I wrote a letter last week talking about the work of the foundation, sharing some of the problems. And Warren Buffet had recommended I do that -- being honest about what was going well, what wasn't, and making it kind of an annual thing. A goal I had there was to draw more people in to work on those problems, because I think there are some very important problems that don't get worked on naturally. That is, the market does not drive the scientists, the communicators, the thinkers, the governments to do the right things. And only by paying attention to these things and having brilliant people who care and draw other people in can we make as much progress as we need to.
Minggu lalu saya menulis surat tentang kinerja yayasan, untuk menginformasikan beberapa masalah. Dan Warren Buffet merekomendasikan saya untuk melakukan itu -- untuk berkata jujur mengenai apa yang berjalan dengan baik, dan apa yang tidak, dan menjadikan hal tersebut sebagai kegiatan rutin tahunan. Tujuan saya adalah untuk menarik lebih banyak orang guna memecahkan berbagai masalah, sebab saya merasa ada beberapa masalah penting yang tidak dapat diselesaikan secara biasa. Yakni, pasar tidak mendorong para ilmuwan, komunikator, pemikir, ataupun pemerintah untuk melakukan hal yang benar. Dan hanya dengan menaruh perhatian pada hal-hal tersebut dan memiliki orang-orang brilian yang peduli dan melibatkan banyak orang maka kita dapat meraih kemajuan sebanyak yang kita butuhkan.
So this morning I'm going to share two of these problems and talk about where they stand. But before I dive into those I want to admit that I am an optimist. Any tough problem, I think it can be solved. And part of the reason I feel that way is looking at the past. Over the past century, average lifespan has more than doubled. Another statistic, perhaps my favorite, is to look at childhood deaths. As recently as 1960, 110 million children were born, and 20 million of those died before the age of five. Five years ago, 135 million children were born -- so, more -- and less than 10 million of them died before the age of five. So that's a factor of two reduction of the childhood death rate. It's a phenomenal thing. Each one of those lives matters a lot.
Jadi, pagi ini saya akan berbicara tentang dua masalah dan membahas darimana masalah itu berasal. Namun sebelumnya, saya mengakui bahwa saya adalah orang yang optimis. Saya pikir, sesulit apapun masalah pasti bisa dipecahkan. Dan diantara alasan kenapa saya berpikir demikian adalah melihat masa lalu. Lebih dari seabad yang lalu, rata-rata umur manusia meningkat dua kali lipat Statistik yang lain, yang mungkin menjadi favorit saya, adalah angka kematian anak-anak. Pada tahun 1960, 110 juta anak-anak dilahirkan, dan 20 juta diantaranya meninggal sebelum berumur 5 tahun. Lima tahun yang lalu, 135 juta anak-anak dilahirkan -- lebih banyak lagi -- dan kurang dari 10 juta diantaranya meninggal sebelum menginjak umur 5 tahun. Itulah faktor dari dua penurunan angka kematian anak-anak. Sesuatu yang fenomenal. Setiap nyawa anak-anak tersebut sangat berarti.
And the key reason we were able to it was not only rising incomes but also a few key breakthroughs: vaccines that were used more widely. For example, measles was four million of the deaths back as recently as 1990 and now is under 400,000. So we really can make changes. The next breakthrough is to cut that 10 million in half again. And I think that's doable in well under 20 years. Why? Well there's only a few diseases that account for the vast majority of those deaths: diarrhea, pneumonia and malaria.
Dan alasan utama kenapa kita mampu melakukannya adalah bukan semata meningkatnya pendapatan namun juga berkat adanya beberapa terobosan: Penggunaan vaksin secara lebih meluas. Misalnya, cacar mengakibatkan kematian mencapai 4 juta orang pada tahun 1990 dan sekarang, menurun hingga dibawah 400,000 orang. Jelas, kita sebenarnya mampu membuat perubahan. Terobosan lainnya adalah berkurangnya angka 10 juta tersebut menjadi setengahnya dan saya rasa itu dapat dicapai dalam kurun waktu kurang dari 20 years. Mengapa? Karena hanya tersisa beberapa penyakit saja yang menjadi penyebab kematian paling besar: diare, pneumonia, dan malaria
So that brings us to the first problem that I'll raise this morning, which is how do we stop a deadly disease that's spread by mosquitos?
Hal itulah yang membawa kita pada masalah pertama yang akan saya bahas pagi ini. yakni bagaimana kita menghentikan penyakit mematikan yang disebarkan nyamuk?
