepadatan fibroglandular menyebar, diikuti oleh padat heterogen dan sangat padat. Dan payudara pada kedua kelompok ini dianggap padat. Masalah pada kepadatan payudara adalah hal ini benar-benar serigala berbulu domba. Baik tumor maupun jaringan payudara yang padat berwarna putih pada mamogram, dan sinar X sering tidak dapat membedakannya. Jadi cukup mudah melihat tumor ini pada bagian atas dari payudara berlemak ini. Namun bayangkan sulitnya menemukan tumor itu pada payudara yang padat. Itulah mengapa mamogram dapat menemukan lebih dari 80 persen tumor pada payudara berlemak, namun hanya 40 persen pada payudara yang sangat padat.
Now it's bad enough that breast density makes it hard to find a cancer, but it turns out that it's also a powerful predictor of your risk for breast cancer. It's a stronger risk factor than having a mother or a sister with breast cancer. At the time my patient posed this question to me, breast density was an obscure topic in the radiology literature, and very few women having mammograms, or the physicians ordering them, knew about this. But what else could I offer her?
Kepadatan payudara cukup menyulitkan untuk menemukan kanker, namun ternyata kepadatan ini juga pertanda kuat Anda beresiko terkena kanker payudara. Ini adalah faktor resiko yang lebih besar dibandingkan memiliki ibu atau saudara yang menderita kanker payudara. Saat pasien saya menanyakan pertanyaan ini kepada saya kepadatan payudara adalah topik yang tidak jelas pada literatur radiologi, dan sangat sedikit wanita yang menjalani mamografi, atau dokter yang menyuruh wanita itu, tahu akan hal ini. Namun apa lagi yang saya dapat tawarkan?
Mammograms have been around since the 1960's, and it's changed very little. There have been surprisingly few innovations, until digital mammography was approved in 2000. Digital mammography is still an X-ray of the breast, but the images can be stored and manipulated digitally, just like we can with a digital camera. The U.S. has invested four billion dollars converting to digital mammography equipment, and what have we gained from that investment? In a study funded by over 25 million taxpayer dollars, digital mammography was found to be no better over all than traditional mammography, and in fact, it was worse in older women. But it was better in one group, and that was women under 50 who were pre-menopausal and had dense breasts, and in those women, digital mammography found twice as many cancers, but it still only found 60 percent. So digital mammography has been a giant leap forward for manufacturers of digital mammography equipment, but it's been a very small step forward for womankind.
Mamogram sudah ada sejak 1960-an. Dan sejak itu mengalami sangat sedikit perubahan. Hanya ada beberapa penemuan baru sampai mamografi digital diperkenalkan pada tahun 2000. Mamografi digital masih merupakan penyinaran sinar X pada payudara, namun gambarnya dapat disimpan dan dimainkan secara digital seperti yang dapat kita lakukan dengan kamera digital. Amerika telah menanamkan empat miliar dolar untuk beralih pada peralatan mamografi digital. Dan apa yang telah kita dapat dari penanaman modal itu? Dalam kajian yang didanai oleh 25 juta pembayar pajak, mamografi digital ternyata sama sekali tidak lebih baik dibandingkan mamografi tradisional. Dan kenyataannya, itu lebih buruk pada wanita tua. Namun lebih baik pada satu kelompok yaitu wanita di bawah usia 50 tahun sebelum menopause dan memiliki payudara padat. Dan pada wanita itu, mamografi digital menemukan kanker dua kali lebih banyak, namun masih hanya menemukan 60 persen. Jadi memografi digital telah menjadi lompatan besar bagi pembuat peralatan mamografi digital, namun hanya merupakan langkah kecil bagi para wanita.
