I'd like to start with a short story. It's about a little boy whose father was a history buff and who used to take him by the hand to visit the ruins of an ancient metropolis on the outskirts of their camp. They would always stop by to visit these huge winged bulls that used to guard the gates of that ancient metropolis, and the boy used to be scared of these winged bulls, but at the same time they excited him. And the dad used to use those bulls to tell the boy stories about that civilization and their work.
Saya ingin memulai dengan kisah singkat tentang seorang anak kecil yang memiliki ayah seorang penggemar sejarah. yang sering menggandeng anak itu untuk mengunjungi reruntuhan kota-kota kuno di luar perkemahan mereka. Mereka selalu singgah untuk mengunjungi banteng bersayap besar yang dulunya digunakan untuk melindungi gerbang dari kota-kota kuno dan anak itu dulu merasa takut oleh banteng bersayap ini namun banteng-banteng ini juga menarik perhatiannya Dan sang ayah sering menggunakan banteng itu untuk bercerita tentang peradaban itu beserta karya-karyanya.
Let's fast-forward to the San Francisco Bay Area many decades later, where I started a technology company that brought the world its first 3D laser scanning system. Let me show you how it works. Female Voice: Long range laser scanning by sending out a pulse that's a laser beam of light. The system measures the beam's time of flight, recording the time it takes for the light to hit a surface and make its return. With two mirrors, the scanner calculates the beam's horizontal and vertical angles, giving accurate x, y, and z coordinates. The point is then recorded into a 3D visualization program. All of this happens in seconds. Ben Kacyra: You can see here, these systems are extremely fast. They collect millions of points at a time with very high accuracy and very high resolution. A surveyor with traditional survey tools would be hard-pressed to produce maybe 500 points in a whole day. These babies would be producing something like ten thousand points a second. So, as you can imagine, this was a paradigm shift in the survey and construction as well as in reality capture industry.
Mari kita maju ke daerah Teluk San Francisco beberapa dekade kemudian saat saya mendirikan perusahaan teknologi yang mengantarkan sistem pemindaian pertama di dunia Sistem Pemindaian 3D Saya akan menunjukkan cara kerjanya. Suara wanita: Pemindaian laser jarak jauh mengirimkan impuls berupa sinar laser.♫ Sistem itu mengukur waktu tempuh sinar itu, merekam waktu yang diperlukan bagi sinar itu untuk menghantam permukaan dan kembali. Dengan menggunakan dua cermin, pemindai ini menghitung sudut mendatar dan tegak lurus dari sinar ini yang memberikan koordinat sumbu x, y, dan z yang akurat.™ Titik ini kemudian direkam dalam program visualisasi 3 dimensi. Semua ini dilakukan dalam hitungan detik. Ben Kacyra: Anda dapat melihat bahwa sistem ini sangat cepat. Pemindai ini mengumpulkan jutaan titik sekaligus dengan tingkat ketepatan tinggi dan resolusi yang tinggi. Seorang pensurvei dengan peralatan tradisional akan sangat kesulitan untuk menghasilkan sekitar 500 titik dalam 1 hari. Alat ini akan menghasilkan sekitar 10 ribu titik per detik. Jadi Anda dapat membayangkan bahwa inilah pergeseran paradigma dalam survei dan konstruksi dan juga industri penangkapan realitas.
Approximately ten years ago, my wife and I started a foundation to do good, and right about that time, the magnificent Bamiyan Buddhas, hundred and eighty foot tall in Afghanistan, were blown up by the Taliban. They were gone in an instant. And unfortunately, there was no detailed documentation of these Buddhas. This clearly devastated me, and I couldn't help but wonder about the fate of my old friends, the winged bulls, and the fate of the many, many heritage sites all over the world. Both my wife and I were so touched by this that we decided to expand the mission of our foundation to include digital heritage preservation of world sites. We called the project CyArk, which stands for Cyber Archive.