Well, what's the history of this disease? It's been a severe disease for thousands of years. In fact, if we look at the genetic code, it's the only disease we can see that people who lived in Africa actually evolved several things to avoid malarial deaths. Deaths actually peaked at a bit over five million in the 1930s. So it was absolutely gigantic. And the disease was all over the world. A terrible disease. It was in the United States. It was in Europe. People didn't know what caused it until the early 1900s, when a British military man figured out that it was mosquitos. So it was everywhere. And two tools helped bring the death rate down. One was killing the mosquitos with DDT. The other was treating the patients with quinine, or quinine derivatives. And so that's why the death rate did come down.
Apa sebenarnya sejarah dari penyakit ini? Penyakit ini telah menjadi penyakit yang mematikan selama ribuan tahun. Faktanya, jika kita melihat kepada kode genetiknya, penyakit ini adalah satu-satunya penyakit dimana kita tahu bahwa orang-orang di Afrika sebenarnya telah mengembangkan beberapa hal untuk menanggulangi kematian akibat malaria Angka kematian paling tinggi mencapai 5 juta lebih pada tahun 1930an Angka tersebut jelas sangat besar Dan penyakit tersebut telah tersebar ke seluruh dunia. Penyakit yang sangat mematikan. Penyakit ini pernah ada di Amerika. Pernah pula di Eropa Orang-orang tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya hingga awal 1900an hingga tentara Inggris menemukan bahwa nyamuklah yang menjadi penyebabnya Maka dari itu, penyakit ini ada dimana-mana. Terdapat kedua alat yang membantu mengurangi angka kematian Yaang pertama adalah membasmi nyamuk dengan DDT Yang kedua adalah mengobati pasien dengan kina atau turunannya. Dan hasilnya, angka kematianpun menurun.
Now, ironically, what happened was it was eliminated from all the temperate zones, which is where the rich countries are. So we can see: 1900, it's everywhere. 1945, it's still most places. 1970, the U.S. and most of Europe have gotten rid of it. 1990, you've gotten most of the northern areas. And more recently you can see it's just around the equator.
Ironisnya, yang terjadi pada saat itu adalah penyakit tersebut hanya mampu diberantas di daerah-daerah berhawa sedang, yakni daerah dimana negara-negara kaya berada. Jadi, dapat kita lihat: tahun 1990, penyakit ini ada dimana-mana 1945, penyakit ini masih terdapat di banyak tempat. 1970, Amerika Serikat dan sebagian besar negara Eropa sudah mampu memberantasnya 1990, giliran sebagian besar daerah utara mampu memberantasnya. dan yang terkini, penyakit ini hanya terdapat di sekitar khatulistiwa.
And so this leads to the paradox that because the disease is only in the poorer countries, it doesn't get much investment. For example, there's more money put into baldness drugs than are put into malaria. Now, baldness, it's a terrible thing. (Laughter) And rich men are afflicted. And so that's why that priority has been set.
Hal ini mengarah pada paradoks hanya karena penyakit ini terdapat di negara-negara miskin maka, tidak terdapat banyak investasi untuk memberantasnya. Sebagai contoh, lebih banyak uang yang diinvestasikan untuk mengobati kebotakan dibanding uang untuk memberantas malaria. Kebotakan, memang sesuatu yang buruk. (Tertawa) Penyakitnya orang-orang kaya. Hingga kenapa kemudian menjadi prioritas.
But, malaria -- even the million deaths a year caused by malaria greatly understate its impact. Over 200 million people at any one time are suffering from it. It means that you can't get the economies in these areas going because it just holds things back so much. Now, malaria is of course transmitted by mosquitos. I brought some here, just so you could experience this. We'll let those roam around the auditorium a little bit. (Laughter) There's no reason only poor people should have the experience. (Laughter) (Applause) Those mosquitos are not infected.
Tapi, malaria -- meski menyebabkan jutaan kematian tiap tahunnya namun dampak dari malaria tetap disepelekan. Lebih dari 200 juta orang setiap saat menderita karena malaria. Artinya, anda tidak dapat mendorong perekonomian di daerah tersebut dikarenakan penyakit itu menjadi penghambatnya. Malaria disebarkan oleh nyamuk. Saya membawa beberapa nyamuk disini, supaya anda bisa merasakannya. Saya akan membiarkannya berkeliaran di ruangan ini. (Tertawa) Tak ada alasan bahwa hanya orang miskin yang bisa mengidap penyakit ini. (Tertawa) (Tepuk tangan) Nyamuk-nyamuk ini tidak terinfeksi.
