It's a great pleasure to be here. It's a great pleasure to speak after Brian Cox from CERN. I think CERN is the home of the Large Hadron Collider. What ever happened to the Small Hadron Collider? Where is the Small Hadron Collider? Because the Small Hadron Collider once was the big thing. Now, the Small Hadron Collider is in a cupboard, overlooked and neglected. You know when the Large Hadron Collider started, and it didn't work, and people tried to work out why, it was the Small Hadron Collider team who sabotaged it because they were so jealous. The whole Hadron Collider family needs unlocking.
Senang sekali bisa berada disini Senang sekali bisa berbicara setelah Brian Cox dari CERN Menurut saya, CERN adalah rumah dari the Large Hadron Collider Apa yang terjadi pada the Small Hadron Collider? Dimanakah the Small Hadron Collider sekarang? Sebab dulu the Small Hadron Collider adalah sesuatu yang besar Tapi, sekarang the Small Hadron Collider hanya berada dalam sebuah lemari, dibiarkan dan terabaikan Anda tahu ketika the Large Hadron Collider pertama kali difungsikan, mesin itu tidak bekerja, dan orang-orang kemudian berupaya mencari tahu kenapa demikian, dan ternyata kemudian diketahui bahwa tim the Small Hadron Collider melakukan sabotase atas mesin tersebut karena mereka iri Keseluruhan keluarga Hadron Collider membutuhkan pembuka kunci
The lesson of Brian's presentation, in a way -- all those fantastic pictures -- is this really: that vantage point determines everything that you see. What Brian was saying was science has opened up successively different vantage points from which we can see ourselves, and that's why it's so valuable. So the vantage point you take determines virtually everything that you will see. The question that you will ask will determine much of the answer that you get.
Pelajaran yang dapat diambil dari presentasi Brian, yang sangat fantastik dengan semua gambar tersebut adalah bahwa: posisi yang tepat menentukan segala sesuatu yang Anda lihat Brian mengatakan bahwa ilmu pengetahuan telah berhasil menemukan berbagai posisi yang tepat dimana kita bisa melihat diri kita sendiri Dan karena itulah ilmu pengetahuan sangat bernilai Jadi, posisi yang tepat yang Anda ambil akan menentukan secara virtual apa yang akan Anda lihat. Pertanyaan yang akan Anda ajukan akan menentukan tingkat jawaban yang akan Anda terima.
And so if you ask this question: Where would you look to see the future of education? The answer that we've traditionally given to that is very straightforward, at least in the last 20 years: You go to Finland. Finland is the best place in the world to see school systems. The Finns may be a bit boring and depressive and there's a very high suicide rate, but by golly, they are qualified. And they have absolutely amazing education systems. So we all troop off to Finland, and we wonder at the social democratic miracle of Finland and its cultural homogeneity and all the rest of it, and then we struggle to imagine how we might bring lessons back.
Dan jika Anda menanyakan pertanyaan seperti ini: Dimana Anda akan menemukan masa depan pendidikan? Maka jawaban yang secara tradisional kita berikan pada pertanyaan tersebut sangat gampang, setidaknya pada 20 tahun terakhir Pergilah ke Finlandia sebab Finlandia adalah tempat terbaik di dunia jika Anda ingin melihat sistem sekolah Orang-orang Finlandia mungkin sedikit membosankan dan depresif, dan karenanya angka bunuh diri disana sangat tinggi tapi sesungguhnya mereka adalah bangsa yang berkualitas Dan mereka memiliki sistem pendidikan yang sangat luar biasa hebat. Dan karena itulah kami semua pergi ke Finlandia, dan kami menyelidiki kehebatan demokrasi sosial bangsa Finlandia serta homogenitas kebudayaan dan aspek-aspek lainnya, dan kemudian kami berupaya keras untuk menemukan pelajaran apa yang dapat kami bawa pulang.
Well, so, for this last year, with the help of Cisco who sponsored me, for some balmy reason, to do this, I've been looking somewhere else. Because actually radical innovation does sometimes come from the very best, but it often comes from places where you have huge need -- unmet, latent demand -- and not enough resources for traditional solutions to work -- traditional, high-cost solutions, which depend on professionals, which is what schools and hospitals are.
Dan akhir tahun ini, berkat bantuan dari Cisco yang mensponsori saya, karena alasan yang sedikit absurd, saya mencoba mencari tahu jawabannya di daerah lain. Sebab kadang, inovasi yang radikal itu muncul dari tempat yang paling hebat tapi kadang juga muncul dari tempat-tempat dimana kebutuhan hidup yang sangat utama tak terpenuhi, kekurangan dan tak mencukupinya sumber daya untuk bekerja -- solusi tradisional yang berbiaya tinggi yang tergantung pada para profesional, yakni sekolah dan rumah sakit.
