I'm here to talk about the wonder and the mystery of conscious minds. The wonder is about the fact that we all woke up this morning and we had with it the amazing return of our conscious mind. We recovered minds with a complete sense of self and a complete sense of our own existence, yet we hardly ever pause to consider this wonder. We should, in fact, because without having this possibility of conscious minds, we would have no knowledge whatsoever about our humanity; we would have no knowledge whatsoever about the world. We would have no pains, but also no joys. We would have no access to love or to the ability to create. And of course, Scott Fitzgerald said famously that "he who invented consciousness would have a lot to be blamed for." But he also forgot that without consciousness, he would have no access to true happiness and even the possibility of transcendence.
Saya hadir di sini untuk berbicara mengenai keajaiban dan misteri dari pikiran sadar. Keajaibannya terletak pada fakta bahwa kita semua bangun dari tidur pagi ini dan dengannya kita miliki kembali pemulihan menakjubkan dari pikiran sadar kita. Kita menyegarkan pikiran kita dengan sebuah kesadaran yang penuh mengenai diri dan sebuah kesadaran yang penuh mengenai keberadaan kita namun kita hampir tidak pernah berhenti sejenak untuk merenungkan keajaiban ini. Kita harus melakukannya, pada kenyataannya, karena tanpa memiliki kemungkinan pikiran sadar ini, kita sama sekali tidak punya pengetahuan tentang kemanusiaan kita; kita tidak tahu apa-apa tentang dunia. Kita tidak mengalami rasa sakit, tetapi tidak juga kegembiraan Kita tidak dapat mencinta atau tidak punya kemampuan mencipta Dan tentu saja, ungkapan terkenal Scott Fitzgerald, bahwa "siapa yang menemukan kesadaran layak mendapat banyak celaan" Tetapi dia juga lupa bahwa tanpa kesadaran dia tidak punya akses menuju kebahagiaan sejati dan bahkan kemungkinan untuk melampaui diri
So much for the wonder, now for the mystery. This is a mystery that has really been extremely hard to elucidate. All the way back into early philosophy and certainly throughout the history of neuroscience, this has been one mystery that has always resisted elucidation, has got major controversies. And there are actually many people that think we should not even touch it; we should just leave it alone, it's not to be solved. I don't believe that, and I think the situation is changing. It would be ridiculous to claim that we know how we make consciousness in our brains, but we certainly can begin to approach the question, and we can begin to see the shape of a solution.
Demikian ajaib, tetapi berikut ini adalah misterinya. Ini adalah sebuah misteri yang selalu sangat sulit untuk diterangkan. Merunut kembali ke filsafat kuno dan tentu saja sepanjang sejarah ilmu syaraf, ini telah selalu menjadi misteri yang tidak mempan penjelasan, dan mendapat banyak kontroversi utama Dan sesungguhnya terdapat banyak orang yang berpikir bahwa kita tidak boleh membahasnya; kita tinggalkan saja karena misteri ini tidak dapat dipecahkan. Saya tidak pecaya pada pendapat seperti ini dan saya pikir situasinya sedang berubah. Adalah konyol untuk mengklaim bahwa kita tahu bagaimana kita menciptakan kesadaran dalam otak kita tetapi kita tentu saja dapat mulai mendekati pertanyaan ini dan kita dapat mulai melihat bentuk dari sebuah solusi.
And one more wonder to celebrate is the fact that we have imaging technologies that now allow us to go inside the human brain and be able to do, for example, what you're seeing right now. These are images that come from Hanna Damasio's lab, and which show you, in a living brain, the reconstruction of that brain. And this is a person who is alive. This is not a person that is being studied at autopsy. And even more -- and this is something that one can be really amazed about -- is what I'm going to show you next, which is going underneath the surface of the brain and actually looking in the living brain at real connections, real pathways. So all of those colored lines correspond to bunches of axons, the fibers that join cell bodies to synapses. And I'm sorry to disappoint you, they don't come in color. But at any rate, they are there. The colors are codes for the direction, from whether it is back to front or vice versa.
