Beau Lotto: So, this game is very simple. All you have to do is read what you see. Right? So, I'm going to count to you, so we don't all do it together.
Beau Lotto: Permainan ini sangat sederhana. Yang harus Anda lakukan adalah membaca yang Anda lihat. Saya akan memberi aba-aba, jadi kita tidak melakukannya bersama-sama.
Okay, one, two, three.Audience: Can you read this?
Oke, satu, dua, tiga. Hadirin: Dapatkah Anda membaca ini?
BL: Amazing. What about this one? One, two, three.Audience: You are not reading this.
BL: Luar biasa. Bagaimana dengan yang ini? Satu, dua, tiga. Hadirin: Anda tidak membaca ini.
BL: All right. One, two, three. (Laughter) If you were Portuguese, right? How about this one? One, two, three.
BL: Baiklah. Satu, dua, tiga. (Tawa) Kalau Anda orang Portugis? Bagaimana dengan yang ini? Satu, dua, tiga.
Audience: What are you reading?
Hadirin: Apa yang Anda baca?
BL: What are you reading? There are no words there. I said, read what you're seeing. Right? It literally says, "Wat ar ou rea in?" (Laughter) Right? That's what you should have said. Right? Why is this?
BL: Apa yang Anda baca? Tidak ada kata-kata di sana. Kata saya, bacalah yang Anda lihat. Tulisan itu berbunyi, "Wat ar ou rea in?" (Tawa) Betul? Itu yang seharusnya Anda katakan. Betul? Mengapa?
It's because perception is grounded in our experience. Right? The brain takes meaningless information and makes meaning out of it, which means we never see what's there, we never see information, we only ever see what was useful to see in the past. All right? Which means, when it comes to perception, we're all like this frog. (Laughter) Right? It's getting information. It's generating behavior that's useful. (Laughter) (Laughter)
Itu karena persepsi yang tertanam dari pengalaman kita. Betul? Otak mengambil informasi yang tidak berarti dan mengartikannya, yang artinya, kita tidak pernah melihat apa yang ada di sana, kita tidak pernah melihat informasi, kita hanya melihat apa yang sebelumnya berguna untuk dilihat. Baik? Artinya, kalau bicara tentang persepsi, kita semua seperti katak ini. (Tawa) Betul? Katak itu mengumpulkan informasi. Dia menciptakan kebiasaan yang berguna. (Tawa) (Tawa)
(Video) Man: Ow! Ow! (Laughter) (Applause)
(Video) Suara Pria: Ow! Ow! (Tawa) (Tepuk tangan)
BL: And sometimes, when things don't go our way, we get a little bit annoyed, right? But we're talking about perception here, right? And perception underpins everything we think, we know, we believe, our hopes, our dreams, the clothes we wear, falling in love, everything begins with perception. Now if perception is grounded in our history, it means we're only ever responding according to what we've done before. But actually, it's a tremendous problem, because how can we ever see differently?
BL: Kadangkala, ketika hal-hal tidak terjadi seperti keinginan kita, kita menjadi sedikit kesal, betul? Tapi kita bicara tentang persepsi, betul? Dan persepsi mendasari semua yang kita pikirkan, yang kita ketahui, yang kita percaya, harapan kita, impian kita, pakaian yang kita kenakan, jatuh cinta, semuanya diawali dengan persepsi. Jika persepsi tertanam di dalams sejarah kita, artinya kita hanya memberikan reaksi sesuai dengan yang kita lakukan sebelumnya. Namun sebenarnya, itu adalah masalah besar, karena, bagaimana kita akan bisa melihat dari sudut yang berbeda?
Now, I want to tell you a story about seeing differently, and all new perceptions begin in the same way. They begin with a question. The problem with questions is they create uncertainty. Now, uncertainty is a very bad thing. It's evolutionarily a bad thing. If you're not sure that's a predator, it's too late. Okay? (Laughter) Even seasickness is a consequence of uncertainty. Right? If you go down below on a boat, your inner ears are you telling you you're moving. Your eyes, because it's moving in register with the boat, say I'm standing still. Your brain cannot deal with the uncertainty of that information, and it gets ill. The question "why?" is one of the most dangerous things you can do, because it takes you into uncertainty. And yet, the irony is, the only way we can ever do anything new is to step into that space. So how can we ever do anything new? Well fortunately, evolution has given us an answer, right? And it enables us to address even the most difficult of questions. The best questions are the ones that create the most uncertainty. They're the ones that question the things we think to be true already. Right? It's easy to ask questions about how did life begin, or what extends beyond the universe, but to question what you think to be true already is really stepping into that space.