So I ended up in places like this. This is a place called Monkey Hill. It's one of the hundreds of favelas in Rio. Most of the population growth of the next 50 years will be in cities. We'll grow by six cities of 12 million people a year for the next 30 years. Almost all of that growth will be in the developed world. Almost all of that growth will be in places like Monkey Hill. This is where you'll find the fastest growing young populations of the world. So if you want recipes to work -- for virtually anything -- health, education, government politics and education -- you have to go to these places. And if you go to these places, you meet people like this.
Jadi, tibalah saya pada tempat-tempat seperti itu Ini adalah sebuah tempat yang bernama Monkey Hill. Salah satu dari ratusan perkampungan kumuh di pinggiran kota Rio. Pertumbuhan populasi untuk 50 tahun kedepan kebanyakan akan berada di wilayah perkotaan. Populasi tersebut akan tumbuh menjadi enam kota dengan 12 juta penduduk per tahun untuk 30 tahun ke depan. Hampir semua pertumbuhan seperti itu terjadi di negara maju Hampir semua pertumbuhan seperti itu terjadi di tempat-tempat seperti Monkey Hill. Disanalah Anda akan menemukan pertumbuhan populasi generasi muda tercepat di dunia. Jadi, jika anda mencari resep untuk bekerja -- untuk segala sesuatu -- kesehatan, pendidikan, politik pemerintahan dan pendidikan -- maka Anda harus pergi ke tempat-tempat seperti ini. Dan jika Anda pergi ke tempat-tempat seperti ini, maka Anda akan bertemu dengan orang-orang seperti ini.
This is a guy called Juanderson. At the age of 14, in common with many 14-year-olds in the Brazilian education system, he dropped out of school. It was boring. And Juanderson, instead, went into what provided kind of opportunity and hope in the place that he lived, which was the drugs trade. And by the age of 16, with rapid promotion, he was running the drugs trade in 10 favelas. He was turning over 200,000 dollars a week. He employed 200 people. He was going to be dead by the age of 25. And luckily, he met this guy, who is Rodrigo Baggio, the owner of the first laptop to ever appear in Brazil. 1994, Rodrigo started something called CDI, which took computers donated by corporations, put them into community centers in favelas and created places like this. What turned Juanderson around was technology for learning that made learning fun and accessible.
Anak muda ini bernama Juanderson. Umurnya 14 tahun seperti umumnya anak usia 14 tahun di Brazil, dia keluar dari sekolah. Sekolah membosankan. Dan Juanderson malah pergi ke tempat yang memberikan kesempatan dan harapan di tempat dimana dia memperoleh kehidupan, yakni perdagangan obat Dan menginjak usia 16 tahun, dengan promosi yang cepat dia berhasil menjalankan perdagangan obat-obatan di 10 perkampungan Dia berhasil meraih pendapatan 200,000 dollar dalam sepekan Dia mempekerjakan 200 orang Dia hampir mati pada usia 25 tahun Dan untungnya, dia bertemu dengan orang ini namanya Rodrigo Baggio, pemilik laptop pertama yang pernah ada di Brazil tahun 1994, Rodrigo memulai suatu pekerjaan bernama CDI dimana dia mengumpulkan komputer sumbangan dari berbagai perusahaan dan menempatkannya di balai masyarakat pada berbagai perkampungan kumuh dan membangun tempat seperti ini. Yang membuat Juanderson berubah adalah tekhnologi untuk belajar yang menjadikan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan dan mudah diakses
Or you can go to places like this. This is Kibera, which is the largest slum in East Africa. Millions of people living here, stretched over many kilometers. And there I met these two, Azra on the left, Maureen on the right. They just finished their Kenyan certificate of secondary education. That name should tell you that the Kenyan education system borrows almost everything from Britain, circa 1950, but has managed to make it even worse. So there are schools in slums like this. They're places like this. That's where Maureen went to school. They're private schools. There are no state schools in slums. And the education they got was pitiful. It was in places like this. This a school set up by some nuns in another slum called Nakuru. Half the children in this classroom have no parents because they've died through AIDS. The other half have one parent because the other parent has died through AIDS. So the challenges of education in this kind of place are not to learn the kings and queens of Kenya or Britain. They are to stay alive, to earn a living, to not become HIV positive. The one technology that spans rich and poor in places like this is not anything to do with industrial technology. It's not to do with electricity or water. It's the mobile phone. If you want to design from scratch virtually any service in Africa, you would start now with the mobile phone. Or you could go to places like this.
