Have you ever wondered what animals think and feel? Let's start with a question: Does my dog really love me, or does she just want a treat? Well, it's easy to see that our dog really loves us, easy to see, right, what's going on in that fuzzy little head. What is going on? Something's going on.
Pernahkah Anda bertanya, apa yang binatang pikirkan dan rasakan? Mari mulai dengan satu pertanyaan: Apakah anjing saya benar-benar mencintai saya atau hanya mau camilan? Mudah untuk melihat bahwa anjing kita benar-benar mencintai kita, mudah kan, untuk melihat apa yang ada dalam pikiran kepala kecil yang kita tak ketahui itu. Apa yang sedang terjadi? Sesuatu sedang terjadi.
But why is the question always do they love us? Why is it always about us? Why are we such narcissists? I found a different question to ask animals. Who are you?
Tapi mengapa pertanyaannya selalu, apakah mereka mencintai kita? Mengapa selalu tentang kita? Mengapa kita narsis sekali? Saya menemukan pertanyaan berbeda untuk ditanyakan kepada binatang. Siapakah kalian?
There are capacities of the human mind that we tend to think are capacities only of the human mind. But is that true? What are other beings doing with those brains? What are they thinking and feeling? Is there a way to know? I think there is a way in. I think there are several ways in. We can look at evolution, we can look at their brains and we can watch what they do.
Ada beberapa kapasitas pikiran manusia yang kita kira hanya dimiliki pikiran manusia. Tapi apakah itu benar? Apa yang dilakukan makhluk lain dengan otak mereka? Apa yang mereka pikirkan dan rasakan? Adakah cara untuk mengetahuinya? Saya rasa ada. Saya rasa ada beberapa cara. Kita dapat melihat pada evolusi, kita dapat melihat pada otak mereka dan kita dapat mengamati perilaku mereka.
The first thing to remember is: our brain is inherited. The first neurons came from jellyfish. Jellyfish gave rise to the first chordates. The first chordates gave rise to the first vertebrates. The vertebrates came out of the sea, and here we are. But it's still true that a neuron, a nerve cell, looks the same in a crayfish, a bird or you. What does that say about the minds of crayfish? Can we tell anything about that? Well, it turns out that if you give a crayfish a lot of little tiny electric shocks every time it tries to come out of its burrow, it will develop anxiety. If you give the crayfish the same drug used to treat anxiety disorder in humans, it relaxes and comes out and explores. How do we show how much we care about crayfish anxiety? Mostly, we boil them.
Hal pertama yang harus diingat adalah: otak kita diturunkan. Neuron pertama berasal dari ubur-ubur. Ubur-ubur berkembang menjadi kordata pertama. Kordata pertama berkembang menjadi vertebrata pertama. Vertebrata keluar dari laut, dan di sinilah kita. Tapi benar bahwa neuron dan sel saraf terlihat sama pada udang karang, burung, atau Anda. Apa yang dikatakan tentang pikiran udang karang? Dapatkah kita mengetahuinya? Ternyata jika Anda sering memberikan setruman kecil pada udang karang setiap kali mencoba keluar dari sarangnya, lama-lama ia akan cemas. Jika Anda memberikan udang karang obat yang saya untuk mengatasi gangguan kecemasan pada manusia, ia akan relaks, keluar, dan menjelajah. Bagaimana kita menunjukkan kepedulian akan kecemasan udang karang? Biasanya, kita merebus mereka.
(Laughter)
(Tawa)
Octopuses use tools, as well as do most apes and they recognize human faces. How do we celebrate the ape-like intelligence of this invertebrate? Mostly boiled. If a grouper chases a fish into a crevice in the coral, it will sometimes go to where it knows a moray eel is sleeping and it will signal to the moray, "Follow me," and the moray will understand that signal. The moray may go into the crevice and get the fish, but the fish may bolt and the grouper may get it. This is an ancient partnership that we have just recently found out about. How do we celebrate that ancient partnership? Mostly fried. A pattern is emerging and it says a lot more about us than it does about them.