Saya ingin bercerita tentang melihat dari sudut yang berbeda, dan semua persepsi dimulai dengan cara yang sama. Semuanya berawal dari sebuah pertanyaan. Masalahnya, pertanyaan menimbulkan ketidakpastian. Ketidakpastian adalah hal yang sangat buruk. Dari sisi evolusi ketidakpastian itu buruk. Ketika Anda tidak yakin itu seekor pemangsa, saat itu sudah terlambat. Benar? (Tawa) Bahkan, mabuk laut adalah efek dari ketidakpastian. Betul? Kalau Anda naik kapal, telinga dalam Anda mengatakan Anda sedang bergerak. Mata Anda, karena bergerak seirama dengan kapal, mengatakan, Saya tidak bergerak. Otak Anda tidak dapat menangani ketidakpastian informasi itu, dan menjadi sakit. Kata tanya "mengapa?" adalah salah satu hal paling berbahaya yang dapat Anda lakukan karena akan membawa Anda pada ketidakpastian. Ironisnya, satu-satunya cara kita dapat melakukan hal yang baru adalah dengan mengalami ketidakpastian. Jadi, bagaimana kita bisa melakukan hal yang baru? Untungnya, jawabannya ada dalam evolusi, betul? Evolusi membuat kita dapat menjawab pertanyaan paling sulit. Pertanyaan terbaik adalah yang memberikan ketidakpastian paling besar. Yaitu pertanyaan yang mempertanyakan hal-hal yang kita pikir adalah benar. Betul? Sungguh mudah mempertanyakan asal-usul kehidupan, atau apa yang ada di angkasa luar, tapi mempertanyakan apa yang kita pikir adalah benar merupakan cara masuk ke alam ketidakpastian.
So what is evolution's answer to the problem of uncertainty? It's play. Now play is not simply a process. Experts in play will tell you that actually it's a way of being. Play is one of the only human endeavors where uncertainty is actually celebrated. Uncertainty is what makes play fun. Right? It's adaptable to change. Right? It opens possibility, and it's cooperative. It's actually how we do our social bonding, and it's intrinsically motivated. What that means is that we play to play. Play is its own reward.
Jadi apa jawaban dari evolusi mengenai ketidakpastian? Jawabannya: bermain. Bermain bukan hanya sekedar proses. Para ahli dalam bermain akan mengatakan bermain adalah cara kita menjadi sesuatu. Bermain adalah salah satu usaha manusia untuk mensyukuri ketidakpastian. Ketidakpastian membuat permainan menjadi menyenangkan. Betul? Permainan bisa berubah. Betul? Dalam permainan ada kemungkinan dan kerja sama. Bermain adalah cara kita membangun hubungan sosial, dan motivasi kita berasal dari dalam diri kita. Artinya kita main untuk bermain. Bermain adalah hadiahnya.
Now if you look at these five ways of being, these are the exact same ways of being you need in order to be a good scientist. Science is not defined by the method section of a paper. It's actually a way of being, which is here, and this is true for anything that is creative. So if you add rules to play, you have a game. That's actually what an experiment is.
Kalau Anda melihat kelima cara ini, semuanya adalah cara yang sama yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ilmuwan yang baik. Ilmu pengetahuan tidak didefinisikan sebagai metode dalam suatu makalah. Ilmu pengetahuan adalah suatu cara hidup, yang ada di sini, dan ini benar untuk semua hal yang kreatif. Kalau Anda menambahkan peraturan permainan, Anda memiliki sebuah pertandingan. Penelitian juga seperti itu.
So armed with these two ideas, that science is a way of being and experiments are play, we asked, can anyone become a scientist? And who better to ask than 25 eight- to 10-year-old children? Because they're experts in play. So I took my bee arena down to a small school in Devon, and the aim of this was to not just get the kids to see science differently, but, through the process of science, to see themselves differently. Right?