Atau Anda juga dapat pergi ke tempat seperti ini. Ini adalah Kibera, perkampungan kumuh terbesar di Afrika Timur. Jutaan orang tinggal disini yang membentang luas puluhan kilometer Dan disana saya bertemu dua orang ini, yang kiri Azra dan yang kanan adalah Maureen Mereka baru saja lulus pendidikan menengah di Kenya Informasi tersebut menunjukan pada anda bahwa sistem pendidikan di Kenya meniru hampir semuanya dari Britania, sekitar tahun 1950, namun malah berhasil membuat kondisinya menjadi semakin buruk. Ada banyak sekolah di daerah kumuh seperti ini Sekolah-sekolah seperti ini Disinilah Maureen bersekolah Sekolah-sekolah tersebut adalah sekolah swasta. Tidak ada sekolah negeri di daerah kumuh Dan pendidikan yang mereka peroleh sangat menyedihkan. Hal itu berlangsung di tempat-tempat seperti ini. Ini adalah sekolah yang dikelola oleh beberapa orang biarawati di daerah kumuh lainnya bernama Nakuru Setengah dari jumlah siswa di kelas ini tak memiliki orang tua karena mereka meninggal akibat AIDS setengahnya lagi hanya memiliki orang tua tunggal sebab orang tua yang satunya lagi juga meninggal karena AIDS Jadi, tantangan pendidikan di tempat-tempat seperti ini bukanlah mengajarkan pengetahuan tentang raja dan ratu Kenya atau Inggris melainkan mengajarkan pelajaran untuk mampu bertahan hidup, untuk mampu memperoleh penghidupan untuk tidak menjadi pengidap HIV Teknologi yang bisa digunakan oleh orang kaya dan miskin di tempat-tempat seperti ini bukanlah teknologi yang ada kaitannya dengan teknologi industri Bukan yang ada kaitannya dengan listrik dan air Melainkan telepon seluler. Jika Anda ingin mendesain dari awal jasa layanan apapun di Afrika, maka Anda dapat memulainya sekarang dengan telepon seluler Atau Anda dapat pergi ke tempat-tempat seperti ini
This is a place called the Madangiri Settlement Colony, which is a very developed slum about 25 minutes outside New Delhi, where I met these characters who showed me around for the day. The remarkable thing about these girls, and the sign of the kind of social revolution sweeping through the developing world is that these girls are not married. Ten years ago, they certainly would have been married. Now they're not married, and they want to go on to study further, to have a career. They've been brought up by mothers who are illiterate, who have never ever done homework. All across the developing world there are millions of parents -- tens, hundreds of millions -- who for the first time are with children doing homework and exams. And the reason they carry on studying is not because they went to a school like this. This is a private school. This is a fee-pay school. This is a good school. This is the best you can get in Hyderabad in Indian education. The reason they went on studying was this.
Ini adalah tempat bernama Madangiri Settlement Colony yakni sebuah daerah kumuh yang sangat maju berjarak sekitar 25 menit di luar kota New Delhi disana saya bertemu dengan orang-orang ini yang mengantar saya berkeliling seharian Hal yang hebat dari anak-anak gadis ini, dan tanda adanya revolusi sosial yang bergerak di seluruh negara berkembang adalah bahwa anak-anak gadis ini belum menikah 10 tahun yang lalu, mereka pasti sudah menikah Sekarang, mereka belum menikah dan bercita-cita ingin terus melanjutkan studi, berkarir Mereka dipelihara oleh ibu yang buta huruf yang tidak pernah membantu mengerjakan PR Di negara berkembang di seluruh dunia, terdapat jutaan orang tua puluhan atau bahkan ratusan juta yang untuk pertama kalinya membantu anak-anak mereka mengerjakan PR dan latihan Dan alasan mereka melanjutkan pendidikan bukan karena mereka bersekolah di sekolah seperti ini Ini adalah sebuah sekolah swasta Bersekolah disini tidak gratis. Ini adalah sekolah yang bagus Sekolah ini adalah yang terbaik yang ada di Hyderabad pada sistem pendidikan di India Alasan mereka tetap melanjutkan pendidikan adalah ini
This is a computer installed in the entrance to their slum by a revolutionary social entrepreneur called Sugata Mitra who has conducted the most radical experiments, showing that children, in the right conditions, can learn on their own with the help of computers. Those girls have never touched Google. They know nothing about Wikipedia. Imagine what their lives would be like if you could get that to them.
Ini adalah sebuah komputer yang dipasang di pintu masuk perkampungan kumuh mereka oleh seorang entrepreneur sosial yang revolusioner namanya Sugata Mitra yang mengadopsi eksperimen paling radikal dengan menunjukan bahwa pada kondisi yang tepat, anak-anak dapat belajar dengan mandiri berkat bantuan komputer Anak-anak gadis tersebut tidak pernah mengenal Google Mereka tidak tahu apa-apa soal Wikipedia Bayangkan hidup mereka akan seperti apa jika mereka tahu Google dan Wikipedia
So if you look, as I did, through this tour, and by looking at about a hundred case studies of different social entrepreneurs working in these very extreme conditions, look at the recipes that they come up with for learning, they look nothing like school. What do they look like? Well, education is a global religion. And education, plus technology, is a great source of hope. You can go to places like this.