So we've come up with a few new things. We've got bed nets. And bed nets are a great tool. What it means is the mother and child stay under the bed net at night, so the mosquitos that bite late at night can't get at them. And when you use indoor spraying with DDT and those nets you can cut deaths by over 50 percent. And that's happened now in a number of countries. It's great to see.
Lalu, kita berhasil menemukan beberapa hal baru. Kita berhasil menemukan jaring tempat tidur Jaring tersebut merupakan alat yang hebat. Ketika ibu dan anak tidur di balik jaring itu, maka nyamuk tidak dapat menggigitnya. Ketika kita menggunakan obat semprot DDT untuk di dalam ruangan, serta jaring-jaring tersebut, maka kita mampu menurunkan kematian hingga lebih dari 50%. Dan hal itu terjadi saat ini di sejumlah negara. Menyenangkan sekali melihatnya.
But we have to be careful because malaria -- the parasite evolves and the mosquito evolves. So every tool that we've ever had in the past has eventually become ineffective. And so you end up with two choices. If you go into a country with the right tools and the right way, you do it vigorously, you can actually get a local eradication. And that's where we saw the malaria map shrinking. Or, if you go in kind of half-heartedly, for a period of time you'll reduce the disease burden, but eventually those tools will become ineffective, and the death rate will soar back up again. And the world has gone through this where it paid attention and then didn't pay attention.
Namun kita harus hati-hati sebab malaria -- parasit dan nyamuknya berkembang. Hingga tiap alat yang kita gunakan di masa lalu tidak akan efektif lagi. Hingga yang tersisa hanya dua pilihan bagi kita . Jika anda pergi ke sebuah negara yang memiliki alat dan metode yang hebat, maka anda melakukannya dengan semangat, anda sesungguhnya mampu melakukan pembasmian secara lokal. Disanalah kita melihat peta penyebaran malaria menyempit. Atau, jika anda melakukannya dengan setengah hati, untuk jangka waktu tertentu anda akan mampu mengurangi penyakit tersebut namun sesungguhnya alat-alat yang dipakai itu tidak akan efektif, dan angka kematian akan meningkat lagi. Dan dunia mampu melewati semua itu ketika memberikan perhatian pada penyakit itu, dan kemudian tak ada perhatian lagi
Now we're on the upswing. Bed net funding is up. There's new drug discovery going on. Our foundation has backed a vaccine that's going into phase three trial that starts in a couple months. And that should save over two thirds of the lives if it's effective. So we're going to have these new tools.
Saat ini kita sedang dalam kondisi meningkat. Pendanaan untuk jaring tempat tidur meningkat. Terdapat penemuan obat terbaru. Yayasan kami mendukung produksi vaksin yang saat ini sudah memasuki ujicoba ketiga yang akan dimulai dalam beberapa bulan. Jika efektif, vaksin itu akan mampu menyelamatkan dua pertiga nyawa manusia Jadi, kita akan memiliki kedua alat tersebut.
But that alone doesn't give us the road map. Because the road map to get rid of this disease involves many things. It involves communicators to keep the funding high, to keep the visibility high, to tell the success stories. It involves social scientists, so we know how to get not just 70 percent of the people to use the bed nets, but 90 percent. We need mathematicians to come in and simulate this, to do Monte Carlo things to understand how these tools combine and work together. Of course we need drug companies to give us their expertise. We need rich-world governments to be very generous in providing aid for these things. And so as these elements come together, I'm quite optimistic that we will be able to eradicate malaria.
Namun alat seperti itu tidak mampu memberikan kita peta jalan. Sebab peta jalan menuju pemberantasan penyakit tersebut melibatkan banyak hal. Peta tersebut mengharuskan komunikator untuk menjaga tingginya pendanaan menjaga tingginya visibilitas, untuk menyampaikan cerita keberhasilan. Peta tersebut juga melibatkan ilmuwan sosial, hingga kita mengetahui bukan hanya bagaimana mencapai 70% melainkan 90% orang menggunakan jaring itu. Kita butuh ahli matematika untuk mensimulasikan, melakukan banyak hal guna memahami bagaimana alat-alat ini dikombinasikan dan bekerja bersamaan dan tentunya kita juga butuh perusahaan obat-obatan yang mau mengajarkan keahlian mereka pada kita Kita butuh pemerintah dari negara kaya yang sangat dermawan dalam menyediakan bantuan untuk hal-hal seperti ini. Dan ketika elemen-elemen tersebut menyatu, maka saya cukup optimis bahwa kita mampu membasmi malaria.