Berbekal kedua ide ini, bahwa ilmu pengetahuan adalah cara hidup dan penelitian adalah permainan, kami bertanya, apakah semua orang bisa menjadi ilmuwan? Dan siapa yang dapat mempertanyakannya selain 25 orang anak berusia 8 sampai 10 tahun? Karena mereka ahli bermain. Jadi saya membawa arena lebah saya ke sebuah sekolah kecil di Devon, dan tujuannya bukan hanya membuat anak-anak melihat ilmu pengetahuan secara berbeda, namun lewat proses ilmu, membuat mereka melihat dirinya secara berbeda. Betul?
The first step was to ask a question.
Langkah pertama adalah mengajukan pertanyaan.
Now, I should say that we didn't get funding for this study because the scientists said small children couldn't make a useful contribution to science, and the teachers said kids couldn't do it. So we did it anyway. Right? Of course.
Kami tidak mendapatkan dana untuk kajian ini karena para ilmuwan menganggap anak kecil tidak dapat memberikan kontribusi berguna untuk ilmu pengetahuan, dan para guru mengatakan hal serupa. Tapi kami tetap melakukannya. Betul? Sudah pasti.
So, here are some of the questions. I put them in small print so you wouldn't bother reading it. Point is that five of the questions that the kids came up with were actually the basis of science publication the last five to 15 years. Right? So they were asking questions that were significant to expert scientists.
Ini beberapa pertanyaannya. Saya sengaja menggunakan ukuran yang kecil supaya Anda tidak perlu membacanya. Intinya, lima dari pertanyaan yang diajukan anak-anak ini merupakan dasar penerbitan makalah ilmuwan di 5 sampai 15 tahun terakhir. Betul? Mereka mengajukan pertanyaan yang penting bagi para pakar keilmuan.
Now here, I want to share the stage with someone quite special. Right? She was one of the young people who was involved in this study, and she's now one of the youngest published scientists in the world. Right? She will now, once she comes onto stage, will be the youngest person to ever speak at TED. Right? Now, science and asking questions is about courage. Now she is the personification of courage, because she's going to stand up here and talk to you all. So Amy, would you please come up? (Applause) (Applause) So Amy's going to help me tell the story of what we call the Blackawton Bees Project, and first she's going to tell you the question that they came up with. So go ahead, Amy.
Di sini, saya ingin berbagi panggung ini dengan seseorang yang spesial. Betul? Dia adalah salah satu orang muda yang terlibat dalam kajian ini, dan dia sekarang adalah salah satu ilmuwan termuda di dunia yang telah menerbitkan makalahnya. Betul? Sekarang, saat dia naik ke panggung, dia akan menjadi orang termuda yang pernah berbicara di TED. Betul? Ilmu pengetahuan dan mengajukan pertanyaan membutuhkan keberanian. Dialah perwujudan dari keberanian, karena dia akan berdiri di sini dan berbicara dengan Anda semua. Amy, tolong naik ke panggung. (Tepuk tangan) (Tepuk tangan) Amy akan membantu saya menceritakan apa yang kami sebut Proyek Lebah Blackawton, dan dia akan memulainya dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Silahkan dimulai, Amy.
Amy O'Toole: Thank you, Beau. We thought that it was easy to see the link between humans and apes in the way that we think, because we look alike. But we wondered if there's a possible link with other animals. It'd be amazing if humans and bees thought similar, since they seem so different from us. So we asked if humans and bees might solve complex problems in the same way. Really, we wanted to know if bees can also adapt themselves to new situations using previously learned rules and conditions. So what if bees can think like us? Well, it'd be amazing, since we're talking about an insect with only one million brain cells. But it actually makes a lot of sense they should, because bees, like us, can recognize a good flower regardless of the time of day, the light, the weather, or from any angle they approach it from. (Applause)
Amy O'Toole: Terima kasih Beau. Kami berpikir mudah untuk melihat hubungan antara manusia dan kera dari cara kita berpikir, karena kita terlihat mirip. Namun kami bertanya-tanya apakah mungkin ada hubungan dengan binatang lain. Sungguh luar biasa jika manusia dan lebah punya cara berpikir yang serupa, karena mereka terlihat sangat berbeda dari kita. Kami mempertanyakan apakah manusia dan lebah dapat menyelesaikan persoalan rumit dengan cara yang sama. Kami sungguh ingin mengetahui apakah lebah-lebah juga dapat beradaptasi di situasi yang baru dengan menggunakan peraturan dan kondisi yang sudah dipelajari. Apa jadinya kalau lebah dapat berpikir seperti kita? Hasilnya akan luar biasa, karena kita membahas seekor serangga yang hanya punya satu juta sel otak. Tapi jadi masuk akal kalau lebah-lebah itu berbuat begitu, karena seperti kita, lebah bisa mengenali bunga yang bagus apapun waktu, cahaya, dan cuacanya, atau dari sudut mana mereka mendekati bunga itu. (Tepuk tangan)
BL: So the next step was to design an experiment, which is a game. So the kids went off and they designed this experiment, and so -- well, game -- and so, Amy, can you tell us what the game was, and the puzzle that you set the bees?