Dan satu lagi keajaiban untuk dirayakan adalah fakta bahwa kita punya teknologi-teknologi pemotretan yang kini memampukan kita untuk masuk ke dalam otak manusia dan dapat melakukan, sebagai misal, apa yang sedang Anda lihat sekarang. Ini adalah gambar-gambar dari laboratorium Hanna Damasio dan yang menunjukkan kepada Anda, di dalam otak aktif rekonstruksi dari otak itu Dan ini adalah otak dari seorang manusia yang masih hidup Itu bukan seorang yang sedang diautopsi Dan bahkan lebih lagi - dan Anda dapat sungguh takjub karenanya adalah apa yang hendak saya tunjukkan berikutnya, apa yang sedang terjadi di bawah permukaan otak dan sesungguhnya melihat ke dalam otak aktif pada hubungan-hubungan dan jalur-jalur nyata. Jadi semua garis warna warni itu berhubungan degan gumpalan-gumpalan akson, yakni serat-serat yang menghubungkan kumpulan-kumpulan sel dengan sinapsis. Dan saya mohon maaf karena mengecewakan anda, mereka sebenarnya tidak berwarna. Tetapi baiklah warna-warna itu tetap di situ. Warna-warna itu berfungsi sekedar kode kode penunjuk arah apakah dari belakang ke depan atau sebaliknya
At any rate, what is consciousness? What is a conscious mind? And we could take a very simple view and say, well, it is that which we lose when we fall into deep sleep without dreams, or when we go under anesthesia, and it is what we regain when we recover from sleep or from anesthesia. But what is exactly that stuff that we lose under anesthesia, or when we are in deep, dreamless sleep? Well first of all, it is a mind, which is a flow of mental images. And of course consider images that can be sensory patterns, visual, such as you're having right now in relation to the stage and me, or auditory images, as you are having now in relation to my words. That flow of mental images is mind.
Lalu, apa itu kesadaran? Apa itu pikiran sadar? Dan kita dapat melihatnya secara sangat sederhana dan mengatakan, baiklah, itu adalah apa yang hilang ketika kita tertidur lelap tanpa mimpi atau ketika kita di bawah pengaruh anestesia dan itu adalah apa yang kita dapatkan lagi ketika kita terbangun dari tidur atau terbebas dari pengaruh anestesia Tetapi apakah sebenarnya sesuatu yang hilang ketika kita dibius, atau ketika kita tertidur pulas tanpa mimpi itu? Baiklah, pertama-tama, itu adalah sebuah pikiran yang merupakan aliran gambaran-gambaran mental. Dan coba pikirkan mengenai gambaran-gambaran yang dapat berupa pola-pola inderawi, penglihatan, sebagaimana yang sedang Anda lakukan sekarang dalam kaitan dengan panggung dan saya, atau gambaran-gambaran auditoris sebagaimana yang sedang Anda alami sekarang ketika mendengarkan kata kata saya. Aliran gambaran-gambaran mental itu adalah pikiran
But there is something else that we are all experiencing in this room. We are not passive exhibitors of visual or auditory or tactile images. We have selves. We have a Me that is automatically present in our minds right now. We own our minds. And we have a sense that it's everyone of us that is experiencing this -- not the person who is sitting next to you. So in order to have a conscious mind, you have a self within the conscious mind. So a conscious mind is a mind with a self in it. The self introduces the subjective perspective in the mind, and we are only fully conscious when self comes to mind. So what we need to know to even address this mystery is, number one, how are minds are put together in the brain, and, number two, how selves are constructed.
Tetapi ada sesuatu yang lain yang kita semua sedang alami dalam ruangan ini. Kita bukanlah pelaku-pelaku pasif dari gambaran-gambaran yang kita lihat atau dengar atau raba. Kita memiliki diri. Kita memiliki kesadaran mengenai seorang Aku yang secara otomatis selalu ada dalam pikiran kita pada saat ini. Kita memiliki pikiran kita Dan kita punya sebuah cita rasa bahwa masing-masing dari kitalah yang mengalami hal ini bukan orang yang duduk di samping Anda. Maka, untuk dapat memiliki sebuah pikiran sadar, Anda memiliki sebuah diri dalam pikiran sadar Anda. Jadi sebuah pikiran sadar adalah sebuah pikiran dengan sebuah diri di dalamnya. Diri inilah yang memperkenalkan perspektif subyektif dalam pikiran dan kita hanya menjadi sepenuhnya sadar ketika diri hadir dalam pikiran. Jadi apa yang perlu kita ketahui untuk menyingkap misteri ini adalah, pertama, bagaimana pikiran dipadukan dalam otak kita dan, kedua, bagaimana diri dikonstruksikan.