What about ultrasound? Ultrasound generates more biopsies that are unnecessary relative to other technologies, so it's not widely used. And MRI is exquisitely sensitive for finding tumors, but it's also very expensive. If we think about disruptive technology, we see an almost ubiquitous pattern of the technology getting smaller and less expensive. Think about iPods compared to stereos. But it's the exact opposite in health care. The machines get ever bigger and ever more expensive. Screening the average young woman with an MRI is kind of like driving to the grocery store in a Hummer. It's just way too much equipment. One MRI scan costs 10 times what a digital mammogram costs. And sooner or later, we're going to have to accept the fact that health care innovation can't always come at a much higher price.
Bagaimana dengan USG? USG menghasilkan lebih banyak biopsi yang tidak diperlukan dibandingkan teknologi lainnya, sehingga tidak digunakan secara luas. Dan MRI benar-benar bagus dalam mencari tumor, namun juga sangat mahal. Jika kita melihat teknologi disruptif, kita melihat pola yang sama hampir di mana-mana yaitu teknologi menjadi lebih kecil dan murah. Pikirkan tentang iPod dibandingkan dengan stereo. Namun hal sebaliknya terjadi di bidang kesehatan. Mesinnya menjadi lebih besar dan lebih mahal. Pemeriksaan rata-rata wanita muda dengan MRI seperti mengendarai Hummer menuju toko grosir. Terlalu banyak peralatan. Satu pemindaian MRI memerlukan biaya 10 kali lipat dari mamogram digital. Dan cepat atau lambat, kita harus menerima kenyataan bahwa penemuan di bidang kesehatan tidak dapat selalu hadir dengan biaya tinggi.
Malcolm Gladwell wrote an article in the New Yorker on innovation, and he made the case that scientific discoveries are rarely the product of one individual's genius. Rather, big ideas can be orchestrated, if you can simply gather people with different perspectives in a room and get them to talk about things that they don't ordinarily talk about. It's like the essence of TED. He quotes one innovator who says, "The only time a physician and a physicist get together is when the physicist gets sick." (Laughter) This makes no sense, because physicians have all kinds of problems that they don't realize have solutions. And physicists have all kinds of solutions for things that they don't realize are problems. Now, take a look at this cartoon that accompanied Gladwell's article, and tell me if you see something disturbing about this depiction of innovative thinkers.
Malcolm Gladwell menulis artikel di the New Yorker tentang penemuan, dan dia mengungkapkan bahwa penemuan ilmiah jarang merupakan hasil dari kecerdasan seseorang. Namun, ide-ide besar dapat diatur jika Anda dapat mengumpulkan orang-orang dengan sudut pandang yang berbeda dalam satu ruangan dan membiarkan mereka berbicara berbagai hal yang biasanya tidak mereka bicarakan. Ini seperti inti dari TED. Dia mengutip seorang penemu yang berkata, "Satu-satunya saat di mana dokter dan fisikawan bertemu adalah saat fisikawan itu sakit." (Tawa) Ini tidak masuk akal karena dokter memiliki semua masalah di mana mereka tidak tahu ada jalan keluarnya. Dan fisikawan memiliki berbagai jalan keluar namun mereka tidak menyadari permasalahannya. Sekarang, lihatlah kartun yang ada pada artikel Gladwell ini, dan katakanlah jika Anda melihat sesuatu yang mengganggu tentang gambaran dari pemikir inovatif ini.
(Laughter)
(Tawa)
So if you will allow me a little creative license, I will tell you the story of the serendipitous collision of my patient's problem with a physicist's solution. Shortly after her visit, I was introduced to a nuclear physicist at Mayo named Michael O'Conner, who was a specialist in cardiac imaging, something I had nothing to do with. And he happened to tell me about a conference he'd just returned from in Israel, where they were talking about a new type of gamma detector. Now gamma imaging has been around for a long time to image the heart, and it had even been tried to image the breast. But the problem was that the gamma detectors were these huge, bulky tubes, and they were filled with these scintillating crystals, and you just couldn't get them close enough around the breast to find small tumors. But the potential advantage was that gamma rays, unlike X-rays, are not influenced by breast density. But this technology could not find tumors when they're small, and finding a small tumor is critical for survival. If you can find a tumor when it's less than a centimeter, survival exceeds 90 percent, but drops off rapidly as tumor size increases. But Michael told me about a new type of gamma detector that he'd seen, and this is it. It's made not of a bulky tube, but of a thin layer of a semiconductor material that serves as the gamma detector. And I started talking to him about this problem with breast density, and we realized that we might be able to get this detector close enough around the breast to actually find small tumors.