Now let me turn to a second question, a fairly different question, but I'd say equally important. And this is: How do you make a teacher great? It seems like the kind of question that people would spend a lot of time on, and we'd understand very well. And the answer is, really, that we don't. Let's start with why this is important. Well, all of us here, I'll bet, had some great teachers. We all had a wonderful education. That's part of the reason we're here today, part of the reason we're successful. I can say that, even though I'm a college drop-out. I had great teachers.
Sekarang saya akan berpaling ke pertanyaan kedua, pertanyaan yang agak lumayan berbeda, namun sama pentingnya. Yakni: Bagaimana menjadikan guru hebat? Nampaknya ini adalah pertanyaan yang banyak dibahas oleh orang dan kita memahaminya dengan benar. Dan jawabannya, adalah, kita tidak mampu melakukannya. Mari kita mulai dengan kenapa hal ini penting. Kita semua disini, saya berani bertaruh, pasti memiliki guru yang hebat. Kita semua memiliki pendidikan yang hebat. Itulah kenapa kita ada disini sekarang, alasan kenapa kita bisa berhasil. Meski saya drop-out ketika kuliah, tapi saya berani mengatakan itu. Saya memiliki guru yang hebat.
In fact, in the United States, the teaching system has worked fairly well. There are fairly effective teachers in a narrow set of places. So the top 20 percent of students have gotten a good education. And those top 20 percent have been the best in the world, if you measure them against the other top 20 percent. And they've gone on to create the revolutions in software and biotechnology and keep the U.S. at the forefront.
Faktanya, sistem pendidikan di Amerika Serikat berjalan dengan cukup baik. Terdapat guru yang cukup efektif di tempat-tempat yang jauh. 20% siswa yang hebat memiliki pendidikan yang bagus. Dan 20% siswa tersebut adalah yang terbaik di dunia, Jika anda membandingkan mereka dengan 20% siswa hebat lainnya. Dan mereka berhasil dalam menciptakan revolusi piranti lunak dan bioteknologi dan menjadikan Amerika Serikat sebagai negara terdepan.
Now, the strength for those top 20 percent is starting to fade on a relative basis, but even more concerning is the education that the balance of people are getting. Not only has that been weak. it's getting weaker. And if you look at the economy, it really is only providing opportunities now to people with a better education. And we have to change this. We have to change it so that people have equal opportunity. We have to change it so that the country is strong and stays at the forefront of things that are driven by advanced education, like science and mathematics.
Saat ini, kekuatan dari 20% siswa itu mulai memudar secara relatif, bahkan lebih memprihatinkan lagi adalah pendidikan yang setara bagi semua orang. Bukan hanya lemah; tapi semakin lemah. Jika anda melihat perekonomian, sekarang ini kesempatan hanya diberikan kepada mereka yang mengenyam pendidikan lebih baik. Kita harus merubahnya. Kita harus merubahnya hingga orang-orang memiliki kesempatan yang sama. Kita harus merubahnya hingga negeri ini tetap kuat dan berada di garis depan dalam segala hal yang didorong oleh pendidikan yang maju, seperti ilmu pengetahuan dan matematika.
When I first learned the statistics, I was pretty stunned at how bad things are. Over 30 percent of kids never finish high school. And that had been covered up for a long time because they always took the dropout rate as the number who started in senior year and compared it to the number who finished senior year. Because they weren't tracking where the kids were before that. But most of the dropouts had taken place before that. They had to raise the stated dropout rate as soon as that tracking was done to over 30 percent. For minority kids, it's over 50 percent. And even if you graduate from high school, if you're low-income, you have less than a 25 percent chance of ever completing a college degree. If you're low-income in the United States, you have a higher chance of going to jail than you do of getting a four-year degree. And that doesn't seem entirely fair.