Gurita menggunakan alat, seperti kebanyakan monyet dan mereka mengenali wajah manusia. Bagaimana kita merayakan kecerdasan invertebrata yang seperti monyet ini? Biasanya direbus. Jika kerapu mengejar seekor ikan ke dalam celah terumbu karang, kadang ia pergi ke tempat di mana belut moray tidur dan ia akan memberi sinyal kepada belut moray, "Ikuti aku," dan si belut moray akan menangkap sinyalnya. Belut moray kemudian akan pergi ke celah dan menangkap si ikan, tapi si ikan bisa saja mengelak dan kerapu mendapatkannya. Ini adalah kerjasama yang ada sejak lama yang kita ketahui belum lama ini. Bagaimana kita merayakan kerjasama kuno itu? Biasanya digoreng. Suatu pola muncul dan mengungkap lebih banyak tentang kita daripada tentang mereka.
Sea otters use tools and they take time away from what they're doing to show their babies what to do, which is called teaching. Chimpanzees don't teach. Killer whales teach and killer whales share food.
Berang-berang laut menggunakan alat dan mereka menyisihkan waktu dari rutinitas mereka untuk menunjukkan para bayi yang harus dilakukan, itu disebut mengajar. Simpanse tak melakukannya. Paus pembunuh mengajar dan berbagi makanan.
When evolution makes something new, it uses the parts it has in stock, off the shelf, before it fabricates a new twist. And our brain has come to us through the enormity of the deep sweep of time. If you look at the human brain compared to a chimpanzee brain, what you see is we have basically a very big chimpanzee brain. It's a good thing ours is bigger, because we're also really insecure.
Ketika evolusi menciptakan sesuatu yang baru, bagian yang sudah ada digunakan, untuk diubah menjadi sesuatu yang baru. Dan otak kita menjadi seperti sekarang ini melalui kejamnya perjalanan waktu. Jika Anda melihat otak manusia dan membandingkannya dengan otak simpanse, pada dasarnya yang Anda lihat adalah otak simpanse yang sangat besar. Bagus bahwa otak kita lebih besar, karena kita mudah merasa terancam.
(Laughter)
(Tawa)
But, uh oh, there's a dolphin, a bigger brain with more convolutions. OK, maybe you're saying, all right, well, we see brains, but what does that have to say about minds? Well, we can see the working of the mind in the logic of behaviors. So these elephants, you can see, obviously, they are resting. They have found a patch of shade under the palm trees under which to let their babies sleep, while they doze but remain vigilant. We make perfect sense of that image just as they make perfect sense of what they're doing because under the arc of the same sun on the same plains, listening to the howls of the same dangers, they became who they are and we became who we are.
Tapi, ada lumba-lumba, otaknya lebih besar dan lebih ruwet. Oke, mungkin Anda akan bilang, kita melihat pada otak, tapi apa hubungannya dengan pikiran? kita dapat melihat cara kerja pikiran dalam logika perilaku. Jadi gajah ini, Anda bisa lihat, jelas, mereka sedang istirahat. Mereka telah menemukan tempat teduh di bawah pohon palem agar bayi mereka bisa tidur di bawahnya, selagi mereka bersantai namun tetap waspada. Kita menalarkan dengan sempurna gambaran tersebut seperti halnya mereka karena di bawah matahari yang sama, di atas tanah yang sama, mendengarkan lolongan bahaya yang sama, mereka menjadi diri mereka dan kita menjadi diri kita.
We've been neighbors for a very long time. No one would mistake these elephants as being relaxed. They're obviously very concerned about something. What are they concerned about? It turns out that if you record the voices of tourists and you play that recording from a speaker hidden in bushes, elephants will ignore it, because tourists never bother elephants. But if you record the voices of herders who carry spears and often hurt elephants in confrontations at water holes, the elephants will bunch up and run away from the hidden speaker. Not only do elephants know that there are humans, they know that there are different kinds of humans, and that some are OK and some are dangerous.
Kita telah hidup berdampingan cukup lama. Tak seorang pun salah tafsir bahwa gajah ini sedang relaks. Mereka jelas sangat khawatir tentang sesuatu. Apa yang mereka cemaskan? Ternyata, jika Anda merekam suara turis dan diputar rekamannya dari pengeras suara yang tersembunyi di balik semak, gajah akan mengabaikannya, karena turis tak pernah mengganggu gajah. Tapi jika Anda merekam suara gembala yang membawa tombak dan sering menyakiti gajah dalam memperebutkan kubangan air, para gajah akan merapat dan lari dari pengeras suara tersembunyi. Gajah tak hanya tahu bahwa ada manusia, mereka tahu bahwa ada jenis manusia yang berbeda, dan bahwa beberapa baik-baik saja dan beberapa berbahaya.
