So, I was in the hospital for a long time. And a few years after I left, I went back, and the chairman of the burn department was very excited to see me -- said, "Dan, I have a fantastic new treatment for you." I was very excited. I walked with him to his office. And he explained to me that, when I shave, I have little black dots on the left side of my face where the hair is, but on the right side of my face I was badly burned so I have no hair, and this creates lack of symmetry. And what's the brilliant idea he had? He was going to tattoo little black dots on the right side of my face and make me look very symmetric.
Jadi, saya dirawat di rumah sakit cukup lama. Dan beberapa tahun setelah keluar, saya kembali, dan kepala bagian luka bakar sangat senang bertemu saya -- dia berkata, "Dan, saya punya perawatan baru yang hebat untukmu." Saya sangat senang. Saya berjalan bersama menuju kantornya. Dan dia menjelaskan bahwa saat saya bercukur, ada bintik hitam kecil di sebelah kiri wajah saya, di bagian rambut, namun di sebelah kanan wajah saya saya terbakar cukup parah sehingga tidak memiliki rambut, yang menyebabkan wajah saya kurang simetris. Dan apa ide hebat yang dia miliki? Dia akan mentato bintik hitam kecil di wajah sebelah kanan saya dan membuatnya tampak simetris.
It sounded interesting. He asked me to go and shave. Let me tell you, this was a strange way to shave, because I thought about it and I realized that the way I was shaving then would be the way I would shave for the rest of my life -- because I had to keep the width the same. When I got back to his office, I wasn't really sure. I said, "Can I see some evidence for this?" So he showed me some pictures of little cheeks with little black dots -- not very informative. I said, "What happens when I grow older and my hair becomes white? What would happen then?" "Oh, don't worry about it," he said. "We have lasers; we can whiten it out." But I was still concerned, so I said, "You know what, I'm not going to do it."
Itu terdengar menarik. Dia menyuruh saya bercukur. Biar saya jelaskan, ini adalah cara yang aneh untuk bercukur, karena saya memikirkannya dan saya menyadari cara saya bercukur akan menjadi cara saya bercukur seumur hidup saya -- karena saya harus menjaga lebarnya tetap sama. Saat saya kembali ke kantornya, saya tidak yakin betul, saya mengatakan, "Bisa saya lihat buktinya?" Lalu dia menunjukkan beberapa gambar dari pipi mungil dengan bintik hitam kecil -- tidak begitu informatif. Saya mengatakan, "Apa yang terjadi saat saya menua dan rambut saya memutih? Apa yang akan terjadi?" "Oh, tidak usah takut," katanya. "Kita punya laser, kita bisa memutihkannya." Namun saya masih gelisah, sehingga saya berkata, "Kau tahu, saya tidak mau."
And then came one of the biggest guilt trips of my life. This is coming from a Jewish guy, all right, so that means a lot. (Laughter) And he said, "Dan, what's wrong with you? Do you enjoy looking non-symmetric? Do you have some kind of perverted pleasure from this? Do women feel pity for you and have sex with you more frequently?" None of those happened. And this was very surprising to me, because I've gone through many treatments -- there were many treatments I decided not to do -- and I never got this guilt trip to this extent. But I decided not to have this treatment. And I went to his deputy and asked him, "What was going on? Where was this guilt trip coming from?" And he explained that they have done this procedure on two patients already, and they need the third patient for a paper they were writing.