Ketika pertama kali mempelajari statistik Saya sangat tercengang oleh betapa buruknya fakta. Lebih dari 30% anak tidak pernah lulus SMA Dan fakta tersebut tersembunyi untuk sekian lama karena orang hanya menggunakan angka drop-out sebagai indikator jumlah siswa yang lulus yang masuk tingkat akhir dan membandingkan angka itu dengan jumlah yang berhasil lulus Sebab orang-orang tidak menjejaki darimana anak-anak tersebut sebelumnya. Kebanyakan dropout sudah terjadi sebelum memasuki tingkat akhir sekolah. Mereka harus menaikan angka dropout yang ada segera setelah penjejakan dilakukan hingga mencapai lebih dari 30%. Bagi anak-anak dari kelompok minoritas, angkanya mencapai lebih dari 50%. Dan bahkan jika anda lulus dari SMA sekalipun, jika penghasilan anda rendah, anda hanya punya kurang dari 25% kesempatan untuk kuliah dan meraih gelar. Jika anda orang berpenghasilan rendah di Amerika Serikat, anda memiliki peluang lebih tinggi untuk masuk penjara dibanding peluang untuk kuliah. Dan hal itu sangat tidak adil.
So, how do you make education better?
Jadi, bagaimana anda menjadikan pendidikan lebih baik?
Now, our foundation, for the last nine years, has invested in this. There's many people working on it. We've worked on small schools, we've funded scholarships, we've done things in libraries. A lot of these things had a good effect. But the more we looked at it, the more we realized that having great teachers was the very key thing. And we hooked up with some people studying how much variation is there between teachers, between, say, the top quartile -- the very best -- and the bottom quartile. How much variation is there within a school or between schools? And the answer is that these variations are absolutely unbelievable. A top quartile teacher will increase the performance of their class -- based on test scores -- by over 10 percent in a single year. What does that mean? That means that if the entire U.S., for two years, had top quartile teachers, the entire difference between us and Asia would go away. Within four years we would be blowing everyone in the world away.
Saat ini, yayasan kami banyak berinvestasi pada bidang ini dalam sembilan tahun terakhir Banyak orang bekerja pada bidang ini. Kami bekerja di sekolah-sekolah kecil, kami mendanai beasiswa, kami melakukan banyak hal untuk perpustakaan. Semua ini memiliki dampak yang baik. Namun, semakin kami melakukannya, semakin kami sadar bahwa memiliki guru-guru yang hebat adalah kunci utamanya. Dan kami bekerjasama dengan beberapa orang untuk mempelajari berapa variasi yang ada diantara para guru, misalnya, antara kuartil atas -- yang terbaik -- dan kuartil bawah. Berapa variasi yang ada di dalam sebuah sekolah dan antar sekolah? Dan jawabannya adalah bahwa variasi tersebut sangat luar biasa. Guru di kuartil atas akan mampu meningkatkan kinerja siswanya -- berdasarkan skor tes -- hingga lebih dari 10% dalam satu tahun. Apa artinya itu? Artinya adalah bahwa jika keseluruhan sekolah di Amerika memiliki guru dengan kualitas kuartil atas, dalam waktu dua tahun, maka perbedaan antara Amerika dan Asia akan hilang. Dalam waktu empat tahun, kita akan menyingkirkan semua orang di dunia ini.
So, it's simple. All you need are those top quartile teachers. And so you'd say, "Wow, we should reward those people. We should retain those people. We should find out what they're doing and transfer that skill to other people." But I can tell you that absolutely is not happening today.
Jadi, sederhana saja. Yang anda butuhkan adalah guru-guru dengan kualitas kuartil atas Anda boleh berkata, "Wow, kita harus memberikan orang-orang itu penghargaan. Kita harus mempertahankan mereka. Kota harus mencari tahu apa yang mereka lakukan dan mentransfer keterampilan itu pada orang lain." Tapi saya tegaskan bahwa saat ini hal itu tidak terjadi.
What are the characteristics of this top quartile? What do they look like? You might think these must be very senior teachers. And the answer is no. Once somebody has taught for three years their teaching quality does not change thereafter. The variation is very, very small. You might think these are people with master's degrees. They've gone back and they've gotten their Master's of Education. This chart takes four different factors and says how much do they explain teaching quality. That bottom thing, which says there's no effect at all, is a master's degree.
Apa karakteristik guru dengan kualitas kuartil atas ini? Seperti apa mereka? Anda mungkin mengira mereka adalah guru yang sangat senior. Jawabannya, bukan ... Ketika seseorang telah mengajar selama tiga tahun maka kualitas pengajaran mereka tidak akan berubah setelah itu. Variasinya sangat kecil. Anda juga mungkin mengira mereka adalah guru-guru bergelar Master. Banyak guru yang kembali dan memiliki gelar Master Pendidikan. Grafik ini menunjukan empat faktor berbeda dan menjelaskan banyak hal tentang kualitas pengajaran. Pada bagian paling bawah, yang menunjukan tidak ada efek sama sekali adalah kinerja guru bergelar master.