They have been watching us for much longer than we have been watching them. They know us better than we know them. We have the same imperatives: take care of our babies, find food, try to stay alive. Whether we're outfitted for hiking in the hills of Africa or outfitted for diving under the sea, we are basically the same. We are kin under the skin. The elephant has the same skeleton, the killer whale has the same skeleton, as do we. We see helping where help is needed. We see curiosity in the young. We see the bonds of family connections. We recognize affection. Courtship is courtship. And then we ask, "Are they conscious?"
Mereka telah mengamati kita lebih lama daripada kita mengamati mereka. Mereka memahami kita lebih baik daripada kita terhadap mereka. Kita punya kepentingan yang sama: merawat bayi kita, mencari makan, bertahan hidup. Apakah kita dilengkapi untuk mendaki di bukit Afrika atau dilengkapi untuk menyelam ke dasar laut, pada dasarnya kita sama. Kita adalah saudara di balik tampilan kita. Gajah punya kerangka yang sama, paus pembunuh punya kerangka yang sama, begitu juga kita. Pertolongan ada saat dibutuhkan. Ada rasa ingin tahu pada anak-anak. Ada ikatan hubungan keluarga. Kita sadar akan adanya kasih sayang. Pendekatan adalah pendekatan. Lalu kita bertanya, "Apakah mereka sadar?"
When you get general anesthesia, it makes you unconscious, which means you have no sensation of anything. Consciousness is simply the thing that feels like something. If you see, if you hear, if you feel, if you're aware of anything, you are conscious, and they are conscious.
Ketika Anda dibius, itu membuat Anda tak sadar, artinya Anda tidak merasakan apa-apa. Kesadaran sederhananya adalah merasakan sesuatu. Jika Anda melihat, mendengar, merasakan, jika Anda awas akan segala sesuatu, Anda sadar dan mereka sadar.
Some people say well, there are certain things that make humans humans, and one of those things is empathy. Empathy is the mind's ability to match moods with your companions. It's a very useful thing. If your companions start to move quickly, you have to feel like you need to hurry up. We're all in a hurry now. The oldest form of empathy is contagious fear. If your companions suddenly startle and fly away, it does not work very well for you to say, "Jeez, I wonder why everybody just left."
Ada yang bilang ada beberapa hal yang membuat manusia itu manusia, dan salah satu hal tersebut adalah empati. Empati adalah kemampuan pikiran untuk menyamakan suasana hati dengan sesama di sekitar Anda. Itu sangat berguna. Jika teman-teman Anda mulai tergesa-gesa, Anda harus merasa Anda harus cepat juga. Kita semua sedang tergesa sekarang ini. Bentuk empati yang tertua adalah rasa takut yang menular. Jika teman-teman Anda tiba-tiba terkejut dan pergi, Anda tidak berkata, "Wow, saya heran mengapa semuanya pergi."
(Laughter)
(Tawa)
Empathy is old, but empathy, like everything else in life, comes on a sliding scale and has its elaboration. So there's basic empathy: you feel sad, it makes me sad. I see you happy, it makes me happy.
Empati itu sudah lama ada, tapi empati, seperti hal lain dalam kehidupan, ada dalam skala yang bervariasi dan punya penjabaran. Jadi ada empati dasar: Anda merasa sedih, itu membuat saya sedih. Saya melihat Anda senang, itu membuat saya senang.
Then there's something that I call sympathy, a little more removed: "I'm sorry to hear that your grandmother has just passed away. I don't feel that same grief, but I get it; I know what you feel and it concerns me."
Lalu ada yang namanya simpati, sedikit lebih menggerakkan: "Saya turut sedih nenekmu baru saja meninggal. Saya tak berduka juga, tapi saya mengerti, saya tahu apa yang Anda rasakan dan itu membuat saya prihatin."