Kemudian datanglah salah satu rasa bersalah terbesar dalam hidup saya. Yang datang dari seorang pria Yahudi, jadi benar-benar mendalam. (Tawa) Dan dia berkata, "Dan, ada apa denganmu? Kau suka menjadi tidak simetris? Apa kau mendapat kepuasan sesat dari situ? Apa para wanita merasa kasihan dan lebih sering berhubungan seks denganmu?" Tidak satupun dari hal itu yang terjadi. Dan ini sangat mengherankan saya karena saya melalui banyak perawatan -- ada banyak perawatan yang saya putuskan tidak akan saya lakukan -- dan saya tidak pernah merasa bersalah sampai seperti ini. Namun saya memutuskan untuk tidak melakukan perawatan ini. Dan saya pergi ke wakilnya dan bertanya, "Apa yang terjadi? Dari mana rasa bersalah ini datang?" Dan dia menjelaskan bahwa dia telah melakukannya kepada dua pasien dan mereka perlu pasien ketiga untuk menulis makalah.
(Laughter)
(Tawa)
Now you probably think that this guy's a schmuck. Right, that's what he seems like. But let me give you a different perspective on the same story. A few years ago, I was running some of my own experiments in the lab. And when we run experiments, we usually hope that one group will behave differently than another. So we had one group that I hoped their performance would be very high, another group that I thought their performance would be very low, and when I got the results, that's what we got -- I was very happy -- aside from one person. There was one person in the group that was supposed to have very high performance that was actually performing terribly. And he pulled the whole mean down, destroying my statistical significance of the test.
Kini Anda mungkin berpikir pria ini bodoh. Benar, tampaknya seperti itu. Namun saya ingin memberikan sudut pandang berbeda dari kisah yang sama. Beberapa tahun lalu, saya menjalankan beberapa percobaan di lab. Dan saat mengadakan percobaan, kami biasanya berharap satu kelompok akan berkelakuan berbeda dari kelompok lainnya. Jadi ada satu kelompok yang diharapkan memiliki kinerja sangat baik, kelompok lain yang saya pikir akan memiliki kinerja sangat buruk. Dan saat saya mendapatkan hasilnya, inilah yang kami dapatkan -- saya sangat senang -- terlepas dari satu orang. Ada satu orang dalam kelompok itu yang seharusnya memiliki kinerja sangat baik yang pada kenyataannya memiliki kinerja buruk. Dan dia menjatuhkan nilai rata-ratanya, menghancurkan arti statistik dari percobaan ini.
So I looked carefully at this guy. He was 20-some years older than anybody else in the sample. And I remembered that the old and drunken guy came one day to the lab wanting to make some easy cash and this was the guy. "Fantastic!" I thought. "Let's throw him out. Who would ever include a drunken guy in a sample?"
Jadi saya melihat orang ini dengan teliti. Dia sekitar 20-an tahun lebih tua daripada orang lain dalam percobaan itu. Dan saya ingat pria tua pemabuk itu datang ke lab suatu hari ingin mendapat uang dengan mudah dan inilah pria itu. "Bagus!" saya pikir, "Mari kita buang saja. Siapa yang mau memasukkan pemabuk ke dalam percobaan ini?"
But a couple of days later, we thought about it with my students, and we said, "What would have happened if this drunken guy was not in that condition? What would have happened if he was in the other group? Would we have thrown him out then?" We probably wouldn't have looked at the data at all, and if we did look at the data, we'd probably have said, "Fantastic! What a smart guy who is performing this low," because he would have pulled the mean of the group lower, giving us even stronger statistical results than we could. So we decided not to throw the guy out and to rerun the experiment.
Namun beberapa hari kemudian, kami berbicara dengan para siswa ini, dan kami berkata, "Apa yang akan terjadi jika pemabuk ini tidak dalam kondisi mabuk? Apa yang akan terjadi kalau dia ada di kelompok lain? Apakah kami akan membuangnya?" Kami mungkin tidak akan melihat data ini sama sekali dan jika kami melihat datanya, kami mungkin akan berkata, "Hebat! Betapa cerdasnya orang dengan kinerja serendah ini." karena dia akan menjatuhkan nilai rata-ratanya memberikan kami hasil statistik yang lebih kuat. Jadi kami memutuskan untuk tidak membuang pria ini dan mengulangi percobaannya.