Now the first part, the first problem, is relatively easy -- it's not easy at all -- but it is something that has been approached gradually in neuroscience. And it's quite clear that, in order to make minds, we need to construct neural maps. So imagine a grid, like the one I'm showing you right now, and now imagine, within that grid, that two-dimensional sheet, imagine neurons. And picture, if you will, a billboard, a digital billboard, where you have elements that can be either lit or not. And depending on how you create the pattern of lighting or not lighting, the digital elements, or, for that matter, the neurons in the sheet, you're going to be able to construct a map. This, of course, is a visual map that I'm showing you, but this applies to any kind of map -- auditory, for example, in relation to sound frequencies, or to the maps that we construct with our skin in relation to an object that we palpate.
Bagian pertama, masalah pertama, relatif mudah -- sebenarnya, amat sangat tidak mudah -- tetapi masalah ini telah secara perlahan-lahan diteliti dalam ilmu syaraf Dan menjadi cukup jelas bahwa, untuk dapat menciptakan pikiran, kita harus membuat peta peta syaraf. Coba bayangkan sebuah kisi-kisi seperti yang sedang saya tunjukkan, dan sekarang bayangkan dalam kisi-kisi itu, dalam lembaran dua dimensi itu, bayangkan neuron-neuron. Dan bayangkan, jika anda mau, sebuah papan iklan, sebuah papan iklan digital di mana anda punya unsur-unsur yang dapat dinyalakan ataupun tidak Dan tergantung pada bagaimana anda menciptakan pola yang menyala atau tidak menyala, unsur-unsur digital itu, atau, untuk hal ini, neuron-neuron dalam lembaran itu, anda akan dapat membangun sebuah peta. Ini, tentu saja, adalah sebuah peta visual yang sedang saya tunjukkan kepada anda, tetapi hal ini dapat diterapkan pada jenis peta lainnya -- pendengaran, sebagai misal, dalam kaitan dengan frekuensi bunyi, atau dengan peta-peta yang kita buat dengan indra peraba kita dalam kaitan dengan sebuah obyek yang kita raba.
Now to bring home the point of how close it is -- the relationship between the grid of neurons and the topographical arrangement of the activity of the neurons and our mental experience -- I'm going to tell you a personal story. So if I cover my left eye -- I'm talking about me personally, not all of you -- if I cover my left eye, I look at the grid -- pretty much like the one I'm showing you. Everything is nice and fine and perpendicular. But sometime ago, I discovered that if I cover my left eye, instead what I get is this. I look at the grid and I see a warping at the edge of my central-left field.
Kembali ke poin mengenai betapa dekatnya hubungan antara kisi-kisi neuron-neuron dengan susunan topografis dari aktivitas neuron-neuron dan pengalaman mental kita -- Saya akan mengisahkan sebuah pengalaman pribadi Jadi apabila saya menutup mata kiri saya -- Saya sedang bicara tentang diri saya sendiri, bukan tentang Anda sekalian -- jika saya tutup mata kiri saya, Saya melihat ke kisi-kisi itu --tampak kira-kira seperti yang sedang saya tunjukkan kepada Anda. Semuanya tampak baik, bagus dan tegak lurus. Tetapi beberapa waktu lalu, saya temukan bahwa jika saya menutup mata kiri saya, sebaliknya, apa yang saya dapatkan adalah ini. Saya melihat ke kisi-kisi itu dan saya melihat sebuah distorsi pada ujung kiri bagian tengah kisi kisi itu.
Very odd -- I've analyzed this for a while. But sometime ago, through the help of an opthamologist colleague of mine, Carmen Puliafito, who developed a laser scanner of the retina, I found out the the following. If I scan my retina through the horizontal plane that you see there in the little corner, what I get is the following. On the right side, my retina is perfectly symmetrical. You see the going down towards the fovea where the optic nerve begins. But on my left retina there is a bump, which is marked there by the red arrow. And it corresponds to a little cyst that is located below. And that is exactly what causes the warping of my visual image.