BL: langkah selanjutnya adalah, membuat percobaan, yang merupakan suatu permainan. Anak-anak ini merancang percobaan ini, dan -- baiklah, permainan ini -- dan, Amy, dapatkan kamu menceritakan apa permainannya, dan teka-teki yang kamu berikan pada lebah-lebah?
AO: The puzzle we came up with was an if-then rule. We asked the bees to learn not just to go to a certain color, but to a certain color flower only when it's in a certain pattern. They were only rewarded if they went to the yellow flowers if the yellow flowers were surrounded by the blue, or if the blue flowers were surrounded by the yellow. Now there's a number of different rules the bees can learn to solve this puzzle. The interesting question is, which? What was really exciting about this project was we, and Beau, had no idea whether it would work. It was completely new, and no one had done it before, including adults. (Laughter)
AO: Teka-teki yang kami temukan adalah sebuah peraturan jika-maka. Kami mengajarkan lebah-lebah untuk pergi ke warna tertentu dan hanya ke bunga dengan warna tertentu dengan pola tertentu. Lebah-lebah hanya mendapat sesuatu jika pergi ke bunga berwarna kuning jika bunga itu dikelilingi bunga berwarna biru, atau ke bunga biru jika dikelilingi oleh bunga berwarna kuning. Ada beberapa aturan yang dapat dipelajari oleh lebah untuk memecahkan teka-teki ini. Yang menarik adalah, aturan yang mana? Yang paling menyenangkan dari proyek ini adalah, kami dan Beau, tidak tahu apakah ini akan berhasil. Ini sesuatu yang baru, belum pernah ada yang mencobanya, termasuk orang dewasa. (Tawa)
BL: Including the teachers, and that was really hard for the teachers. It's easy for a scientist to go in and not have a clue what he's doing, because that's what we do in the lab, but for a teacher not to know what's going to happen at the end of the day -- so much of the credit goes to Dave Strudwick, who was the collaborator on this project. Okay? So I'm not going to go through the whole details of the study because actually you can read about it, but the next step is observation. So here are some of the students doing the observations. They're recording the data of where the bees fly.
BL: Termasuk para guru, dan ini hal yang berat bagi para guru. Bagi ilmuwan sangat mudah untuk melakukan hal yang tidak dimengerti, karena itulah yang kami lakukan di laboratorium, tapi untuk seorang guru tidak mengetahui apa yang akan terjadi nanti -- penghargaan yang luar biasa untuk Dave Strudwick yang adalah rekan kerja dalam proyek ini. Oke? Saya tidak akan menjelaskan kajian ini secara rinci karena Anda dapat membacanya sendiri, langkah berikutnya adalah pengamatan. Inilah beberapa murid yang sedang melakukan pengamatan. Mereka mencatat data ke mana lebah-lebah itu terbang.
(Video) Dave Strudwick: So what we're going to do —Student: 5C.
(Video) Dave Strudwick: Apa yang akan kita lakukan -- Murid: 5C.
Dave Strudwick: Is she still going up here?Student: Yeah.
Dave Strudwick: apakah dia masih di atas sana? Murid: Iya.
Dave Strudwick: So you keep track of each.Student: Henry, can you help me here?
Dave Strudwick: Kamu mengamati setiap lebah. Murid: Henry, bisa tolong bantu saya?
BL: "Can you help me, Henry?" What good scientist says that, right?
BL: 'Bisa tolong bantu saya, Henry?" Ilmuwan yang baik mengatakan hal itu, betul?
Student: There's two up there. And three in here.