And then if we're motivated to act on sympathy, I call that compassion.
Lalu jika kita termotivasi untuk bergerak karena simpati, Saya menyebutnya belas kasih.
Far from being the thing that makes us human, human empathy is far from perfect. We round up empathic creatures, we kill them and we eat them. Now, maybe you say OK, well, those are different species. That's just predation, and humans are predators. But we don't treat our own kind too well either. People who seem to know only one thing about animal behavior know that you must never attribute human thoughts and emotions to other species. Well, I think that's silly, because attributing human thoughts and emotions to other species is the best first guess about what they're doing and how they're feeling, because their brains are basically the same as ours. They have the same structures. The same hormones that create mood and motivation in us are in those brains as well. It is not scientific to say that they are hungry when they're hunting and they're tired when their tongues are hanging out, and then say when they're playing with their children and acting joyful and happy, we have no idea if they can possibly be experiencing anything. That is not scientific.
Jauh dari hal yang membuat kita manusia, empati manusia jauh dari sempurna. Kita mengumpulkan makhluk berempati, kita membunuh dan memakan mereka. Nah, mungkin Anda bilang, mereka beda spesies. Itu tindakan memangsa, dan manusia adalah pemangsa. Tapi kita tak memperlakukan sesama kita lebih baik juga. Orang yang sepertinya hanya tahu satu hal tentang perilaku hewan, tahu bahwa Anda tak seharusnya menyamakan perasaan dan emosi manusia dengan spesies lain. Yah, saya rasa itu konyol, karena menyamakan perasaan dan emosi manusia pada spesies lain adalah terkaan pertama yang terbaik tentang yang mereka lakukan dan rasakan, karena otak mereka pada dasarnya sama dengan kita. Strukturnya sama. Hormon yang sama yang menciptakan suasana hati dan motivasi dalam diri kita juga ada dalam otak mereka. Tidak ilmiah untuk mengatakan bahwa mereka lapar ketika mereka berburu dan lelah ketika lidah mereka terjulur, lalu berkata ketika mereka bermain dengan anak-anak dan bertingkah riang dan gembira, kita tak tahu apakah mereka bisa saja merasakan sesuatu. Itu tidak ilmiah.
So OK, so a reporter said to me, "Maybe, but how do you really know that other animals can think and feel?" And I started to rifle through all the hundreds of scientific references that I put in my book and I realized that the answer was right in the room with me. When my dog gets off the rug and comes over to me -- not to the couch, to me -- and she rolls over on her back and exposes her belly, she has had the thought, "I would like my belly rubbed. I know that I can go over to Carl, he will understand what I'm asking. I know I can trust him because we're family. He'll get the job done, and it will feel good."
Jadi baiklah, seorang wartawan berkata pada saya, "Mungkin saja, tapi bagaimana Anda tahu bahwa binatang lain berpikir dan merasa?" Dan saya mulai mencari-cari dari ratusan referensi ilmiah yang ada di buku saya dan saya sadar jawabannya ada di dalam ruangan bersama dengan saya. Saat anjing saya bangun dari karpet dan mendatangi saya -- bukan ke sofa, ke saya -- dan ia berguling menelentangkan badannya dan menunjukkan perutnya, ia berpikir, "Aku mau perutku digosok. Aku tahu bahwa aku bisa datang ke Carl, dia akan mengerti apa yang kuminta. Aku tahu aku bisa percaya padanya karena kita keluarga. Dia akan melakukannya dan rasanya pasti enak."
(Laughter)
(Tawa)
She has thought and she has felt, and it's really not more complicated than that.
Ia telah berpikir dan merasakan, dan benar-benar tak lebih rumit dari itu.
But we see other animals and we say, "Oh look, killer whales, wolves, elephants: that's not how they see it."
Tapi kita melihat binatang lain dan berkata, "Lihat, paus pembunuh, serigala, gajah: mereka tak melihatnya seperti itu."
That tall-finned male is L41. He's 38 years old. The female right on his left side is L22. She's 44. They've known each other for decades. They know exactly who they are. They know who their friends are. They know who their rivals are. Their life follows the arc of a career. They know where they are all the time.