Now, the way the pay system works is there's two things that are rewarded. One is seniority. Because your pay goes up and you vest into your pension. The second is giving extra money to people who get their master's degree. But it in no way is associated with being a better teacher. Teach for America: slight effect. For math teachers majoring in math there's a measurable effect. But, overwhelmingly, it's your past performance. There are some people who are very good at this. And we've done almost nothing to study what that is and to draw it in and to replicate it, to raise the average capability -- or to encourage the people with it to stay in the system.
Sistem penggajian guru didasarkan pada dua hal. Pertama adalah senioritas. Dikarenakan gaji anda meningkat maka anda dapat menabung untuk dana pensiun. Yang kedua adalah pemberian insentif tambahan bagi guru yang bergelar master. Sistem penggajian ini sama sekali tidak berbasis pada siapa guru yang lebih baik. Teach for America: dampak yang kecil Bagi guru matematika yang berlatar belakang pendidikan matematika, terdapat dampak yang bisa diukur. Namun, semua itu berdasarkan kinerja masa lalu. Ada beberapa orang yang sangat bagus dalam bidang ini. Dan kita hampir tidak melakukan apapun untuk mempelajari apakah itu untuk mereplikasikannya, guna meningkatkan rata-rata kemampuan -- atau untuk mendorong orang dengan kemampuan seperti itu agar tetap berada dalam sistem.
You might say, "Do the good teachers stay and the bad teacher's leave?" The answer is, on average, the slightly better teachers leave the system. And it's a system with very high turnover.
Anda mungkin bertanya, "Apakah guru yang baik tetap dalam sistem dan guru yang jelek keluar?" Jawabannya, secara rata-rata, guru yang agak baik meninggalkan sistem. Dan sistem itu merupakan sistem yang memiliki turnover sangat tinggi.
Now, there are a few places -- very few -- where great teachers are being made. A good example of one is a set of charter schools called KIPP. KIPP means Knowledge Is Power. It's an unbelievable thing. They have 66 schools -- mostly middle schools, some high schools -- and what goes on is great teaching. They take the poorest kids, and over 96 percent of their high school graduates go to four-year colleges. And the whole spirit and attitude in those schools is very different than in the normal public schools. They're team teaching. They're constantly improving their teachers. They're taking data, the test scores, and saying to a teacher, "Hey, you caused this amount of increase." They're deeply engaged in making teaching better.
Saat ini, terdapat beberapa tempat - sedikit sekali - dimana guru-guru yang hebat diciptakan. Salah satu contoh yang bagus adalah charter school bernama KIPP. KIPP berarti Knowledge Is Power Sekolah tersebut sangat luar biasa. Mereka memiliki 66 sekolah - kebanyakan sekolah menengah, beberapa SMA -- dan yang terjadi disana adalah pengajaran yang hebat. Mereka mengambil anak-anak yang sangat miskin namun lebih dari 96% lulusan SMA-nya mampu meneruskan kuliah. Semangat dan sikap yang ada di sekolah-sekolah itu sangat berbeda dibanding sekolah biasa pada umumnya. Mereka memiliki tim pengajaran. Secara konstan mereka meningkatkan kulitas guru. Mereka mengambil data, skor tes, dan berkata kepada guru, "Hey, anda berhasil meningkatkan prestasi siswa." Mereka sangat terlibat dalam menjadikan guru lebih baik.
When you actually go and sit in one of these classrooms, at first it's very bizarre. I sat down and I thought, "What is going on?" The teacher was running around, and the energy level was high. I thought, "I'm in the sports rally or something. What's going on?" And the teacher was constantly scanning to see which kids weren't paying attention, which kids were bored, and calling kids rapidly, putting things up on the board. It was a very dynamic environment, because particularly in those middle school years -- fifth through eighth grade -- keeping people engaged and setting the tone that everybody in the classroom needs to pay attention, nobody gets to make fun of it or have the position of the kid who doesn't want to be there. Everybody needs to be involved. And so KIPP is doing it.