Murid: Ada dua di atas sana. Dan tiga di sini.
BL: Right? So we've got our observations. We've got our data. They do the simple mathematics, averaging, etc., etc. And now we want to share. That's the next step. So we're going to write this up and try to submit this for publication. Right? So we have to write it up. So we go, of course, to the pub. All right? (Laughter) The one on the left is mine, okay? (Laughter)
BL: Betul? Kami mendapatkan hasil pengamatan. Kami mendapat datanya. Mereka melakukan matematika sederhana, membuat rata-rata, dan lainnya. Kami ingin membagikannya. Itulah tahapan selanjutnya. Kami menulis makalah tentang ini dan mencoba menyerahkannya untuk diterbitkan. Betul? Jadi kami harus menuliskannya. Lalu kita, tentu saja, pergi ke pub. (Tawa) Yang di sebelah kiri milik saya, oke? (Tawa)
Now, I tell them, a paper has four different sections: an introduction, a methods, a results, a discussion. The introduction says, what's the question and why? Methods, what did you do? Results, what was the observation? And the discussion is, who cares? Right? That's a science paper, basically. (Laughter)
Saya memberitahu mereka, sebuah makalah punya empat bagian berbeda: pembukaan, metode, hasil, diskusi. Bagian pembukaan berisi, apa pertanyaannya dan mengapa? Metode berisi, apa yang kamu lakukan? Hasil, apa yang diamati? Dan bagian diskusi adalah, siapa yang peduli? Betul? Pada dasarnya, seperti itulah makalah ilmiah. (Tawa)
So the kids give me the words, right? I put it into a narrative, which means that this paper is written in kidspeak. It's not written by me. It's written by Amy and the other students in the class. As a consequence, this science paper begins, "Once upon a time ... " (Laughter) The results section, it says: "Training phase, the puzzle ... duh duh duuuuuhhh." Right? (Laughter) And the methods, it says, "Then we put the bees into the fridge (and made bee pie)," smiley face. Right? (Laughter) This is a science paper. We're going to try to get it published. So here's the title page. We have a number of authors there. All the ones in bold are eight to 10 years old. The first author is Blackawton Primary School, because if it were ever referenced, it would be "Blackawton et al," and not one individual. So we submit it to a public access journal, and it says this. It said many things, but it said this. "I'm afraid the paper fails our initial quality control checks in several different ways." (Laughter) In other words, it starts off "once upon a time," the figures are in crayon, etc. (Laughter)
Anak-anak ini menceritakannya. Saya merangkainya menjadi suatu narasi, artinya, makalah ini ditulis dengan gaya bahasa anak-anak. Makalah ini tidak ditulis oleh saya, tapi oleh Amy dan murid-murid lain di kelas. Hasilnya, makalah ilmiah ini diawali dengan, "Pada suatu ketika....." (Tawa) Di bagian hasil, isinya: " Masa pelatihan, teka-tekinya....duh duh duuuuuuuuhhhh." Betul? (Tawa) Dan di bagian metode, "Kami lalu menaruh lebah-lebah ke dalam kulkas (dan membuat pai lebah)," gambar muka tertawa. Betul? (Tawa) Ini adalah makalah ilmiah. Kami mencoba membuatnya bisa dipublikasikan. Ini halaman judulnya. Ada beberapa nama pengarang di situ. Yang dicetak tebal adalah anak-anak berusia 8 sampai 10 tahun. Pengarang utama adalah SD Blackawton karena jika makalah ini dijadikan resensi, akan ditulis "Blackawton et al," dan bukan nama perorangan. Kami mengirimkannya ke jurnal yang diakses secara terbuka, dan dijawab seperti ini. Jawabannya panjang, tapi intinya begini. "Makalah ini tidak lolos uji kelayakan di beberapa bagian." (Tawa) Dengan kata lain, makalah ini diawali dengan "Pada suatu ketika," gambarnya dibuat dengan krayon, dan lain-lain. (Tawa)
So we said, we'll get it reviewed. So I sent it to Dale Purves, who is at the National Academy of Science, one of the leading neuroscientists in the world, and he says, "This is the most original science paper I have ever read" — (Laughter) — "and it certainly deserves wide exposure." Larry Maloney, expert in vision, says, "The paper is magnificent. The work would be publishable if done by adults."
