Thank you so much everyone from TED, and Chris and Amy in particular. I cannot believe I'm here. I have not slept in weeks. Neil and I were sitting there comparing how little we've slept in anticipation for this. I've never been so nervous -- and I do this when I'm nervous, I just realized. (Laughter) So, I'm going to talk about sort of what we did at this organization called 826 Valencia, and then I'm going to talk about how we all might join in and do similar things.
Terima kasih kepada semua orang di TED, terutama Chris dan Amy. Saya tidak percaya saya berada di sini sekarang. Saya belum tidur selama berminggu-minggu. Neil dan saya sedang duduk di sana tadi membandingkan betapa kurangnya tidur kami ...untuk menghadapi acara ini. Saya belum pernah begitu gugup -- ...dan saya selalu melakukan ini kalau gugup, baru saja saya sadari. Saya akan berbicara tentang apa yang kami lakukan dalam organisasi ini yang bernama 826 Valencia, dan kemudian saya akan berbicara bagaimana kita semua dapat berperanserta dan melakukan hal yang serupa.
Back in about 2000, I was living in Brooklyn, I was trying to finish my first book, I was wandering around dazed every day because I wrote from 12 a.m. to 5 a.m. So I would walk around in a daze during the day. I had no mental acuity to speak of during the day, but I had flexible hours. In the Brooklyn neighborhood that I lived in, Park Slope, there are a lot of writers -- it's like a very high per capita ratio of writers to normal people. Meanwhile, I had grown up around a lot of teachers. My mom was a teacher, my sister became a teacher and after college so many of my friends went into teaching. And so I was always hearing them talk about their lives and how inspiring they were, and they were really sort of the most hard-working and constantly inspiring people I knew.
Di tahun 2000, saya tinggal di Brooklyn, Di saat itu saya sedang mencoba menyelesaikan buku pertama saya, Setiap hari saya berjalan tanpa tujuan karena saya menulis dari tengah malam hingga pukul 5 pagi. Begitulah, di siang hari saya akan berjalan keliling setengah sadar. Saya tidak punya ketajaman berbicara di siang hari, tapi saya punya waktu yang fleksibel. Di daerah di Brooklyn tempat saya tinggal, Park Slope, di sana banyak sekali penulis -- perbandingan perkapitanya tinggi sekali antara jumlah penulis dan orang biasa. Saya tumbuh di antara banyak guru. Ibu saya seorang guru, begitu pula kakak perempuan saya dan setelah perguruan tinggi, banyak sekali teman-teman saya yang menjadi pengajar. Jadi saya selalu mendengar tentang kehidupan mereka dan bagaimana penuhnya mereka dengan inspirasi, dan mereka benar benar seperti orang-orang yang bekerja keras .dan selalu menginspirasi orang-orang yang saya kenal.
But I knew so many of the things they were up against, so many of the struggles they were dealing with. And one of them was that so many of my friends that were teaching in city schools were having trouble with their students keeping up at grade level, in their reading and writing in particular. Now, so many of these students had come from households where English isn't spoken in the home, where a lot of them have different special needs, learning disabilities. And of course they're working in schools which sometimes and very often are under-funded. And so they would talk to me about this and say, "You know, what we really need is just more people, more bodies, more one-on-one attention, more hours, more expertise from people that have skills in English and can work with these students one-on-one."
Tapi saya tahu banyak hal yang mereka harus menghadapi, begitu banyak pergumulan yang harus mereka tangani. dan salah satunya adalah banyak teman-teman saya yang mengajar di sekolah-sekolah kota mengalami masalah untuk meningkatkan prestasi nilai murid-murid mereka, terutama di bidang menulis dan membaca. Banyak di antara murid-murid itu yang berasal dari keluarga yang tidak memakai bahasa Inggris di rumah, yang mempunyai kebutuhan spesial berbeda, kekurangan dalam kemampuan belajar. Dan tentunya mereka (guru) bekerja di sekolah-sekolah yang kadang-kadang, bahkan seringkali, kekurangan dana. Jadi mereka sering membicarakan ini dengan saya, dan mengatakan, "thau nggak, Apa yang kami benar-benar butuhkan sekarang adalah tambahan orang, lebih banyak tubuh, lebih banyak perhatian untuk tiap murid, tambahan waktu, tambahan keahlian dari orang-orang dalam bidang bahasa Inggris yang dapat bekerja dengan murid-murid ini satu per satu."
Now, I would say, "Well, why don't you just work with them one-on-one?" And they would say, "Well, we have five classes of 30 to 40 students each. This can lead up to 150, 180, 200 students a day. How can we possibly give each student even one hour a week of one-on-one attention?" You'd have to greatly multiply the workweek and clone the teachers. And so we started talking about this. And at the same time, I thought about this massive group of people I knew: writers, editors, journalists, graduate students, assistant professors, you name it. All these people that had sort of flexible daily hours and an interest in the English word -- I hope to have an interest in the English language, but I'm not speaking it well right now. (Laughter) I'm trying. That clock has got me. But everyone that I knew had an interest in the primacy of the written word in terms of nurturing a democracy, nurturing an enlightened life. And so they had, you know, their time and their interest, but at the same time there wasn't a conduit that I knew of in my community to bring these two communities together.
Saya katakan, "Kalau begitu, kenapa kalian tidak menangani mereka satu per satu?" Dan mereka akan menjawab, "Kami punya 5 kelas dengan 30-40 murid setiap kelasnya. Ini berarti bisa sampai 150, 180, 200 murid setiap hari. Bagaimana kami bisa memberikan setiap murid perhatian pribadi paling tidak 1 jam per minggu?" kau harus menambah jumlah jam per minggu dan menduplikasi para guru. Maka kami mulai membicarakan masalah ini. Dan pada saat yang sama, saya memikirkan sekelompok besar orang yang saya kenal: penulis, editor, wartawan, mahasiswa pasca sarjana, asisten dosen, dan lain-lain. Semua orang ini punya waktu yang fleksibel setiap hari dan minat dalam bahasa Inggris-- saya berharap saya punya minat dalam bahasa Inggris, tapi saya tidak berbahasa Inggris dengan baik sekarang. Saya coba. waktu telah menjerat saya. Tapi semua orang tahu kalau saya mempunyai ketertarikan tentang keunggulan kata kata tertulis ...dalam hal memupuk demokrasi, memupuk suatu kehidupan yang lebih baik. Jadi begitulah, mereka memiliki waktu dan minat, tapi pada saat yang sama tidak ada saluran dalam komunitas kami yang dapat menghubungkan kedua komunitas ini.