Pejantan bersirip tinggi itu adalah L41. Ia berusia 38 tahun. Betina yang berada tepat di sisi kirinya adalah L22. Ia 44 tahun. Mereka telah saling mengenal selama puluhan tahun. Mereka tahu sekali siapa mereka. Mereka tahu siapa teman mereka. Mereka tahu siapa pesaing mereka. Ada garis karir dalam hidup mereka. Mereka tahu di mana mereka setiap saat.
This is an elephant named Philo. He was a young male. This is him four days later. Humans not only can feel grief, we create an awful lot of it. We want to carve their teeth. Why can't we wait for them to die? Elephants once ranged from the shores of the Mediterranean Sea all the way down to the Cape of Good Hope. In 1980, there were vast strongholds of elephant range in Central and Eastern Africa. And now their range is shattered into little shards. This is the geography of an animal that we are driving to extinction, a fellow being, the most magnificent creature on land.
Ini adalah gajah yang bernama Philo. Ia adalah pejantan muda. Ini dia empat hari kemudian. Manusia tak hanya bisa merasakan duka, kita juga banyak menciptakannya. Kita mau memahat gading mereka. Mengapa kita tak bisa menunggu sampai mereka mati? Dulu, jangkauan gajah mencakup wilayah dari pesisir Laut Mediterania sampai ke Semenanjung Harapan. Tahun 1980, ada kubu gajah yang luas di Afrika Tengah dan Timur. Saat ini jangkauannya terpecah menjadi wilayah-wilayah yang kecil. Ini adalah wilayah hewan yang kita desak menuju kepunahan, sesama makhluk, makhluk yang paling indah di muka bumi.
Of course, we take much better care of our wildlife in the United States. In Yellowstone National Park, we killed every single wolf. We killed every single wolf south of the Canadian border, actually. But in the park, park rangers did that in the 1920s, and then 60 years later they had to bring them back, because the elk numbers had gotten out of control. And then people came. People came by the thousands to see the wolves, the most accessibly visible wolves in the world.
Tentunya, kita memperlakukan alam liar lebih baik di Amerika ini. Di Taman Nasional Yellowstone, kita membunuh semua serigala. Sebenarnya kita telah membunuh setiap serigala di selatan perbatasan Kanada. Tapi di area taman, penjaga taman melakukannya di tahun 1920-an, lalu 60 tahun kemudian mereka harus membawanya kembali, karena populasi rusa besar menjadi tak terkendali. Kemudian manusia datang. Ribuan orang datang untuk melihat serigala, tempat melihat serigala yang paling mudah ditemui dan diakses di dunia.
And I went there and I watched this incredible family of wolves. A pack is a family. It has some breeding adults and the young of several generations. And I watched the most famous, most stable pack in Yellowstone National Park. And then, when they wandered just outside the border, two of their adults were killed, including the mother, which we sometimes call the alpha female. The rest of the family immediately descended into sibling rivalry. Sisters kicked out other sisters. That one on the left tried for days to rejoin her family. They wouldn't let her because they were jealous of her. She was getting too much attention from two new males, and she was the precocious one. That was too much for them. She wound up wandering outside the park and getting shot. The alpha male wound up being ejected from his own family. As winter was coming in, he lost his territory, his hunting support, the members of his family and his mate.
Saya pergi ke sana dan menyaksikan keluarga serigala yang luar biasa. Suatu kawanan adalah keluarga. Ada dewasa yang berbiak dan beberapa generasi muda. Saya menyaksikan kawanan yang terkenal dan terkokoh di Taman Nasional Yellowstone. Lalu, ketika mereka berkeliaran sedikit di luar perbatasan, dua dewasanya terbunuh, termasuk induknya, yang kadang disebut betina pemimpin. Tak lama, terjadi persaingan saudara pada keluarga yang tersisa. Saudara perempuan mengusir saudara perempuan lain. Yang di sebelah kanan itu mencoba berhari-hari untuk bergabung kembali. Mereka menolaknya karena iri padanya. Ia mendapat terlalu banyak perhatian dari dua pejantan yang baru, dan ia adalah yang paling matang. Mereka tak bisa menerima semua itu. Ia akhirnya berkeliaran di luar taman dan tertembak. Si jantan pemimpin akhirnya terusir dari keluarganya sendiri. Saat musim dingin tiba, ia kehilangan wilayah kekuasaannya, kelompok berburunya, anggota keluarganya, dan pasangannya.