Jadi jika Anda memperbolehkan untuk sedikit kreativitas, saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang bentrokan yang menguntungkan dari permasalahan pasien saya dengan jalan keluar dari seorang fisikawan. Setelah kunjungannya, saya diperkenalkan pada seorang fisikawan nuklir di Mayo bernama Michael O'Conner, yang merupakan ahli pencitraan jantung, sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan saya. Dan dia memberi tahu saya bahwa dia baru kembali dari konferensi di Israel di mana mereka berbicara tentang detektor sinar gamma jenis baru. Pencitraan sinar gamma sudah ada sejak lama untuk mencitrakan jantung, dan bahkan telah dicoba untuk pencitraan payudara. Namun masalahnya adalah detektor sinar gamma berbentuk tabung besar dan tebal, dan dipenuhi oleh kristal yang berkilau ini dan Anda tidak bisa membuatnya cukup dekat dengan payudara untuk menemukan tumor kecil. Namun keuntungan yang potensial adalah sinar gamma, tidak seperti sinar X tidak terpengaruh kepadatan payudara. Namun teknologi ini tidak dapat menemukan tumor yang kecil. Dan menemukan tumor kecil penting untuk penyembuhan. Jika Anda dapat menemukan tumor saat ukurannya kurang dari 1 cm, harapan untuk sembuh melebihi 90 persen, namun angka itu menurun dengan cepat saat ukuran tumor meningkat. Namun Michael memberi tahu saya tentang detektor sinar gamma jenis baru yang dilihatnya, dan inilah dia. Detektor ini terbuat bukan dari tabung yang tebal namun dari lapisan tipis bahan semikonduktor yang berfungsi sebagai detektor sinar gamma. Dan saya mulai berbicara dengannya tentang permasalahan kepadatan payudara, dan kami menyadari bahwa kami mungkin dapat meletakkan detektor ini cukup dekat dengan payudara agar dapat menemukan tumor kecil.
So after putting together a grid of these cubes with tape -- (Laughter) -- Michael hacked off the X-ray plate of a mammography machine that was about to be thrown out, and we attached the new detector, and we decided to call this machine Molecular Breast Imaging, or MBI. This is an image from our first patient. And you can see, using the old gamma technology, that it just looked like noise. But using our new detector, we could begin to see the outline of a tumor.
Jadi setelah menggabungkan kotak-kotak kubus ini dengan perekat -- (Tawa) -- Michael membongkar pelat sinar X dari mesin mamografi yang akan dibuang. Dan kami memasang detektor baru ini dan kami memutuskan untuk menyebut mesin ini Pencitraan Payudara Molekuler, atau MBI. Inilah gambar dari pasien pertama kami. Dan Anda dapat lihat, dengan teknologi sinar gamma kuno, gambarnya terlihat tidak teratur. Namun dengan teknologi baru kami kami mulai dapat melihat garis besar dari sebuah tumor.
So here we were, a nuclear physicist, an internist, soon joined by Carrie Hruska, a biomedical engineer, and two radiologists, and we were trying to take on the entrenched world of mammography with a machine that was held together by duct tape. To say that we faced high doses of skepticism in those early years is just a huge understatement, but we were so convinced that we might be able to make this work that we chipped away with incremental modifications to this system. This is our current detector. And you can see that it looks a lot different. The duct tape is gone, and we added a second detector on top of the breast, which has further improved our tumor detection.