So when I moved back to San Francisco, we rented this building. And the idea was to put McSweeney's -- McSweeney's Quarterly, that we published twice or three times a year, and a few other magazines -- we were going to move it into an office for the first time. It used to be in my kitchen in Brooklyn. We were going to move it into an office, and we were going to actually share space with a tutoring center. So we thought, "We'll have all these writers and editors and everybody -- sort of a writing community -- coming into the office every day anyway, why don't we just open up the front of the building for students to come in there after school, get extra help on their written homework, so you have basically no border between these two communities?" So the idea was that we would be working on whatever we're working on, at 2:30 p.m. the students flow in and you put down what you're doing, or you trade, or you work a little bit later or whatever it is. You give those hours in the afternoon to the students in the neighborhood.
Sewaktu saya kembali ke San Francisco, kami menyewa bangunan ini. dan idenya adalah untuk meletaakkan McSweeney's -- McSweeney's Quarterly, yang kami terbitkan dua atau tiga kali setahun, dan beberapa majalah lainnya -- untuk pertama kalinya kami akan bekerja dalam suatu kantor. Sebelumnya kami memakai dapur saya di Brooklyn. Kita akan pindah ke suatu kantor, dan kami akan berbagi tempat dengan suatu pusat bimbingan. Kami berpikir, "Kita akan menampung para penulis, editor, siapa saja -- suatu komunitas penulis yang akan datang setiap hari ke kantor ini, mengapa kami tidak membuka ruang depan bangunan ini setelah jam sekolah, supaya anak-anak itu bisa mendapatkan bimbingan tambahan dalam mengerjakan pe-er mereka, jadi tidak ada lagi batas di antara dua komunitas ini?" Jadi pemikirannya adalah kita akan melakukan apapun yang sedang kita kerjakan, dan pada jam 2:30 di saat para murid berdatangan, kita akan berhenti bekerja, atau ganti waktu kerja. atau bekerja sedikit lembur atau terseraha apapun itu. Kita memberikan jam tersebut di sore hari untuk anak-anak sekolah di lingkungan kita.
So, we had this place, we rented it, the landlord was all for it. We did this mural, that's a Chris Ware mural, that basically explains the entire history of the printed word, in mural form -- it takes a long time to digest and you have to stand in the middle of the road. So we rented this space. And everything was great except the landlord said, "Well, the space is zoned for retail; you have to come up with something. You've gotta sell something. You can't just have a tutoring center." So we thought, "Ha ha! Really!" And we couldn't think of anything necessarily to sell, but we did all the necessary research. It used to be a weight room, so there were rubber floors below, acoustic tile ceilings and fluorescent lights. We took all that down, and we found beautiful wooden floors, whitewashed beams and it had the look -- while we were renovating this place, somebody said, "You know, it really kind of looks like the hull of a ship." And we looked around and somebody else said, "Well, you should sell supplies to the working buccaneer." (Laughter)
Begitulah, kami mempunyai tempat ini, kami menyewanya, dan sang pemilik tempat mendukung kita. Kami mempunyai mural (lukisan dinding) ini, dibuat oleh Chris Ware, yang menerangkan sejarah tulisan cetak, dalam bentuk mural -- Butuh waktu untuk memahaminya dan anda harus berdiri di tengah jalan. Jadi itulah tempat yang kita sewa. Semuanya sempurna, sampai sang pemilik mengatakan, "Tempat ini diperuntukkan untuk ritel; jadi kalian harus ada rencana lain." Kalian harus menjual sesuatu. Tidak bisa hanya pusat bimbingan saja." Kami berpikir, "Ha ha! Yang benar saja!" Kita tidak bisa menemukan sesuatu yang perlu untuk diperdagangkan, tapi kita tetap melakukan riset yang diperlukan. Tempat itu sebelumnya adalah ruang latihan, jadi di bawah ada lantai karet, langit-langit akustik, lampu-lampu TL. Kita membongkar itu semua, dan kita menemukan lantai kayu yang sangat indah, balok-balok putih, dan ruang itu mempunyai kesan -- di saat kami sedang merenovasi tempat itu, seseorang berkomentar, "Kalian tahu, ini benar benar terlihat seperti lambung kapal." dan kami melihat sekeliling ruangan dan seorang lain berkata, "Ya sudah, kita jual saja kebutuhan bajak laut."
And so this is what we did. So it made everybody laugh, and we said, "There's a point to that. Let's sell pirate supplies." This is the pirate supply store. You see, this is sort of a sketch I did on a napkin. A great carpenter built all this stuff and you see, we made it look sort of pirate supply-like. Here you see planks sold by the foot and we have supplies to combat scurvy. We have the peg legs there, that are all handmade and fitted to you. Up at the top, you see the eyepatch display, which is the black column there for everyday use for your eyepatch, and then you have the pastel and other colors for stepping out at night -- special occasions, bar mitzvahs and whatever.
Itulah yang kita lakukan. hali ini membuat semua orang tertawa, kita berkata, "Iya, benar juga. Ayo kita jual barang-barang bajak laut." Jadi ini adalah toko barang kebutuhan bajak laut. Anda lihat, ini sketsa yang saya buat di atas serbet. Seorang tukang kayu yang hebat membuat ini semua dan lihat, kami membuatnya seperti barang-barang bajak laut. Disini anda lihat papan kayu dijual dalam ukuran kaki dan kami punya persediaan untuk melawan kekurangan vitamin C; kami mempunyai kaki buatan, dibuat dengan tangan sehingga pas untuk anda; di atas sana anda lihat jejeran penutup mata, baris warna hitam di sana untuk pemakaian sehari-hari, penutup mata biasa, dan kemudian yang berwarna pastel dan warna-warna lainnya untuk acara keluar malam hari -- untuk acara-acara spesial, bar mitzvah atau apa saja.
So we opened this place. And this is a vat that we fill with treasures that students dig in. This is replacement eyes in case you lose one. These are some signs that we have all over the place: "Practical Joking with Pirates." While you're reading the sign, we pull a rope behind the counter and eight mop heads drop on your head. That was just my one thing -- I said we had to have something that drops on people's heads. It became mop heads. And this is the fish theater, which is just a saltwater tank with three seats, and then right behind it we set up this space, which was the tutoring center. So right there is the tutoring center, and then behind the curtain were the McSweeney's offices, where all of us would be working on the magazine and book editing and things like that.