We cause so much pain to them. The mystery is, why don't they hurt us more than they do? This whale had just finished eating part of a grey whale with his companions who had killed that whale. Those people in the boat had nothing at all to fear. This whale is T20. He had just finished tearing a seal into three pieces with two companions. The seal weighed about as much as the people in the boat. They had nothing to fear. They eat seals. Why don't they eat us? Why can we trust them around our toddlers? Why is it that killer whales have returned to researchers lost in thick fog and led them miles until the fog parted and the researchers' home was right there on the shoreline? And that's happened more than one time.
Kita telah menyebabkan banyak penderitaan terhadap mereka. Misterinya, mengapa mereka tidak menyakiti kita lebih dari ini? Paus ini baru saja selesai memangsa sebagian paus abu-abu dengan kawanannya yang telah membunuh paus tersebut. Tak ada yang perlu ditakutkan oleh orang-orang di kapal itu. Paus ini bernama T20. Dia baru saja merobek anjing laut menjadi tiga bagian dengan dua temannya. Berat anjing laut itu kira-kira sama dengan orang di kapal. Tak ada yang harus mereka takutkan. Mereka memakan anjing laut. Mengapa mereka tak memakan ktia? Mengapa kita bisa mempercayai keberadaan mereka di sekitar balita? Mengapa paus pembunuh kembali ke para peneliti yang tersesat dalam kabut dan membimbing mereka bermil-mil jauhnya sampai kabutnya hilang dan rumah para peneliti tepat berada di pesisir itu? Dan itu terjadi lebih dari satu kali.
In the Bahamas, there's a woman named Denise Herzing, and she studies spotted dolphins and they know her. She knows them very well. She knows who they all are. They know her. They recognize the research boat. When she shows up, it's a big happy reunion. Except, one time showed up and they didn't want to come near the boat, and that was really strange. And they couldn't figure out what was going on until somebody came out on deck and announced that one of the people onboard had died during a nap in his bunk. How could dolphins know that one of the human hearts had just stopped? Why would they care? And why would it spook them? These mysterious things just hint at all of the things that are going on in the minds that are with us on Earth that we almost never think about at all.
Di Bahama, ada wanita yang bernama Denise Herzing, ia mempelajari lumba-lumba totol dan mereka mengenali dia. Ia kenal lumba-lumba dengan baik. Ia kenal setiap dari mereka. Mereka mengenalinya dan tahu kapal penelitiannya. Ketika ia muncul, mereka berreuni dengan gembira. Kecuali, suatu saat ia muncul dan mereka tak mau mendekati kapal, dan itu sangat aneh. Dan mereka tak menemukan sebabnya sampai seseorang keluar ke geladak dan mengabarkan bahwa ada awak kapal yang meninggal waktu tidur siang di tempat tidurnya. Bagaimana lumba-lumba tahu bahwa salah satu jantung manusia baru saja berhenti? Mengapa mereka peduli? Dan mengapa itu membuat mereka takut? Hal-hal misterius ini adalah petunjuk dari semua yang terjadi dalam pikiran makhluk yang hidup bersama kita di Bumi yang hampir tak pernah kita pikirkan.
At an aquarium in South Africa was a little baby bottle-nosed dolphin named Dolly. She was nursing, and one day a keeper took a cigarette break and he was looking into the window into their pool, smoking. Dolly came over and looked at him, went back to her mother, nursed for a minute or two, came back to the window and released a cloud of milk that enveloped her head like smoke. Somehow, this baby bottle-nosed dolphin got the idea of using milk to represent smoke. When human beings use one thing to represent another, we call that art.
Di suatu akuarium di Afrika Selatan ada bayi lumba-lumba hidung botol bernama Dolly. Ia sedang menyusu dan suatu hari seorang petugas beristirahat dan merokok dan ia melihat ke jendela ke arah kolam sambil merokok. Dolly menghampiri dan menatapnya, lalu kembali ke induknya, menyusu satu atau dua menit, kembali ke jendela dan melepaskan awan dari susu yang membungkus kepalanya seperti asap. Entah bagaimana, bayi lumba-lumba hidung botol ini punya ide menggunakan susu untuk meniru asap. Saat manusia menggunakan suatu hal untuk meniru hal lainnya, kita menyebutnya seni.