Jadi inilah kami, seorang fisikawan nuklir, seorang ahli penyakit dalam, dan segera bergabung seorang insinyur biomedis, Carrie Hruska dan dua orang radiolog, dan kami mencoba untuk menghadapi dunia mamografi yang telah berurat akar dengan mesin yang digabungkan dengan perekat. Untuk mengatakan bahwa kami menghadapi banyak sekali keraguan pada tahun-tahun pertama benar-benar sangat merendahkan. Namun kami sangat yakin kami dapat berhasil dengan menyelipkan perubahan perubahan kecil pada sistem ini. Ini adalah detektor kami sekarang. Dan Anda lihat bahwa semuanya terlihat sangat berbeda. Perekat itu tidak ada lagi dan kami menambahkan detektor kedua pada bagian atas payudara yang meningkatkan kemampuan deteksi tumor kami.
So how does this work? The patient receives an injection of a radio tracer that's taken up by rapidly proliferating tumor cells, but not by normal cells, and this is the key difference from mammography. Mammography relies on differences in the appearance of the tumor from the background tissue, and we've seen that those differences can be obscured in a dense breast. But MBI exploits the different molecular behavior of tumors, and therefore, it's impervious to breast density. After the injection, the patient's breast is placed between the detectors. And if you've ever had a mammogram -- if you're old enough to have had a mammogram -- you know what comes next: pain. You may be surprised to know that mammography is the only radiologic study that's regulated by federal law, and the law requires that the equivalent of a 40-pound car battery come down on your breast during this study. But with MBI, we use just light, pain-free compression. (Applause) And the detector then transmits the image to the computer.
Jadi bagaimana cara kerjanya? Pasien menerima suntikan pelacak radio yang diserap oleh sel-sel tumor yang menyebar dengan cepat, namun tidak diserap oleh sel-sel normal. Dan inilah perbedaan utama dari mamografi. Mamografi bergantung pada perbedaan penampilan tumor dari latar belakang jaringannya, dan kita telah melihat bahwa perbedaan itu bisa jadi tidak jelas pada payudara yang padat. Namun MBI menggunakan perbedaan perilaku dari sel-sel tumor sehingga tidak terpengaruh oleh kepadatan payudara. Setelah disuntik, payudara pasien ditempatkan di antara kedua detektor ini. Dan jika Anda pernah menjalani mamogram -- jika Anda cukup tua untuk menjalani mamogram -- Anda tahu apa yang terjadi selanjutnya: nyeri. Mungkin Anda akan terkejut bahwa mamografi adalah satu-satunya kajian radiologi yang diatur oleh hukum federal dan hukum itu mengharuskan sesuatu yang setara dengan 40 pon baterai mobil masuk ke payudara Anda selama kajian ini. Namun dengan MBI, kami hanya menggunakan tekanan ringan dan tidak menyakitkan. (Tepuk tangan) Dan detektor ini kemudian mengirimkan gambar ke komputer.
So here's an example. You can see, on the right, a mammogram showing a faint tumor, the edges of which are blurred by the dense tissue. But the MBI image shows that tumor much more clearly, as well as a second tumor, which profoundly influence that patient's surgical options. In this example, although the mammogram found one tumor, we were able to demonstrate three discrete tumors -- one is small as three millimeters.
Jadi inilah contohnya. Anda dapat lihat pada sebelah kanan, sebuah mamogram menunjukkan gambaran kabur dari tumor, batas yang menjadi kabur karena padatnya jaringan. Namn gambar MBI menunjukkan tumor itu jauh lebih jelas, dan tumor kedua, yang sangat mempengaruhi pemilihan perawatan pasien itu. Pada contoh ini, walaupun mamogram menemukan satu tumor, kami mampu menunjukkan tiga tumor terpisah -- salah satunya berukuran 3 milimeter.