Begitulah, kami membuka tempat ini. Dan ini sebuah wadah kami memenuhinya dengan harta karun yang dapat digali oleh para murid: ini mata pengganti kalau saja anda kehilangan salah satu mata; ini adalah beberapa petunjuk yang kita letakkan dimana-mana: "Lelucon Praktis bersama Bajak Laut." Waktu anda membaca petunjuk ini, kita akan menarik tali di belakang meja kasir dan delapan kain pel akan menetes diatas kepala anda. Itu satu-satunya ide saya -- Saya katakan kita harus punya sesuatu yang jatuh di atas kepala orang-orang. Kami menyebutnya kepala pel. Dan ini adalah teater ikan, yang sebetulnya sebuah aquarium air asin dengan tiga kursi, dan persis di belakangnya kami mengatur sebuah ruang. Itulah pusat bimbingan kami. Ya disitulah tempatnya, dan di belakangnya adalah kantor McSweeney's, dimana kami semua bekerja untuk majalah dan pengeditan buku, atau yang lain.
The kids would come in -- or we thought they would come in. I should back up. We set the place up, we opened up, we spent months and months renovating this place. We had tables, chairs, computers, everything. I went to a dot-com auction at a Holiday Inn in Palo Alto and I bought 11 G4s with a stroke of a paddle. Anyway, we bought 'em, we set everything up and then we waited. It was started with about 12 of my friends, people that I had known for years that were writers in the neighborhood. And we sat. And at 2:30 p.m. we put a sandwich board out on the front sidewalk and it just said, "Free Tutoring for Your English-Related and Writing-Related Needs -- Just Come In, It's All Free." And we thought, "Oh, they're going to storm the gates, they're gonna love it." And they didn't. And so we waited, we sat at the tables, we waited and waited. And everybody was becoming very discouraged because it was weeks and weeks that we waited, really, where nobody came in.
Anak-anak ini akan datang -- tepatnya, kita berpikir mereka akan datang. Mungkin saya harus mundur sedikit. Kami menyiapkan tempat itu, kemudian kita buka, dan kita menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merenovasi tempat ini. Kami memasukkan meja, kursi, komputer, semuanya. Saya pergi ke suatu lelang dot-com di Holiday Inn di Palo Alto dan saya membeli 11 buah G4 dalam sekali penawaran. Ya begitulah, kita beli barang-barang itu, kami siapkan semuanya dan kemudian kami menanti. Saya memulai semua ini dengan kurang lebih 12 teman saya, orang-orang yang telah saya kenal bertahun-tahun, mereka adalah penulis yang tinggal di sekitar situ. Kami semua duduk. Pada pukul 2:30 kita meletakkan papan pengumuman lipat di atas trotoar di depan yang bertuliskan, "Bimbingan Gratis untuk Kebutuhan Bahasa Inggris dan Kebutuhan Menulis -- Masuk Saja, Semuanya Gratis." Dan kita berpikir, "Oh, mereka akan berbondong-bondong masuk, mereka akan menyukainya." Tidak begitu ternyata. Dan kami menanti, kami duduk di sekitar meja, dan terus menanti. Semuanya menjadi putus asa karena berminggu-minggu kami menunggu, dan benar-benar, tidak seorang pun datang.
And then somebody alerted us to the fact that maybe there was a trust gap, because we were operating behind a pirate supply store. (Laughter) We never put it together, you know? And so then, around that time, I persuaded a woman named Nineveh Caligari, a longtime San Francisco educator -- she was teaching in Mexico City, she had all the experience necessary, knew everything about education, was connected with all the teachers and community members in the neighborhood -- I convinced her to move up from Mexico City where she was teaching. She took over as executive director. Immediately, she made the inroads with the teachers and the parents and the students and everything, and so suddenly it was actually full every day.
Kemudian salah satu dari kami menyadarkan kami ke satu fakta bahwa mungkin tidak seorang pun percaya, karena kami beroperasi di belakang toko bajak laut. Kami tidak pernah menyadarinya, anda tahu itu? Setelah itu, saya mendekati seorang wanita bernama Niniveh Caligari, seorang pendidik berpengalaman dari San Francisco -- waktu itu dia sedang mengajar di Mexico City, dia memiliki semua pengalaman yang diperlukan, dia mengetahui segalanya tentang pendidikan, dia berhubungan dengan semua guru dan anggota komunitas di lingkungan itu. Saya berhasil meyakinkan dia untuk pindah dari Mexico City dimana dia mengajar, dan dia mengambil alih posisi sebagai direktur eksekutif. Dengan segera, dia membangun jalan dengan para guru... ...dan para orang tua, dan para murid, dan semuanya, dan tiba-tiba tempat bimbingan itu menjadi penuh setiap hari.
And what we were trying to offer every day was one-on-one attention. The goal was to have a one-to-one ratio with every one of these students. You know, it's been proven that 35 to 40 hours a year with one-on-one attention, a student can get one grade level higher. And so most of these students, English is not spoken in the home. They come there, many times their parents -- you can't see it, but there's a church pew that I bought in a Berkeley auction right there -- the parents will sometimes watch while their kids are being tutored. So that was the basis of it, was one-on-one attention. And we found ourselves full every day with kids. If you're on Valencia Street within those few blocks at around 2 p.m., 2:30 p.m., you will get run over, often, by the kids and their big backpacks, or whatever, actually running to this space,
dan apa yang kita berikan setiap hari adalah bimbingan pribadi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan rasio satu banding satu untuk semua anak-anak itu. anda tahu, sudah dibuktikan bahwa perhatian pribadi selama 35 sampai 40 jam per tahun, meningkatkan nilai seorang murid satu peringkat lebih tinggi. Dan untuk kebanyakan anak-anak ini, bahasa Inggris tidak digunakan di rumah. Mereka datang ke tempat kita, dan sering kali orang tua mereka -- anda tidak bisa melihatnya, tapi disana ada bangku gereja yang saya beli di suatu lelang Berkeley --® kadang kala para orang tua akan datang melihat anak-anak mereka dibimbing. Itulah basisnya, perhatian satu per satu. Tempat kami selalu penuh dengan anak-anak setiap hari. Jika anda berada di sekitar jalan Valencia pada kurang lebih pukul 2:00, pukul 2:30, anda akan terlindas, biasanya, oleh anak-anak ber-ransel besar, yang berlari ke arah tempat ini.
which is very strange, because it's school, in a way. But there was something psychological happening there that was just a little bit different. And the other thing was, there was no stigma. Kids weren't going into the "Center-for-Kids-That-Need-More-Help," or something like that. It was 826 Valencia. First of all, it was a pirate supply store, which is insane. And then secondly, there's a publishing company in the back. And so our interns were actually working at the same tables very often, and shoulder-to-shoulder, computer-next-to-computer with the students.
yang sangat aneh, karena ini boleh dibilang sebuah sekolah. Tapi ini adalah sebuah gejala psiklogis yang terjadi disini yang hanya sedikit berbeda. Hal lain lagi, tidak ada pemikiran negatif. Anak-anak itu tidak pergi ke suatu "Pusat Anak Yang Perlu Bantuan Ekstra" atau semacam itu. Ini adalah 826 Valencia. Pertama-tama, ini adalah toko bajak laut, tidak masuk akal memang. Kedua, ada sebuah perusahaan penerbit di belakang. Jadi para pemagang kami bekerja sering kali di meja yang sama, berdempetan dan bersebelahan dengan anak-anak sekolah itu.
