Workplace romance can be a tricky topic.
Asmara di tempat kerja bisa jadi topik yang rumit.
(Music)
(Musik)
[The Way We Work]
[Cara Kita Bekerja}
How do we manage the boundaries between our personal and professional lives? How do we deal with gender imbalances and power dynamics in the workplace? There's a lot of gray area in workplace romance. I'd like to take a few minutes and answer some of your frequently asked questions.
Bagaimana kita mengatur batasan antara kehidupan pribadi dan profesional kita? Bagaimana mengatasi kesenjangan gender dan dinamika kekuatan di tempat kerja? Ada banyak area abu-abu dalam asmara di tempat kerja: Saya ingin mengambil beberapa menit dan menjawab pertanyaan yang sering diajukan.
So, question one: Should I date my coworker? Uh ... it depends. Do you want to date your coworker for a bit of fun? Do you want to date your coworker to hook up? Because then you're really better off on Tinder. If you want to date your coworker because you really, sincerely think you're falling in love with them or there's a real potential for a long-term, committed relationship, maybe you should date your coworker. Studies show that your coworkers are generally positive about it if they perceive that you're falling in love and genuinely care about each other. It's when your coworkers sense that something else is in play -- that can be disruptive.
Jadi, pertanyaan pertama: Bolehkah saya pacaran dengan teman kerja saya? Emm... tergantung. Apakah Anda pacaran untuk bersenang-senang? Apakah Anda berpacaran untuk sekadar kencan? Karena lebih baik Anda memakai Tinder. Jika Anda ingin memacari teman kerja Anda karena Anda betul-betul dengan tulus jatuh cinta dengan mereka atau ada potensi nyata untuk komitmen hubungan jangka panjang, mungkin Anda harus berpacaran dengan teman kerja anda. Studi menunjukkan teman kerja Anda secara umum positif akan hal ini jika mereka menyadari bahwa Anda jatuh cinta dan secara tulus peduli satu sama lain. Jika teman kerja Anda merasa ada hal lain yang terlibat -- itu bisa jadi mengganggu.
Question two: Should I date my boss? In almost all cases, no, you should not date your boss, because now, you've got a power dynamic. When there's a relationship between a boss and a subordinate, it generates a lot of negative feelings, and the negative feelings tend to fall on the person who's lower on the totem pole. People usually assume some kind of favoritism, some kind of inside knowledge, and there can be resentment stirred up by that. There was a study published last year that suggested dating a superior can even have a negative impact on your career. The researchers asked third-party evaluators online to imagine that they worked at a law firm. They asked them to make recommendations on which employee should get picked for a special training program and which should get promoted to partner. They looked at credentials for imaginary employees, and when it was stated that an employee had been dating or was in a relationship with a superior, the evaluators were less likely to pick that person for the training program or the promotion, even if they had the exact same credentials as someone who wasn't dating their boss. The evaluators were also quick to dismiss their accomplishments.
Pertanyaan kedua: Bolehkah saya memacari atasan? Dalam hampir semua kasus, tidak, Anda tidak boleh memacari atasan, karena kini, Anda punya dinamika kekuatan. Ketika terjadi hubungan antara atasan dengan pegawai, banyak perasaan negatif timbul, dan perasaan negatif cenderung jatuh pada orang yang ada di bagian bawah tiang totem. Orang-orang biasanya mengasumsikan pilih kasih, adanya pengetahuan orang dalam, dan kebencian bisa timbul karenanya. Studi yang diterbitkan tahun lalu mengatakan berpacaran dengan atasan bisa berakibat negatif untuk karier Anda. Para peneliti meminta pada evaluator pihak ketiga secara daring untuk berpura-pura bekerja di sebuah firma hukum. Mereka diminta untuk membuat rekomendasi pegawai mana yang harus dipilih untuk program pelatihan khusus dan yang mana yang harus dipromosikan sebagai partner. Mereka melihat kredensial dari pegawai-pegawai imajiner, dan ketika dinyatakan bahwa seorang pegawai sedang berpacaran atau sedang memiliki hubungan dengan seorang atasan, para evaluator cenderung tidak memilih orang itu untuk program pelatihan khusus atau untuk dipromosikan, bahkan saat mereka memiliki kredensial yang sama persis dengan orang yang tidak berpacaran dengan atasannya. Para evaluator juga dengan cepat mengabaikan pencapaian mereka.