Sangat aneh --- saya telah menelaahnya sejenak. Tetapi beberapa waktu yang lalu, dengan bantuan seorang rekanku yang adalah dokter mata, Carmen Puliafito, yang mengembangkan sebuah pemindai laser untuk retina, saya temukan hal seperti berikut ini. Apabila saya melakukan scan atas retina saya melalui garis horisontal yang anda lihat di sana dalam sudut kecil itu, apa yang saya dapatkan adalah sebagai berikut. Pada sebelah kanan, retina saya adalah sebuah simetri sempurna. Anda lihat lengkungan ke arah pusat retina dimana syaraf optik mulai. Tetapi pada retina kiri saya, ada sebuah benjolan yang ditandai anak panah merah itu. Dan itu berkaitan dengan sebuah kista kecil yang terletak di bawahnya Dan itu tepatnya apa yang menyebabkan distorsi pada gambaran visual saya.
So just think of this: you have a grid of neurons, and now you have a plane mechanical change in the position of the grid, and you get a warping of your mental experience. So this is how close your mental experience and the activity of the neurons in the retina, which is a part of the brain located in the eyeball, or, for that matter, a sheet of visual cortex. So from the retina you go onto visual cortex. And of course, the brain adds on a lot of information to what is going on in the signals that come from the retina. And in that image there, you see a variety of islands of what I call image-making regions in the brain. You have the green for example, that corresponds to tactile information, or the blue that corresponds to auditory information.
Jadi pikirkan mengenai hal berikut: anda punya sebuah kisi-kisi yang terdiri dari neuron-neuron dan kini anda punya sebuah perubahan mekanis pada posisi dari kisi-kisi itu, dan dapatkan sebuah distorsi pada pengalaman mental anda. Jadi betapa dekatnya pengalaman mental anda dengan aktivitas neuron-neuron di dalam retina, yang adalah bagian dari otak yang terletak di dalam bola mata, atau, untuk soal itu, satu lembar dari korteks visual Jadi dari retina anda pindah ke korteks visual. Dan tentu saja, selanjutnya otak menambahkan banyak informasi mengenai apa yang sedang terjadi di dalam sinyal-sinyal yang datang dari retina. Dan di dalam gambar yang ada di sana, anda lihat berbagai jenis pulau yang saya istilahkan sebagai wilayah-wilayah pembuatan gambar di dalam otak. Anda lihat wilayah berwarna hijau sebagai contoh, yang berhubungan dengan informasi pada indera peraba atau yang berwarna biru yang berkaitan dengan informasi auditoris.
And something else that happens is that those image-making regions where you have the plotting of all these neural maps, can then provide signals to this ocean of purple that you see around, which is the association cortex, where you can make records of what went on in those islands of image-making. And the great beauty is that you can then go from memory, out of those association cortices, and produce back images in the very same regions that have perception. So think about how wonderfully convenient and lazy the brain is. So it provides certain areas for perception and image-making. And those are exactly the same that are going to be used for image-making when we recall information.
Dan sesuatu yang lain yang terjadi adalah bahwa wilayah-wilayah pembuatan gambar mental itu, dimana anda punya alur dari semua peta syaraf ini, kemudian dapat menyediakan sinyal-sinyal pada hamparan warna ungu yang Anda lihat, yang adalah korteks untuk membuat hubungan-hubungan, dimana Anda dapat membuat catatan mengenai apa yang terjadi di dalam wilayah-wilayah pembuatan gambar mental itu. Dan hal yang sungguh indah adalah bahwa anda dapat keluar dari memori keluar dari korteks-korteks pembuat hubungan itu dan menghasilkan kembali gambar-gambar di wilayah-wilayah yang sama yang memiliki persepsi. Jadi sungguh menakjubkan betapa santai dan malasnya otak manusia. Karena otak menyediakan wilayah-wilayah tertentu untuk persepsi dan pembuatan-gambar mental. Dan wilayah-wilayah tertentu itu adalah wilayah yang sama yang akan digunakan untuk pembuatan-gambar mental ketika kita mengingat kembali informasi.
So far the mystery of the conscious mind is diminishing a little bit because we have a general sense of how we make these images. But what about the self? The self is really the elusive problem. And for a long time, people did not even want to touch it, because they'd say, "How can you have this reference point, this stability, that is required to maintain the continuity of selves day after day?" And I thought about a solution to this problem. It's the following. We generate brain maps of the body's interior and use them as the reference for all other maps.