Jadi, jika Anda melihat, seperti yang saya lakukan disepanjang perjalanan ini, dan dengan melihat ratusan studi kasus tentang para entrepreneur sosial yang berbeda-beda yang bekerja pada kondisi yang sangat ekstrim, perhatikan resep belajar yang mereka hasilkan tempat-tempat ini sama sekali tidak mirip sekolah Terlihat seperti apakah mereka? Pendidikan adalah sebuah agama global Dan pendidikan, ditambah dengan teknologi adalah sumber harapan yang sangat hebat Anda dapat pergi ke tempat-tempat seperti ini
This is a school three hours outside of Sao Paulo. Most of the children there have parents who are illiterate. Many of them don't have electricity at home. But they find it completely obvious to use computers, websites, make videos, so on and so forth. When you go to places like this what you see is that education in these settings works by pull, not push. Most of our education system is push. I was literally pushed to school. When you get to school, things are pushed at you: knowledge, exams, systems, timetables. If you want to attract people like Juanderson who could, for instance, buy guns, wear jewelry, ride motorbikes and get girls through the drugs trade, and you want to attract him into education, having a compulsory curriculum doesn't really make sense. That isn't really going to attract him. You need to pull him. And so education needs to work by pull, not push.
Ini adalah sebuah sekolah berjarak 3 jam dari di Sao Paulo Kebanyakan orang tua siswa di sekolah tersebut buta huruf Banyak dari mereka yang tak memiliki listrik di rumahnya Namun jelas mereka mampu menggunakan komputer, membuka website membuat video, dan sebagainya Ketika Anda pergi ke tempat-tempat seperti ini yang akan Anda lihat adalah bahwa pendidikan pada lingkungan seperti ini hanya dapat berfungsi dengan tarikan, bukan dorongan Kebanyakan sistem pendidikan di kita berupa dorongan Saya didorong untuk bersekolah Ketika Anda di sekolah, segala sesuatu didorong pada Anda pengetahuan, ujian, sistem, jadwal pelajaran Jika Anda ingin menarik orang seperti Juanderson, yang misalnya, mampu membeli senjata, mengenakan perhiasan mengendarai sepeda motor dan bermain perempuan, dengan cara berdagang obat-obatan dan Anda ingin menariknya menuju pendidikan maka memiliki kurikulum tidaklah terlalu masuk akal Kurikulum sekolah sama sekali tidak menarik untuknya Anda harus menariknya Dan karena itulah pendidikan harus dijalankan dengan tarikan, bukan dorongan
And so the idea of a curriculum is completely irrelevant in a setting like this. You need to start education from things that make a difference to them in their settings. What does that? Well, the key is motivation, and there are two aspects to it. One is to deliver extrinsic motivation, that education has a payoff. Our education systems all work on the principle that there is a payoff, but you have to wait quite a long time. That's too long if you're poor. Waiting 10 years for the payoff from education is too long when you need to meet daily needs, when you've got siblings to look after or a business to help with. So you need education to be relevant and help people to make a living there and then, often. And you also need to make it intrinsically interesting.
Dan karena itu pula gagasan penggunaan kurikulum sangat tidak relevan pada lingkungan seperti ini Anda harus memulai pendidikan dari segala hal yang dapat menciptakan perbedaan bagi mereka yang ada di lingkungan mereka Apakah yang sanggup melakukan hal itu? Kuncinya adalah motivasi, dan terdapat dua aspek motivasi Pertama adalah memberikan motivasi ekstrinsik Menunjukkan bahwa pendidikan mampu memberikan hasil Sistem pendidikan kita semuanya bekerja dengan prinsip mampu memberikan hasil timbal balik, tapi Anda harus menunggu lama untuk memperoleh hasil timbal balik itu Terlalu lama jika Anda adalah orang miskin Menunggu sepuluh tahun untuk dapat memperoleh hasil timbal balik dari pendidikan terlalu lama jika Anda termasuk orang yang harus memenuhi kebutuhah hidup sehari-hari ketika Anda memiliki saudara-saudara yang harus anda rawat atau usaha yang harus Anda jalankan Jadi, Anda membutuhkan pendidikan yang relevan dan mampu membantu orang-orang untuk bertahan hidup dalam lingkungan seperti itu. Dan Anda juga harus berupaya agar pendidikan menarik secara intrinsik
So time and again, I found people like this. This is an amazing guy, Sebastiao Rocha, in Belo Horizonte, in the third largest city in Brazil. He's invented more than 200 games to teach virtually any subject under the sun. In the schools and communities that Taio works in, the day always starts in a circle and always starts from a question. Imagine an education system that started from questions, not from knowledge to be imparted, or started from a game, not from a lesson, or started from the premise that you have to engage people first before you can possibly teach them. Our education systems, you do all that stuff afterward, if you're lucky, sport, drama, music. These things, they teach through. They attract people to learning because it's really a dance project or a circus project or, the best example of all -- El Sistema in Venezuela -- it's a music project. And so you attract people through that into learning, not adding that on after all the learning has been done and you've eaten your cognitive greens.