Jika anda pergi kesana dan masuk ke salah satu kelasnya, awalnya anda akan merasa aneh. Saya duduk dan berpikir, "Apa yang terjadi disini?" Guru berlari kesana kemari, dengan menggunakan tenaga yang banyak, Saya pikir, "Koq seperti berada di ruangan olahraga. Ada apa ini?" Dan gurunya dengan konstan memperhatikan siswa mana yang tak perhatian, siswa mana yang bosan, dan menegur anak-anak, memasang berbagai hal di papan tulis. Sebuah lingkungan yang sangat dinamis, sebab khusus di sekolah menengah tersbeut -- kelas lima hingga delapan -- semua orang harus benar-benar terlibat dan tetap mempertahankan suasana tersebut hingga semua orang yang ada di kelas harus memberikan perhatian, tak boleh ada yang bercanda atau tidak boleh ada siswa yang merasa bosan. Semua orang harus dilibatkan. Dan begitulah KIPP melakukannya.
How does that compare to a normal school? Well, in a normal school, teachers aren't told how good they are. The data isn't gathered. In the teacher's contract, it will limit the number of times the principal can come into the classroom -- sometimes to once per year. And they need advanced notice to do that. So imagine running a factory where you've got these workers, some of them just making crap and the management is told, "Hey, you can only come down here once a year, but you need to let us know, because we might actually fool you, and try and do a good job in that one brief moment."
Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan sekolah normal pada umumnya? Pada sekolah yang biasa, guru tidak pernah diberitahu betapa bagusnya kinerja mereka. Data tidak pernah dikumpulkan. Pada kontrak guru, akan terdapat batasan waktu bagi kepala sekolah masuk ke kelas -- kadang sekali dalam setahun. Dan mereka harus memberikan pemberitahuan dulu jika ingin melakukannya. Bayangkan jika anda memiliki pabrik dimana anda memiliki pegawai, yang kinerjanya buruk dan manajemen diperintahkan, "Hey, kamu hanya boleh memeriksa sekali setahun, tapi kamu harus memberi tahu saya dulu, sebab mungkin kami akan membodohi kamu, coba dan lakukanlah kunjungan itu dengan singkat."
Even a teacher who wants to improve doesn't have the tools to do it. They don't have the test scores, and there's a whole thing of trying to block the data. For example, New York passed a law that said that the teacher improvement data could not be made available and used in the tenure decision for the teachers. And so that's sort of working in the opposite direction. But I'm optimistic about this, I think there are some clear things we can do.
Bahkan guru yang ingin berkembangpun tidak memiliki alat untuk melakukannya. Mereka tidak memiliki skor tes, dan banyak hal yang menghalangi akses terhadap data. Misalnya, New York mengeluarkan Undang-undang yang menyatakan bahwa data peningkatan kualitas guru tidak boleh diakses dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pengangkatan seorang guru. Dan hal seperti inilah yang menjadi penghambat. Tapi saya optimis tentang ini, saya pikir terdapat beberapa hal yang jelas yang dapat kita lakukan.
First of all, there's a lot more testing going on, and that's given us the picture of where we are. And that allows us to understand who's doing it well, and call them out, and find out what those techniques are. Of course, digital video is cheap now. Putting a few cameras in the classroom and saying that things are being recorded on an ongoing basis is very practical in all public schools. And so every few weeks teachers could sit down and say, "OK, here's a little clip of something I thought I did well. Here's a little clip of something I think I did poorly. Advise me -- when this kid acted up, how should I have dealt with that?" And they could all sit and work together on those problems. You can take the very best teachers and kind of annotate it, have it so everyone sees who is the very best at teaching this stuff.
Pertama, terdapat banyak tes dilakukan, dan tes tersebut memberikan kita gambaran dimana kita saat ini. Tes tersebut memungkinkan kita memahami siapa yang bekerja dengan baik, dan panggil mereka, dan cari tahu apa teknik yang mereka pakai. Video digital saat ini mudah didapat. Menempatkan kamera di kelas dan mengatakan bahwa segala sesuatu direkam di kelas secara berkelanjutan merupakan kegiatan yang sangat praktis pada semua sekolah umum. Tiap pekan guru dapat duduk, dan berkata, "OK, inilah sedikit rekaman tentang sesuatu yang menurut saya baik. Ini rekaman kegiatan yang menurut saya kurang baik. Beri saya nasihat -- ketika anak ini bertingkah, saya harus bagaimana menanganinya?" Dan mereka bisa duduk bersama untuk memecahkan masalah itu. Anda dapat memilih guru terbaik dan publikasikanlah dia, biarkan semua orang mengetahui bahwa guru terbaik adalah seperti ini.