Kini, misteri pikiran sadar sudah tersingkap sedikit karena kita sudah sedikit tahu mengenai bagaimana kita membuat gambar-gambar mental ini. Tetapi bagaimana dengan diri? Diri telah selalu masalah yang rumit. Dan dalam jangka waktu yang lama, orang bahkan tidak mau membahasnya, karena mereka berkata, "Bagaimana mungkin Anda punya titik referensi ini, stabilitas ini, yang dibutuhkan untuk mempertahankan kontinuitas diri dari hari ke hari? Dan saya berpikir mengenai satu solusi untuk masalah ini. Solusinya sebagai berikut. Kita melahirkan peta peta pikiran dari bagian dalam tubuh dan menggunakannya sebagai rujukan bagi semua peta yang lainnya.
So let me tell you just a little bit about how I came to this. I came to this because, if you're going to have a reference that we know as self -- the Me, the I in our own processing -- we need to have something that is stable, something that does not deviate much from day to day. Well it so happens that we have a singular body. We have one body, not two, not three. And so that is a beginning. There is just one reference point, which is the body. But then, of course, the body has many parts, and things grow at different rates, and they have different sizes and different people; however, not so with the interior. The things that have to do with what is known as our internal milieu -- for example, the whole management of the chemistries within our body are, in fact, extremely maintained day after day for one very good reason. If you deviate too much in the parameters that are close to the midline of that life-permitting survival range, you go into disease or death. So we have an in-built system within our own lives that ensures some kind of continuity. I like to call it an almost infinite sameness from day to day. Because if you don't have that sameness, physiologically, you're going to be sick or you're going to die. So that's one more element for this continuity.
Biarkan saya untuk berbicara sedikit lagi mengenai mengapa saya sampai pada kesimpulan ini. Saya sampai pada kesimpulan ini karena, jika anda hendak punya rujukakan yang disebut diri-- Aku, saya dalam proses kita sendiri kita harus memiliki sesuatu yang stabil, sesuatu yang tidak banyak berubah dari hari ke hari Baiklah, masing-masing kita hanya punya satu tubuh. Kita punya satu tubuh, bukan dua, bukan tiga. Jadi itulah permulaannya. Hanya ada satu titik referensi yang adalah tubuh. Tetapi tentu saja, tubuh punya bagian-bagian, dan mereka bertumbuh dalam takaran yang berbeda, dengan ukuran yang berbeda untuk orang yang berbeda; tetapi hal ini berbeda dengan dunia batin. Hal yang terjadi dengan apa yang kita sebuat dengan dunia batin kita -- sebagai contoh, keseluruhan tata kelola dari unsur-unsur kimiawi di dalam tubuh kita adalah, pada kenyataannya, diatur dengan sangat baik hari demi hari untuk satu alasan yang sangat masuk akal. Jika anda terlalu banyak menyimpang dalam parameter-parameter yang mendekati garis tengah dari ambang batas daya hidup, anda mengalami sakit atau kematian. Jadi kita punya sebuah sistem internal dalam hidup kita yang memastikan suatu kontinuitas. Saya suka menyebutnya sebagai kesamaan yang hampir tak terbatas dari hari ke hari Sebab jika anda tidak punya kesamaan ini secara fisiologis, anda akan sakit atau mati. Jadi itu adalah satu unsur lain dari kontinuitas ini.
And the final thing is that there is a very tight coupling between the regulation of our body within the brain and the body itself, unlike any other coupling. So for example, I'm making images of you, but there's no physiological bond between the images I have of you as an audience and my brain. However, there is a close, permanently maintained bond between the body regulating parts of my brain and my own body.
Dan yang terakhir adalah bahwa terdapat sebuah ikatan ganda yang sangat erat antara tata kelola tubuh di dalam otak dengan tubuh itu sendiri, tidak seperti ikatan ganda yang lain. Jadi, sebagai contoh, saya sedang membuat gambar-gambar mental mengenai anda, tetapi tidak ada ikatan fisiologis antara gambar-gambar mental yang saya buat mengenai anda sebagai audiens dengan otak saya. Akan tetapi, terdapat sebuah ikatan yang sangat erat dan permanen antara bagain-bagain otak saya yang mengatur tata kelola tubuh saya dengan tubuh saya sendiri.