Question three: Can I date someone who reports to me? Still a big no. You may not feel like you're really the boss, right? But you are, and there's a power dynamic there that's simply not there for other couples. If you really believe there is a sincere, honestly felt, personal connection that would be lasting and meaningful, one of you may need to move, and it shouldn't always be the person who's lower in the company pecking order.
Pertanyaan ketiga: Bolehkah saya pacaran dengan anak buah saya? Masih tidak. Anda mungkin tidak merasa Anda bos sebenarnya, kan? Tapi Anda adalah bos, dan ada dinamika kekuatan di sana yang bukan diperuntukan bagi pasangan lain. Jika Anda yakin ada koneksi personal yang tulus dan jujur yang akan awet dan penuh arti, salah satu dari Anda mungkin harus pindah, dan tidak harus selalu orang yang ada di posisi lebih rendah dalam perusahaan.
Question four: I've just started seeing a coworker. How do we handle things? I get this question a lot. "Are they dating? Are they not dating?" Don't keep it a secret. You don't have to make a big deal of it, but secrecy tends to be corrosive. People tend to see workplace couples as a coalition or a unit, so try to make it clear to your coworkers that you're not the same person; you love each other, but you are going to disagree.
Pertanyaan keempat: Saya baru mulai pacaran dengan teman kerja. Bagaimana kami menanganinya? Saya sering dapat pertanyaan ini. "Apa mereka pacaran? mereka tidak pacaran?" Jangan dirahasiakan. Anda tidak perlu membesar-besarkannya, tapi kerahasiaan dapat merusak. Orang cenderung melihat pasangan di tempat kerja sebagai koalisi atau unit, Cobalah untuk memperjelas pada teman kerja Anda bahwa kalian berbeda; Anda saling mencintai, tapi akan ada ketidaksetujuan.
Question five: Why are coworkers often attracted to each other? Well, the obvious answer is people tend to be attracted to each other the more time they spend together. But there's another ingredient that has to be added: attraction tends to happen when there's work that demands close collaboration. So imagine you have a big group project with a tight deadline and you're working late nights and brainstorming ideas. You look up, and across the table, one of your colleagues throws out a really great idea. You may feel something, and that's natural. We call this task interdependence. It's a ripe ground for attraction. The second reason why people at work are attracted to each other is they may often be similar to each other. There's two old adages: "Birds of a feather flock together." And "Opposites attract." Well, the psychological research suggests ... birds of a feather flock together, and we like people who are like us.
Pertanyaan kelima: Mengapa teman kerja sering tertarik satu sama lain? Jelasnya karena orang cenderung tertarik satu sama lain Semakin lama waktu mereka bersama. Tapi ada hal lain yang harus ditambahkan: Ketertarikan cenderung terjadi ketika adanya pekerjaan yang menuntut kerja sama. Jadi bayangkan Anda mempunyai proyek tim yang besar dengan tenggat waktu ketat dan Anda bekerja larut malam dan menggodok ide-ide. Anda mendongak, dan di seberang meja, salah satu kolega Anda mencetuskan ide hebat. Anda akan merasakan sesuatu, dan itu wajar. Kami menyebutnya tugas saling ketergantungan. Ini adalah saat ketertarikan biasa terjadi. Alasan kedua mengapa orang di tempat kerja saling suka Seringkali karena mereka mirip satu sama lain. Ada dua pepatah lama: "Burung sejenis berkumpul bersama." Dan "Atraksi berlawanan." Penelitian psikologi menyatakan ... burung yang sejenis bergabung bersama, dan kita menyukai orang yang mirip seperti kita.