Kira-kira 10 tahun yang lalu, saya dan istri saya mendirikan yayasan dengan tujuan berbuat kebaikan, dan pada sekitar saat itu Barniyan Budha yang sangat besar setinggi 180 kaki di Afganistan dihancurkan oleh Taliban. Patung itu hilang dalam sekejap. Dan sayangnya tidak ada dokumentasi terinci dari Budha ini. Hal ini benar-benar mengecewakan saya dan saya hanya bisa memikirkan nasib dari sahabat-sahabat lama saya, si banteng bersayap dan nasib dari banyak situs-situs peninggalan di seluruh dunia. Saya dan istri saya sangat tersentuh akan hal ini sehingga kami memutuskan untuk memperluas misi dari yayasan kami untuk melestarikan secara digital situs-situs dunia Kami menyebut proyek ini CyArk, singkatan dari "Cyber Archive."
To date, with the help of a global network of partners, we've completed close to fifty projects. Let me show you some of them: Chichen Itza, Rapa Nui -- and what you're seeing here are the cloud of points -- Babylon, Rosslyn Chapel, Pompeii, and our latest project, Mt. Rushmore, which happened to be one of our most challenging projects. As you see here, we had to develop a special rig to bring the scanner up close and personal. The results of our work in the field are used to produce media and deliverables to be used by conservators and researchers. We also produce media for dissemination to the public -- free through the CyArk website. These would be used for education, cultural tourism, etc.
Hingga kini, dengan bantuan dari jaringan rekanan global kami telah menyelesaikan hampir 50 proyek. Saya akan menunjukkan beberapa di antaranya. Chichen Itza, Rapa Nui -- dan yang Anda lihat di sini adalah awan dari titik-titik -- Babylon, Kapel Rosslyn, Pompeii, dan proyek terakhir kami, Gunung Rushmore, yang ternyata menjadi salah satu dari proyek yang paling menantang. Di sini kami harus mendirikan rig khusus untuk membawa alat pemindai ini agar lebih dekat. Hasil dari kerja kami dalam bidang ini digunakan untuk menghasilkan wadah dan hasil yang kemudian digunakan oleh para peneliti dan pelindung. Kami juga menyediakan media untuk menyebarkannya kepada khayalak umum -- dengan gratis melalui situs CyArk. Semua ini akan digunakan untuk pendidikan, wisata budaya, dan sebagainya.
What you're looking at in here is a 3D viewer that we developed that would allow the display and manipulation of [the] cloud of points in real time, cutting sections through them and extracting dimensions. This happens to be the cloud of points for Tikal. In here you see a traditional 2D architectural engineering drawing that's used for preservation, and of course we tell the stories through fly-throughs. And here, this is a fly-through the cloud of points of Tikal, and here you see it rendered and photo-textured with the photography that we take of the site. And so this is not a video. This is actual 3D points with two to three millimeter accuracy. And of course the data can be used to develop 3D models that are very accurate and very detailed. And here you're looking at a model that's extracted from the cloud of points for Stirling Castle. It's used for studies, for visualization, as well as for education.
Apa yang Anda lihat di sini adalah peneropong 3 dimensi yang kami kembangkan yang dapat menayangkan dan memanipulasi titik-titik awan secara langsung, memotong bagian-bagiannya dan mengekstrak dimensinya. Ini sebenarnya adalah kumpulan titik-titik dari Tikal. Di sini Anda melihat gambar arsitektur 3 dimensi tradisional yang digunakan untuk melestarikan, dan tentu saja kisah ini diceritakan dengan melintasinya, Di sini, kita terbang melintasi titik-titik awan dari Tikal, di sini Anda melihatnya terbentuk dan tersusun dengan fotografi yang kami ambil dari situs itu. Jadi ini bukanlah video. Ini adalah titik 3 dimensi yang sesungguhnya dengan ketepatan 2 hingga 3 milimeter. Dan tentu saja data ini dapat digunakan untuk mengembangkan model 3 dimensi yang sangat rinci dan akurat. Di sini anda melihat model yang diambil dari kumpulan titik-titik dari Istana Stirling yang digunakan untuk belajar, visualisasi, dan juga untuk pendidikan.