So here's how it looks. Look at the region there. There is the brain stem in between the cerebral cortex and the spinal cord. And it is within that region that I'm going to highlight now that we have this housing of all the life-regulation devices of the body. This is so specific that, for example, if you look at the part that is covered in red in the upper part of the brain stem, if you damage that as a result of a stroke, for example, what you get is coma or vegetative state, which is a state, of course, in which your mind disappears, your consciousness disappears. What happens then actually is that you lose the grounding of the self, you have no longer access to any feeling of your own existence, and, in fact, there can be images going on, being formed in the cerebral cortex, except you don't know they're there. You have, in effect, lost consciousness when you have damage to that red section of the brain stem.
Jadi begini gambarannya. Lihatlah ke wilayah yang ada di sana. Batang otak terletak di antara korteks serebral dengan tulang belakang. Dan wilayah inilah yang akan saya garisbawahi sekarang yang mana menjadi rumah dari semua organ pengatur-kehidupan dari tubuh. Hal ini menjadi sangat khusus sehingga, sebagai misal, jika Anda melihat pada bagian yang berwarna merah pada bagian atas dari batang otak, jika bagian itu rusak sebagai akibat dari sroke, sebagai contoh, yang Anda dapatkan adalah koma, atau keadaan vegetatif, yang adalah suatu keadaan, tentu saja, dalam mana pikiran anda berhenti berfungsi, kesadaran anda terhenti. Apa yang sesungguhnya terjadi kemudian adalah anda kehilangan citarasa Anda mengenai diri, Anda tidak lagi punya akses pada perasaan apapun mengenai keberadaan anda, dan, pada kenyataannya, masih terdapat gambar-gambar mental yang sedang terbentuk di dalam serebral korteks, kecuali kenyataan bahwa Anda tidak mengetahuinya. Anda telah, sebagai akibatnya, kehilangan kesadaran ketika Anda mengalami kerusakan pada bagian berwarna merah dari batang otak itu.
But if you consider the green part of the brain stem, nothing like that happens. It is that specific. So in that green component of the brain stem, if you damage it, and often it happens, what you get is complete paralysis, but your conscious mind is maintained. You feel, you know, you have a fully conscious mind that you can report very indirectly. This is a horrific condition. You don't want to see it. And people are, in fact, imprisoned within their own bodies, but they do have a mind. There was a very interesting film, one of the rare good films done about a situation like this, by Julian Schnabel some years ago about a patient that was in that condition.
Tetapi jika Anda pikirkan mengenai bagian berwarna hijau dari batang otak, hal seperti itu tidak terjadi. Hal ini begitu spesifik. Jadi dalam komponen berwarna hijau dari batang otak, jika Anda mengalami kerusakan, dan hal ini sering terjadi, apa yang anda dapatkan adalah kelumpuhan total, tetapi kesadaran Anda tetap ada. Anda merasa, Anda mengetahui, Anda punya pikiran yang sangat terang tetapi yang tidak dapat Anda ungkapkan. Ini adalah sebuah kondisi mengerikan. Anda tidak ingin melihatnya. Dan orang, pada kenyataanya, terpenjara dalam tubuh mereka sendiri, tetapi sesungguhnya mereka punya pikiran. Ada sebuah film yang sangat menarik, sebuah film langka yang dibuat mengenai situasi seperti ini, oleh Julian Schnabel beberapa tahun yang lalu mengenai seorang pasien dalam kondisi seperti ini.
So now I'm going to show you a picture. I promise not to say anything about this, except this is to frighten you. It's just to tell you that in that red section of the brain stem, there are, to make it simple, all those little squares that correspond to modules that actually make brain maps of different aspects of our interior, different aspects of our body. They are exquisitely topographic and they are exquisitely interconnected in a recursive pattern. And it is out of this and out of this tight coupling between the brain stem and the body that I believe -- and I could be wrong, but I don't think I am -- that you generate this mapping of the body that provides the grounding for the self and that comes in the form of feelings -- primordial feelings, by the way.
Sekarang saya akan tunjukan sebuah gambar. Saya berjanji untuk tidak mengatakan apapun mengenai ini, kecuali untuk menakut-nakuti Anda. Maksudnya adalah bahwa dalam bagian berwarna merah dari batang otak itu, terdapat, sederhananya, semua petak kecil itu yang berhubungan dengan modul-modul yang sebenarnya membuat peta peta otak aspek-aspek berbeda dari bagian internal kita, aspek-aspek berbeda dari tubuh. Aspek-aspek ini sangat indah secara topografis dan erat terhubung antara satu dengan yang lain dengan indah dalam sebuah pola yang berulang-ulang. Dari sinilah, dari dalam keterhubungan yang sangat erat di antara batang otak dengan tubuh saya percaya ---dan saya bisa salah, tetapi saya pikir saya tidak salah -- yang dengannya Anda menghasilkan pemetaan tubuh ini yang menyediakan sebuah pendasaran mengenai diri dan yang terungkap dalam bentuk perasaan-perasaan - perasaan-perasaan primordial.