Dan kembali, saya bertemu dengan orang seperti ini Dia adalah orang yang sangat luar biasa, namanya Sebastiao Rocha, dari Belo Horizonte, kota terbesar ketiga di Brazil Dia berhasil menemukan lebih dari 200 permainan yang dapat digunakan untuk mengajar pelajaran apapun secara virtual di ruang terbuka Di sekolah-sekolah dan lingkungan masyarakat dimana Taio bekerja tiap hari belajar selalu dimulai dalam sebuah lingkaran dan selalu diawali dengan sebuah pertanyaan Bayangkan, sebuah sistem pendidikan yang dimulai dari pertanyaan, bukan dari pengetahuan yang akan disampaikan atau dimulai dari permainan, bukan dari pelajaran, atau dimulai dari dasar pemikiran bahwa Anda harus membuat orang merasa terlibat dan tertarik sebelum Anda mengajari mereka Sistem pendidikan kita, Anda melakukan segala sesuatu sesudahnya, jika Anda beruntung olahraga, drama, musik. Hal-hal seperti itu, mereka ajarkan dengan cara menyeluruh Mereka menarik orang untuk belajar sebab pelajaran tersebut sesungguhnya merupakan sebuah proyek tarian atau sebuah proyek sirkus atau, contoh terbaiknya -- El Sistema di Venezuela -- pelajaran itu berupa sebuah proyek musik. Dan Anda menarik orang untuk belajar dengan proyek-proyek seperti itu, bukan menjalankan proyek tersebut setelah semua pembelajaran telah dilaksanakan dan Anda telah memakan semua makanan kognitif Anda
So El Sistema in Venezuela uses a violin as a technology of learning. Taio Rocha uses making soap as a technology of learning. And what you find when you go to these schemes is that they use people and places in incredibly creative ways. Masses of peer learning. How do you get learning to people when there are no teachers, when teachers won't come, when you can't afford them, and even if you do get teachers, what they teach isn't relevant to the communities that they serve? Well, you create your own teachers. You create peer-to-peer learning, or you create para-teachers, or you bring in specialist skills. But you find ways to get learning that's relevant to people through technology, people and places that are different.
Jadi El Sistem di Venezuela menggunakan sebuah biola sebagai teknologi untuk belajar Taio Rocha menggunakan kegiatan membuat sabun sebagai teknologi pembelajaran Dan apa yang dapat Anda temukan dari skema-skema tersebut adalah bahwa mereka menggunakan orang-orang dan tempat dengan cara yang sangat luar biasa kreatif. Pola pembelajaran peer learning Bagaimana Anda membuat orang-orang belajar ketika tidak ada guru, ketika guru tidak mau datang, ketika Anda tidak dapat membayar mereka untuk mengajar dan bahkan ketika Anda mampu memiliki guru sekalipun apa yang mereka ajarkan tidak relevan dengan komunitas yang mereka ajar Makanya, Anda harus menciptakan guru Anda sendiri Anda menciptakan pola peer-to-peer learning ... atau Anda menciptakan pola para-guru, atau Anda membawa seseorang yang memiliki ketrampilan khusus Namun Anda mampu menemukan cara belajar yang relevan bagi semua orang melalui teknologi, orang dan tempat-tempat yang berbeda
So this is a school in a bus on a building site in Pune, the fastest growing city in Asia. Pune has 5,000 building sites. It has 30,000 children on those building sites. That's one city. Imagine that urban explosion that's going to take place across the developing world and how many thousands of children will spend their school years on building sites. Well, this is a very simple scheme to get the learning to them through a bus. And they all treat learning, not as some sort of academic, analytical activity, but as that's something that's productive, something you make, something that you can do, perhaps earn a living from.
Ini adalah sekolah dalam sebuah bus pada sebuah lokasi bangunan di Pune, kota dengan pertumbuhan tercepat di Asia Pune memiliki 5.000 lokasi bangunan dengan 30.000 anak pada lokasi-lokasi bangunan tersebut Itu terjadi di satu kota Bayangkan ledakan urbanisasi yang akan terjadi di berbagai tempat di bagian negara berkembang dan berapa ribu anak yang akan menghabiskan masa sekolah mereka di lokasi bangunan Ini adalah sebuah skema yang sangat sederhana untuk memberikan pengajaran pada anak-anak tersebut melalui sebuah bus Dan mereka semua memperlakukan pembelajaran bukan sebagai sebuah bentuk akademik, bukan sebuah aktivitas analitis, melainkan sebagai sesuatu yang produktif, sesuatu yang Anda ciptakan, sesuatu yang dapat Anda lakukan, mungkin juga dapat mengambil penghasilan untuk mampu hidup darinya
So I met this character, Steven. He'd spent three years in Nairobi living on the streets because his parents had died of AIDS. And he was finally brought back into school, not by the offer of GCSEs, but by the offer of learning how to become a carpenter, a practical making skill. So the trendiest schools in the world, High Tech High and others, they espouse a philosophy of learning as productive activity. Here, there isn't really an option. Learning has to be productive in order for it to make sense.