Our big break came in 2004. After we had demonstrated that we could find small tumors, we used these images to submit a grant to the Susan G. Komen Foundation. And we were elated when they took a chance on a team of completely unknown investigators and funded us to study 1,000 women with dense breasts, comparing a screening mammogram to an MBI. Of the tumors that we found, mammography found only 25 percent of those tumors. MBI found 83 percent. Here's an example from that screening study. The digital mammogram was read as normal and shows lots of dense tissue, but the MBI shows an area of intense uptake, which correlated with a two-centimeter tumor. In this case, a one-centimeter tumor. And in this case, a 45-year-old medical secretary at Mayo, who had lost her mother to breast cancer when she was very young, wanted to enroll in our study. And her mammogram showed an area of very dense tissue, but her MBI showed an area of worrisome uptake, which we can also see on a color image. And this corresponded to a tumor the size of a golf ball. But fortunately it was removed before it had spread to her lymph nodes.
Kesempatan besar kami datang pada tahun 2004. Setelah kami menunjukkan bahwa kami dapat menemukan tumor kecil, kami menggunakan gambar ini untuk mengajukan hibah pada Yayasan Susan G. Komen. Dan kami sangat gembira saat mereka memilih kelompok peneliti yang benar-benar tidak dikenal dan mendanai kami untuk mempelajari 1.000 wanita dengan payudara yang padat, membandingkan pencitraan mamogram dan MBI. Dari tumor yang kami temukan, yang ditemukan oleh mamografi, hanya 25 persen dari tumor itu. MBI menemukan 83 persen. Inilah contoh dari pencitraan itu. Mamogram digital menunjukkkan hasil yang normal dan banyak jaringan yang padat namun MBI menunjukkan daerah dengan penyerapan besar yang menunjukkan sebuah tumor berukuran 2 cm. Dalam kasus ini, tumor berukuran 1 cm. Dan dalam kasus ini, seorang sekretaris medis di Mayo berusia 45 tahun yang kehilangan ibunya karena kanker payudara saat dia masih sangat muda ingin mengikuti kajian ini. Dan mamogramnya menunjukkan daerah dengan jaringan yang sangat padat namun hasil MBI menunjukkan daerah dengan penyerapan yang mengkhawatirkan yang dapat kita lihat pada gambar berwarna. Dan hal ini menunjukkan sebuah tumor seukuran bola golf. Untungnya tumor itu dapat dibuang sebelum menyebar ke jaringan getah beningnya.
So now that we knew that this technology could find three times more tumors in a dense breast, we had to solve one very important problem. We had to figure out how to lower the radiation dose, and we have spent the last three years making modifications to every aspect of the imaging system to allow this. And I'm very happy to report that we're now using a dose of radiation that is equivalent to the effective dose from one digital mammogram. And at this low dose, we're continuing this screening study, and this image from three weeks ago in a 67-year-old woman shows a normal digital mammogram, but an MBI image showing an uptake that proved to be a large cancer. So this is not just young women that it's benefiting. It's also older women with dense tissue. And we're now routinely using one-fifth the radiation dose that's used in any other type of gamma technology.
Jadi kini kami tahu bahwa teknologi ini dapat menemukan tumor 3 kali lebih banyak pada payudara yang padat, kami harus menyelesaikan satu persoalan penting. Kami harus menemukan cara menurunkan dosis radiasinya. Dan kami telah menghabiskan tiga tahun terakhir untuk mengubah semua segi pada sistem pencitraan untuk mencapainya. Dan saya sangat senang dapat melaporkan bahwa kini kami menggunakan dosis radiasi setara dengan dosis efektif dari satu mamogram digital. Dan pada dosis serendah ini, kami melanjutkan kajian pencitraan ini, dan ini adalah gambar yang diambil tiga minggu yang lalu dari seorang wanita berusia 67 tahun dengan gambar mamogram digital yang normal namun gambar MBI menunjukkan penyerrapan yang terbukti merupakan kanker besar. Jadi bukan hanya wanita muda yang diuntungkan. Namun juga wanita tua dengan jaringan yang padat. Dan kami kini menggunakan seperlima dosis radiasi yang digunakan pada teknologi sinar gamma lainnya.