So what is the picture that we get here? Look at "cerebral cortex," look at "brain stem," look at "body," and you get the picture of the interconnectivity in which you have the brain stem providing the grounding for the self in a very tight interconnection with the body. And you have the cerebral cortex providing the great spectacle of our minds with the profusion of images that are, in fact, the contents of our minds and that we normally pay most attention to, as we should, because that's really the film that is rolling in our minds. But look at the arrows. They're not there for looks. They're there because there's this very close interaction. You cannot have a conscious mind if you don't have the interaction between cerebral cortex and brain stem. You cannot have a conscious mind if you don't have the interaction between the brain stem and the body.
Jadi apa yang kita dapatkan dari gambar ini? Amatilah "korteks serebral", amati "batang otak," amati "tubuh," dan Anda mendapatkan gambaran mengenai keterhubungan dalam mana batang otak menyediakan suatu pendasaran mengenai diri dalam sebuah keterhubungan yang sangat erat dengan tubuh. Dan korteks serebral menyediakan pemandangan menakjubkan dari pikiran kita dengan peleburan gambaran - gambaran mental yang, pada kenyataannya, merupakan isi dari pikiran kita dan yang biasanya kita beri perhatian terbesar kita, dan semestinya demikian, karena itu sesungguhnya adalah filem yang sedang diputar dalam pikiran kita. Tetapi amati anak panah - anak panah itu. Mereka ada di situ bukan untuk dekorasi Tetapi mereka ada di situ karena di sinilah letak interaksi yang sangat erat itu. Anda tidak mungkin punya pikiran sadar tanpa memiliki interaksi ini di antara korteks serebral dan batang otak. Anda tidak mungkin punya pikiran sadar tanpa interaksi antara batang otak dengan tubuh.
Another thing that is interesting is that the brain stem that we have is shared with a variety of other species. So throughout vertebrates, the design of the brain stem is very similar to ours, which is one of the reasons why I think those other species have conscious minds like we do. Except that they're not as rich as ours, because they don't have a cerebral cortex like we do. That's where the difference is. And I strongly disagree with the idea that consciousness should be considered as the great product of the cerebral cortex. Only the wealth of our minds is, not the very fact that we have a self that we can refer to our own existence, and that we have any sense of person.
Hal lain yang menarik adalah bahwa batang otak yang kita miliki juga dimiliki oleh berbagai jenis spesies lainnya. Jadi bagi semua vertebrata, rancangn dari batang otaknya sangat mirip dengan yang kita miliki, yang menjadi salah satu sebab mengapa, menurut saya spesies-spesies itu juga punya pikiran sadar seperti yang kita miliki. Kecuali bahwa tidak sekaya kesadaran kita, karena mereka tidak punya korteks serebral seperti yang kita punyai. Di sinilah letak perbedaannya. Dan saya sangat tidak setuju dengan gagasan bahwa kesadaran harus dianggap sebagai produk yang hebat dari korteks serebral. Hanya kekayaan pikiran kitalah, dan bukan fakta bahwa kita punya sebuah diri yang dapat kita rujuk pada keberadaan kita sendiri dan bahwa kita punya citarasa mengenai diri.
Now there are three levels of self to consider -- the proto, the core and the autobiographical. The first two are shared with many, many other species, and they are really coming out largely of the brain stem and whatever there is of cortex in those species. It's the autobiographical self which some species have, I think. Cetaceans and primates have also an autobiographical self to a certain degree. And everybody's dogs at home have an autobiographical self to a certain degree. But the novelty is here.