Question six: My coworkers are flirting. I'm annoyed. What do I do? Some researchers argue that for people flirting at work, flirting is good and it boosts creativity. But my own research suggests things are different for people who are watching or who are subjected to the flirting. It can be awkward, right? Witnessing flirtation in the workplace creates a sense of not knowing the rules, not knowing what's going on, or maybe seeing something that you shouldn't be seeing. People who frequently witness flirting at work -- they actually report feeling less satisfied in their jobs, and they feel less valued by their company. They're more likely to give a negative appraisal of the work environment, and they may even consider leaving. For women, this association can be even stronger. This appears to be the case even when people report not being bothered by the flirting. It's true even when they say they enjoy it. So, a flirtatious environment really could be toxic.
Pertanyaan keenam: Teman-teman kerja saya saling menggoda. Saya terganggu. Apa yang saya lakukan? Beberapa peneliti memperdebatkan bahwa saling menggoda di tempat kerja, menggoda itu baik dan meningkatkan kreativitas. Tapi riset saya menyatakan hal yang berbeda bagi orang yang melihat atau bagi yang menjadi subjek penggoda. Bisa membuat canggung, kan? Menyaksikan godaan di tempat kerja men- ciptakan rasa tidak mengetahui peraturan, tidak tahu apa yang sedang terjadi, atau mungkin melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat. Orang yang sering menyaksikan godaan di tempat kerja -- mereka melaporkan perasaan tidak puas pada pekerjaan mereka, dan mereka merasa kurang dihargai oleh sesama. Mereka cenderung memberikan penilaian negatif pada lingkungan kerja, dan mereka bahkan akan memikirkan untuk keluar. Untuk wanita, perasaan ini bisa lebih kuat. Ini nampaknya terjadi bahkan ketika orang-orang melaporkan tidak terganggu oleh "main mata". Bahkan benar ketika mereka mengatakan menikmatinya. Jadi, lingkungan yang "menggoda" bisa tidak sehat.
Question seven: Do I need a policy on workplace relationships? You certainly need a policy on a sexual harassment, and I think most HR departments recognize that. But for the kind of consensual behavior we've been talking about, it's a little different. As much as people in HR would love to wave a magic wand and say, "Thou shall not fall in love at work," it's just not realistic. Emotional connection and sexuality is who we are. I kind of want you to flip the script a little bit. I encourage HR to really think more broadly about their role in not necessarily stamping out office romance, because I don't think that's realistic, but how do I help create a workplace climate and culture where people feel respected for their individual contributions, not for their appearance or their gender, or their personal relationships? So the larger question is, how do you make sure people are valued and respected?
Pertanyaan ketujuh: Apakah saya membutuhkan aturan untuk hubungan di tempat kerja? Anda tentu butuh aturan untuk pelecehan seksual, dan saya pikir sebagian besar personalia mengenalinya. Tapi untuk perilaku konsesual yang kita bicarakan ini, sedikit berbeda. Meski orang dari personalia akan senang menunjukkan kehebatannya dan berkata, " Dilarang jatuh cinta dalam bekerja," hal itu tidak realistis. Koneksi emosional dan seksualitas adalah diri kita. Saya ingin Anda sedikit membalikkan situasi. Saya menghimbau personalia untuk benar- benar berpikir lebih luas tentang peran mereka untuk tidak membasmi asmara di kantor, karena saya pikir itu tidak realistis, tapi bagaimana saya membantu menciptakan iklim dan budaya tempat kerja di mana orang-orang merasa dihargai untuk kontribusi individual mereka, bukan karena penampilan atau gender mereka, atau karena hubungan pribadi mereka? Jadi pertanyaan yang lebih besar adalah, Bagaimana Anda yakin orang-orang dihargai dan dihormati?