MBI generates four images per breast. MRI generates over a thousand. It takes a radiologist years of specialty training to become expert in differentiating the normal anatomic detail from the worrisome finding. But I suspect even the non-radiologists in the room can find the tumor on the MBI image. But this is why MBI is so potentially disruptive -- it's as accurate as MRI, it's far less complex to interpret, and it's a fraction of the cost. But you can understand why there may be forces in the breast-imaging world who prefer the status quo.
MBI membuat 4 gambar untuk setiap payudara. MRI membuat lebih dari 1.000 gambar. Seorang radiolog memerlukan latihan selama bertahun-tahun untuk menjadi ahli dalam membedakan anatomi yang normal dari yang mengkhawatirkan. Namun saya berharap bahkan jika Anda bukan seorang radiolog Anda dapat menemukan tumor dari gambar MBI. Namun inilah mengapa MBI berpotensi bersifat disruptif. Hasilnya sama akuratnya dengan MRI, jauh lebih mudah untuk ditafsirkan, dan harganya lebih murah. Namun Anda dapat memahami mengapa mungkin ada kekuatan di dunia pencitraan payudara yang tidak ingin beralih.
After achieving what we felt were remarkable results, our manuscript was rejected by four journals. After the fourth rejection, we requested reconsideration of the manuscript, because we strongly suspected that one of the reviewers who had rejected it had a financial conflict of interest in a competing technology. Our manuscript was then accepted and will be published later this month in the journal Radiology. (Applause) We still need to complete the screening study using the low dose, and then our findings will need to be replicated at other institutions, and this could take five or more years. If this technology is widely adopted, I will not benefit financially in any way, and that is very important to me, because it allows me to continue to tell you the truth. But I recognize -- (Applause) I recognize that the adoption of this technology will depend as much on economic and political forces as it will on the soundness of the science.
Setelah mendapat apa yang kami rasa hasil yang luar biasa, naskah kami ditolak oleh empat jurnal. Setelah penolakan keempat, kami memohon pertimbangan kembali dari naskah ini, karena kami benar-benar curiga salah satu peninjau yang menolaknya memiliki konflik kepentingan pada teknologi saingan ini. Naskah kami kemudian diterima dan akan diterbitkan bulan ini pada Jurnal Radiologi. (Tepuk tangan) Kami masih harus menyelesaikan kajian pencitraan menggunakan dosis rendah dan apa yang kami temukan harus diulangi lagi pada lembaga yang lain. Dan ini dapat memakan waktu lima tahun atau lebih. Jika teknologi ini diterapkan secara luas, saya tidak akan mendapat keuntungan finansial apa-apa. Dan itulah yang penting bagi saya karena saya dapat terus mengatakan kebenaran kepada Anda. Namun saya menyadari -- (Tepuk tangan) Saya menyadari bahwa adopsi teknologi ini akan bergantung pada kekuatan ekonomi dan politik, sebagaimana juga pada kekuatan ilmu pengetahuan itu.
The MBI unit has now been FDA approved, but it's not yet widely available. So until something is available for women with dense breasts, there are things that you should know to protect yourself. First, know your density. Ninety percent of women don't, and 95 percent of women don't know that it increases your breast cancer risk. The State of Connecticut became the first and only state to mandate that women receive notification of their breast density after a mammogram. I was at a conference of 60,000 people in breast-imaging last week in Chicago, and I was stunned that there was a heated debate as to whether we should be telling women what their breast density is. Of course we should. And if you don't know, please ask your doctor or read the details of your mammography report. Second, if you're pre-menopausal, try to schedule your mammogram in the first two weeks of your menstrual cycle, when breast density is relatively lower. Third, if you notice a persistent change in your breast, insist on additional imaging. And fourth and most important, the mammography debate will rage on, but I do believe that all women 40 and older should have an annual mammogram.