And so it became a tutoring center -- publishing center, is what we called it -- and a writing center. They go in, and they might be working with a high school student actually working on a novel -- because we had very gifted kids, too. So there's no stigma. They're all working next to each other. It's all a creative endeavor. They're seeing adults. They're modeling their behavior. These adults, they're working in their field. They can lean over, ask a question of one of these adults and it all sort of feeds on each other. There's a lot of cross-pollination. The only problem, especially for the adults working at McSweeney's who hadn't necessarily bought into all of this when they signed up, was that there was just the one bathroom. (Laughter) With like 60 kids a day, this is a problem.
Jadi tempat ini menjadi suatu pusat bimbingan -- pusat penerbitan, kita menyebutnya demikian -- dan pusat menulis. Mereka masuk, mungkin mereka akan bekerja dengan seorang murid SMA yang sedang mengerjakan sebuah novel -- kita juga memilki anak-anak yang berbakat. Tidak ada pemikiran negatif. Semua bekerja berdampingan. Ini semua merupakan usaha kreatif. Anak-anak ini melihat orang dewasa. Mereka meniru perilakunya. Orang-orang dewasa ini, mereka bekerja di bidangnya. Anak-anak bisa bertanya kepada salah satu orang dewasa di sana dan mereka saling mengisi satu sama lainnya. Ini seperti proses penyerbukan silang. Problem satu-satunya, terutama untuk para pekerja di McSweeney's yang tidak sesungguhnya tahu tentang semua ini waktu mereka melamar, bahwa kita hanya punya satu kamar mandi. Dengan 60 anak setiap harinya, ini tentunya masalah.
But you know, there's something about the kids finishing their homework in a given day, working one-on-one, getting all this attention -- they go home, they're finished. They don't stall. They don't do their homework in front of the TV. They're allowed to go home at 5:30 p.m., enjoy their family, enjoy other hobbies, get outside, play. And that makes a happy family. A bunch of happy families in a neighborhood is a happy community. A bunch of happy communities tied together is a happy city and a happy world. So the key to it all is homework! (Laughter) (Applause) There you have it, you know -- one-on-one attention.
Tapi ada satu hal tentang bagaimana anak-anak ini menyelesaikan pekerjaan rumahnya dalam satu hari, dengan semua perhatian yang mereka dapatkan -- mereka pulang ke rumah, mereka sudah selesai dengan pe-ernya. Mereka tidak menunda-nunda, mereka tidak mengerjakan per-er di depan TV. Mereka bisa pulang ke rumah pukul 5:30, menghabiskan waktu dengan keluarga, menikmati hobi mereka, bermain keluar. Itu akan menciptakan keluarga yang bahagia. Sekelompok keluarga bahagia dalam satu lingkungan akan menciptakan komunitas yang bahagia. Sekelompok komunitas bahagia akan menciptakan kota bahagia dan dunia yang bahagia. Jadi kunci dari semuanya itu adalah per-er! Nah, sekarang anda tahu itu -- perhatian pribadi.
So we started off with about 12 volunteers, and then we had about 50, and then a couple hundred. And we now have 1,400 volunteers on our roster. And we make it incredibly easy to volunteer. The key thing is, even if you only have a couple of hours a month, those two hours shoulder-to-shoulder, next to one student, concentrated attention, shining this beam of light on their work, on their thoughts and their self-expression, is going to be absolutely transformative, because so many of the students have not had that ever before. So we said, "Even if you have two hours one Sunday every six months, it doesn't matter. That's going to be enough." So that's partly why the tutor corps grew so fast.
Kami memulai ini dengan kira-kira 12 sukarelawan, kemudian kami punya sekitar 50 orang. Dan kemudian menjadi sekitar dua ratus orang. Sekarang kami memiliki 1400 sukarelawan dalam jadwal kami. dan kami membuatnya begitu mudah untuk para sukarelawan. Kuncinya adalah, walaupun anda hanya punya waktu dua jam setiap bulannya, waktu dua jam untuk berdampingan dengan seorang anak, dengan perhatian yang terfokus, akan memberikan cahaya bagi anak-anak itu, bagi pikiran dan kepribadian mereka, akan sangat mengubah, karena banyak dari anak-anak itu yang tidak pernah mendapatkannya sebelumnya. Kami katakan, "Bahkan kalau anda hanya punya waktu dua jam di hari Minggu untuk setiap 6 bulan, itu tidak apa-apa. Itu sudah cukup." Itu sebabnya jumlah pembimbing menjadi banyak dengan sangat cepat.
Then we said, "Well, what are we going to do with the space during the day, because it has to be used before 2:30 p.m.?" So we started bringing in classes during the day. So every day, there's a field trip where they together create a book -- you can see it being typed up above. This is one of the classes getting way too excited about writing. You just point a camera at a class, and it always looks like this. So this is one of the books that they do. Notice the title of the book, "The Book That Was Never Checked Out: Titanic." And the first line of that book is, "Once there was a book named Cindy that was about the Titanic." So, meanwhile, there's an adult in the back typing this up, taking it completely seriously, which blows their mind.
Kemudian kami berkata, "Ok, apa yang akan kita... ...lakukan dengan ruang yang ada di siang hari, karena ruang itu harus dipakai sebelum 2:30?" Lalu kami mulai mengadakan kelas di siang hari. Setiap hari, ada kegiatan ekskursi dimana mereka bisa mengerjakan sebuah buku; anda bisa melihatnya sedang diketik di atas. Ini salah satu kelas yang begitu bersemangatnya untuk menulis. Anda tinggal mengarahkan kamera ke satu kelas, dan akan selalu seperti ini. Ini salah satu buku yang mereka kerjakan. Perhatikan judul bukunya, "Buku Yang Tidak Pernah Keluar: Titanic" Kalimat pertama di buku itu adalah, "Suatu waktu ada sebuah buku bernama Cindy... ...yang menceritakan tentang Titanic." Sementara itu, ada seorang dewasa yang mengetik ini semua, mengerjakannya dengan serius, sesuatu yang ada di luar imajinasi mereka.