Kami ingin makalah ini dikaji. Jadi, saya mengirimkannya ke Dale Purves, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional, salah satu ilmuwan saraf terkemuka di dunia, dan katanya, " Ini adalah makalah ilmiah yang paling orisinil yang pernah saya baca" --(Tawa)-- "dan makalah ini pantas disebarluaskan." Larry Maloney, ahli mengenai visi, mengatakan, "Makalah ini luar biasa. Hasil kerjanya pasti diterbitkan jika dilakukan oleh orang dewasa."
So what did we do? We send it back to the editor. They say no. So we asked Larry and Natalie Hempel to write a commentary situating the findings for scientists, right, putting in the references, and we submit it to Biology Letters. And there, it was reviewed by five independent referees, and it was published. Okay? (Applause) (Applause)
Jadi, apa yang kami lakukan? Kami mengirimkannya kembali ke editor. Mereka tetap menolaknya. Jadi kami meminta Larry dan Natalie Hempel untuk menuliskan komentar mengenai apa yang ditemukan oleh para ilmuwan, dengan memasukkan referensi ini, kami mengirimkannya ke Biology Letters. Di sana, makalah ini diulas oleh 5 juri independen dan akhirnya makalah ini diterbitkan. Oke? (Tepuk tangan) (Tepuk tangan)
It took four months to do the science, two years to get it published. (Laughter) Typical science, actually, right? So this makes Amy and her friends the youngest published scientists in the world. What was the feedback like? Well, it was published two days before Christmas, downloaded 30,000 times in the first day, right? It was the Editors' Choice in Science, which is a top science magazine. It's forever freely accessible by Biology Letters. It's the only paper that will ever be freely accessible by this journal. Last year, it was the second-most downloaded paper by Biology Letters, and the feedback from not just scientists and teachers but the public as well. And I'll just read one.
Butuh empat bulan untuk melakukan bagian ilmiah, dan dua tahun untuk membuatnya diterbitkan. (Tawa) Hal ini biasa terjadi di dunia ilmiah, betul? Dengan ini, Amy dan teman-temannya menjadi ilmuwan termuda di dunia yang hasil karyanya diterbitkan. Bagaimana umpan baliknya? Makalah ini diterbitkan dua hari sebelum Natal, diunduh 30,000 kali di hari pertama, betul? Masuk sebagai Pilihan Editor di Science, majalah ilmiah terkemuka. Selamanya makalah ini dapat diakses secara bebas di Biology Letters. Ini satu-satunya makalah yang bisa diakses secara gratis di jurnal ini. Tahun lalu, makalah ini adalah yang kedua terbanyak diunduh di Biology Letters, dan umpan baliknya bukan hanya dari para ilmuwan dan para guru, tapi juga dari masyarakat umum. Saya akan bacakan satu saja.
"I have read 'Blackawton Bees' recently. I don't have words to explain exactly how I am feeling right now. What you guys have done is real, true and amazing. Curiosity, interest, innocence and zeal are the most basic and most important things to do science. Who else can have these qualities more than children? Please congratulate your children's team from my side."
"Baru-baru ini saya membaca 'Lebah-lebah Blackawton'. Saya tidak dapat mengungkapkan apa yang saya rasakan sekarang. Apa yang kalian lakukan sungguh nyata dan luar biasa. Keingintahuan, ketertarikan, keluguan dan semangat adalah hal-hal yang paling dasar dan paling penting dalam melakukan ilmiah. Siapa yang dapat memiliki kualitas ini lebih baik dari anak-anak? Tolong sampaikan ucapan selamat dari saya untuk tim anak-anak ini."
So I'd like to conclude with a physical metaphor. Can I do it on you? (Laughter) Oh yeah, yeah, yeah, come on. Yeah yeah. Okay. Now, science is about taking risks, so this is an incredible risk, right? (Laughter) For me, not for him. Right? Because we've only done this once before. (Laughter) And you like technology, right?
Saya ingin menutupnya dengan kiasan fisika. Apakah saya dapat melakukannya pada Anda? (Tawa) Oh ya, ya, ya, mari. Ya ya. Oke. Ilmu pengetahuan itu beresiko, jadi ini resiko yang luar biasa, betul? (Tawa) Untuk saya, bukan untuk dia. Betul? Karena kami hanya pernah mencobanya sekali. (Tawa) Dan Anda menyukai teknologi, betul?