Dan saya bertemu dengan orang ini, Steven. Dia menghabiskan tiga tahun hidup di jalanan Nairobi karena orangtuanya meninggal akibat AIDS Dan akhirnya dia bisa diajak kembali ke sekolah bukan oleh staff GCSE melainkan oleh tawaran belajar untuk menjadi seorang tukang kayu sebuah keterampilan praktis Bahkan sekolah yang paling trendi di dunia, High Tech High dan yang lainnya, mereka memiliki filosofi belajar sebagai sebuah aktifitas produktif Disini, sama sekali tidak ada pilihan Belajar harus menjadi sebuah kegiatan yang produktif agar belajar tersebut mampu dipahami
And finally, they have a different model of scale, and it's a Chinese restaurant model of how to scale. And I learned it from this guy, who is an amazing character. He's probably the most remarkable social entrepreneur in education in the world. His name is Madhav Chavan, and he created something called Pratham. And Pratham runs preschool play groups for, now, 21 million children in India. It's the largest NGO in education in the world. And it also supports working-class kids going into Indian schools. He's a complete revolutionary. He's actually a trade union organizer by background, and that's how he learned the skills to build his organization.
Dan terakhir, mereka memiliki model skala yang berbeda Yakni model restoran China tantang bagaimana melakukan penskalaan Dan saya mempelajari hal tersebut dari orang ini, seorang yang sangat luar biasa Dia mungkin entrepreneur sosial bidang pendidikan yang paling hebat di dunia Namanya Madhav Chavan dia menciptakan sesuatu yang disebut Pratham yang menjalankan kelompok bermain pra-sekolah saat ini, mampu melayani pendidikan untuk 21 juta anak di India Pratham merupakan LSM pendidikan terbesar di dunia Pratham juga mendukung agar anak-anak dari masyarakat kelas pekerja di India untuk bersekolah Dia seorang yang revolusioner Dia sesungguhnya memiliki latar belakang sebagai organizer serikat buruh Dan dari sanalah dia mempelajari keterampilan untuk membangun organisasinya
When they got to a certain stage, Pratham got big enough to attract some pro bono support from McKinsey. McKinsey came along and looked at his model and said, "You know what you should do with this, Madhav? You should turn it into McDonald's. And what you do when you go to any new site is you kind of roll out a franchise. And it's the same wherever you go. It's reliable and people know exactly where they are. And there will be no mistakes." And Madhav said, "Why do we have to do it that way? Why can't we do it more like the Chinese restaurants?"
Ketika mereka mencapai tahapan tertentu, Pratham mampu meraih sesuatu yang cukup besar untuk menarik bantuan sukarela dari McKinsey McKinsey datang dan melihat model Pratham, dan berkata "Kamu tahu apa yang harus dilakukan dengan ini, Madhav? Kamu harus merubahnya menjadi seperti McDonald's Dan apa yang harus kamu lakukan ketika pergi ke suatu tempat yang baru adalah menjalankan usaha waralaba Dan kemanapun kau pergi, hal ini tetap akan dijalankan secara serupa Reliabel dan orang tahu dengan pasti kemana mereka pergi Dan tak akan ada kesalahan" Dan Madhav berkata, "Kenapa kami harus melakukannya dengan cara seperti itu? Kenapa kita tidak melakukannya dengan model restoran China?"
There are Chinese restaurants everywhere, but there is no Chinese restaurant chain. Yet, everyone knows what is a Chinese restaurant. They know what to expect, even though it'll be subtly different and the colors will be different and the name will be different. You know a Chinese restaurant when you see it. These people work with the Chinese restaurant model -- same principles, different applications and different settings -- not the McDonald's model. The McDonald's model scales. The Chinese restaurant model spreads.
Restoran China terdapat dimana-mana tapi tidak ada yang namanya jaringan waralaba restoran China Namun, semua orang tetap tahu seperti apa restoran China Mereka tahu apa yang akan disajikan, meski terdapat sedikit perbedaan warna dan namanya mungkin berbeda-beda Anda tahu restoran China ketika Anda melihatnya Orang-orang ini bekerja dengan model restoran China Mereka memiliki prinsip yang sama dengan aplikasi dan lingkungan yang berbeda-beda Bukan seperti model McDonald's Model McDonald's membesar Model restoran China menyebar
So mass education started with social entrepreneurship in the 19th century. And that's desperately what we need again on a global scale. And what can we learn from all of that? Well, we can learn a lot because our education systems are failing desperately in many ways. They fail to reach the people they most need to serve. They often hit their target but miss the point. Improvement is increasingly difficult to organize; our faith in these systems, incredibly fraught. And this is just a very simple way of understanding what kind of innovation, what kind of different design we need.