So then we still had more tutors to use. This is a shot of just some of the tutors during one of the events. The teachers that we work with -- and everything is different to teachers -- they tell us what to do. We went in there thinking, "We're ultimately, completely malleable. You're going to tell us. The neighborhood's going to tell us, the parents are going to tell us. The teachers are going to tell us how we're most useful."
Kami masih ada pembimbing yang lain. Ini satu gambar beberapa pembimbing dalam salah satu kegiatan. Guru-guru yang bekerja sama dengan kita -- lain kalau dengan para guru -- mereka memberitahu kami apa yang harus dilakukan. Kami masuk ke sana dan berpikir, "Kami benar-benar, sangat mudah dibentuk. Kalian harus memberithu kami. Para orang tua akan memberitahu kami. Para guru memberitahu kami bagaimana kami bisa sangat berguna."
So then they said, "Why don't you come into the schools? Because what about the students that wouldn't come to you, necessarily, who don't have really active parents that are bringing them in, or aren't close enough?" So then we started saying, "Well, we've got 1,400 people on our tutor roster. Let's just put out the word." A teacher will say, "I need 12 tutors for the next five Sundays. We're working on our college essays. Send them in." So we put that out on the wire: 1,400 tutors. Whoever can make it signs up. They go in about a half an hour before the class. The teacher tells them what to do, how to do it, what their training is, what their project is so far. They work under the teacher's guide, and it's all in one big room. And that's actually the brunt of what we do is, people going straight from their workplace, straight from home, straight into the classroom and working directly with the students. So then we're able to work with thousands and thousands of more students. Then another school said, "Well, what if we just give you a classroom and you can staff it all day?"
Dan mereka mengatakan, "Kenapa kalian tidak datang ke sekolah-sekolah? Bagaimana dengan anak-anak yang tidak datang ke kalian, yang tidak mempunyai orang tua yang cukup aktif untuk membawa mereka, atau yang tidak tinggal cukup dekat dengan tempat ini?" Kemudian kami mengatakan, "Kalau begitu, kami ada 1400 pembimbing dalam jadwal. Kita sebar informasi saja." Guru akan mengatakan, "Saya perlu 12 pembimbing untuk lima Minggu ke depan. Kita sedang belajar tentang esai kuliah. Tolong kirim mereka." Kemudian kita sebar informasi itu: 1400 pembimbing. Yang bisa datang bisa mendaftar. Mereka datang kira-kira setengah jam sebelum kelas. Para guru memberitahu mereka apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, apa latihan mereka, apa tugas mereka sejauh ini. Mereka bekerja di bawah pengarahan guru, itu semua dilakukan di satu ruang besar. Itulah sesungguhnya kekuatan terbesar kita, orang-orang datang langsung dari tempat kerjanya, langsung dari rumah, segera ke kelas dan... ...bekerja dengan para murid. Kita jadi dapat bekerja dengan ribuan dan ribuan murid. Kemudian sekolah lain mengatakan, "Bagaimana kalau kita... ...berikan kalian satu ruang kelas dan kalian bisa mengisinya seharian?"
So this is the Everett Middle School Writers' Room, where we decorated it in buccaneer style. It's right off the library. And there we serve all 529 kids in this middle school. This is their newspaper, the "Straight-Up News," that has an ongoing column from Mayor Gavin Newsom in both languages -- English and Spanish. So then one day Isabel Allende wrote to us and said, "Hey, why don't you assign a book with high school students? I want them to write about how to achieve peace in a violent world." And so we went into Thurgood Marshall High School, which is a school that we had worked with on some other things, and we gave that assignment to the students. And we said, "Isabel Allende is going to read all your essays at the end. She's going to publish them in a book. She's going to sponsor the printing of this book in paperback form. It's going to be available in all the bookstores in the Bay Area and throughout the world, on Amazon and you name it." So these kids worked harder than they've ever worked on anything in their lives, because there was that outside audience, there was Isabel Allende on the other end. I think we had about 170 tutors that worked on this book with them and so this worked out incredibly well. We had a big party at the end. This is a book that you can find anywhere. So that led to a series of these. You can see Amy Tan sponsored the next one, "I Might Get Somewhere." And this became an ongoing thing. More and more books.
Jadi ini adalah Ruang Penulis di Sekolah Menengah Everett, yang kita dekorasi dengan gaya bajak laut. Ada di dekat perpustakaan. Dan disana kita membantu ke 529 murid di sekolah menengah ini. Ini koran mereka, "Straight-Up News", yang mempunyai kolom dari Walikota Gavin Newsom dalam dua bahasa -- Inggris dan Spanyol. Suatu hari Isabel Allende menulis ke kami mengatakan, "Hey, bagaimana kalau kalian memberi tugas buku ke murid sekolah menengah? Saya mau mereka menulis tentang bagaimana mencapai kedamaian di dunia yang kejam." Jadi kemudian kita pergi ke Sekolah Menegah Thurgood Marshall, sebuah sekolah yang pernah berkerja sama dengan kita dalam beberapa kegiatan, dan kemudian kita memeberikan tugas itu kepada para murid disana. Kita katakan, "Isabel Allende akan membaca semua esai kalian nanti. Ia akan menerbitkannya dalam satu buku. Ia juga akan mensponsori pencetakan buku itu. Nantinya buku itu bisa dibeli di semua toko buku di Bay Area dan di seluruh dunia lewat Amazon, atau apa sajalah." Jadi anak-anak itu bekerja lebih keras lagi dari yang pernah mereka lakukan sebelumnya, karena akan ada pembaca dari luar, dan ada Isabel Allende dalam proses ini. Saya kira kita punya 170 pembimbing bekerja untuk buku ini dan semuanya berjalan dengan sangat baik. Kita berpesta pora waktu sudah selesai. Buku ini bisa anda dapatkan dimana saja. Sejak itu muncul buku-buku lainnya. Anda lihat Amy Tan mensponsori buku berikutnya, "Aku Dapat Tiba Di Suatu Tempat." Ini menjadi sesuatu yang berkesinambungan. Ada buku-buku berikutnya.
Now we're sort of addicted to the book thing. The kids will work harder than they've ever worked in their life if they know it's going to be permanent, know it's going to be on a shelf, know that nobody can diminish what they've thought and said, that we've honored their words, honored their thoughts with hundreds of hours of five drafts, six drafts -- all this attention that we give to their thoughts. And once they achieve that level, once they've written at that level, they can never go back. It's absolutely transformative. And so then they're all sold in the store. This is near the planks. We sell all the student books. Where else would you put them, right? So we sell 'em, and then something weird had been happening with the stores. The store, actually -- even though we started out as just a gag -- the store actually made money. So it was paying the rent. And maybe this is just a San Francisco thing -- I don't know, I don't want to judge. But people would come in -- and this was before the pirate movies and everything! It was making a lot of money. Not a lot of money, but it was paying the rent, paying a full-time staff member there. There's the ocean maps you can see on the left.