Shimon Schocken: Right, but I like myself.
Shimon Schocken: Betul, tapi saya suka diri saya.
BL: This is the epitome of technology. Right. Okay. Now ... (Laughter) Okay. (Laughter)
BL: Ini adalah intisari dari teknologi. Betul. Oke. Sekarang.....(Tawa) Oke. (Tawa)
Now, we're going to do a little demonstration, right? You have to close your eyes, and you have to point where you hear me clapping. All right?
Sekarang kita akan melakukan pertunjukkan kecil, betul? Anda harus memejamkan mata, dan menunjuk ketika Anda mendengar saya bertepuk tangan. Oke?
(Clapping)
(Tepuk tangan)
(Clapping)
(Tepuk tangan)
Okay, how about if everyone over there shouts. One, two, three?
Oke, bagaimana kalau semua orang di situ berteriak, Satu, dua, tiga?
Audience: (Shouts) (Laughter)
Hadirin: (Teriakan) (Tawa)
(Shouts) (Laughter)
(Teriakan) (Tawa)
Brilliant. Now, open your eyes. We'll do it one more time. Everyone over there shout. (Shouts) Where's the sound coming from? (Laughter) (Applause)
Luar biasa. Sekarang buka mata Anda. Akan kita lakukan sekali lagi. Semua orang di sana berteriaklah. (Teriakan) Dari mana suaranya? (Tawa) (Tepuk tangan)
Thank you very much. (Applause)
Terima kasih banyak. (Tepuk tangan)
What's the point? The point is what science does for us. Right? We normally walk through life responding, but if we ever want to do anything different, we have to step into uncertainty. When he opened his eyes, he was able to see the world in a new way. That's what science offers us. It offers the possibility to step on uncertainty through the process of play, right?
Apa intinya? Intinya adalah apa yang dilakukan ilmu pengetahuan bagi kita. Betul? Kita terbiasa bereaksi dalam hidup, tapi jika kita ingin melakukan hal yang berbeda, kita harus mengalami ketidakpastian. Ketika dia membuka matanya, dia dapat melihat dunia dengan cara yang berbeda. Itulah yang ditawarkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menawarkan kemungkinan untuk mengalami ketidakpastian lewat proses bermain, betul?
Now, true science education I think should be about giving people a voice and enabling to express that voice, so I've asked Amy to be the last voice in this short story. So, Amy?
Pendidikan ilmiah yang sejati menurut saya harus dapat memberikan suara untuk orang dan membantunya mengeluarkan suara itu, jadi saya meminta Amy untuk menutup cerita pendek ini. Amy?
AO: This project was really exciting for me, because it brought the process of discovery to life, and it showed me that anyone, and I mean anyone, has the potential to discover something new, and that a small question can lead into a big discovery. Changing the way a person thinks about something can be easy or hard. It all depends on the way the person feels about change. But changing the way I thought about science was surprisingly easy. Once we played the games and then started to think about the puzzle, I then realized that science isn't just a boring subject, and that anyone can discover something new. You just need an opportunity. My opportunity came in the form of Beau, and the Blackawton Bee Project.
AO: Proyek ini sangat menyenangkan, karena melalui proyek ini proses penemuan menjadi nyata, dan menunjukkan bahwa siapa saja, benar-benar siapa saja, memiliki potensi untuk menemukan hal baru, dan sebuah pertanyaan kecil bisa memicu penemuan yang besar. Mengubah cara pikir seseorang bisa jadi mudah atau sulit. Semuanya tergantung dari yang dirasakan orang itu terhadap perubahan. Tapi mengubah cara saya berpikir tentang ilmiah ternyata sangat mudah. Setelah kami bermain dan mulai berpikir tentang teka-teki, saya menjadi sadar kalau ilmu pengetahuan bukan pelajaran yang membosankan, dan semua orang dapat menemukan hal baru. Anda hanya membutuhkan kesempatan. Kesempatan saya datang dalam rupa seorang Beau, dan Proyek Lebah Blackawton.
Thank you.BL: Thank you very much. (Applause)
Terima kasih. BL: Terima kasih banyak. (Tepuk tangan)
(Applause)
(Tepuk tangan)