Begitu juga dengan pendidikan masyarakat yang dimulai dengan entrepreneurship sosial pada abad ke-19 Dan itulah yang sangat kita butuhkan pada skala global Dan apa yang dapat kita pelajari dari semua itu? Banyak hal yang dapat kita pelajari sebab sistem pendidikan kita sedang mengalami kegagalan yang parah dalam banyak hal Mereka gagal untuk menjangkau orang yang paling butuh untuk dilayani Mereka seringkali mampu mencapai target tapi tidak mampu mencapai tujuan Upaya peningkatan semakin sulit untuk diorganisir Keyakinan kita pada sistem ini semakin memudar Dan ini adalah cara yang paling sederhana untuk memahami inovasi apa, desain berbeda seperti apa yang kita butuhkan.
There are two basic types of innovation. There's sustaining innovation, which will sustain an existing institution or an organization, and disruptive innovation that will break it apart, create some different way of doing it. There are formal settings -- schools, colleges, hospitals -- in which innovation can take place, and informal settings -- communities, families, social networks. Almost all our effort goes in this box, sustaining innovation in formal settings, getting a better version of the essentially Bismarckian school system that developed in the 19th century. And as I said, the trouble with this is that, in the developing world there just aren't teachers to make this model work. You'd need millions and millions of teachers in China, India, Nigeria and the rest of developing world to meet need. And in our system, we know that simply doing more of this won't eat into deep educational inequalities, especially in inner cities and former industrial areas.
Terdapat dua jenis inovasi Ada inovasi berkelanjutan, yang akan menopang institusi atau organisasi yang ada, dan ada juga inovasi disruptif, yang akan merombak struktur yang ada dan menciptakan cara baru yang berbeda dalam melakukan sesuatu Terdapat lingkungan-lingkungan formal, seperti sekolah, kampus, rumah sakit, dimana inovasi dapat terjadi, dan lingkungan non-formal, seperti masyarakat, keluarga, jaringan sosial, Hampir semua usaha kita berjalan pada kotak ini, inovasi berkelanjutan dilakukan pada lingkungan formal berupaya mendapatkan versi yang lebih baik dari sistem sekolah Bismarckian yang berkembang pada abad ke-19 Dan seperti yang saya katakan, masalah yang muncul dari melakukan hal ini adalah bahwa, di negara-negara berkembang tidak terdapat banyak guru yang mampu menjalankan model inovasi seperti ini butuh jutaan guru di China, India, Nigeria dan di belahan dunia lainnya guna memenuhi kebutuhan inovasi dalam pendidikan. Dan pada sistem di kita, kita tahun bahwa hanya dengan melakukan inovasi seperti itu secara lebih baik saja tidak akan mampu menutupi kesenjangan pendidikan, khususnya di perkotaan dan wilayah-wilayah bekas perindustrian.
So that's why we need three more kinds of innovation. We need more reinvention. And all around the world now you see more and more schools reinventing themselves. They're recognizably schools, but they look different. There are Big Picture schools in the U.S. and Australia. There are Kunskapsskolan schools in Sweden. Of 14 of them, only two of them are in schools. Most of them are in other buildings not designed as schools. There is an amazing school in Northen Queensland called Jaringan. And they all have the same kind of features: highly collaborative, very personalized, often pervasive technology, learning that starts from questions and problems and projects, not from knowledge and curriculum. So we certainly need more of that.
Oleh karena itu kita butuh tiga jenis motivasi yang lain Kita harus melakukan reinvention, penemuan kembali Dan di seluruh belahan dunia saat ini, Anda melihat semakin banyak sekolah yang melakukan reinvention Mereka dapat dikenali sebagai sekolah, namun mereka nampak berbeda Terdapat sekolah-sekolah dalam Big Picture di Amerika Serikat dan Australia Ada sekolah-sekolah Kunscap Skolan di Swedia yang dari 14 sekolah tersebut hanya dua diantaranya yang berbentuk seperti sekolah pada umumnya Kebanyakan dari sekolah-sekolah tersebut melakukan pembelajaran di bangunan yang tidak dirancang seperti sebuah sekolah Terdapat sebuah sekolah yang luar biasa hebat di Utara Queensland yang disebut dengan Jaringan Dan semua sekolah tersebut memiliki kesamaan ciri, sangat kolaboratif, sangat terpersonalisasikan, dan dijalankan dengan menggunakan teknologi pervasif Pembelajaran dimulai dari pertanyaan dari masalah, dari proyek bukan dari pengetahuan dan kurikulum Jadi, kita tentunya sangat membutuhkan sesuatu yang lebih dari itu semua
But because so many of the issues in education aren't just in school, they're in family and community, what you also need, definitely, is more on the right hand side. You need efforts to supplement schools. The most famous of these is Reggio Emilia in Italy, the family-based learning system to support and encourage people in schools. The most exciting is the Harlem Children's Zone, which over 10 years, led by Geoffrey Canada, has, through a mixture of schooling and family and community projects, attempted to transform not just education in schools, but the entire culture and aspiration of about 10,000 families in Harlem. We need more of that completely new and radical thinking. You can go to places an hour away, less, from this room, just down the road, which need that, which need radicalism of a kind that we haven't imagined.