You can take those great courses and make them available so that a kid could go out and watch the physics course, learn from that. If you have a kid who's behind, you would know you could assign them that video to watch and review the concept. And in fact, these free courses could not only be available just on the Internet, but you could make it so that DVDs were always available, and so anybody who has access to a DVD player can have the very best teachers. And so by thinking of this as a personnel system, we can do it much better.
Anda dapat memilih pengajaran yang paling baik dan publikasikan hingga anak-anak dapat melihat dan belajar dari itu. Jika anda memiliki siswa yang ketinggalan, anda tahu bahwa anda dapat menugaskan mereka untuk menonton video dan menelaah ulang konsepnya. Dan faktanya, pembelajaran gratis ini bukan hanya tersedia di internet, tapi juga dapat disediakan melalui DVD dan siapapun yang memiliki DVD player dapat memperoleh pengajaran dari guru terbaik. Dengan memikirkan hal ini sebagai sebuah sistem personil, maka kita akan dapat melakukannya dengan lebih baik.
Now there's a book actually, about KIPP -- the place that this is going on -- that Jay Matthews, a news reporter, wrote -- called, "Work Hard, Be Nice." And I thought it was so fantastic. It gave you a sense of what a good teacher does. I'm going to send everyone here a free copy of this book. (Applause)
Saat ini terdapat sebuah buku, tentang KIPP -- tempat dimana hal seperti ini terjadi -- Jay Matthews, seorang reporter, menulis buku itu -- berjudul "Hard Work, Be Nice." Dan menurut saya itu sangat fantastik. Buku tersebut akan memberikan anda gambaran seperti apa guru yang baik itu. Saya akan memberikan buku ini secara gratis pada anda semua. (Tepuk Tangan)
Now, we put a lot of money into education, and I really think that education is the most important thing to get right for the country to have as strong a future as it should have. In fact we have in the stimulus bill -- it's interesting -- the House version actually had money in it for these data systems, and it was taken out in the Senate because there are people who are threatened by these things.
Kita menginvestasi banyak uang untuk pendidikan dan saya rasa pendidikan adalah hal yang paling penting bagi negeri ini agar memiliki masa depan yang kuat seperti seharusnya. Faktanya, kita memilikinya dalam RUU stimulus, ini hal yang menarik. Stimulus versi pemerintah sebenarnya memiliki uang untuk data sistem seperti ini. dan stimulus tersebut dikeluarkan di Senat sebab ada beberapa orang yang merasa terancam oleh rancangan itu.
But I -- I'm optimistic. I think people are beginning to recognize how important this is, and it really can make a difference for millions of lives, if we get it right. I only had time to frame those two problems. There's a lot more problems like that -- AIDS, pneumonia -- I can just see you're getting excited, just at the very name of these things. And the skill sets required to tackle these things are very broad. You know, the system doesn't naturally make it happen. Governments don't naturally pick these things in the right way. The private sector doesn't naturally put its resources into these things.
Namun saya optimis. Saya rasa, orang sudah mulai menyadari bagaimana pentingnya hal ini. dan hal ini dapat mengubah hidup jutaan orang, jika kita melakukannya dengan benar . Saya hanya mempunyai waktu untuk menjelaskan kedua masalah tersebut. Masih banyak masalah-masalah lain seperti itu. AIDS, radang paru -- Saya bisa melihat anda semua sangat tertarik hanya dengan mendengar nama-nama penyakit itu saja. Dan kemampuan yang diperlukan untuk menangani masalah tersebut sangat luas. Seperti yang anda tahu, sistem tidak begitu saja membuatnya Pemerintah tidak begitu saja memilih hal-hal tersebut. Sektor swasta tidak begitu saja mengalokasikan sumber daya mereka untuk hal-hal seperti itu.
So it's going to take brilliant people like you to study these things, get other people involved -- and you're helping to come up with solutions. And with that, I think there's some great things that will come out of it.
Jadi, orang-orang brilian seperti anda diperlukan guna mempelajari hal seperti itu, membuat orang lain terlibat -- dan membantu mencarikan solusi. Dan dengan itu, saya kira akan ada hal-hal yang luar biasa yang akan terjadi.
Thank you. (Applause)
Terima Kasih (Tepuk Tangan)