And finally, we produce mobile apps that include narrated virtual tools. The more I got involved in the heritage field, the more it became clear to me that we are losing the sites and the stories faster than we can physically preserve them. Of course, earthquakes and all the natural phenomena -- floods, tornadoes, etc. -- take their toll. However, what occurred to me was human-caused destruction, which was not only causing a significant portion of the destruction, but actually it was accelerating. This includes arson, urban sprawl, acid rain, not to mention terrorism and wars. It was getting more and more apparent that we're fighting a losing battle. We're losing our sites and the stories, and basically we're losing a piece -- and a significant piece -- of our collective memory. Imagine us as a human race not knowing where we came from.
Dan akhirnya, kami membuat aplikasi ponsel dengan perangkat virtual untuk bercerita. Semakin saya terlibat dalam bidang peninggalan ini, semakin menjadi jelas bagi saya bahwa kita kehilangan situs-situs dan kisah-kisah ini lebih cepat dibandingkan kecepatan kita melestarikannya. Sudah pasti, gempa bumi dan berbagai bencana alam lainnya -- banjir, tornado -- memakan korban. Namun, apa yang tampak bagi saya adalah penghancuran akibat ulah manusia, tidak hanya mengakibatkan kerusakan yang signifikan, namun juga semakin cepat. Termasuk pembakaran, pengembangan kota, hujan asam, dan juga terorisme dan perang Hal ini menjadi semakin jelas bahwa kita bertempur dalam perang yang sudah kalah Kita kehilangan situs-situs dan kisah-kisahnya, dan pada dasarnya kita kehilangan sebuah potongan -- sebuah potongan yang berharga -- dari kenangan kolektif kita. Bayangkan kita sebagai umat manusia tidak tahu dari mana kita berasal.
Luckily, in the last two or three decades, digital technologies have been developing that have helped us to develop tools that we've brought to bear in the digital preservation, in our digital preservation war. This includes, for example, the 3D laser scanning systems, ever more powerful personal computers, 3D graphics, high-definition digital photography, not to mention the Internet. Because of this accelerated pace of destruction, it became clear to us that we needed to challenge ourselves and our partners to accelerate our work. And we created a project we call the CyArk 500 Challenge -- and that is to digitally preserve 500 World Heritage Sites in five years.
Beruntung, dalam 2 hingga 3 dekade terakhir, teknologi digital telah berkembang dan telah membantu kita mengembangkan perangkat yang kita bawa untuk nyata dalam pelestarian digital, dalam perang pelestarian digital ini. Hal ini termasuk, misalnya sistem pemindaian laser 3 dimensi, komputer pribadi yang jauh lebih kuat, grafik 3 dimensi, fotografi digital beresolusi tinggi, dan tentu saja internet. Karena percepatan dari tingkat kerusakan, semakin jelas untuk kami bahwa kami perlu menantang kami dan rekan-rekan kami untuk mempercepat pekerjaan kami. Dan kami membuat sebuah proyek yang bernama Tantangan CyArk 500 -- yaitu untuk melestarikan secara digital 500 Situs Warisan Dunia dalam waktu 5 tahun.
We do have the technology that's scaleable, and our network of global partners has been expanding and can be expanded at a rapid rate, so we're comfortable that this task can be accomplished. However, to me, the 500 is really just the first 500. In order to sustain our work into the future, we use technology centers where we partner with local universities and colleges to take the technology to them, whereby they then can help us with digital preservation of their heritage sites, and at the same time, it gives them the technology to benefit from in the future.
Kita memiliki teknologi yang dapat diperbesar dan jaringan rekanan global yang telah meluas dan masih dapat diperluas lagi dengan kecepatan yang besar, jadi kami yakin bahwa tugas ini dapat diselesaikan. Namun, bagi saya, 500 situs itu hanyalah 500 yang pertama. Agar dapat mempertahankan hasil kerja kami di masa depan, kami menggunakan pusat-pusat teknologi di mana kami bekerja sama dengan universitas lokal untuk membawa teknologi kepada mereka agar mereka dapat membantu kami melestarikan situs-situs peninggalan mereka secara digital, dan sekaligus memberikan teknologi yang dapat mereka manfaatkan di masa depan.