Namun dikarenakan begitu banyak isu tentang pendidikan bukan hanya berasal dari sekolah melainkan juga dari keluarga dan masyarakat, maka tentunya yang anda butuhkan, adalah pada sisi kanan ini Anda membutuhkan usaha untuk mendukung sekolah-sekolah Contoh paling terkenal dari model ini adalah Reggio Emilia di Italia sebuah sistem pembelajaran berbasis keluarga yang bertujuan mendukung dan mendorong orang-orang di sekolah Contoh yang paling menarik adalah the Harlem Children's Zone yang lebih dari 10 tahun, dipimpin oleh Geoffrey Canada, melalui proyek perpaduan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, berupaya untuk mentransformasikan, bukan hanya pendidikan di sekolah-sekolah, tapi juga seluruh kultur dan aspirasi dari sekitar 10.000 keluarga di Harlem. Kita butuh lebih banyak pemikiran yang sepenuhnya baru dan radikal Anda bisa pergi ke tempat-tempat yang jaraknya sejam, atau kurang, dari ruangan ini, di jalanan sana, membutuhkan radikalisme dari sesuatu yang belum pernah kita bayangkan
And finally, you need transformational innovation that could imagine getting learning to people in completely new and different ways. So we are on the verge, 2015, of an amazing achievement, the schoolification of the world. Every child up to the age of 15 who wants a place in school will be able to have one in 2015. It's an amazing thing. But it is, unlike cars, which have developed so rapidly and orderly, actually the school system is recognizably an inheritance from the 19th century, from a Bismarkian model of German schooling that got taken up by English reformers, and often by religious missionaries, taken up in the United States as a force of social cohesion, and then in Japan and South Korea as they developed.
Dan terakhir, Anda membutuhkan inovasi transformasional yang dapat mendorong orang untuk belajar dengan cara yang sepenuhnya baru dan berbeda Saat ini kita hampir mendekati tahun 2015, masa-masa penuh prestasi luar biasa, "schoolifikasi" dunia. Tiap anak berusia 15 tahun yang ingin memperoleh sebuah tempat di sekolah akan mampu memperolehnya pada tahun 2015 Hal itu merupakan sesuatu yang luar biasa Namun, tidak seperti mobil yang dirangkai dengan cepat dan tertata, sesungguhnya sistem sekolah nampaknya masih mewarisi model sekolah dari abad ke-19 dari model sekolah Bismarkian Jerman yang kemudian diterapkan oleh para reformer di Inggris dan sering juga oleh para misionaris diterapkan di Amerika Serikat sebagai sebuah dorongan kohesi sosial dan kemudian diterapkan di Jepang dan Korea Selatan seiring dengan pembangunan mereka
It's recognizably 19th century in its roots. And of course it's a huge achievement. And of course it will bring great things. It will bring skills and learning and reading. But it will also lay waste to imagination. It will lay waste to appetite. It will lay waste to social confidence. It will stratify society as much as it liberates it. And we are bequeathing to the developing world school systems that they will now spend a century trying to reform. That is why we need really radical thinking, and why radical thinking is now more possible and more needed than ever in how we learn.
Jelas nampaknya bahwa abad ke-19 merupakan akar sistem pendidikan kita Dan tentunya hal tersebut merupakan sebuah pencapaian yang hebat Dan hal tersebut tentunya akan memunculkan hal-hal yang hebat Sistem itu akan menghasilkan keterampilan dan pembelajaran dan membaca Namun sistem itu juga akan membuat menyia-nyiakan imajinasi Menyia-nyiakan keinginan. Menyia-nyiakan kepercayaan sosial. Akar itu akan menstratifikasikan masyarakat sama besarnya seperti ia membebaskan masyarakat Dan kita mewariskan pada negara berkembang sistem sekolah yang akan membutuhkan waktu satu abad untuk direformasi Oleh karena itu kita membutuhkan pemikiran yang benar-benar radikal dan kenapa pemikiran radikal saat ini lebih mungkin dan lebih dibutuhkan dibanding sebelumnya dalam hal bagaimana kita belajar
Thank you. (Applause)
Terima kasih