But you know, these stories, and lots of other experiments that we've done on conflicts of interest, basically kind of bring two points to the foreground for me. The first one is that in life we encounter many people who, in some way or another, try to tattoo our faces. They just have the incentives that get them to be blinded to reality and give us advice that is inherently biased. And I'm sure that it's something that we all recognize, and we see that it happens. Maybe we don't recognize it every time, but we understand that it happens.
Namun Anda tahu, kisah ini, dan banyak percobaan yang kami lakukan dengan konflik-konflik kepentingan pada dasarnya memberikan dua hal pada tampak depan bagi saya. Yang pertama adalah dalam hidup kita bertemu banyak orang yang, dalam beberapa hal, mencoba mentato wajah kita. Mereka hanya memiliki dorongan yang membuat mereka dibutakan oleh kenyataan dan memberi kita nasihat yang berat sebelah. Dan saya yakin itu adalah sesuatu yang kita semua kenali dan kita tahu bahwa hal itu terjadi. Mungkin kita tidak mengenalinya setiap saat, namun kita mengerti bahwa hal itu terjadi.
The most difficult thing, of course, is to recognize that sometimes we too are blinded by our own incentives. And that's a much, much more difficult lesson to take into account. Because we don't see how conflicts of interest work on us. When I was doing these experiments, in my mind, I was helping science. I was eliminating the data to get the true pattern of the data to shine through. I wasn't doing something bad. In my mind, I was actually a knight trying to help science move along. But this was not the case. I was actually interfering with the process with lots of good intentions. And I think the real challenge is to figure out where are the cases in our lives where conflicts of interest work on us, and try not to trust our own intuition to overcome it, but to try to do things that prevent us from falling prey to these behaviors, because we can create lots of undesirable circumstances.
Hal yang paling sulit, tentu saja, adalah untuk mengenali bahwa terkadang kita juga dibutakan oleh dorongan kita sendiri. Dan itu adalah pelajaran yang jauh lebih sulit untuk diperhitungkan. Karena kita tidak melihat bagaimana pengaruh konflik-konflik kepentingan itu bagi kita. Saat saya melakukan percobaan itu dalam pikiran saya, saya menolong ilmu pengetahuan. Saya menghapus data untuk mendapat pola yang benar dan dapat bersinar. Saya tidak melakukan hal yang buruk. Menurut pikiran saya, saya seorang ksatria mencoba untuk menolong kemajuan ilmu pengetahuan. Namun ini bukanlah masalahnya. Saya sebenarnya mengganggu proses itu dengan banyak maksud baik. Dan saya pikir tantangan yang sebenarnya adalah untuk menemukan di mana hal-hal itu terjadi dalam hidup kita di mana konflik-konflik kepentingan itu bekerja dan mencoba untuk tidak mempercayai intuisi kita untuk mengatasinya namun mencoba melakukan hal-hal untuk mencegah kita menjadi mangsa dari perilaku ini karena kita dapat menciptakan banyak keadaan yang tidak diinginkan.
I do want to leave you with one positive thought. I mean, this is all very depressing, right -- people have conflicts of interest, we don't see it, and so on. The positive perspective, I think, of all of this is that, if we do understand when we go wrong, if we understand the deep mechanisms of why we fail and where we fail, we can actually hope to fix things. And that, I think, is the hope. Thank you very much.
Saya ingin meninggalkan Anda dengan satu pemikiran positif, maksud saya, semua ini tampak buruk, bukan -- orang memiliki konflik-konflik kepentingan, kita tidak melihatnya, dan seterusnya. Sudut pandang positifnya, saya pikir dari semua ini adalah jika kita memahami kapan kita salah, jika kita memahami mekanisme mendalam dari mengapa dan di mana kita gagal, kita sebenarnya dapat berharap untuk memperbaikinya. Dan itu, saya pikir, adalah harapannya. Terima kasih banyak.
(Applause)
(Tepuk tangan)