Ada tiga tingkatan diri yang perlu dipertimbangkan -- diri proto, inti dan otobiografis. Dua tingkatan yang pertama juga dimiliki oleh begitu banyak spesies lainnya, dan kesadaran diri pada dua tingkatan ini terlahir umumnya dari batang otak dan dari korteks, bagi spesies-spesies yang memikilkinya. Hanya diri otobigrafislah yang dimilki oleh beberapa spesies, saya pikir. Ikan paus dan primata juga memilki sebuah diri otobiografis pada tingkatan tertentu. Dan setiap anjing yang anda punyai di rumah punya sebuah diri otobiografis pada tingkatan tertentu. Tetapi kebaruannya terletak di sini.
The autobiographical self is built on the basis of past memories and memories of the plans that we have made; it's the lived past and the anticipated future. And the autobiographical self has prompted extended memory, reasoning, imagination, creativity and language. And out of that came the instruments of culture -- religions, justice, trade, the arts, science, technology. And it is within that culture that we really can get -- and this is the novelty -- something that is not entirely set by our biology. It is developed in the cultures. It developed in collectives of human beings. And this is, of course, the culture where we have developed something that I like to call socio-cultural regulation.
Diri otobiografis dibangun atas dasar ingatan masa lampau dan ingatan akan rencana rencana yang telah kita buat; ia adalah masa lalu yang terhayati dan masa depan yang terencana. Dan diri otobiografis menghasilkan memori yang bertahan lama, daya nalar, imajinasi, kreativitas dan bahasa. Dan dari sini terlahir sarana-sarana kebudayaan-- agama-agama, keadilan, perdagangan, seni, ilmu, teknologi. Dan justru di dalam kebudayaan inilah kita sungguh dapat memperoleh -- dan inilah kebaruannya -- sesuatu yang tidak sepenuhnya diatur oleh tata biologis kita. Ia dikembangkan dalam kebudayaan-kebudayaan. Ia dikembangkan secara kolektif oleh manusia Dan ini, tentu saya, kebudayaan dimana kita telah mengembangkan sesuatu yang ingin saya sebut sebagai tatanan sosial-kultural.
And finally, you could rightly ask, why care about this? Why care if it is the brain stem or the cerebral cortex and how this is made? Three reasons. First, curiosity. Primates are extremely curious -- and humans most of all. And if we are interested, for example, in the fact that anti-gravity is pulling galaxies away from the Earth, why should we not be interested in what is going on inside of human beings?
Dan akhirnya, Anda punya hak bertanya, mengapa peduli dengan hal ini? Mengapa peduli dengan batang otak korteks serebral dan bagaimana mereka terbuat? Ada tiga alasan. Pertama, rasa ingin tahu. Primata punya rasa ingin tahun yang sangat besar -- dan terlebih lagi manusia. Dan apabila kita tertarik, sebagai misal, pada fakta bahwa anti-gravitas sedang menarik galaksi-galaksi menjauh dari Bumi, mengapa kita tidak tertarik dengan apa yang sedang terjadi dalam diri manusia?
Second, understanding society and culture. We should look at how society and culture in this socio-cultural regulation are a work in progress. And finally, medicine. Let's not forget that some of the worst diseases of humankind are diseases such as depression, Alzheimer's disease, drug addiction. Think of strokes that can devastate your mind or render you unconscious. You have no prayer of treating those diseases effectively and in a non-serendipitous way if you do not know how this works. So that's a very good reason beyond curiosity to justify what we're doing, and to justify having some interest in what is going on in our brains.
Kedua, memahami masyarakat dan kebudayaan. Kita harus mencermati bagaimana masyarakat dan kebudayaan dalam tatanan sosial-kultural ini merupakan suatu proses yang sedang berkembang. Dan akhirnya, obat-obatan. Jangan lupa bahwa beberapa dari penyakit-penyakit paling buruk yang dialami umat manusia adalah penyakit seperti depresi, Parkinson, kecanduan obat-obatan. Pikirkan mengenai stroke yang dapat memperburuk kesadaran anda atau membuat anda kehilangan kesadaran. Anda tidak punya doa untuk mengobati penyakit-penyakit itu secara efektif dan dalam sebuah cara yang tidak kebetulan jika anda tidak tahu proses ini bekerja. Jadi itu adalah sebuah alasan yang sangat bagus yang melampaui rasa ingin tahu untuk membenarkan apa yang sedang kita lakukan dan menjustifikasi adanya minat atas apa yang sedang terjadi di dalam otak kita.
Thank you for your attention.
Terima kasih atas perhatian Anda.
(Applause)
(Tepuk tangan)