Kami seperti kecanduan membuat buku-buku ini. Anak-anak itu bekerja jauh lebih keras dari sebelum-sebelumnya jika mereka tahu ini akan menjadi sesuatu yang permanen, mereka tahu ini akan dipajang, mereka tahu tidak ada yang bisa menghilangkan buah pikir dan perkataan mereka, bahwa kita menghargai tulisan mereka, menghargai pikiran mereka dengan ratusan jam bekerja untuk lima tulisan, enam tulisan -- dan semua perhatian yang kami berikan kepada hasil pikiran mereka. Dan begitu mereka sampai pada tahap itu, begitu mereka menulis pada level itu, mereka tidak akan mundur kembali. Benar-benar suatu proses transformasi. Semua buku-buku itu dijual di toko kami. Dekat papan kayu. Kita menjual semua buku hasil karya anak-anak itu. Dimana lagi kalian harus menjualnya, benar tidak? Jadi kami jual buku-buku itu, dan sesuatu yang aneh terjadi pada toko. Toko itu, sebenarnya -- walau kami memulai hanya sebagai lelucon -- toko itu benar-benar menghasilkan uang. Hasilnya bisa untuk membayar sewa tempat. Mungkin ini sesuatu yang tipikal kota San Francisco -- Saya tidak tahu, saya tidak mau menghakimi. Tapi orang-orang akan datang -- dan ini sebelum adanya film-film bajak laut dan semacamnya! Toko ini menghasilkan banyak uang. Tidak, tidak banyak, tapi bisa membayar sewa, membayar pekerja-pekerja penuh. Di sebelah kiri sana anda bisa melihat peta samudera.
And it became a gateway to the community. People would come in and say, "What the --? What is this?" I don't want to swear on the web. (Laughter) Is that a rule? I don't know. They would say, "What is this?" And people would come in and learn more about it. And then right beyond -- there's usually a little chain there -- right beyond, they would see the kids being tutored. This is a field trip going on. And so they would be shopping, and they might be more likely to buy some lard, or millet for their parrot, or, you know, a hook, or hook protector for nighttime, all of these things we sell. So the store actually did really well. But it brought in so many people -- teachers, donors, volunteers, everybody -- because it was street level. It was open to the public. It wasn't a non-profit buried, you know, on the 30th floor of some building downtown. It was right in the neighborhood that it was serving, and it was open all the time to the public. So, it became this sort of weird, happy accident.
Dan itu menjadi pintu gerbang ke komunitas di sana, Orang-orang akan masuk dan berkata, "A.... Apa ini ini?" Saya tidak mau bersumpah serapah di web. Apa ada peraturan itu? Saya tidak tahu. Mereka akan berkata, "Apa ini?" Dan orang-orang akan berdatangan dan mereka menjadi tahu tentang kegiatan kami. Di sebelah sana -- biasanya begitu urutannya -- di sebelah sana, mereka akan melihat anak-anak yang sedang dibimbing. Ini sedang ada acara keluar. Mereka pergi berbelanja, dan biasanya mereka membeli pelumas, atau makanan untuk kakatua mereka, atau mungkin, sebuah kait, atau kait pengaman untuk malam hari, dan barang-barang lain yang kami jual. Jadi toko kita cukup berhasil. Dan mendatangkan banyak orang: guru-guru, pendonor, sukarelawan, siapa saja. Karena berada di pinggir jalan. Tempatnya terbuka untuk publik. Ini bukan sebuah organisasi non-profit yang berkantor terpencil di lantai 30 sebuah bangunan di tengah kota. Tempatmya ada di daerah perumahan yang melayani publik dan terbuka setiap saat. Jadi ini merupakan suatu kebetulan yang menyenangkan dan aneh.
So all the people I used to know in Brooklyn, they said, "Well, why don't we have a place like that here?" And a lot of them had been former educators or would-be educators, so they combined with a lot of local designers, local writers, and they just took the idea independently and they did their own thing. They didn't want to sell pirate supplies. They didn't think that that was going to work there. So, knowing the crime-fighting community in New York, they opened the Brooklyn Superhero Supply Company. This is Sam Potts' great design that did this. And this was to make it look sort of like one of those keysmith's shops that has to have every service they've ever offered, you know, all over there. So they opened this place. Inside, it's like a Costco for superheroes -- all the supplies in kind of basic form. These are all handmade. These are all sort of repurposed other products, or whatever. All the packaging is done by Sam Potts.
Semua orang-orang yang saya kenal di Brooklyn berkata, "Wah, kenapa kita tidak membuka tempat seperti ini?" Dan banyak dari mereka yang pernah menjadi pengajar atau calon pengajar, jadi mereka bersatu dengan desainer-desainer lokal, penulis lokal, dan mereka menggunakan ide tersebut secara independen dan mereka mengerjakan dengan cara mereka sendiri. Mereka tidak mau menjual peralatan bajak laut; mereka tidak yakin itu akan sukses di Brooklyn. Jadi, menyadari adanya suatu komunitas yang berniat melawan kriminalitas di New York, mereka membuka toko Barang Kebutuhan Jagoan Brooklyn. Ini semua desain hebat Sam Potts. dan ini dibuat untuk mirip dengan salah satu toko ahli kunci yang punya segala macam pelayanan yang bisa mereka tawarkan disana. Jadi mereka membuka tempat ini. Didalam seperti Costco para jagoan -- semua barang kebutuhan dasar. Semua dibuat dengan tangan. Ini seperti daur guna barang-barang, semacam itulah. Semua kemasan dibuat oleh Sam Potts.
So then you have the villain containment unit, where kids put their parents. You have the office. This is a little vault -- you have to put your product in there, it goes up an electric lift and then the guy behind the counter tells you that you have to recite the vow of heroism, which you do, if you want to buy anything. And it limits, really, their sales. Personally, I think it's a problem. Because they have to do it hand on heart and everything. These are some of the products. These are all handmade. This is a secret identity kit. If you want to take on the identity of Sharon Boone, one American female marketing executive from Hoboken, New Jersey. It's a full dossier on everything you would need to know about Sharon Boone. So, this is the capery where you get fitted for your cape, and then you walk up these three steel-graded steps and then we turn on three hydraulic fans from every side and then you can see the cape in action. There's nothing worse than, you know, getting up there and the cape is bunching up or something like that. So then, the secret door -- this is one of the shelves you don't see when you walk in, but it slowly opens. You can see it there in the middle next to all the grappling hooks. It opens and then this is the tutoring center in the back. (Applause) So you can see the full effect!