Let me close with another short story. Two years ago, we were approached by a partner of ours to digitally preserve an important heritage site, a UNESCO heritage site in Uganda, the Royal Kasubi Tombs. The work was done successfully in the field, and the data was archived and publicly disseminated through the CyArk website. Last March, we received very sad news. The Royal Tombs had been destroyed by suspected arson. A few days later, we received a call: "Is the data available and can it be used for reconstruction?" Our answer, of course, was yes.
Saya akan menutup dengan kisah singkat lainnya. Dua tahun lalu, kami didatangi oleh beberapa rekan untuk melestarikan secara digital sebuah situs peninggalan penting situs peninggalan UNESCO di Uganda, Makam Kerajaan Kasubi. Pekerjaan ini selesai dengan baik di lapangan dan datanya tersimpan dan disebarluaskan melalui situs CyArk. Bulan Maret yang lalu, kami menerima kabar buruk, Makan Kerajaan itu telah terbakar kemungkinan secara sengaja. Beberapa hari kemudian, kami menerima telepon: "Apakah data yang ada dapat digunakan untuk membangunnya kembali?" Jawaban kami, tentu saja iya.
Let me leave you with a final thought. Our heritage is much more than our collective memory -- it's our collective treasure. We owe it to our children, our grandchildren and the generations we will never meet to keep it safe and to pass it along. Thank you.
Saya akan meninggalkan satu pemikiran terakhir. Warisan kita lebih dari sekedar kenangan kolektif -- ini adalah harta karun kolektif. Itu adalah hutang kepada anak-anak kita, cucu-cucu kita, dan generasi yang tidak akan pernah kita temui untuk membuatnya tetap aman dan meneruskannya. Terima kasih.
(Applause) Thank you.
(Tepuk tangan) Terima kasih.
Thank you.
Terima kasih.
Thank you.
Terima kasih.
Well, I'm staying here because we wanted to demonstrate to you the power of this technology and so, while I've been speaking, you have been scanned. (Laughter) The two wizards that I have that are behind the curtain will help me bring the results on the screen. (Applause)
Saya tetap di panggung ini karena kami ingin mendemonstrasikan kekuatan dari teknologi ini sehingga, saat saya berbicara Anda sebenarnya sedang dipindai. (Tawa) Kedua penyihir saya yang ada di balik layar itu akan membantu saya menampilkan hasilnya di layar. (Tepuk tangan)
This is all in 3D and of course you can fly through the cloud of points. You can look at it from on top, from the ceiling. You can look from different vantage points, but I'm going to ask Doug to zoom in on an individual in the crowd, just to show the amount of detail that we can create. So you have been digitally preserved in about four minutes. (Laughter)
Ini semua 3 dimensi dan tentu saja Anda dapat terbang melintasi awan-awan data. Anda dapat melihatnya dari atas, dari langit-langit. Anda juga dapat melihatnya dari berbagai sudut, namun saya akan meminta Doug memperbesar seseorang di tengah kerumunan untuk menunjukkan seberapa rinci data yang dapat kita buat. Jadi Anda telah dilestarikan secara digital dalam waktu sekitar 4 menit. (Tawa)
I'd like to thank the wizards here. We were very lucky to have two of our partners participate in this: the Historic Scotland, and the Glasgow School of Art. I'd like to also thank personally the efforts of David Mitchell, who is the Director of Conservation at Historic Scotland. David. (Applause) And Doug Pritchard, who's the Head of Visualization at the Glasgow School of Art. Let's give them a hand.
Saya ingin berterima kasih kepada para penyihir di sini. Kita sangat beruntung karena dua rekan kami berpartisipasi di sini: Kesejarahan Skotlandia dan Sekolah Seni Glasgow. Saya juga ingin berterima kasih secara pribadi kepada David Mitchell yang merupakan Direktur Pelestarian di Kesejarahan Skotlandia. David. (Tepuk tangan) Dan Doug Pritchard, Kepala Visualisasi dari Sekolah Seni Glasgow. Mari kita beri tepuk tangan kepada mereka.
(Applause)
(Tepuk tangan)
Thank you.
Terima kasih.