MBI telah mendapat persetujuan dari FDA, namun belum tersedia secara luas. Jadi sampai sesuatu tersedia bagi wanita dengan payudara yang padat, ada hal yang Anda perlu ketahui untuk melindungi diri Anda. Pertama, ketahuilah kepadatan payudara Anda. 90 persen wanita tidak mengetahuinya, dan 95 persen wanita tidak tahu bahwa hal itu meningkatkan resiko kanker payudara. Negara Bagian Connecticut menjadi negara bagian pertama dan satu-satunya yang mengharuskan wanita menerima laporan tentang kepadatan payudara mereka setelah mamogram. Saya mengikuti konferensi pencitraan payudara yang diikuti 60.000 orang minggu lalu di Chicago. Dan saya terkejut karena ada debat sengit tentang apakah kita harus memberitahu tenttang kepadatan payudara seorang wanita. Tentu saja kita harus. Dan jika Anda tidak tahu, tanyalah dokter Anda atau bacalah rincian laporan mamografi Anda. Kedua, jika Anda belum mengalami menopause, cobalah untuk merencanakan mamogram Anda pada dua minggu pertama dari siklus menstruasi saat kepadatan payudara cukup rendah. Ketiga, jika Anda memperhatikan ada perubahan dari payudara Anda, mintalah pencitraan tambahan. Dan keempat dan yang paling panting debat tentang mamografi akan terus sengit, namun saya percaya bahwa semua wanita berusia 40 tahun ke atas harus menjalani mamogram setiap tahunnya.
Mammography isn't perfect, but it's the only test that's been proven to reduce mortality from breast cancer. But this mortality banner is the very sword which mammography's most ardent advocates use to deter innovation. Some women who develop breast cancer die from it many years later, and most women, thankfully, survive. So it takes 10 or more years for any screening method to demonstrate a reduction in mortality from breast cancer. Mammography's the only one that's been around long enough to have a chance of making that claim. It is time for us to accept both the extraordinary successes of mammography and the limitations. We need to individualize screening based on density. For women without dense breasts, mammography is the best choice. But for women with dense breasts; we shouldn't abandon screening altogether, we need to offer them something better.
Mamografi tidak sempurna, namun itulah satu-satunya pengujian yang telah terbukti dapat mengurangi kematian dari kanker payudara. Namun spanduk kematian inilah yang menjadi senjata utama yang digunakan oleh pendukung mamografi untuk menghalangi penemuan. Beberapa wanita yang telah menderita kanker payudara meninggal beberapa tahun kemudian. Dan kebanyakan wanita, untungnya, sembuh. Jadi diperlukan 10 tahun atau lebih untuk metode pencitraan apapun untuk menunjukkan pengurangan kematian karena kanker payudara. Mamografi adalah satu-satunya alat yang sudah ada sejak lama sehingga memiliki kesempatan membuat pernyataan itu. Inilah waktunya bagi kita untuk menerima baik sukses yang luar biasa dari mamografi dan keterbatasannya. Kita perlu memisahkan pencitraan ini berdasarkan kepadatan payudara. Bagi wanita dengan payudara yang tidak padat, mamografi adalah pilihan terbaik. Namun bagi wanita dengan payudara padat, kita tidak harus meninggalkan pencitraan ini sama sekali, kita perlu menawarkan sesuatu yang lebih baik.
The babies that we were carrying when my patient first asked me this question are now both in middle school, and the answer has been so slow to come. She's given me her blessing to share this story with you. After undergoing biopsies that further increased her risk for cancer and losing her sister to cancer, she made the difficult decision to have a prophylactic mastectomy. We can and must do better, not just in time for her granddaughters and my daughters, but in time for you.
Bayi yang kami kandung saat pasien saya pertama kali bertanya kepada saya kini berada di sekolah menengah dan datangnya jawaban itu sangat lambat. Dia memberkati saya untuk membagi kisah ini kepada Anda. Setelah menjalani perawatan biopsi yang meningkatkan resikonya terkena kanker dan kehilangan saudaranya karena kanker, dia membuat keputusan sulit untuk menjalani mastektomi profilaksis. Kita bisa dan harus melakukan yang lebih baik lagi tidak hanya bagi cucunya dan putri saya namun pada saatnya, untuk Anda.
Thank you.
Terima kasih.
(Applause)
(Tepuk tangan)