(Laughter)
(Tawa)
The things that make us human are not the things that we think make us human. What makes us human is that, of all these things that our minds and their minds have, we are the most extreme. We are the most compassionate, most violent, most creative and most destructive animal that has ever been on this planet, and we are all of those things all jumbled up together. But love is not the thing that makes us human. It's not special to us. We are not the only ones who care about our mates. We are not the only ones who care about our children.
Hal-hal yang membuat kita manusia bukanlah hal yang kita pikir membuat kita manusia. Yang membuat kita manusia adalah, dari semua hal yang dimiliki pikiran kita dan mereka, milik kita adalah yang paling ekstrim. Kita adalah hewan yang paling berbelas kasih, paling kasar, paling kreatif, dan paling merusak yang pernah ada di planet ini, dan kita adalah gabungan dari kesemua hal tersebut. Tapi cinta bukanlah hal yang menjadikan kita manusia. Cinta tidak khusus dimiliki oleh kita. Kita bukan satu-satunya yang peduli akan pasangan kita. Kita bukan satu-satunya yang peduli akan anak-anak kita.
Albatrosses frequently fly six, sometimes ten thousand miles over several weeks to deliver one meal, one big meal, to their chick who is waiting for them. They nest on the most remote islands in the oceans of the world, and this is what it looks like. Passing life from one generation to the next is the chain of being. If that stops, it all goes away. If anything is sacred, that is, and into that sacred relationship comes our plastic trash. All of these birds have plastic in them now. This is an albatross six months old, ready to fledge -- died, packed with red cigarette lighters.
Burung albatros sering terbang sejauh enam ribu kadang bahkan sepuluh ribu mil selama beberapa minggu untuk membawakan satu santapan, satu santapan besar, untuk anak-anak mereka yang menunggu. mereka bersarang di pulau yang amat terpencil di antara lautan di dunia, dan seperti inilah kelihatannya. Meneruskan hidup dari generasi satu ke yang lainnya adalah rantai keberadaan. Jika terhenti, semua hilang. Jika ada yang sakral, itulah. Dan masuk ke dalam hubungan sakral itu muncul sampah plastik kita. Saat ini, semua burung ini ada plastik di perut mereka. Ini seekor albatros berusia enam bulan, siap untuk merontokkan bulu -- mati, penuh dengan pematik api merah.
This is not the relationship we are supposed to have with the rest of the world. But we, who have named ourselves after our brains, never think about the consequences. When we welcome new human life into the world, we welcome our babies into the company of other creatures. We paint animals on the walls. We don't paint cell phones. We don't paint work cubicles. We paint animals to show them that we are not alone. We have company. And every one of those animals in every painting of Noah's ark, deemed worthy of salvation is in mortal danger now, and their flood is us.
Bukan hubungan seperti ini yang seharusnya kita punya dengan makhluk lain di dunia ini. Tapi kita, yang telah menamai diri sendiri dengan otak kita, tidak pernah berpikir tentang konsekuensinya. Saat kita menyambut manusia baru ke dunia ini, kita menyambut bayi kita dengan kebersamaan makhluk lain. Kita melukis gambar binatang di dinding. Kita tidak melukis ponsel. Kita tidak melukis meja kerja. Kita melukis binatang untuk menunjukkan bahwa kita tak sendirian. Ada yang hidup bersama kita. Tiap binatang yang ada di setiap lukisan perahu Nuh, yang dianggap pantas diselamatkan, sekarang hidupnya terancam, dan penyebab maut mereka adalah kita.
So we started with a question: Do they love us? We're going to ask another question. Are we capable of using what we have to care enough to simply let them continue?
Kita mengawali dengan pertanyaan: Apakah mereka mencintai kita? Kita akan menanyakan pertanyaan lainnya. Apakah kita mampu menggunakan kemampuan kita untuk memedulikan mereka, cukup untuk membiarkan mereka terus hidup?
Thank you very much.
Terima kasih banyak.
(Applause)
(Tepuk tangan)