Disana ada unit pengamanan penjahat, dimana anak-anak bisa menaruh orang tua mereka. Itu kantornya. Ini lemari besinya -- anda menaruh barang-barang anda didalamnya, dan kemudian lemari itu akan naik lift elektrik .dan petugas di belakang counter akan menyuruh anda untuk mendeklarasikan janji para jagoan, yang harus anda lakukan kalau anda ingin membeli apapun. Dan itu jadi membatasi pejualan mereka. Saya pikir itu adalah masalah. Karena mereka harus melakukannya dengan benar. Ini ada beberapa produk. Semuanya dibuat dengan tangan. Ini adalah peralatan identitas rahasia. Kalau anda mau memakai identitas Sharon Boone, seorang eksekutif wanita Amerika dari Hoboken, New Jersey. Semua berkasnya lengkap untuk semua yang perlu anda ketahui tentang Sharon Boone. Ini tempat jubah dimana anda bisa mendapatkan dan mengenakan sebuah jubah, dan anda akan naik di atas undakan baja ini dan kemudian berputar ke arah tiga kipas hidrolik dari setiap arah dan anda akan melihat jubah anda beraksi. Tidak ada yang lebih buruk dari naik ke atas sana dan tahu-tahu jubahnya tidak mengembang, atau hal-hal seperti itu. Kemudian, ini pintu rahasia -- ini salah satu rak-rak yang tidak anda lihat waktu anda berjalan ke dalam, tapi pintu ini membuka perlahan. And bisa lihat disana, ditengah-tengah di sebelah kaitan-kaitan itu. Pintu itu akan membuka dan disanalah pusat bimbingan mereka. Anda bisa lihat efeknya seperti apa!
But this is -- I just want to emphasize -- locally funded, locally built. All the designers, all of the builders, everybody was local, all the time was pro-bono. I just came and visited and said, "Yes, you guys are doing great," or whatever. That was it. You can see the time in all five boroughs of New York in the back. (Laughter) (Applause) So this is the space during tutoring hours. It's very busy. Same principles: one-on-one attention, complete devotion to the students' work and a boundless optimism and sort of a possibility of creativity and ideas. And this switch is flicked in their heads when they walk through those 18 feet of this bizarre store, right? So it's school, but it's not school. It's clearly not school, even though they're working shoulder-to-shoulder on tables, pencils and papers, whatever.
Tapi ini -- saya hanya ingin menekankan -- didanai secara lokal, dibangun dengan sumber lokal. Semua desainer, semua pekerja bangunan, semuanya orang lokal, dan semuanya tidak dibayar. Saya hanya berkunjung dan mengatakan, "Ya, pekerjaan kalian bagus sekali," atau komentar yang lain. Itu saja. Anda bisa lihat waktu... ...di semua 5 zona di NewYork di belakang sana. Jadi ini ruang tempat melakukan bimbingan. Sangat sibuk. Prinsipnya sama: perhatian satu per satu, dedikasi penuh untuk pekerjaan anak-anak dan optimisme tinggi, memungkinkan segala kreativitas dan ide. Dan ini menyalakan saklar di dalam kepala mereka ketika mereka melewati toko aneh berukuran 5.5 meter ini, betul tidak? Jadi ini sebuah sekolah, tapi tidak sungguhan. Tidak terlihat seperti sekolah, walaupun mereka bekerja berdempetan di meja, dengan kertas dan pensil, dan peralatan lain.
This is one of the students, Khaled Hamdan. You can read this quote. Addicted to video games and TV. Couldn't concentrate at home. Came in. Got this concentrated attention. And he couldn't escape it. So, soon enough, he was writing. He would finish his homework early -- got really addicted to finishing his homework early. It's an addictive thing to sort of be done with it, and to have it checked, and to know he's going to achieve the next thing and be prepared for school the next day. So he got hooked on that, and then he started doing other things. He's now been published in five books. He co-wrote a mockumentary about failed superheroes called "Super-Has-Beens." He wrote a series on "Penguin Balboa," which is a fighting -- a boxing -- penguin. And then he read aloud just a few weeks ago to 500 people at Symphony Space, at a benefit for 826 New York. So he's there every day. He's evangelical about it. He brings his cousins in now. There's four family members that come in every day.
Ini salah satu dari murid-murid itu, Khaled Hamdan. Anda bisa membaca kutipan ini. Kecanduan video game dan TV. Tidak bisa konsentrasi di rumah. Datang kesini. Mendapatkan perhatian penuh. Dan ia tidak bisa menghindarinya. Tidak lama, ia menulis. Ia menyelesaikan pe-er nya dengan cepat -- kemudian menjadi kecanduan mengerjakan pe-er. adalah sebuah kecanduan untuk membereskan semuanya dan meminta orang untuk memeriksanya, ia tahu ia akan mencapai hal berikutnya dan siap untuk sekolah esok hari. Ia terus mengerjakan itu, dan kemudian mulai mengerjakan hal yang lain lagi. Sekarang ia telah dipublikasikan dalam lima buku. Dia membantu menulis sebuah dokumenter lelucon tentang para jagoan gagal ...yang diberi judul "Super-Yang-Pernah." Dia juga menulis seri "Balboa Penguin," yang bercerita tentang seekor penguin petinju. Dan ia telah membacakannya beberapa minggu yang lalu di depan 500 orang di Symphony Space, pada suatu acara amal untuk 826 New York. Jadi dia ada disana setiap hari. Dia seperti penginjil tentang kegiatan ini. Dia sudah membawa sepupu-sepupunya. ada 4 anggota keluarga yang datang setiap hari kesana.
So, I'll go through really quickly. This is L.A., The Echo Park Time Travel Mart: "Whenever You Are, We're Already Then." (Laughter) This is sort of a 7-Eleven for time travelers. So you see everything: it's exactly as a 7-Eleven would be. Leeches. Mammoth chunks. They even have their own Slurpee machine: "Out of Order. Come Back Yesterday." (Laughter) (Applause)
Saya akan memperlihatkan ini dengan cepat. Ini di kota LA, Warung Perjalanan Waktu Taman Gema: "Kapanpun anda siap, kita sudah melewati anda." Ini seperti toserba 7-11 untuk para petualang waktu. Anda bisa melihat semuanya: persis seperti toserba 7-11. Lintah. Bongkahan mamoth. Mereka bahkan punya mesin minum sendiri: "Rusak. Kembali kemarin."
Anyway. So I'm going to jump ahead. These are spaces that are only affiliated with us, doing this same thing: Word St. in Pittsfield, Massachusetts; Ink Spot in Cincinnati; Youth Speaks, San Francisco, California, which inspired us; Studio St. Louis in St. Louis; Austin Bat Cave in Austin; Fighting Words in Dublin, Ireland, started by Roddy Doyle, this will be open in April. Now I'm going to the TED Wish -- is that okay?
Ya begitulah. Saya akan teruskan. Ini adalah tempat-tempat yang berafiliasi dengan kami, mengerjakan hal yang serupa dengan kita: Jalan Kata di Pittsfield, Massachusetts. Noda Tinta di Cincinnati. Suara Pemuda, San Francisco, California, yang memberikan inspirasi ke kita. Studio St. Louis di kota St. Louis. Gua Kelelawar Austin di kota Austin. Pertarungan Kata di Dublin, Irlandia, dimulai oleh Roddy Doyle; ini akan dibuka di bulan April. Sekarang saya akan lanjutkan ke Harapan TED saya -- boleh ya?
All right, I've got a minute. So, the TED Wish: I wish that you -- you personally and every creative individual and organization you know -- will find a way to directly engage with a public school in your area and that you'll then tell the story of how you got involved, so that within a year we have a thousand examples -- a thousand! -- of transformative partnerships. Profound leaps forward! And these can be things that maybe you're already doing. I know that so many people in this room are already doing really interesting things. I know that for a fact. So, tell us these stories and inspire others on the website.
Baiklah; Saya punya semenit. jadi, Harapan TED: Saya berharap anda -- anda pribadi dan semua individu kreatif dan organisasi yang anda kenal -- akan menemukan jalan untuk aktif berperan di sekolah negeri yang ada di daerah anda dan anda akan menceritakan bagaimana anda berperan, sehingga dalam waktu satu tahun kita bisa mendapatkan seribu contoh -- seribu! -- rekanan-rekanan yang berperan kuat. Suatu loncatan yang jauh ke depan! Dan ini bisa merupakan hal yang mungkin sudah anda jalani sekarang. Saya tahu bahwa banyak orang di dalam ruangan ini yang sudah melakukan hal-hal yang menarik. Saya tahu itu fakta. Jadi, ceritakan kepada kami dan berikanlah inspirasi kepada yang lain melalui web.
We created a website. I'm going to switch to "we," and not "I," hope: We hope that the attendees of this conference will usher in a new era of participation in our public schools. We hope that you will take the lead in partnering your innovative spirit and expertise with that of innovative educators in your community. Always let the teachers lead the way. They will tell you how to be useful. I hope that you'll step in and help out. There are a million ways. You can walk up to your local school and consult with the teachers. They'll always tell you how to help. So, this is with Hot Studio in San Francisco, they did this phenomenal job. This website is already up, it's already got a bunch of stories, a lot of ideas. It's called "Once Upon a School," which is a great title, I think. This site will document every story, every project that comes out of this conference and around the world. So you go to the website, you see a bunch of ideas you can be inspired by and then you add your own projects once you get started. Hot Studio did a great job in a very tight deadline. So, visit the site. If you have any questions, you can ask this guy, who's our director of national programs. He'll be on the phone. You email him, he'll answer any question you possibly want. And he'll get you inspired and get you going and guide you through the process so that you can affect change.
Kami sudah mempunyai website, Saya akan mengganti kata 'saya' dengan 'kami': Kami harap semua yang hadir dalam konferensi ini akan mendorong ...suatu era baru partisipasi di sekolah-sekolah negeri. Kami harap anda sekalian akan mengambil inisiatif dalam mengikutsertakan jiwa inovatif dan keahlian anda dengan inovasi para pendidik di komunitas anda. Biarkan para guru untuk memulai jalannya. Mereka akan memberitahu anda bagaimana anda bisa berperanserta. Saya harap anda bisa ikut terjun dan membantu. Ada begitu banyak cara. Anda bisa datang ke sekolah di lingkungan anda dan berkonsultasi dengan para guru. Mereka akan memberitahu anda bagaimana anda bisa membantu. Jadi -- ini dengan Hot Studio di San Francisco, mereka melakukan pekerjaan luar biasa ini. Website ini sudah mempunyai cukup banyak cerita, begitu banyak ide. Ini dinamakan 'Di Suatu Sekolah," judul yang bagus saya kira. Situs ini akan mendokumentasi semua proyek yang dihasilkan oleh konferensi ini dan dari seluruh dunia. Jadi anda tinggal masuk ke dalam situs ini; anda melihat begitu banyak ide. Anda bisa terinspirasi karenanya, dan anda bisa menambahkan proyek anda begitu anda memulainya. Hot Studio melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan jadwal yang ketat, jadi kunjungi situsnya. Kalau anda punya pertanyaan, anda bisa bertanya kepada orang ini, ia direktur program nasional kami. Ia akan menjawab telpon. Kalau anda meng-emailnya, dia akan menjawab semua pertanyaan anda. Dia akan memberikan inspirasi kepada anda dan mendorong anda untuk memulainya dan menuntun anda dalam prosesnya sehingga anda bisa berdampak.
And it can be fun! That's the point of this talk -- it needn't be sterile. It needn't be bureaucratically untenable. You can do and use the skills that you have. The schools need you. The teachers need you. Students and parents need you. They need your actual person: your physical personhood and your open minds and open ears and boundless compassion, sitting next to them, listening and nodding and asking questions for hours at a time. Some of these kids just don't plain know how good they are: how smart and how much they have to say. You can tell them. You can shine that light on them, one human interaction at a time. So we hope you'll join us. Thank you so much.
Dan ini bisa sangat menyenangkan! Itu tujuan dari pembicaraan ini -- tidak perlu menjadi suatu yang membosankan. Tidak perlu birokrasi yang menyulitkan. Anda bisa melakukan dan menggunakan keahlian yang anda miliki. Sekolah memerlukan anda. Para guru memerlukan anda. Para murid dan orang tua memerlukan anda. Mereka memerlukan keberadaan anda: keberadaan anda secara fisik dan keterbukaan pikiran anda dan telinga anda dan hati yang besar, duduk berdampingan dengan mereka, mendengarkan dan memperhatikan... dan bertanya banyak untuk suatu waktu. Beberapa anak-anak ini benar-benar tidak menyadari kemampuan mereka: betapa pandainya mereka dan betapa banyak yang dapat mereka ungkapkan. Anda bisa mengatakannya kepada mereka. Anda bisa memberikan cahaya itu kepada mereka, satu interaksi kemanusiaan di satu saat. Kami harap anda mau bergabung. Terima kasih banyak.